http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
Abstract
This research aims to know the characteristics of instructional materials physics based I-SETS (Islamic,
Science, Environment, Technology, Society) complimented of local wisdom and character values and
development of students character after using of instructional materials physics. The research methods used are
Research and Development with 4D models according to Thiagarajan. The results of this research showed that
instructional materials physics have a characteristic of local wisdom and character values, based I-SETS, good
of used with a feasibility percentage of 92.74% and are easily understood with a percentage rate of 95% and are
practically used with a practicality value of 82%. The development of religious character, curiosity,
environmental care and social care students showed an medium increased. It can be concluded that
instructional materials physics based I-SETS (Islamic, Science, Environment, Technology, Society)
complimented of local wisdom and character values the are very feasible, easy to understand and practical to
use in the learning process and can develop the character in the students.
hanya sekadar membantu siswa lebih mudah kebutuhan bahan ajar; (2) metode observasi
memahami materi, namun juga dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan
mengaitkan materi yang diperoleh untuk karakter siswa selama belajar menggunakan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta bahan ajar; (3) metode tes berupa tes rumpang
dapat melatih karakter religius, rasa ingin tahu, digunakan untuk mengetahui tingkat
peduli sosial, dan peduli lingkungan. keterbacaan bahan ajar; (4) metode angket
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan
untuk mengetahui karakteristik bahan ajar dan kepraktisan bahan ajar. Selain itu, tingkat
Fisika berbasis I-SETS terkomplementasi perkembangan siswa juga diukur
kearifan lokal dan muatan karakter serta menggunakan angket yang diberikan kepada
tingkat perkembangan karakter siswa setelah siswa sebelum dan sesudah menggunakan
menggunakan bahan ajar tersebut. bahan ajar yang dikembangkan. Instrumen
meliputi angket uji kelayakan kepada ahli dan
METODE praktisi, angket perkembangan karakter serta
Metode penelitian yang digunakan yaitu angket respon pengguna.
Research and Development (RnD) dengan Metode analisis yang digunakan untuk
menggunakan model pengembangan 4D (Four- menghitung tingkat kelayakan, keterbacaan
D models) menurut Thiagarajan (1974) yang dan kepraktisan terhadap bahan ajar
terdiri atas: define (definisi), design (desain), pembelajaran yang dikembangkan
development (pengembangan), dan menggunakan persamaan menurut (Sudijono,
dissemination (penyebaran). Namun pada 2014: 43):
penelitian ini hanya sampai pada tahap 𝑓
𝑃= × 100%
development (pengembangan). 𝑁
166
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
167
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Curug siswa. Nilai karakter yang disisipkan melalui
Lawe Ungaran merupakan air terjun di tengah bahan ajar adalah religius, rasa ingin tahu,
cekungan tebing dengan ketinggian 40-50 peduli sosial dan peduli lingkungan. Pemilihan
meter yang terletak di Desa Kalisidi, Ungaran nilai karakter tersebut didasarkan pada analisis
Barat. Konsep hukum kekekalan energi kebutuhan dan konteks materinya
mekanik berlaku, (lihat Gambar 4.1) air terjun (Nurgiyantoro & Efendi, 2013) serta
yang dibiarkan jatuh bebas akibat pengaruh ketercapaian kompetensi (Khusniati, 2012).
