Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ANTI KORUPSI PADA KALANGAN MAHASISWA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Pendidikan Budaya Anti Korupsi
yang dibina oleh ibu Dyah Widodo, S.Kp. M. Kep

Kelompok 4/ Tingkat 3A
Jamilatul Wardiah (P17211191004)
Andini Robiatul Maulidiyah (P17211191014)
Evi Arum Erista (P17211191024)
Alimatul Izza Syahida (P17211193027)
Heffy Maulidiyah Wardah (P17211193033)
Laxmi Ade Ayu M. (P17211193034)
Nurul Aprisa S (P17211193035)
Siti Nuryatul Badriyah (P17211193039)
Dewi Isnaini F.M. (P17211193051)
Khofifah Nur Lailla (P17211193052)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Penyuluhan Pendidikan Anti Korupsi


Penyuluh : Siti Nuryatul Badriyah
Kelompok sasaran : Mahasiswa Poltekkes Malang
Tgl/Bln/Th. : Rabu, 27 Oktober 2021
Tempat : Zoom Meeting (secara daring)
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : Kelompok

A. Latar Belakang
Korupsi merupakan salah satu istilah yang kini akrab di telinga masyarakat Indonesia dan
menjadi pusat perhatian. Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini.
Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat, meluas
dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih dan memanfaatkan
teknologi modern.
Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah
kejadian terdahulu, sudah banyak usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara.
Era orde baru, yang berlalu, kerap membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim
Pemberantasan Korupsi di tahun 1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi
pada 1970, Opstib di tahun 1977, hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan
para koruptor tidak membuat jera yang lain. Koruptor junior terus bermunculan.
Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan korupsi, padahal
yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang untuk taat pada undang-undang
korupsi. Bangsa Indonesia sekarang butuh penerus bangsa yang berakhlak mulia, dalam artian
mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Kesadaran tersebut membuat pemerintah memutar
otak untuk bagaimana menciptakan hal tersebut. Lebih khusus kepada penanaman nilai
antikorupsi pada setiap individu putra bangsa dalam hal ini kalangan mahasiswa.
Mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan yang banyak pengalaman
dan keingintahuan yang besar. Kelonggaran peraturan yang diterima sebagai seorang
mahasiswa dari institusi dan orang sekitar memberikan peluang untuk menjadi koruptor dari
hal terkecil termasuk mengerjakan tugas dengan jasa joki. Oleh karena itu dengan
diberikannya penyuluhan tentang anti korupsi lewat jalur Pendidikan ini diharapkan proses
perubahan sikap mental yang berimbas pada perubahan perilaku anti korupsi dapat berkurang
dan materi anti korupsi yang disampaikan diterima dengan baik.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit tentang pendidikan anti korupsi diharapkan
mahasiswa mengetahui tentang pendidikan anti korupsi.
2. Tujuan instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit diharapkan mahasiswa mampu :
1) Menjelaskan pengertian Korupsi
2) Mengetahui dampak korupsi.
3) Mengetahui bagaimana strategi pemberantasan korupsi
4) Menjelaskan upaya apa saja yang ditempuh dalam pembrantasan korupsi
5) Mengetahui undang-undang yang mengatur tentang korupsi Indonesia
6) Memahami Nilai-nilai anti korupsi

C. Sasaran
Mahasiswa Poltekkes kemenkes Malang

D. Waktu
1x30 menit

E. Metoda Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Game

F. Media
1. Poster
2. Video
G. Langkah-langkah

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Penyuluhan


.
1. Pembukaa 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
n 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
(5 menit) 3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan 3. Menjawab pertanyaan
4. Membuat kontrak waktu 4. Mendengarkan dan
Memperhatikan
5. Menyetujui kontrak
waktu
2. Kegiatan 1. Menjelaskan tentang: 1. Mendengarkan dan
inti 1) Pengertian korupsi memperhatikan
(30 menit) 2) Mengetahui dampak korupsi penjelasan, penyuluhan.
3) Menyebutkan strategi 2. Mengajukan pertanyaan
pemberantasan korupsi 3. Mengikuti Game
4) Upaya yang ditempuh dalam
pemberantasan korupsi
5) Undang-undang yang
mengatur tentang korupsi
6) Menjelaskan nilai-nilai anti
korupsi

