Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR KASUS DAN JURNAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. D DENGAN DIAGNOSA


GASTROENTRITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUDS KEBUMEN.

Di Susun Oleh Kelompok 4:


Ferika Liza Aulia (21160006)
Bima Mandala Putra (21160017)
Jeane Claudya Sidete (21160019)
Merida Dwi Cahyaningsih (21160053)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

Keperawatan Anak| i
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2021/2022

Keperawatan Anak | ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karuniaNyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Presusjur yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.D DENGAN DIAGNOSA
GASTROENTERITIS AKUT (GEA) di Ruang Melati, Rumah Sakit Dr. Soedirman
Kebumen”. Tujuan dari penyusunan Tugas Kelompok Presusjur ini adalah sebagai
persyaratan penilaian dalam penugasan di Stase Anak , Pendidikan Profesi Ners Program
Profesi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta. Selain itu, tujuan lain dari
penyusunan Presusjur ini adalah agar pada saat melakukan Asuhan Keperawatan penyusun
memiliki dasar teori yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak menimbulkan
permasalahan dikemudian hari. Dalam pembuatan Presusjur ini penyusun tentu mengalami
kesulitan. Namun berkat dorongan, dukungan dan semangat dari orang terdekat sehingga
penyusun mampu menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya untuk:
1. Dosen Pembimbing.
2. Clinical Intructor.
3. Keluarga pasien dan pasien.
4. Teman- teman kelompok yang telah bekerja sama dalam penyusunan presusjur.
Penyusun menyadari dalam penyusunan Presusjur ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kiranya kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan dimasa
mendatang.

14 November 2021

Penyusun

Keperawatan Anak | iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala,
2011). Gastroenteritis merupakan jenis infeksi saluran pencarnaan yang memiliki
insiden paling tinggi pada anak. Manifestasi klinis gastroenteritis yaitu diare, muntah,
dehidrasi dan hipertermia. Manajemen hipertermia sangat penting untuk menurunkan
suhu tubuh, karena hipertermia pada kasus ini berhubungan dengan proses infeksi dan
dehidrasi. Peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat memicu dehidrasi, letargi,
dan kejang. (Rastia dan Dera. 2020)
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di
Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi
mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).
(Riskesdas.2011)
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (Riskesdas.2011)
Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur
dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama,

Keperawatan Anak| 1
yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Prevalensi diare lebih banyak di
perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di
perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan
bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh.
Gastroenteritis merupakan jenis infeksi saluran pencernaan yang memiliki
insiden paling tinggi pada anak. Proses inflamasi saluran pencernaan ditandai dengan
beberapa manifestasi klinis antara lain diare, muntah, dehidrasi dan hipertermia.
Hipertermia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan suhu
tubuh di atas 37,50C, rektal di atas 380C yang ditandai dengan kulit teraba hangat dan
terlihat kemerahan (Herdman, 2014).
Hipertermia pada Gastroentritis di karenakan adanya infeksi. Infeksi tersebut
menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian reaksi infalamsi akan merangsang
keluarnya zat pirogen, seperti endogen dan eksogen (bradikinin, serotinin,
prostaglandin, dan histamin), zat tersebut nantinya akan mempengaruhi pengatur suhu
tubuh yaitu hipotalamus (Arifianto, 2013). Manajemen hipertermia dapat dilakukan
dengan terapi farmakologi dan menggunakan non farakologi (Riskesdas, 2018).

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
Memahami konsep teori dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan gastroentritis akut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori asuhan keperawatan gastroentritis akut (GEA):
(1) Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari GEA.
(2) Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi dari GEA.
(3) Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis dari GEA.
(4) Mahasiswa dapat menjelaskan pathway dari GEA.
(5) Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang GEA.
(6) Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi GEA
(7) Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan
GEA.
(8) Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan kasus terpilih secara
teori dari GEA.
b. Melakukan asuhan keperawatan pada anak gastroentritis akut.
Keperawatan Anak | 2
(1) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien GEA.
(2) Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien GEA
dari hasil pengkajian.
(3) Mahasiswa dapat menyusun rencana dan intervensi pada GEA.
(4) Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien
GEA.
(5) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada pasien GEA.
c. Membahas ketidaksesuaian antara teori dan kasus dengan jurnal analisa
SWOT.
d.

Keperawatan Anak | 3
BAB II
TINJAUAN TEORI (KASUS PENYAKIT)

A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu Gastroenteritis akut didefinisikan
sebagai diare yang berlangsung kurang dari 15 hari (Rini AA. dkk 2017).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usushalus
yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
(Pujiarto.2015). Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin &
Kumala, 2011).