gravitasi dari suatu ketinggian ℎ diatas Kompetensi adalah kriteria yang harus
permukaan tanah (dengan menganggap gaya dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses
hambatan udara sangat kecil, sehingga pembelajaran. Menurut teori Bloom, salah satu
diabaikan). Jika air terjun bergerak dari ranah kompetensi yang harus dicapai siswa
keadaan diam pada ketinggian ℎ, maka semua setelah pembelajaran yaitu ranah afektif (Utari,
energi mula-mula yang dimilikinya adalah 2011). Ranah afektif berkaitan dengan perilaku
energi potensial. Kemudian, ketika air terjun siswa, sehingga penilaian ranah afektif harus
bergerak jatuh, energi potensial 𝑚𝑔ℎ akan dilakukan oleh guru secara terus-menerus
berkurang (karena ℎ semakin kecil), namun dengan mengacu pada indikator pencapaian
energi kinetiknya akan bertambah untuk nilai karakter. Sebagaimana dinyatakan oleh
mengimbangi pengurangan tersebut, sehingga Muchtar (2010), penilaian ranah afektif dapat
jumlah kedua energi atau yang disebut energi dilakukan melalui pengamatan maupun
mekanik di setiap titik lintasan ini akan tetap pemberian tugas yang memberikan
sama nilainya. Efek atau akibat dari kekekalan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
energi tersebut adalah kepala kita akan terasa karakter yang dimilikinya. Oleh karena itu,
sedikit sakit saat mandi di bawah air terjun. dalam bahan ajar juga dilengkapi dengan
Materi yang dipelajari dan dikaitkan pemberian tugas yang didalamnya menyisipkan
dengan kearifan lokal dapat memudahkan nilai karakter, seperti yang ditunjukkan pada
siswa memahami suatu konsep dengan lebih Gambar 1.
cepat, karena siswa belajar suatu konsep
berdasarkan fenomena nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Selain materi, penyajian soal-soal
dan bahan diskusi dalam bahan ajar juga
dikaitkan dengan hal-hal yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa
menjadi lebih mudah memahami dan
menjawab soal-soal serta bahan diskusi terkait
materi tersebut. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Arfianawati et al. (2016)
bahwa pembelajaran yang menyajikan konsep
nyata dalam kehidupan sehari-hari atau aspek
Gambar 1. Pemberian tugas dalam kegiatan
budaya lokal lebih berpotensi untuk
diskusi.
mengembangkan pengalaman dan kompetensi
siswa dalam memahami suatu materi.
Berdasarkan Gambar 1, terlihat pada
kegiatan “Ayo Berdiskusi”, siswa diminta untuk
2. Bermuatan Nilai Karakter
berdiskusi terkait dampak pembangunan
Bahan ajar yang dikembangkan juga
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang
memiliki karakteristik bermuatan nilai
ada di Jepara terhadap lingkungan dan
karakter yang bertujuan sebagai upaya
masyarakat. Topik diskusi yang diambil adalah
penanaman dan pembentukan karakter pada
kejadian nyata disekitar lingkungan sisiwa,
168
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
3. Berbasis I-SETS
Bahan ajar Fisika yang dikembangkan
juga memiliki karakteristik pembelajaran
Gambar 3. Penyisipan nilai karakter melalui berbasis I-SETS. Matriks keterkaitan antara
informasi
169
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
materi Fisika, kearifan lokal, nilai karakter, dan I-SETS dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks Keterkaitan Fisika, Kearifan Lokal, Nilai Karakter, dan I-SETS
Materi
Kearifan Lokal Karakter Keterkaitan I-SETS
Fisika
Islamic: An-Najm: 39
Kegiatan transaksi jual
- Religius Science: Konsep usaha (𝑊 = 𝑭 ∙ 𝒔)
Usaha beli di Pasar tradisional
- Peduli sosial Society: menjadi manusia yang
Bandarjo, Ungaran
optimis, selalu berusaha dan berdoa
Islamic: An-Naml: 88
- Religius Science: Energi kinetik pada gerak
- Rasa ingin tahu gunung
- Peduli sosial Environment:mengantisipasi
Energi Gunung Ungaran - Peduli terjadinya gempa vulkanik
lingkungan Technology: pembuatan alat
pendeteksi gempa/ seismometer
Society: masyarakat tanggap terhadap
bencana
Islamic: Al-Baqarah: 74
Science: Hukum kekekalan energi
- Religius
Hukum mekanik pada curug (air terjun)
- Rasa ingin tahu
Kekekalan Environment:pemandangan alam atau
