Anda di halaman 1dari 14

UPEJ 9 (2) (2020)

Unnes Physics Education Journal


Terakreditasi SINTA 3

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis I-SETS (Islamic, Science, Environment,


Technology, Society) Terkomplementasi Kearifan Lokal dan Muatan Karakter

Nur Azizah, Budi Astuti

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan ajar Fisika berbasis I-SETS
Diterima September 2020 (Islamic, Science, Environment, Technology, and Society) terkomplementasi kearifan lokal dan muatan
Disetujui September 2020 karakter serta perkembangan karakter religius, rasa ingin tahu, peduli sosial, dan peduli lingkungan
Dipublikasikan Oktober pada siswa setelah menggunakan bahan ajar tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah
2020 Research and Development dengan model pengembangan 4D menurut Thiagarajan. Hasil penelitian
Keywords: menunjukkan bahwa bahan ajar Fisika yang dikembangkan memiliki karakteristik bermuatan
based I-SETS, complimented of kearifan lokal dan nilai karakter, berbasis I-SETS, sangat layak digunakan dengan persentase
local wisdom, character values, kelayakan sebesar 92,74%, mudah dipahami dengan tingkat persentase sebesar 95% serta praktis
instructional materials physics digunakan dengan nilai kepraktisan sebesar 82%. Selain itu, tingkat perkembangan karakter
religius, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial siswa siswa menunjukkan
peningkatan dengan kriteria peningkatan sedang. Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar Fisika
berbasis I-SETS terkomplementasi kearifan lokal dan muatan karakter ini sangat layak dan mudah
dipahami serta praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat mengembangkan
karakter pada siswa.

Abstract
This research aims to know the characteristics of instructional materials physics based I-SETS (Islamic,
Science, Environment, Technology, Society) complimented of local wisdom and character values and
development of students character after using of instructional materials physics. The research methods used are
Research and Development with 4D models according to Thiagarajan. The results of this research showed that
instructional materials physics have a characteristic of local wisdom and character values, based I-SETS, good
of used with a feasibility percentage of 92.74% and are easily understood with a percentage rate of 95% and are
practically used with a practicality value of 82%. The development of religious character, curiosity,
environmental care and social care students showed an medium increased. It can be concluded that
instructional materials physics based I-SETS (Islamic, Science, Environment, Technology, Society)
complimented of local wisdom and character values the are very feasible, easy to understand and practical to
use in the learning process and can develop the character in the students.

©2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail: azyzah24@gmail.com
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

PENDAHULUAN Science, Environment, Technology, and Society


(I-SETS). Pengembangan bahan ajar berbasis
Salah satu tujuan strategis Kementerian I-SETS merupakan cara pembelajaran dengan
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015-2019 mengaitkan nilai-nilai islam yang ada dalam
adalah peningkatan mutu dan relevansi lingkungan dan masyarakat dengan ilmu
pembelajaran yang berorientasi pada pengetahuan sehingga dapat dijadikan
pembentukan karakter. Berdasarkan hal teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat
tersebut, pemerintah telah melakukan dan lingkungan sekitar (Wahyuni, 2017).
berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, Menurut penelitian sebelumnya menyatakan
salah satunya yaitu perubahan kurikulum, dari bahwa bahan ajar berbasis I-SETS dapat
KTSP menjadi Kurikulum 2013 revisi yang meningkatkan sikap spiritual dan menjadikan
digunakan saat ini. Salah satu tujuan siswa lebih mudah memahami materi
kurikulum 2013 adalah pendidikan karakter. pelajaran serta mengambil keputusan
Pendidikan karakter tersebut bertujuan untuk terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi
membentuk dan menyiapkan siswa menjadi dalam kehidupan sehari-hari (Alamsah et al.,
orang yang tidak hanya mampu dalam aspek 2013; Rahmaniati & Supramono, 2015).
teoritis semata, namun juga aspek Salah satu materi fisika yang berkaitan
keterampilan dan karakter positif sesuai erat dengan kehidupan sehari-hari adalah
norma agama, bangsa dan masyarakat (Arifin, materi usaha dan energi. Materi usaha dan
2018). energi mampu untuk melatih karakter baik
Pendidikan karakter pada siswa dapat kepada siswa, seperti melatih rasa ingin tahu
dilakukan melalui jalur pendidikan, salah dan kepedulian siswa terhadap lingkungan
satunya yaitu melalui bahan ajar. Bahan ajar sekitar (Rusilowati et al., 2015). Hal tersebut
yang berkualitas baik dan memenuhi standar berarti lingkungan sekitar dapat menjadi
menurut Yusfiani & Situmorang (2011) sumber belajar sekaligus pembentuk karakter
membantu siswa untuk mencapai kompetensi pada siswa. Sebagaimana diungkapkan
sesuai tuntutan kurikulum, salah satunya yaitu Kemendikbud (2013) bahwa karakter muncul
pendidikan karakter. apabila siswa belajar sesuai dengan lingkungan
Ketersediaan bahan ajar saat ini sudah sosialnya. Lingkungan sosial yang diamksud
banyak, akan tetapi kebanyakan bahan ajar adalah kearifan lokal. Kearifan lokal dapat
yang ada masih kurang dapat dicerna oleh disisipkan melalui bahan ajar. Bahan ajar yang
siswa. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, berisi muatan kearifan lokal dinilai mampu
seperti: gaya bahasa yang sulit dipahami oleh menanmkan sikap atau karakter yang dapat
siswa, permasalahan yang diangkat tidak diterapkan dalam pemecahan masalah sehari-
pernah dialami atau diketahui oleh siswa hari siswa (Budiarti, 2019).
(Satriawan & Rosmiati, 2016). Selain itu, bahan Penyisipan muatan kearifan lokal dalam
ajar yang ada sekarang ini masih jarang yang bahan ajar juga mampu meningkatkan afektif
mengintegrasikan nilai-nilai karakter di siswa. Hal tersebut karena siswa diajak
dalamnya dan sajian pada buku masih bersifat mengaitkan antara materi yang dipelajari
umum serta belum disesuaikan dengan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari di
lingkungan belajar siswa (Anggela et al., 2013; lingkungan tempat tinggal dan sekolah siswa
Safitri, 2018). Berdasarkan permasalahan di (Ahmadi, 2018). Oleh karena itu, perlu
atas, perlu dilakukan pengembangan bahan dikembangkan bahan ajar Fisika materi usaha
ajar. dan energi yang mengaitkan antara islam, sains,
Pengembangan terhadap bahan ajar saat lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang
ini telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu didalamnya disisipi muatan kearifan lokal dan
pengembangan bahan ajar berbasis Islamic, karakter. Harapannya bahan ajar tersebut tidak
165
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