B. Etiologi
Hampir 80% kasus GEA yang terjadi pada anak disebabkan oleh infeksi virus.
Sisanya disebabkan oleh bakteri dan parasit. Umumnya virus penyebab GEA adalah
Rotavirus, Adenovirus enteric, dan virus Norwalk. Virus penyebab lainnya yang lebih
jarang yaitu calicivirus dan astrovirus. Rotavirus merupakan penyebab pada 1/3 kasus
GEA, termasuk yang rawat inap. Meskipun jauh lebih jarang dari virus, bakteri
penyebab GEA Antara lain Campylobacter jejuni, Salmonella spp, Shigella spp,
Yersinia enterocolica dan spesies Eschericia coli. (Pujiarto.2015).
Menurut Pricilia. 2016 Penyebab gastroteritis ini dapat disebabkan:
1. Faktor infeksi virus
a. Rotasivirus penyebab tersering gastroteritis akut pada bayi, sering di dahului
atau disertai muntah, timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
b. Enrovirus biasanya timbul di musim panas.
c. Adenovirus biasanya timbul di sepangjang tahun dan menyebabkan gejala
pada saluran pencernaan / pernapasan.
2. infeksi bakteri

Keperawatan Anak | 4
a. shingela Terjadi semusim, puncaknya pada bulan juli – September, insiden
yang paling tinggi pada umur 1 -5 tahun dapat di hubungkan dengan kejang
demam, muntah yang tidak menonjol masa inkubasi 6-40 jam atau 5 hari.
b. escheria coli yaitu bakteri yang menghembus mukosa ( fases berdarah ) atau
yang menghasilkan entenoksin.
c. camby bakteri.
3. Sifatnya simvasis ( fases berdarah dan bercampur mucus) pada bayi
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinis bisa terjadi keram abdomen
yang hebat, muntah dehidrasi jarang terjadi.
4. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan gastroteritis adalah makanan yang tercemar, basi
beracun terlalu banyak lemar, mentah (sayuran) dan kurang matang.
5. Faktor lingkungan
Gastroteritis dapat disebabkan oleh faktor lingkungan diantaranya adalah
kurangnya air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular.
Penggunaan sarana air bersih tercemarkarena pembuangan tinja dekat dan tidak
mencuci tangan dengan air bersih.

C. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertakan dengan muntah atau demam, nyeri
perut atau kejang, diare berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis
yang adekuat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan
mengakibakan rejatan hipovolemik atau karena ganggu an biokimiawi berupa asidosis
metabolic lanjut . kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang
mata menjadi cekung, lidah kering tulang pipi menonjol turgor kulit menurun keluhan
ini menyebabkan dehidrasi air isotonic, tampak berbui kosistensi tinja tampak
berlendirnpenderita merasa sakit perut rasa kembung, demam, malaise.

D. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan
mukosa lambung, meliputi :
a. kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan difusi balik ion H+meningkat;
b. perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan

Keperawatan Anak | 5
c. jumlah asam lambung yang tinggi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin dan Kumala
2011).
Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya, stress fisik
akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbuk daerah-
daerah infark kecil; selain itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier
pada pasien strees fisik biasanya tidak terganggu (Muttaqin & Kumala, 2011).
Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat asimtomatik.
Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mukus. Proteksi
lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung.
Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya
kontak dengan sel-sel epithelial lambung dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga
menghasilkan respons peradangan melalui pengaktifan enzim untuk mengaktifkan IL-
8. Hal tersebut menyebabkan fungsi barier lambung terganggu dan terjadilah
gastroenteristis akut (Santacroce, 2008 dalam Muttaqin & Kumala, 2011). Widagdo
(2011) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara fekaloral bersama makanan dan
minuman, dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu norovirus, Virus penyebab
diare secara selektif menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung jonjot yang rata disertai
adanya sebukan sel radang mononuclear pada lamina propania sedang pada mukosa
lambung tidak terdapat perubahan walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteristis.
Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan gejala klinik, dan terlihat perbaikan
proses sebelum gejala klinik hilang.
Kerusakan akibat virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air
dan garam berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi
dari cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan terjadilah
malabsorpsi karbohidrat terutama laktosa. Faktor penyebab gastroenteristis virus lebih
banyak mengenai bayi dibandingkan dengan anak besar adalah fungsi usus berkurang,
imunitas spesifik kurang, serta menurunnya mekanisme pertahanan spesifik seperti
asam lambung dan mukus. Enteritis virus juga meningkatkan permiabilitas terhadap
makromolekul di dalam usus dan ini diperkirakan sebagai penyebab meningkatnya
resiko terjadinya alergi makanan. Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu
gangguan pada proses absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi.
a. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan.
(1). Absorbsi.
Keperawatan Anak | 6
(2). Gangguan sekresi.
b. Pembagian diare menurut lamanya diare.
(1). Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
(2). Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-
infeksi.
(3). Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang
saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka dikenal: Diare akibat
gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada
kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus
halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di
kolon meningkat. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi
dan imunologi.
a. Gangguan absorpsi atau diare osmotik. Secara umum terjadi penurunan fungsi
absorpsi oleh berbagai sebab seperti celiac sprue, atau karena:
(1) Mengkonsumsi magnesium hidroksida.
(2) Defisiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang lebih
besar.
(3) Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada
usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan
darah maka pada segmen usus jejenum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejenum, sehingga air akan banyak terkumpul air
dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan
demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na
yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi
lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat
diserap seperti Mg, glukose, sukrose,laktose, maltose di segmen illeum dan
melebihi kemampuan absorpsi kolon, sehingga terjadi diare. Bahan-bahan
seperti karbohidrat dari jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol
dalam jumlah berlebihan, akan memberikan dampak yang sama.
b. Malabsoprsi umum. Keadaan seperti short bowel syndrom, celiac, protein,
peptida, tepung, asam amino dan monosakarida mempunyai peran pada