Curug Lawe, Ungaran - Peduli sosial
Energi objek wisata
- Peduli
Mekanik Technology: pembuatan PLTA
lingkungan
Society: sikap peduli terhadap
lingkungan
170
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
awan sebagaimana yang dijelaskan dalam An- Fenomena air terjun ternyata sudah
Naml: 88 yang artinya “dan kamu lihat gunung- diterangkan dalam Alquran surat Al-Baqarah
gunung itu, kamu sangka dia tetap diam di ayat 74. Petikan dari ayat tersebut artinya
tempatnya, padahal dia berjalan seperti “Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada
jalannya awan”. Para ahli geologipun sepakat yang meluncur jatuh”. Hal tersebut
akan hal tersebut. Gunung yang bergerak itu mengindikasikan bahwa yang meluncur jatuh
artinya gunung tersebut memiliki kecepatan, tersebut adalah air terjun, yang berarti
sehingga memiliki energi kinetik karena memiliki suatu energi. Energi yang dimaksud
pergerakannya. Akibat pergerakan lempeng- adalah energi mekanik yang di titik manapun
lempeng yang berada di dasar gunung dapat besarnya adalah sama dengan menganggap
menyebabakan terjadinya gempa bumi hanya gaya konservatif yang bekerja pada
sehingga menyebabkan kerusakan dan korban sistem. Jika dalam kasus air terjun Curug Lawe
jiwa. Oleh karena itu, dibuatlah teknologi ini dianggap hanya gaya-gaya konservatif yang
seismometer yang berfungsi sebagai alat bekerja pada sistem, hal itu berarti energi
pendeteksi gempa yang berguna sebagai mekanik air terjun tersebut saat berada di
antisipasi tanggap bencana oleh masyarakat. puncak dan saat berada di dasar adalah sama.
Berdasarkan hal tersebut, saat siswa Saat berada di paling puncak (ℎ𝑚𝑎𝑥 ), air terjun
mempelajari materi energi yang dikaitkan memiliki energi potensial maksimum karena
dengan I-SETS serta muatan kearifan lokal memiliki ketinggian maksimum, sedangkan
maka akan tertanam dalam diri siswa karakter energi kinetiknya nol karena air terjun
religius yaitu semakin bertambahnya rasa bergerak dari keadaan diam (𝐸𝑝𝑚𝑎𝑥 =
syukur kepada Tuhan, rasa ingin tahu yang 𝑚𝑔ℎ𝑚𝑎𝑥 ; 𝐸𝑘 = 0). Namun, saat air terjun sudah
lebih tinggi, sikap peduli lingkungan dalam sampai di dasar energi potensialnya menjadi
mengantisipasi terjadinya gempa vulkanik dan nol (ℎ = 0) sedangkan energi kinetiknya
berdampak pada sikap peduli sosial untuk menjadi maksimum untuk mengimbangi
selalu tanggap terhadap bencana. Sebagaimana pengurangan energi potensial tersebut (𝐸𝑝 =
Hasanah et al. (2016) menegaskan bahwa 1 2
0; 𝐸𝑘𝑚𝑎𝑥 = 𝑚𝑣𝑚𝑎𝑥 ). Akan tetapi, nilai energi
kearifan lokal yang dikaitkan dengan mitigasi 2
mekaniknya di titik manapun adalah sama.
bencana dapat membuat siswa menjaga
Energi tersebut oleh para ilmuwan
lingkungan untuk mencegah terjadinya
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik
bencana.
Tenaga Air terjun (PLTA), dan ada pula yang
memanfaatkan air terjun sebagai destinasi
c. Materi Hukum Kekekalan Energi Mekanik
wisata. Berdasarkan hal tersebut, ketika siswa
Kearifan lokal yang disajikan dalam bahan
mempelajari materi hukum kekekalan energi
ajar adalah Curug Lawe sebagai aplikasi dari
mekanik yang dikaitkan dengan I-SETS dan
Hukum Kekekalan Energi Mekanik. Hukum
muatan kearifan lokal maka akan memudahkan
kekekalan energi mekanik menyatakan bahwa
siswa untuk memahami konsep tersebut serta
jika hanya gaya-gaya konservatif yang bekerja
dengan mudah menyebutkan contoh aplikasi
pada sebuah sistem, maka energi mekanik total
lain hukum kekekalan energi mekanik dalam
sistem selalu konstan atau total energi
kehidupan sehari-hari. Selain itu, akan
potensial dan energi kinetiknya selalu sama.
tertanam dalam diri siswa karakter religius,
Hal tersebut akan lebih mudah dipahami oleh
rasa ingin tahu yang lebih tinggi, sikap peduli
siswa jika aplikasi hukum kekekalan energi
sosial dan peduli lingkungan untuk selalu
mekanik diambil dari sesuatu yang dekat
menjaga kelestarian lingkungan dan bersikap
dengan siswa, yaitu kearifan lokal di daerah
bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya
Ungaran. Contoh kearifan lokalnya yaitu Curug
alam.