2. Game
3. Penutup 1. Mengevaluasi peserta atas 1. Mendengarkan dan
(5 menit) penjelasan yang mmperhatikan
disampaikan dan penyuluh 2. Menjawab pertanyaan
menanyakan kembali yang diberikan dari game
mengenai materi penyuluhan 3. Menjawab salam
2. Salam Penutup
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kehadiran mahasiswa 90%
b) Persiapan alat dan media penyuluhan
2. Evalusi Proses
a) Moderator, penyuluh, observer ,fasilisator,dan peserta mampu menjalankan fungsi dan
peranannya dengan baik.
b) Peserta antusias dalam mendengarkan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang di berikan mengenai materi penyuluhan

I. Penutup
Korupsi berasal dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere: busuk,rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis
adalah penyaahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.Semua bentuk pemerintahan
rentan korupsi dalam prakteknya. Strategi pemberantasan korupsi bisa disusun dalam tiga
tindakan terprogram, yaitu Prevention, Public Education dan Punishment.
Dampak dari adanya korupsi adalah merugikan Negara maupun kelompok tertentu,
menghabiskan uang atau harta Negara demi kepentingan pribadi maupun kelompok,,
menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat, menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap suatu institusi dan membuat hokum tidak lagi dihormati. Beberapa upaya yang
dilakukan untuk memberantas korupsi adalah : melakukan pendidikan anti korupsi kepada
pelajar dan mahasiswa, melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan,
melakukan pencatatan ulang dan reorganisasi terhadap institusi pemerintah dan lain
sebagainya.
Upaya melakukan pemberantasan korupsi bukanlah hal yang mudah. Meskipun sudah
dilakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi, tetapi masih terdapat beberapa
hambatan dalam pemberantasan korupsi. Diantaranya hambatan structural, kultural,
instrumental, dan juga manajemen.
J. Daftar Pustaka
Karo-Karo, A. A. P., Usman, K., Sari, L. P., Dewi, R., & Simangunsong, B. A. (2020). Result
Of The Formation Of Student Characters In Full Day School. Jurnal Ilmiah
STOK Bina Guna Medan, 8(1), 43-50. Diakse pada senin, 26 oktober 2021 pukul
20.00 wib melalui link
http://jurnal.stokbinaguna.ac.id/index.php/JSBG/article/view/98
Setiadi, W. (t.t.). KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya

Pemberantasan, Serta Regulasi). 14. Diakses pada 26 Oktober 2021 melalui link

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://e-

jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/234/pdf&ved=2ahUKEwjY35

r2zunzAhX_63MBHTu2AwA4ChAWegQIARAB&usg=AOvVaw2aXsVwhhVg

gW4mSiHpvhF1
K. Lampiran 1 (poster)

L. Lampiran 2 (link video dan screenshoot video)


Link Video : https://youtu.be/_YsXw4wKZKU
M. Lampiran 3 (materi penyuluhan)
1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere: busuk,rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency International adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
denganya, dengan menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepada
mereka, ini adalah salah satu tindak korupsi. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi
politis adalah penyaahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.Semua bentuk
pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur
pun tidak ada sama sekali.
2. Dampak Korupsi
a) Merugikan negara maupun kelompok
b) Menghabiskan atau memakan uang atau harta negara atau kelompok untu
kepentingan pribadi
c) Menjadikan negara miskin
d) Menjadikan negara memiliki hutang yang banyak di luar negeri
e) Menimbulkan ketidakdilan dalam hal pendapatan dan kekayaan
f) Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintahan
g) Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat
h) Menurunya pendapatan Negara
i) Hukum tidak lagi dihormati.
3. Strategi Pemberantasan Korupsi
Strategi pemberantasan korupsi bisa disusun dalam tiga tindakan terprogram, yaitu
Prevention, Public Education dan Punishment.
a) Strategi Preventif
Diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara menghilangkan atau
meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi. Konvensi
PBB Anti Korupsi, Uneted Nations Convention Against Corruption (UNCAC),
menyepakati langkah-langkah untuk mencegah terjadinya korupsi.masing-masing
negara setuju untuk mengembangkan dan menjalankan kebijaksanaan anti-korupsi
terkoordinasi dengan mempromosikan partisipasi masyarakat dan menunjukan
prinsip-prinsip supremasi hukum, integritas, transparan dan akuntabel, saling
bekerja sama untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif untuk
pemberantasan korupsi.
b) Public Education
Public education atau pendidikan anti korupsi untuk rakyat peru digalakkan untuk
membangun mental anti-korupsi. Pendidikan anti-korupsi bisa dilakukan melalui
berbagai pendekatan, seperti pendekatan agama, budaya,sosial,ekonomi,etika.
Adapun sasaran pendidikan anti-korupsi secara garis besar bisa dikelompokkan
menjadu dua, yaitu :
- Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah dan calon aparatur
pemerintah.
- Public education anti korupsi bagi masyarakat luas melalui lembaga
keagamaan dan tokoh masyarakat.
c) Strategi Punishment
Merupakan tindakan memberi hukuman terhadap pelaku tindak pidana
korupsi.Dari sekian banyak peraturan perundang-undangan anti-korupsi yang ada,
salah satu yang paling populer barangkali UU Nomor 30/2002 tentang KPK. KPK
adalah lembaga negara yang bersifat independen yang dalam pelaksanaan tugas
dan kewenanganya bebas dari kekuasaan manapun, tugas KPK adalah sebagai
berikut:
- Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
- Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
- Melakukan penyelidikkan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi.
- Melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan
monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
4. Upaya Pemberantasan Korupsi
a) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian
pada negara melalui pendidikan formal,informal dan agama
b) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis
c) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung
jawab yang tinggi
d) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa
tua
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi
f) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi
dan dibarengi sistem control yang efisien
g) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayan pejabat yang mencolok
h) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jabatan dibawahnya.
5. Hambatan Pemberantasan Korupsi
Upaya melakukan pemberantasan korupsi bukanlah hal yang mudah. Meskipun sudah
dilakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi, tetapi masih terdapat beberapa
hambatan dalam pemberantasan korupsi. Operasi tangkap tangan (OTT) sering dilakukan
oleh KPK, tuntutan dan putusan yang dijatuhkan oleh penegak hukum juga sudah cukup
keras, namun korupsi masih tetap saja dilakukan. Bahkan ada pendapat yang menyatakan
bahwa yang kena OTT adalah orang yang “sial atau apes”. Hambatan dalam
pemberantasan korupsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Hambatan Struktural, yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik


penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak
pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya: egoisme sektoral dan institusional yang menjurus pada
pengajuan dana sebanyak-banyaknya untuk sektor dan instansinya tanpa
memperhatikan kebutuhan nasional secara keseluruhan serta berupaya menutup-
nutupi penyimpangan-penyimpangan yang terdapat di sektor dan instansi yang
bersangkutan; belum berfungsinya fungsi pengawasan secara efektif; lemahnya
koordinasi antara aparat pengawasan dan aparat penegak hukum; serta lemahnya
sistem pengendalian intern yang memiliki korelasi positif dengan berbagai
penyimpangan dan inefesiensi dalam pengelolaan kekayaan negara dan rendahnya
kualitas pelayanan publik.

b. Hambatan Kultural, yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang
berkembang di masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya:
masih adanya ”sikap sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang
dapat menghambat penanganan tindak pidana korupsi; kurang terbukanya
pimpinan instansi sehingga sering terkesan toleran dan melindungi pelaku
korupsi, campur tangan eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam penanganan
tindak pidana korupsi, rendahnya komitmen untuk menangani korupsi secara
tegas dan tuntas, serta sikap permisif (masa bodoh) sebagian besar masyarakat
terhadap upaya pemberantasan korupsi.
c. Hambatan Instrumental, yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya
instrumen pendukung dalam bentuk peraturan perundangundangan yang membuat
penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang
termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih terdapat peraturan perundang-
undangan yang tumpang tindih sehingga menimbulkan tindakan koruptif berupa
penggelembungan dana di lingkungan instansi pemerintah; belum adanya “single
identification number” atau suatu identifikasi yang berlaku untuk semua
keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank, dll.) yang mampu mengurangi peluang
penyalahgunaan oleh setiap anggota masyarakat; lemahnya penegakan hukum
penanganan korupsi; serta sulitnya pembuktian terhadap tindak pidana korupsi.

d. Hambatan Manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau


tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi
dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya: kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam
menindaklanjuti hasil pengawasan; lemahnya koordinasi baik di antara aparat
pengawasan maupun antara aparat pengawasan dan aparat penegak hukum;
kurangnya dukungan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
tidak independennya organisasi pengawasan; kurang profesionalnya sebagian
besar aparat pengawasan; kurang adanya dukungan sistem dan prosedur
pengawasan dalam penanganan korupsi, serta tidak memadainya sistem
kepegawaian di antaranya sistem rekrutmen, rendahnya ”gaji formal” PNS,
penilaian kinerja dan reward and punishment.

Anda mungkin juga menyukai