hanya sekadar membantu siswa lebih mudah kebutuhan bahan ajar; (2) metode observasi
memahami materi, namun juga dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan
mengaitkan materi yang diperoleh untuk karakter siswa selama belajar menggunakan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta bahan ajar; (3) metode tes berupa tes rumpang
dapat melatih karakter religius, rasa ingin tahu, digunakan untuk mengetahui tingkat
peduli sosial, dan peduli lingkungan. keterbacaan bahan ajar; (4) metode angket
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan
untuk mengetahui karakteristik bahan ajar dan kepraktisan bahan ajar. Selain itu, tingkat
Fisika berbasis I-SETS terkomplementasi perkembangan siswa juga diukur
kearifan lokal dan muatan karakter serta menggunakan angket yang diberikan kepada
tingkat perkembangan karakter siswa setelah siswa sebelum dan sesudah menggunakan
menggunakan bahan ajar tersebut. bahan ajar yang dikembangkan. Instrumen
meliputi angket uji kelayakan kepada ahli dan
METODE praktisi, angket perkembangan karakter serta
Metode penelitian yang digunakan yaitu angket respon pengguna.
Research and Development (RnD) dengan Metode analisis yang digunakan untuk
menggunakan model pengembangan 4D (Four- menghitung tingkat kelayakan, keterbacaan
D models) menurut Thiagarajan (1974) yang dan kepraktisan terhadap bahan ajar
terdiri atas: define (definisi), design (desain), pembelajaran yang dikembangkan
development (pengembangan), dan menggunakan persamaan menurut (Sudijono,
dissemination (penyebaran). Namun pada 2014: 43):
penelitian ini hanya sampai pada tahap 𝑓
𝑃= × 100%
development (pengembangan). 𝑁

Tahap definisi dilakukan dengan analisa keterangan:


kebutuhan melalui wawancara dilanjutkan P : persentase penilaian
tahap desain atau perancangan bahan ajar f : skor yang diperoleh
Fisika bermuatan kearifan lokal dan muatan N : skor maksimal
karakter dengan pendekatan I-SETS untuk Peningkatan perkembangan karakter
dikembangkan. Pada tahap pengembangan diukur menggunakan uji n-gain yang kemudian
meliputi beberapa tahapan, yaitu tahap dianalisis menggunakan rumus berikut (Hake,
pembuatan dan tahap pengujian dalam skala 1999):
〈𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 〉 − 〈𝑆𝑝𝑟𝑒 〉
kecil dan besar kemudian dilakukan tahap 〈𝑔〉 =
revisi. 100% − 〈𝑆𝑝𝑟𝑒 〉
Uji coba skala kecil terdiri dari dari uji keterangan:
kelayakan dan keterbacaan. Uji kelayakan 〈𝑔〉 : nilai gain
dilakukan oleh dua dosen selaku ahli dan dua 〈𝑆𝑝𝑟𝑒 〉 : skor rata-rata pretest (%)
guru SMA/MA selaku praktisi. Pada uji 〈𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 〉 : skor rata-rata post test (%)
keterbacaan bahan ajar dilakukan oleh siswa. 100% : skor maksimum
Selanjutnya pada uji coba skala besar, bahan
ajar diuji cobakan di SMA N 2 Ungaran pada Kriteria tingkat kelayakan bahan ajar
kelas X MIA 5 yang berjumlah 35 siswa untuk menurut Akbar (2013: 41) ditunjukkan pada
mengetahui tingkat kepraktisan bahan ajar Tabel 1.
Fisika yang dikembangkan dan tingkat
perkembangan karakter siswa. Tabel 1. Kriteria kelayakan bahan ajar
Teknik pengumpulan data pada penelitian Rentang Persentase Kriteria
ini meliputi, yaitu: (1) metode wawancara 85% < 𝑃 ≤100% Sangat layak
digunakan untuk mengetahui dan menganalisis 70% < 𝑃 ≤85% Layak

166
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

50% < 𝑃 ≤70% Cukup layak lokal. Sebagaimana Budiarti (2019)


1% < 𝑃 ≤50% Tidak layak menyatakan bahwa penyajian materi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dapat
Kriteria tingkat keterbacaan yang
dikaitkan dengan kearifan lokal. Kearifan lokal
dikemukakan Rankin & Culhane sebagaimana
adalah ciri lokal khas yang menjadi identitas
dikutip oleh Rosmaini (2009) disajikan pada
suatu daerah atau wilayah tertentu yang
Tabel 2.
memiliki nilai kebudayaan dan berkembang
dalam lingkup lokal dari generasi ke generasi
Tabel 2. Kriteria Tingkat Keterbacaan Bahan
(Toharudin, 2017). Hal tersebut berarti, setiap
Ajar
daerah memiliki wujud kearifan lokal masing-
Rentang Persentase Kriteria
masing. Wujud kearifan lokal tidak hanya
60% < 𝑃 mudah dipahami
berupa tradisi, pesan-pesan moral, tetapi juga
40% < 𝑃 < 60% sesuai bagi siswa
terkait dengan fisik (Rusilowati, 2015).
P < 40% sukar dipahami
Pemilihan kearifan lokal pada bahan ajar
Fisika didasarkan pada analisis kebutuhan
Kriteria tingkat kepraktisan bahan ajar
bahan ajar yang dikembangkan, yaitu materi,
menurut Akbar (2013: 41) ditunjukkan pada
tuntutan kompetensi yang harus dicapai, serta
Tabel 3.
lingkungan belajar siswa. Salah satu materi
yang ada di Fisika adalah usaha dan energi.
Tabel 3. Kriteria Kepraktisan Bahan Ajar
Pada sub materi usaha disajikan melalui
Rentang Persentase Kriteria
kearifan lokal daerah Ungaran berupa kegiatan
85% < 𝑃 ≤100% Sangat praktis
masyarakat di Pasar Bandarjo sebagai contoh
70% < 𝑃 ≤85% Praktis
usaha dalam kehidupan sehari-hari. Sub
50% < 𝑃 ≤70% Cukup Praktis
materi energi, contohnya energi kinetik
1% < 𝑃 ≤50% Tidak Praktis
disajikan melalui gerak lempeng batuan
Gunung Ungaran. Selanjutnya, aplikasi konsep
Kriteria tingkat gain menurut Hake (1999)
hukum kekekalan energi mekanik disajikan
yang diterapkan ditunjukkan pada Tabel 4.
dalam bahan ajar melalui fenomena Curug
Lawe Ungaran,seperti yang terlihat pada
Tabel 4. Kriteria Gain
Gambar 1.
Rentang Persentase Kriteria
𝑔 > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ 𝑔 < 0,70 Sedang
𝑔 ≤ 0,30 Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Bahan Ajar
Karakteristik bahan ajar Fisika yang
dikembangkan secara rinci adalah sebagai
berikut:
1. Bermuatan Kearifan Lokal Gambar 1. Curug Lawe, Ungaran.
Fisika merupakan salah satu mata
pelajaran IPA yang berkaitan erat dengan Berdasarkan Gambar 1, materi Fisika
kehidupan manusia dan fenomena alam dalam bahan ajar menyajikan Curug Lawe
disekitarnya, sehingga penyajiannya dalam Ungaran sebagai salah satu fenomena dari
bahan ajar dapat dikaitkan dengan kearifan aplikasi hukum kekekalan energi mekanik