Lawe Ungaran atau air terjun.
171
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
dapat digunakan sebagai bahan ajar pendukung Pada aspek kegrafikan bahan ajar yang
dalam kegiatan pembelajaran Fisika di dikembangkan memperoleh kriteria sangat
SMA/MA. layak. Hal ini karena pembuatan bahan ajar
Pada aspek isi memperoleh kriteria sangat telah sesuaikan dengan standar ukuran bahan
layak. Hal tersebut disebabkan materi dalam ajar menggunakan standar ISO serta unsur
bahan ajar disusun secara lengkap. Adapun kegrafikan lainnya seperti cover. Hal ini
materi yang disajikan mencakup semua materi dimaksudkan agar bahan ajar mudah dibaca
yang terkandung dalam Kompetensi Dasar dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran,
(KD). Sebagaimana Prastowo (2015, h. 214) baik di dalam maupun luar sekolah (Prastowo,
menyatakan bahwa materi bahan ajar sangat 2015, h. 217).
tergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapai.
5. Keterbacaan
Pada aspek teknik penyajian memperoleh
Selain uji kelayakan, bahan ajar yang
kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan
dikembangkan juga diuji keterbacaannya. Hal
penyajian materi disusun secara runtut dari
tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
konsep dasar atau sederhana kemudian
keterbacaan bahan ajar Fisika yang
berlanjut pada konsep yang rumit, seperti
dikembangkan. Uji keterbacaan terhadap bahan
konsep usaha dan energi, kemudian hubungan
ajar Fisika diberikan kepada 20 responden.
antara usaha dan energi, setelah itu hukum
Adapun rerata tingkat keterbacaan bahan
kekekalan energi dan aplikasinya dalam
ajar berada pada kriteria mudah dipahami oleh
kehidupan sehari-hari. Bahan ajar ini juga
siswa dengan hasil persentase rata-rata yang
disusun dengan sistematika yang konsisten.
diperoleh sebesar 95%. Hal tersebut
Penyajian konsep yang runtut dan sistematika
dikarenakan bahan ajar yang dikembangkan
yang konsisten dapat membuat siswa lebih
menggunakan kosa kata yang sederhana
mudah memahami konsep yang dipelajari dan
sehingga memudahkan siswa memahami
dapat memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini
materi yang dibaca. Sebagaimana diungkapkan
selaras dengan penelitian Parmin (2012),
oleh Larasati dan Yulianti (2014), bahan ajar
bahan ajar yang memperhatikan strategi
yang menggunakan kalimat dan huruf
tahapan proses berpikir secara runtut dan
sederhana akan lebih mudah dipahami oleh
sistematis dapat membuat siswa lebih tertarik
siswa. Selain itu, judul dan kata kunci yang ada
dalam belajar dan memudahkan siswa
di dalam bahan ajar dicetak dengan huruf tebal.
memahami suatu konsep.
Hal ini sesuai dengan pendapat Iin et al. (2011)
Pada aspek kebahasaan bahan ajar Fisika
yang menyatakan bahwa huruf yang dicetak
berbasis I-SETS juga memperoleh kriteria
tebal atau miring dapat digunakan untuk
sangat layak. Hal ini disebabkan bahasa yang
memberikan penekanan judul atau kata-kata
disajikan dalam bahan ajar disusun
kunci.