167
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

dalam kehidupan sehari-hari siswa. Curug siswa. Nilai karakter yang disisipkan melalui
Lawe Ungaran merupakan air terjun di tengah bahan ajar adalah religius, rasa ingin tahu,
cekungan tebing dengan ketinggian 40-50 peduli sosial dan peduli lingkungan. Pemilihan
meter yang terletak di Desa Kalisidi, Ungaran nilai karakter tersebut didasarkan pada analisis
Barat. Konsep hukum kekekalan energi kebutuhan dan konteks materinya
mekanik berlaku, (lihat Gambar 4.1) air terjun (Nurgiyantoro & Efendi, 2013) serta
yang dibiarkan jatuh bebas akibat pengaruh ketercapaian kompetensi (Khusniati, 2012).
gravitasi dari suatu ketinggian ℎ diatas Kompetensi adalah kriteria yang harus
permukaan tanah (dengan menganggap gaya dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses
hambatan udara sangat kecil, sehingga pembelajaran. Menurut teori Bloom, salah satu
diabaikan). Jika air terjun bergerak dari ranah kompetensi yang harus dicapai siswa
keadaan diam pada ketinggian ℎ, maka semua setelah pembelajaran yaitu ranah afektif (Utari,
energi mula-mula yang dimilikinya adalah 2011). Ranah afektif berkaitan dengan perilaku
energi potensial. Kemudian, ketika air terjun siswa, sehingga penilaian ranah afektif harus
bergerak jatuh, energi potensial 𝑚𝑔ℎ akan dilakukan oleh guru secara terus-menerus
berkurang (karena ℎ semakin kecil), namun dengan mengacu pada indikator pencapaian
energi kinetiknya akan bertambah untuk nilai karakter. Sebagaimana dinyatakan oleh
mengimbangi pengurangan tersebut, sehingga Muchtar (2010), penilaian ranah afektif dapat
jumlah kedua energi atau yang disebut energi dilakukan melalui pengamatan maupun
mekanik di setiap titik lintasan ini akan tetap pemberian tugas yang memberikan
sama nilainya. Efek atau akibat dari kekekalan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
energi tersebut adalah kepala kita akan terasa karakter yang dimilikinya. Oleh karena itu,
sedikit sakit saat mandi di bawah air terjun. dalam bahan ajar juga dilengkapi dengan
Materi yang dipelajari dan dikaitkan pemberian tugas yang didalamnya menyisipkan
dengan kearifan lokal dapat memudahkan nilai karakter, seperti yang ditunjukkan pada
siswa memahami suatu konsep dengan lebih Gambar 1.
cepat, karena siswa belajar suatu konsep
berdasarkan fenomena nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Selain materi, penyajian soal-soal
dan bahan diskusi dalam bahan ajar juga
dikaitkan dengan hal-hal yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa
menjadi lebih mudah memahami dan
menjawab soal-soal serta bahan diskusi terkait
materi tersebut. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Arfianawati et al. (2016)
bahwa pembelajaran yang menyajikan konsep
nyata dalam kehidupan sehari-hari atau aspek
Gambar 1. Pemberian tugas dalam kegiatan
budaya lokal lebih berpotensi untuk
diskusi.
mengembangkan pengalaman dan kompetensi
siswa dalam memahami suatu materi.
Berdasarkan Gambar 1, terlihat pada
kegiatan “Ayo Berdiskusi”, siswa diminta untuk
2. Bermuatan Nilai Karakter
berdiskusi terkait dampak pembangunan
Bahan ajar yang dikembangkan juga
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang
memiliki karakteristik bermuatan nilai
ada di Jepara terhadap lingkungan dan
karakter yang bertujuan sebagai upaya
masyarakat. Topik diskusi yang diambil adalah
penanaman dan pembentukan karakter pada
kejadian nyata disekitar lingkungan sisiwa,
168
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

sehingga secara tidak langsung siswa diajak


untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Pada Gambar 3, penanaman nilai karakter
Pada kegiatan diskusi, siswa dilatih untuk religius dan rasa ingin tahu ditanamkan melalui
saling bekerja sama memecahkan masalah sajian informasi dalam bahan ajar. Hal tersebut
tersebut, sehingga tertanam sikap peduli sosial terlihat pada bahan informasi yang
pada siswa. Dalam kegiatan diskusi, siswa juga mengundang rasa penasaran siswa terhadap
mencari jawaban pada sumber lain dan saling aspek sains yang ternyata ada dalam Alquran,
berpendapat antar teman, sehingga secara sehingga secara tidak langsung mampu
tidak langsung tertanam karakter rasa ingin meningkatkan keimanan siswa kepada Tuhan.
tahu pada siswa Selain melalui instruksi dan informasi,
Selain melalui pemberian tugas kepada penyisipan nilai karakter juga disisipkan dalam
siswa yaitu diskusi, upaya penyisipan nilai-nilai bahan ajar melalui pesan seperti yang
karakter melalui bahan ajar juga dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
dilakukan dengan cara internalisasi dan
adaptasi. Cara internalisasi dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai karakter melalui ayat-
ayat Alquran. Untuk cara adaptasi dilakukan Gambar 4. Penyisipan nilai karakter melalui
dengan mengembangkan kegiatan pesan.
pembelajaran pada bahan ajar melalui
Berdasarkan Gambar 4, penyisipan nilai
instruksi, informasi dan pesan (Mardiansyah, et
karakter dalam bahan ajar melalui pesan atau
al., 2013). Adapun penyisipan nilai karakter
quote bertujuan untuk menanamkan karakter-
melalui instruksi dalam bahan ajar ditunjukkan
karakter religius, rasa ingin tahu, peduli sosial,
pada Gambar 2.
dan pedui lingkungan. Hal tersebut terlihat
pada isi pesan atau quote yang disisipkan.
Seperti pada Gambar 4, isi pesan tersebut
mengajak ajakan untuk bersikap tolong-
menolong atau peduli sosial kepada sesama.
Penyisipan nilai-nilai karakter melalui
Gambar 2. Penyisipan nilai karakter melalui
kegiatan diskusi, instruksi, informasi, dan
instruksi
pesan dalam bahan ajar tersebut disajikan
secara berulang, sehingga diharapkan dapat
Berdasarkan Gambar 2, penyisipan nilai
menanamkan nilai karakter yang lebih baik
karakter malalui instruksi dalam bahan ajar
dalam diri siswa. Sebagaimana hasil penelitian
bertujuan untuk menanamkan karakter
Pala (2011) menyatakan bahwa pembentukan
religius, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, dan
atau penanaman karakter tidak bisa dilakukan
peduli sosial pada siswa. Hal tersebut terlihat
dengan cepat, namun penanaman karakter
pada kalimat instruksi yang disajikan pada
harus dilakukan secara berulang atau terus-
kegiatan siswa. Selanjutnya, untuk penyisipan
menerus. Dengan demikian, guru dapat
nilai karakter melalui informasi ditunjukkan
menyusun bahan ajar sendiri dengan
pada Gambar 3.
menyisipkan nilai-nilai karakter di dalamnya
secara berulang.

3. Berbasis I-SETS
Bahan ajar Fisika yang dikembangkan
juga memiliki karakteristik pembelajaran
Gambar 3. Penyisipan nilai karakter melalui berbasis I-SETS. Matriks keterkaitan antara
informasi
169
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

materi Fisika, kearifan lokal, nilai karakter, dan I-SETS dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks Keterkaitan Fisika, Kearifan Lokal, Nilai Karakter, dan I-SETS
Materi
Kearifan Lokal Karakter Keterkaitan I-SETS
Fisika
Islamic: An-Najm: 39
Kegiatan transaksi jual
- Religius Science: Konsep usaha (𝑊 = 𝑭 ∙ 𝒔)
Usaha beli di Pasar tradisional
- Peduli sosial Society: menjadi manusia yang
Bandarjo, Ungaran
optimis, selalu berusaha dan berdoa
Islamic: An-Naml: 88
- Religius Science: Energi kinetik pada gerak
- Rasa ingin tahu gunung
- Peduli sosial Environment:mengantisipasi
Energi Gunung Ungaran - Peduli terjadinya gempa vulkanik
lingkungan Technology: pembuatan alat
pendeteksi gempa/ seismometer
Society: masyarakat tanggap terhadap
bencana
Islamic: Al-Baqarah: 74
Science: Hukum kekekalan energi
- Religius
Hukum mekanik pada curug (air terjun)
- Rasa ingin tahu
Kekekalan Environment:pemandangan alam atau
Curug Lawe, Ungaran - Peduli sosial
Energi objek wisata
- Peduli
Mekanik Technology: pembuatan PLTA
lingkungan
Society: sikap peduli terhadap
lingkungan

a. Materi Usaha tersebut memberikan pedoman, jika kita


Pada materi usaha, kearifan lokal yang menghendaki suatu hal maka kita harus
disajikan dalam bahan ajar adalah kegiatan berusaha keras untuk mencapainya. Dengan
transaksi jual beli masyarakat di Pasar kata lain, siswa yang ingin memahami materi
tradisional Bandarjo, Ungaran. Materi usaha pelajaran maka siswa tersebut harus sungguh-
dalam Fisika didefinisikan sebagai hasil kali sungguh mempelajarinya. Uraian diatas, secara
perpindahan dan komponen gaya yang sejajar tidak langsung memberikan pemahaman pada
dengan arah perpindahannya. Berdasarkan siswa juga adanya pembentukan karakter
definisi tersebut jika dikaitkan dengan kegiatan seperti religius dan peduli sosial. Sebagaimana
transaksi jual beli di Pasar tradisional Bandarjo, diungkapkan Marlina et al. (2015) menyatakan
penjual memperoleh dagangannya dari bahwa kegiatan transaksi jual beli di pasar
tengkulak kemudian membawanya ke pasar tradisional dapat memunculkan sikap tenggang
(disebut perpindahan, 𝒔) dengan bersusah rasa, saling membantu, dan persaudaraan
payah (disebut sebagai gaya, 𝑭) kemudian karena adanya interaksi antara penjual dan
penjual tersebut menjajakan barang pembeli.
dagangannya sehingga memperoleh uang
sebesar hasil kerja kerasnya (disebut hasil b. Materi Energi
usaha, 𝑊 = 𝑭 ∙ 𝒔). Konsep usaha ternyata juga Pada materi energi, dipilih kearifan lokal
sudah dinyatakan dalam Alquran surat An- Gunung Ungaran sebagai ilustrasi gambar
Najm ayat 39 yang artinya “dan bahwa manusia untuk menerangkan fenomena energi kinetik.
hanya memperoleh apa yang telah Gunung ternyata tidaklah diam seperti yang
diusahakannya”. Konsep usaha dan ayat terlihat, melainkan bergerak seperti geraknya