menggunakan istilah yang konsisten, sehingga
tidak menimbulkan kebingungan pada siswa. 6. Kepraktisan
Selain itu, susunan kalimat dalam bahan ajar Karakteristik terakhir dari bahan ajar
juga memperhatikan struktur SPO/SPOK sesuai yang dikembangkan adalah kepraktisan. Uji
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa kepraktisan bertujuan untuk mengetahui
Indonesia (PUEBI) sehingga mudah dipahami respon atau tanggapan siswa sebagai pengguna
oleh siswa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh mengenai aspek-aspek yang terdapat dalam
Dewi (2013) bahwa buku dinilai baik ketika bahan ajar fisika berbasis I-SETS yang
ditulis menggunakan bahasa yang mudah dikembangkan. Hal serupa diungkapkan oleh
dipahami oleh siswa. Istiawan (2016) bahwa uji kepraktisan
dilakukan untuk mengetahui respon siswa
173
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
mengenai bahan ajar yang dikembangkan Fisika di SMA/MA. Hal ini karena materi yang
termasuk praktis atau tidak jika digunakan oleh disajikan dalam bahan ajar tidak hanya bersifat
siswa sebagi pengguna. Oleh karena itu, uji teori saja namun juga dikaitkan dengan
kepraktisan pada penelitian ini hanya kehidupan sehari-hari siswa sehingga bahan
diberikan kepada siswa sehingga tidak ajar yang dikembangkan memperoleh respon
dilakukan uji kepraktisan kepada guru. positif dari siswa. Sebagaimana hasil penelitian
Rekapitulasi hasil uji kepraktisan bahan ajar Nugraha et al. (2013) menyatakan bahwa
disajikan pada Tabel 7. respon positif dari siswa dapat diperoleh jika
materi yang disajikan dalam bahan ajar tidak
Tabel 7. Hasil Uji Kepraktisan Bahan Ajar hanya berupa teori, namun juga dikaitkan
Aspek Kepraktisan Persentase Kriteria dengan kehidupan sehari-hari siswa.
(%)
B. Tingkat Perkembangan Karakter
Materi 84 % Praktis Bahan ajar Fisika yang dikembangkan
Muatan karakter 86 % Praktis
selain mempunyai karakteristik I-SETS, juga
Antusias siswa 80 % Praktis
dilengkapi dengan pembentukan karakter
Aspek Kepraktisan Persentase Kriteria siswa. Karakter yang disisipkan dalam bahan
(%) ajar antara lain religius, rasa ingin tahu, peduli
Penggunaan 80 % Praktis sosial, dan peduli lingkungan. Selanjutnya,
Keterbacaan 85 % Praktis dilakukan pengambilan data menggunakan
Rata-rata 82 % Praktis angket dan observasi untuk mengetahui
Tabel 7 menunjukkan bahwa bahan ajar tingkat perkembangan karakter siswa selama
Fisika yang dikembangkan termasuk dalam belajar menggunakan bahan ajar Fisika
kriteria praktis dengan hasil persentase berbasis I-SETS terkomplementasi kearifan
kepraktisan sebesar 82%. Persentase tersebut lokal dan muatan karakter dalam proses
menunjukkan bahwa bahan ajar Fisika yang pembelajaran. Hasil perkembangan karakter
dikembangkan dapat digunakan sebagai bahan dengan metode angket ditunjukkan pada Tabel
ajar pendukung dalam kegiatan pembelajaran 8.
Tabel 8. Hasil Uji Gain Perkembangan Karakter Siswa dengan Metode Angket
Karakter Sebelum Setelah Hasil Uji Gain Kriteria Gain
Religius 80,3 % 86 % 0,29 Rendah
Rasa Ingin Tahu 81,0 % 85 % 0,21 Rendah
Peduli Lingkungan 80,5 % 85 % 0,23 Rendah
Peduli Sosial 81,1 % 83 % 0,10 Rendah
Rata-rata 80,72% 84,75% 0,21 Rendah
0.70
0.60
0.50
Nilai Gain
0.40
0.30
0.20
0.10
-
Religius Rasa Ingin Tahu Peduli Lingkungan Peduli Sosial
Gambar 5. Hasil Uji Gain Perkembangan Karakter Siswa dengan Metode Observasi.
175
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Y. (2018). Bahan Ajar IPA Berbasis Etnosains Hasanah, I., Wahyuni, S., & Bachtiar, R. W. (2016).
Tema Pemanasan Global untuk Peserta Pengembangan Modul Mitigasi Bencana
Didik SMP Kelas VII. Artikel. Semarang: Berbasis Potensi Lokal yang Terintegrasi
Universitas Negeri Semarang. dalam Pembelajaran IPA di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5(1), 226-234.
Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Iin, Y., Ariyati, E., & Yeni, L. F. (2011). Pembuatan
Modul Hasil Inventarisasi Jamur
Alamsah, M. A., Khanafiyah, S., & Wiyanto. (2013). Makroskopis di Gunung Rayap pada
Penerapan Pendekatan SETS Pada Materi Jamur. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pembelajaran, 3(1), 1-10.
Pengakuan Terhadap Keagungan Sang
Pencipta. Unnes Physics Education Journal, Istiawan, R., Mosik, & Sopyan, A. (2016).
2(3), 12-16. Pengembangan Media Prezi Mind Map
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Anggela, M., Masril, & Darvina, Y. (2013). Fisika Materi Alat Optik pada Siswa SMA
Pengembangan Buku Ajar Bermuatan Kelas X Peminatan IPS. Unnes Physic
Nilai-Nilai Karakter Pada Materi Usaha Education Journal, 5(3), 88-93.
dan Momentum Untuk Pembelajaran
Fisika Siswa Kelas XI SMA. Pillar of Judiani, S. (2010). Implementasi Pendidikan
Physics Education Journal, 2(5), 63-70. Karakter di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal
Arfianawati, S., Sudarmin & Sumarni, W. (2016). Pendidikan dan Kebudayaan, 16(3), 281-
Model Pembelajaran Kimia Berbasis 287.
Etnosains untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Kemendikbud. (2013). Penyusunan Rencana
Pengajaran MIPA, 21(1), 46-51. Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta:
Kepala Badan Pengembangan Sumber
Arifin, B. S. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Daya Manusia Pendidikan dan
dalam Al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Keislaman, 6(11), 19-32. Pendidikan.
Asyhari, A., Sunarno, W., & Sarwanto. (2014). Khusniati, M. (2012). Pendidikan Karakter Melalui
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA
Fisika SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing Indonesia, 1(2), 201-210.
Terintegrasi Pendidikan Karakter. Jurnal
Inkuiri, 3(1), 67-75. Larasati, A., & Yulianti, D. (2014). Pengembangan
Bahan Ajar Sains (Fisika) Tema Alam
Budiarti, I & Airlanda, G. S. (2019). Penerapan Model Semesta Terintegrasi Karakter dan
Problem Based Learning Berbasis Berwawasan Konservasi. Unnes Physics
Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Education Journal, 3(2), 26-33.
Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Riset
Teknologi dan Inovasi Pendidikan, 2(1), Mardiansyah, Y., Asrizal & Yulkifli. (2013).
167-183. Pembuatan Modul Fisika Berbasis TIK
Untuk Mengintegrasikan Nilai Pendidikan
Dewi, T. K. (2013). Tingkat Keterbacaan Buku Teks Karakter dalam Pembelajaran Siswa
Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas XI SMAN 10 Padang Kelas X Semester 1.
IPA 1 SMAN 1 Blahbatuh Melalui Uji Tes Pillar of Physic Education, 1(3), 30-38.
Rumpang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(4), 1-12. Marlina, E., Ronald, A., Sudaryono, & Dharoko, A.
(2015). Pasar sebagai Ruang Seduluran
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Masyarakat Jawa. Jurnal humaniora,
Woodland Hills: Dept of Physics, Indiana 26(1), 81-95.
University.
Muchtar, H. 2010. Penerapan Penilaian Autentik
dalam Upaya Peningkatan Mutu
176
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)
Rusilowati, A., Supriyadi, & Widiyatmoko, A. (2015). Yusfiani, M. & Situmorang, M. 2011. Pengembangan
Pembelajaran Kebencanaan Alam Bervisi dan Standarisasi Buku Ajar Kimia
SETS Terintegrasi dalam Mata Pelajaran SMA/MA Kelas XII Semester I
Fisika Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Berdasarkan Standar Isi KTSP. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 11(1), 42-48. Penelitian Bidang Pendidikan, 17(1), 38-
48.
Safitri, N. A., Subiki, & Wahyuni, S. (2018).
Pengembangan Modul IPA Berbasis
Kearifan Lokal Kopi Pada Pokok Bahasan
Usaha dan Energi di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 7(1), 22-29.
177