170
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

awan sebagaimana yang dijelaskan dalam An- Fenomena air terjun ternyata sudah
Naml: 88 yang artinya “dan kamu lihat gunung- diterangkan dalam Alquran surat Al-Baqarah
gunung itu, kamu sangka dia tetap diam di ayat 74. Petikan dari ayat tersebut artinya
tempatnya, padahal dia berjalan seperti “Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada
jalannya awan”. Para ahli geologipun sepakat yang meluncur jatuh”. Hal tersebut
akan hal tersebut. Gunung yang bergerak itu mengindikasikan bahwa yang meluncur jatuh
artinya gunung tersebut memiliki kecepatan, tersebut adalah air terjun, yang berarti
sehingga memiliki energi kinetik karena memiliki suatu energi. Energi yang dimaksud
pergerakannya. Akibat pergerakan lempeng- adalah energi mekanik yang di titik manapun
lempeng yang berada di dasar gunung dapat besarnya adalah sama dengan menganggap
menyebabakan terjadinya gempa bumi hanya gaya konservatif yang bekerja pada
sehingga menyebabkan kerusakan dan korban sistem. Jika dalam kasus air terjun Curug Lawe
jiwa. Oleh karena itu, dibuatlah teknologi ini dianggap hanya gaya-gaya konservatif yang
seismometer yang berfungsi sebagai alat bekerja pada sistem, hal itu berarti energi
pendeteksi gempa yang berguna sebagai mekanik air terjun tersebut saat berada di
antisipasi tanggap bencana oleh masyarakat. puncak dan saat berada di dasar adalah sama.
Berdasarkan hal tersebut, saat siswa Saat berada di paling puncak (ℎ𝑚𝑎𝑥 ), air terjun
mempelajari materi energi yang dikaitkan memiliki energi potensial maksimum karena
dengan I-SETS serta muatan kearifan lokal memiliki ketinggian maksimum, sedangkan
maka akan tertanam dalam diri siswa karakter energi kinetiknya nol karena air terjun
religius yaitu semakin bertambahnya rasa bergerak dari keadaan diam (𝐸𝑝𝑚𝑎𝑥 =
syukur kepada Tuhan, rasa ingin tahu yang 𝑚𝑔ℎ𝑚𝑎𝑥 ; 𝐸𝑘 = 0). Namun, saat air terjun sudah
lebih tinggi, sikap peduli lingkungan dalam sampai di dasar energi potensialnya menjadi
mengantisipasi terjadinya gempa vulkanik dan nol (ℎ = 0) sedangkan energi kinetiknya
berdampak pada sikap peduli sosial untuk menjadi maksimum untuk mengimbangi
selalu tanggap terhadap bencana. Sebagaimana pengurangan energi potensial tersebut (𝐸𝑝 =
Hasanah et al. (2016) menegaskan bahwa 1 2
0; 𝐸𝑘𝑚𝑎𝑥 = 𝑚𝑣𝑚𝑎𝑥 ). Akan tetapi, nilai energi
kearifan lokal yang dikaitkan dengan mitigasi 2
mekaniknya di titik manapun adalah sama.
bencana dapat membuat siswa menjaga
Energi tersebut oleh para ilmuwan
lingkungan untuk mencegah terjadinya
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik
bencana.
Tenaga Air terjun (PLTA), dan ada pula yang
memanfaatkan air terjun sebagai destinasi
c. Materi Hukum Kekekalan Energi Mekanik
wisata. Berdasarkan hal tersebut, ketika siswa
Kearifan lokal yang disajikan dalam bahan
mempelajari materi hukum kekekalan energi
ajar adalah Curug Lawe sebagai aplikasi dari
mekanik yang dikaitkan dengan I-SETS dan
Hukum Kekekalan Energi Mekanik. Hukum
muatan kearifan lokal maka akan memudahkan
kekekalan energi mekanik menyatakan bahwa
siswa untuk memahami konsep tersebut serta
jika hanya gaya-gaya konservatif yang bekerja
dengan mudah menyebutkan contoh aplikasi
pada sebuah sistem, maka energi mekanik total
lain hukum kekekalan energi mekanik dalam
sistem selalu konstan atau total energi
kehidupan sehari-hari. Selain itu, akan
potensial dan energi kinetiknya selalu sama.
tertanam dalam diri siswa karakter religius,
Hal tersebut akan lebih mudah dipahami oleh
rasa ingin tahu yang lebih tinggi, sikap peduli
siswa jika aplikasi hukum kekekalan energi
sosial dan peduli lingkungan untuk selalu
mekanik diambil dari sesuatu yang dekat
menjaga kelestarian lingkungan dan bersikap
dengan siswa, yaitu kearifan lokal di daerah
bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya
Ungaran. Contoh kearifan lokalnya yaitu Curug
alam.
Lawe Ungaran atau air terjun.
171
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

Pembelajaran berbasis I-SETS dalam Berdasarkan hal tersebut, bahan ajar


bahan ajar yang dikembangkan selain disajikan dengan pendekatan I-SETS mampu
melalui keterkaitan materi dan I-SETS, juga memudahkan siswa memahami materi,
disajikan melalui headline. Nilai Islamic (I) memiliki keterampilan memecahkan persoalan
disajikan pada headline “Keajaiban Fisika dalam dan mengambil keteladanan sikap yang
Alquran” yang berisi penjelasan bahwa semua disisipkan dalam bahan ajar. Dapat dikatakan
fakta ilmiah atau konsep sains, perkembangan bahwa ketercapaian kompetensi pada ranah
teknologi, dan tata cara bersikap semuanya afektif atau sikap dapat dicapai melalui
sudah termaktub atau dijelaskan dalam penggunaan bahan ajar dengan pendekatan I-
Alquran. Selanjutnya, nilai Science (S) disajikan SETS (Setyati, 2012).
pada headline “Ayo Belajar”. Pada headline Bahan ajar yang dikembangkan selain
tersebut berisi konsep-konsep sains yang dapat disusun dengan karakteristik bemuatan
dipelajari oleh siswa sehingga dapat kearifan lokal, nilai karakter dan berbasis I-
menanamkan karakter rasa keingintahuan yang SETS, juga didasarkan pada aturan BSNP yang
lebih pada siswa terhadap materi yang meliputi aspek kelayakan bahan ajar.
dipelajari. Nilai Environment (E) dalam bahan
4. Kelayakan
ajar disajikan melalui headline “Fenomena di
Karakteristik selanjutnya adalah
Lingkungan Sekitar”, yang berisikan fenomena/
kelayakan bahan ajar Fisika yang
aplikasi dari konsep sains yang telah dipelajari
dikembangkan. Uji kelayakan bahan ajar
siswa kemudian diterapkan untuk
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan
memecahkan masalah yang ada di lingkungan,
bahan ajar yang dikembangkan. Uji kelayakan
sehingga secara tidak langsung dapat
berpedoman pada angket-angket atau
menumbuhkan karakter peduli lingkungan
instrumen uji yang telah dibuat berdasarkan
pada siswa. Pada nilai Technology (T), dalam
aturan BSNP. Rekapitulasi hasil uji kelayakan
bahan ajar disajikan pada headline “Teknologi
produk bahan ajar Fisika berbasis I-SETS
Masa Kini di Sekitar Kita” yang berisikan info-
terkomplementasi kearifan lokal dan muatan
info teknologi terkini yang sedang/sudah
karakter ditunjukkan pada Tabel 6.
dikembangkan oleh ilmuwan berdasar pada
konsep sains yang ada. Saat siswa membaca
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan
info-info tersebut, secara tidak langsung dapat
memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang Aspek Persentase Kriteria
Kelayakan (%)
bagaimana sains tersebut dapat menciptakan
Isi 92,18 % Sangat Layak
teknologi yang canggih. Adapun nilai Society (S)
Penyajian 96,09 % Sangat Layak
dalam bahan ajar disajikan pada headline
“Dampak Fenomena terhadap Masyarakat”. Kebahasaan 85,42 % Sangat Layak
Headline tersebut berisi penekanan bahwa Kegrafikan 93,75 % Sangat Layak
fenomena yang ada di lingkungan yang Rata-rata 92,74 % Sangat Layak
merupakan aplikasi dari konsep sains yang
telah dipelajari dan dapat berdampak baik dan Berdasarkan Tabel 6, terlihat skor rata-
buruk terhadap masyarakat. Oleh karena itu, rata kelayakan bahan ajar sebesar 92,74%.
secara tidak langsung memberikan pandangan Skor tersebut kemudian dicocokkan dengan
kepada siswa bahwa saat ilmu pengetahuan tabel kriteria kelayakan menurut Akbar (2013,
dan teknologi dimanfaatkan secara baik dan h. 14), termasuk dalam kriteria sangat layak.
bijak maka dapat bermanfaat bagi lingkungan Dengan kata lain, bahan ajar Fisika berbasis I-
dan masyarakat begitupula sebaliknya atau SETS terkomplementasi kearifan lokal dan
dengan kata lain tertanam sikap peduli sosial muatan karakter telah sesuai dengan standar
terhadap sesama. BSNP. Artinya, bahan ajar yang dikembangkan
172
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

dapat digunakan sebagai bahan ajar pendukung Pada aspek kegrafikan bahan ajar yang
dalam kegiatan pembelajaran Fisika di dikembangkan memperoleh kriteria sangat
SMA/MA. layak. Hal ini karena pembuatan bahan ajar
Pada aspek isi memperoleh kriteria sangat telah sesuaikan dengan standar ukuran bahan
layak. Hal tersebut disebabkan materi dalam ajar menggunakan standar ISO serta unsur
bahan ajar disusun secara lengkap. Adapun kegrafikan lainnya seperti cover. Hal ini
materi yang disajikan mencakup semua materi dimaksudkan agar bahan ajar mudah dibaca
yang terkandung dalam Kompetensi Dasar dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran,
(KD). Sebagaimana Prastowo (2015, h. 214) baik di dalam maupun luar sekolah (Prastowo,
menyatakan bahwa materi bahan ajar sangat 2015, h. 217).
tergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapai.
5. Keterbacaan
Pada aspek teknik penyajian memperoleh
Selain uji kelayakan, bahan ajar yang
kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan
dikembangkan juga diuji keterbacaannya. Hal
penyajian materi disusun secara runtut dari
tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
konsep dasar atau sederhana kemudian
keterbacaan bahan ajar Fisika yang
berlanjut pada konsep yang rumit, seperti
dikembangkan. Uji keterbacaan terhadap bahan
konsep usaha dan energi, kemudian hubungan
ajar Fisika diberikan kepada 20 responden.
antara usaha dan energi, setelah itu hukum
Adapun rerata tingkat keterbacaan bahan
kekekalan energi dan aplikasinya dalam
ajar berada pada kriteria mudah dipahami oleh
kehidupan sehari-hari. Bahan ajar ini juga
siswa dengan hasil persentase rata-rata yang
disusun dengan sistematika yang konsisten.
diperoleh sebesar 95%. Hal tersebut
Penyajian konsep yang runtut dan sistematika
dikarenakan bahan ajar yang dikembangkan
yang konsisten dapat membuat siswa lebih
menggunakan kosa kata yang sederhana
mudah memahami konsep yang dipelajari dan
sehingga memudahkan siswa memahami
dapat memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini
materi yang dibaca. Sebagaimana diungkapkan
selaras dengan penelitian Parmin (2012),
oleh Larasati dan Yulianti (2014), bahan ajar
bahan ajar yang memperhatikan strategi
yang menggunakan kalimat dan huruf
tahapan proses berpikir secara runtut dan
sederhana akan lebih mudah dipahami oleh
sistematis dapat membuat siswa lebih tertarik
siswa. Selain itu, judul dan kata kunci yang ada
dalam belajar dan memudahkan siswa
di dalam bahan ajar dicetak dengan huruf tebal.
memahami suatu konsep.
Hal ini sesuai dengan pendapat Iin et al. (2011)
Pada aspek kebahasaan bahan ajar Fisika
yang menyatakan bahwa huruf yang dicetak
berbasis I-SETS juga memperoleh kriteria
tebal atau miring dapat digunakan untuk
sangat layak. Hal ini disebabkan bahasa yang
memberikan penekanan judul atau kata-kata
disajikan dalam bahan ajar disusun
kunci.
menggunakan istilah yang konsisten, sehingga
tidak menimbulkan kebingungan pada siswa. 6. Kepraktisan
Selain itu, susunan kalimat dalam bahan ajar Karakteristik terakhir dari bahan ajar
juga memperhatikan struktur SPO/SPOK sesuai yang dikembangkan adalah kepraktisan. Uji
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa kepraktisan bertujuan untuk mengetahui
Indonesia (PUEBI) sehingga mudah dipahami respon atau tanggapan siswa sebagai pengguna
oleh siswa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh mengenai aspek-aspek yang terdapat dalam
Dewi (2013) bahwa buku dinilai baik ketika bahan ajar fisika berbasis I-SETS yang
ditulis menggunakan bahasa yang mudah dikembangkan. Hal serupa diungkapkan oleh
dipahami oleh siswa. Istiawan (2016) bahwa uji kepraktisan
dilakukan untuk mengetahui respon siswa

173
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

mengenai bahan ajar yang dikembangkan Fisika di SMA/MA. Hal ini karena materi yang
termasuk praktis atau tidak jika digunakan oleh disajikan dalam bahan ajar tidak hanya bersifat
siswa sebagi pengguna. Oleh karena itu, uji teori saja namun juga dikaitkan dengan
kepraktisan pada penelitian ini hanya kehidupan sehari-hari siswa sehingga bahan
diberikan kepada siswa sehingga tidak ajar yang dikembangkan memperoleh respon
dilakukan uji kepraktisan kepada guru. positif dari siswa. Sebagaimana hasil penelitian
Rekapitulasi hasil uji kepraktisan bahan ajar Nugraha et al. (2013) menyatakan bahwa
disajikan pada Tabel 7. respon positif dari siswa dapat diperoleh jika
materi yang disajikan dalam bahan ajar tidak
Tabel 7. Hasil Uji Kepraktisan Bahan Ajar hanya berupa teori, namun juga dikaitkan
Aspek Kepraktisan Persentase Kriteria dengan kehidupan sehari-hari siswa.
(%)
B. Tingkat Perkembangan Karakter
Materi 84 % Praktis Bahan ajar Fisika yang dikembangkan
Muatan karakter 86 % Praktis
selain mempunyai karakteristik I-SETS, juga
Antusias siswa 80 % Praktis
dilengkapi dengan pembentukan karakter
Aspek Kepraktisan Persentase Kriteria siswa. Karakter yang disisipkan dalam bahan
(%) ajar antara lain religius, rasa ingin tahu, peduli
Penggunaan 80 % Praktis sosial, dan peduli lingkungan. Selanjutnya,
Keterbacaan 85 % Praktis dilakukan pengambilan data menggunakan
Rata-rata 82 % Praktis angket dan observasi untuk mengetahui
Tabel 7 menunjukkan bahwa bahan ajar tingkat perkembangan karakter siswa selama
Fisika yang dikembangkan termasuk dalam belajar menggunakan bahan ajar Fisika
kriteria praktis dengan hasil persentase berbasis I-SETS terkomplementasi kearifan
kepraktisan sebesar 82%. Persentase tersebut lokal dan muatan karakter dalam proses
menunjukkan bahwa bahan ajar Fisika yang pembelajaran. Hasil perkembangan karakter
dikembangkan dapat digunakan sebagai bahan dengan metode angket ditunjukkan pada Tabel
ajar pendukung dalam kegiatan pembelajaran 8.

Tabel 8. Hasil Uji Gain Perkembangan Karakter Siswa dengan Metode Angket
Karakter Sebelum Setelah Hasil Uji Gain Kriteria Gain
Religius 80,3 % 86 % 0,29 Rendah
Rasa Ingin Tahu 81,0 % 85 % 0,21 Rendah
Peduli Lingkungan 80,5 % 85 % 0,23 Rendah
Peduli Sosial 81,1 % 83 % 0,10 Rendah
Rata-rata 80,72% 84,75% 0,21 Rendah

Berdasarkan Tabel 8, terlihat peningkatan dikembangkan. Sebagaimana diungkapkan


karakter religius, rasa ingin tahu, peduli oleh Asyhari et al. (2011) bahwa untuk
lingkungan dan peduli sosial dari kriteria mengukur perkembangan karakter harus
mulai berkembang menjadi membudaya dilakukan secara terus-menerus. Selain diukur
dengan kriteria gain masih tergolong rendah. dengan angket, perkembangan karakter siswa
Artinya bahan ajar Fisika yang dikembangkan juga diukur melalui observasi selama 4 kali
mampu untuk meningkatkan karakter siswa, pembelajaran oleh tiga observer, yaitu satu
namun tidak cukup signifikan untuk mengukur observer mengamati secara langsung dan dua
perkembangan karakter. Hal tersebut karena observer mengamati secara tidak langsung
pengukuran karakter siswa hanya dilakukan melalui video. Adapun hasil tingkat
dua kali, yaitu sebelum dan setelah perkembangan karakter siswa dengan metode
menggunakan bahan ajar Fisika yang observasi ditunjukkan pada Gambar 5.
174
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

0.70
0.60
0.50
Nilai Gain

0.40
0.30
0.20
0.10
-
Religius Rasa Ingin Tahu Peduli Lingkungan Peduli Sosial

Pertemuan 1-2 Pertemuan 2-3 Pertemuan 3-4 Pertemuan 1-4

Gambar 5. Hasil Uji Gain Perkembangan Karakter Siswa dengan Metode Observasi.

Berdasarkan Gambar 5, terlihat adanya diungkapkan Pala (2011) menyatakan bahwa


peningkatan perkembangan untuk semua peningkatan perkembangan karakter pada
karakter dari pertemuan ke-1 sampai siswa dapat terjadi apabila kegiatan-kegiatan
pertemuan ke-4 dengan kriteria peningkatan yang sengaja dirancang untuk menanamkan
sedang. Salah satu faktor penyebabnya adalah karakter dilakukan secara berulang atau
penggunaan bahan ajar Fisika berbasis I-SETS kontinu. Hal ini didukung oleh Sudrajat (2011)
terkomplementasi kearifan lokal dan muatan bahwa pembiasaan perilaku yang terus-
karakter selama proses pembelajaran oleh menerus dilakukan dapat membentuk sebuah
siswa. Sebagaimana diungkapkan Wahyuni et karakter.
al. (2017) bahwa penggunaan bahan ajar
berbasis I-SETS mampu meningkatkan SIMPULAN
perkembangan karakter siswa.
Perkembangan karakter religius siswa Simpulan penelitian ini adalah bahan ajar
terlihat mengalami peningkatan karena guru Fisika yang dikembangkan memiliki
selalu rutin memberikan instruksi untuk selalu karakteristik bermuatan kearifan lokal dan
berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. nilai karakter dengan berbasis I-SETS serta
Instruksi tersebut juga sudah disisipkan dalam sudah memenuhi standar penyusunan bahan
bahan ajar. Hal ini sejalan dengan hasil ajar menurut BSNP, sehingga bahan ajar
penelitian Judiani (2010) bahwa kegiatan pembelajaran yang dikembangkan sangat
berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dapat layak, mudah dipahami dan praktis untuk
meningkatkan perkembangan karakter religius digunakan sebagai sumber bahan ajar
siswa. Selain itu, kegiatan-kegiatan pada bahan pendukung dalam proses pembelajaran materi
ajar seperti diskusi dan praktikum sengaja usaha dan energi. Selain itu bahan ajar fisika
disajikan untuk menanamkan nilai karakter berbasis I-SETS terkomplementasi kearifan
rasa ingin tahu, peduli sosial dan peduli lokal dan mauatn karakter ini mampu
lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan karakter siswa khususnya
dilakukan secara berulang pada beberapa kali karakter religius, rasa ingin tahu, peduli
pertemuan, sehingga secara tidak langsung lingkungan, dan peduli sosial pada siswa
mampu meningkatkan perkembangan karakter dengan kriteria peningkatan sedang.
siswa secara signifikan. Sebagaimana

175
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Y. (2018). Bahan Ajar IPA Berbasis Etnosains Hasanah, I., Wahyuni, S., & Bachtiar, R. W. (2016).
Tema Pemanasan Global untuk Peserta Pengembangan Modul Mitigasi Bencana
Didik SMP Kelas VII. Artikel. Semarang: Berbasis Potensi Lokal yang Terintegrasi
Universitas Negeri Semarang. dalam Pembelajaran IPA di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5(1), 226-234.
Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Iin, Y., Ariyati, E., & Yeni, L. F. (2011). Pembuatan
Modul Hasil Inventarisasi Jamur
Alamsah, M. A., Khanafiyah, S., & Wiyanto. (2013). Makroskopis di Gunung Rayap pada
Penerapan Pendekatan SETS Pada Materi Jamur. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pembelajaran, 3(1), 1-10.
Pengakuan Terhadap Keagungan Sang
Pencipta. Unnes Physics Education Journal, Istiawan, R., Mosik, & Sopyan, A. (2016).
2(3), 12-16. Pengembangan Media Prezi Mind Map
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Anggela, M., Masril, & Darvina, Y. (2013). Fisika Materi Alat Optik pada Siswa SMA
Pengembangan Buku Ajar Bermuatan Kelas X Peminatan IPS. Unnes Physic
Nilai-Nilai Karakter Pada Materi Usaha Education Journal, 5(3), 88-93.
dan Momentum Untuk Pembelajaran
Fisika Siswa Kelas XI SMA. Pillar of Judiani, S. (2010). Implementasi Pendidikan
Physics Education Journal, 2(5), 63-70. Karakter di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal
Arfianawati, S., Sudarmin & Sumarni, W. (2016). Pendidikan dan Kebudayaan, 16(3), 281-
Model Pembelajaran Kimia Berbasis 287.
Etnosains untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Kemendikbud. (2013). Penyusunan Rencana
Pengajaran MIPA, 21(1), 46-51. Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta:
Kepala Badan Pengembangan Sumber
Arifin, B. S. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Daya Manusia Pendidikan dan
dalam Al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Keislaman, 6(11), 19-32. Pendidikan.

Asyhari, A., Sunarno, W., & Sarwanto. (2014). Khusniati, M. (2012). Pendidikan Karakter Melalui
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA
Fisika SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing Indonesia, 1(2), 201-210.
Terintegrasi Pendidikan Karakter. Jurnal
Inkuiri, 3(1), 67-75. Larasati, A., & Yulianti, D. (2014). Pengembangan
Bahan Ajar Sains (Fisika) Tema Alam
Budiarti, I & Airlanda, G. S. (2019). Penerapan Model Semesta Terintegrasi Karakter dan
Problem Based Learning Berbasis Berwawasan Konservasi. Unnes Physics
Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Education Journal, 3(2), 26-33.
Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Riset
Teknologi dan Inovasi Pendidikan, 2(1), Mardiansyah, Y., Asrizal & Yulkifli. (2013).
167-183. Pembuatan Modul Fisika Berbasis TIK
Untuk Mengintegrasikan Nilai Pendidikan
Dewi, T. K. (2013). Tingkat Keterbacaan Buku Teks Karakter dalam Pembelajaran Siswa
Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas XI SMAN 10 Padang Kelas X Semester 1.
IPA 1 SMAN 1 Blahbatuh Melalui Uji Tes Pillar of Physic Education, 1(3), 30-38.
Rumpang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(4), 1-12. Marlina, E., Ronald, A., Sudaryono, & Dharoko, A.
(2015). Pasar sebagai Ruang Seduluran
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Masyarakat Jawa. Jurnal humaniora,
Woodland Hills: Dept of Physics, Indiana 26(1), 81-95.
University.
Muchtar, H. 2010. Penerapan Penilaian Autentik
dalam Upaya Peningkatan Mutu
176
Nur Azizah/ Unnes Physics Education Journal 9 (2) (2020)

Pendidikan. Jurnal Pendidikan, 14(9), 68- Setyati, R. (2012). Pengembangan Perangkat


76. Pembelajaran IPA Berpendekatan SETS
Berkarakter. Journal of Primary
Nugraha, E. A., Yulianti, D., & Khanafiyah, S. (2013). Education, 1(2), 104-111.
Pembuatan Bahan Ajar Komik Sains
Inkuiri Materi Benda untuk Sudijono. (2014). Pengantar Statistik Pendidikan.
Mengembangkan Karakter Siswa Kelas IV Jakarta: Grafindo Persada.
SD. Unnes Physic Education Journal, 2(1),
61-68. Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter.
Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1), 47-57.
Nurgiyantoro, B., & Efendi, A. (2013). Prioritas
Penentuan Nilai Pendidikan Karakter Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974).
dalam Pembelajaran Sastra Remaja. Instructional Development for Training
Jurnal Cakrawala Pendidikan, 32(3), 382- Teachers of Expectional Children.
393. Minneapolis, Minnesota: Leadership
Training Institute/ Special Education,
Pala, A. (2011). The Need for Character Education. University of Minnesota.
International Journal of Social Sciences
and Humanity Studies, 3(2), 23-32. Toharudin, U & Kurniawan, I. S. (2017). Sundanese
Cultural Values of Local Wisdom:
Parmin & Peniati, E. (2012). Pengembangan Modul Integrated to Develop a Model of
Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar IPA Learning Biology. International Journal of
Berbasis Hasil Penelitian Pembelajaran. Sciences: Basic and Applied Research
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1), 8- (IJSBAR), 32(1), 29-49.
15.
Utari, R. (2011). Taksonomi Bloom. Jakarta: Pusdiklat
Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat KNPK.
Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press. Wahyuni, A. I. (2017). Pengembangan Bahan Ajar
Fisika Berbasis I-SETS Terintegrasi
Rahmaniati, R. & Supramono. (2015). Pembelajaran Karakter Pada Materi Fluida. Skripsi
I-SETS (Islamic, Science, Environment, Universitas Negeri Semarang.
Technology, and Society) Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Anterior Jurnal, 14(2), 194- Wahyuni, A. I., Astuti, B., & Yulianti, D. (2017). Bahan
200. Ajar Fisika Berbasis I-SETS (Islamic,
Science, Environment, Technology, Society)
Rosmaini. (2009). Keterbacaan Buku Teks. Medan: Terintegrasi Karakter. Unnes Physic
FBS Universitas Negeri Medan. Education Journal, 6(3), 17-25.

Rusilowati, A., Supriyadi, & Widiyatmoko, A. (2015). Yusfiani, M. & Situmorang, M. 2011. Pengembangan
Pembelajaran Kebencanaan Alam Bervisi dan Standarisasi Buku Ajar Kimia
SETS Terintegrasi dalam Mata Pelajaran SMA/MA Kelas XII Semester I
Fisika Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Berdasarkan Standar Isi KTSP. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 11(1), 42-48. Penelitian Bidang Pendidikan, 17(1), 38-
48.
Safitri, N. A., Subiki, & Wahyuni, S. (2018).
Pengembangan Modul IPA Berbasis
Kearifan Lokal Kopi Pada Pokok Bahasan
Usaha dan Energi di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 7(1), 22-29.

Satriawan, M. & Rosmiati. (2016). Pengembangan


Bahan Ajar Fisika Berbasis Konstektual
dengan Mengintegrasikan Kearifan Lokal
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Fisika Pada Mahasiswa. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika, 6(1), 1212-1217.

177

Anda mungkin juga menyukai