Keperawatan Anak | 7
gerakan osmotik pada lumen usus. Kerusakan sel (yang secara normal akan
menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau kuman, seperti Salmonella,
Shigella atau Campylobacter. Sel tersebut juga dapat rusak karena
inflammatory bowel disease idiopatik, akibat toksin atau obatobat tertentu.
Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus halus
adalah atropi villi. Lebih lanjut, mikororganisme tertentu (bakteri tumbuh
lampau, giardiasis, dan enteroadheren E. coli) menyebabkan malabsorbsi
nutrien dengan merubah faal membran brush border tanpa merusak susunan
anatomi mukosa. Maldigesti protein lengkap, karbohidrat, dan trigliserid
diakibatkan insuficiensi eksokrin pankreas menyebabkan malabsorbsi yang
signifikan dan mengakibatkan diare osmotik. Gangguan atau kegagalan
ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks protein,
karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorpsi dan
akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhe berbeda dengan malabsorpsi
protein dan karbohidrat dengan asam lemak rantai panjang intraluminal, tidak
hanya menyebabkan diare osmotik, tetapi juga menyebabkan pacuan sekresi
Cl- sehingga diare tersebut dapat disebabkan malabsorpsi karbohidrat oleh
karena kerusakan difus mukosa usus, defisiensi sukrosa, isomaltosa dan
defisiensi congenital laktase, pemberian obat pencahar; laktulose, pemberian
Mg hydroxide (misalnya susu Mg), malabsorpsi karbohidrat yang berlebihan
pada hipermotilitas pada kolon iritabel. Mendapat cairan hipertonis dalam
jumlah besar dan cepat, menyebabkan kekambuhan diare. Pemberian
makan/minum yang tinggi KH, setelah mengalami diare, menyebabkan
kekambuhan diare. Infeksi virus yang menyebabkan kerusakan mukosa
sehingga menyebabkan gangguan sekresi enzim laktase, menyebabkan
gangguan absorpsi nutrisi lactose.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
(1) Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
(2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
Keperawatan Anak | 8
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
(3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Dari ketiga mekanisme
diatas menyebabkan :
a) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
c) Hipoglikemia
d) Gangguan sirkulasi darah.

Keperawatan Anak | 9
2. Pathway.
KONSEP MAP GASTROENTERITIS
  Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman Tekanan osmotic Toksin tidak dapat


masuk dan meningkat diabsorpsi
berkembang
dalam usus Pergeseran air dan Hiperperistaltik
elektrolit e rongga
Toksin dalam usus
dinding usus Kemampuan
halus Isi rongga usus absorpsi
meningkat menurun

Hiperekresi
air dan
elektrolit usus
meningkat
Diare

Inflamasi saluran
BAB sering dengan pencernaan
konsistensi cair

Kulit Cairan yang Frekuensi Agen Mual dan


disekitar anus keluar banyak defekasi pirogenic muntah
lecet dan
iritasi
Dehidrasi BAB encer anoreksia
dengan atau Suhu tubuh
tanpa darah meningkat
Kemerahan
dan gatal
Kekurangan Ketidakseimbanga
Hipertermia
volume cairan n nutrisi kurang
Resiko dari kebutuhan
integritas tubuh
kulit SLKI :
SLKI: Hidrasi Termogulasi
SLKI : Integritas
SIKI : Terapi SIKI :
jaringan kulit & SLKI : Tingkat
IV Perawatan
membrane mukosa nutrisi
demam
SIKI : Manajemen SIKI : Manajemen
tekanan nutrisi

(LeMone Priscilla, Burke Karen M, dan Bauldoff Gerene. 2016, Smeltzer, S. C., & Bare, B.
G. 2017, dan Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. 2013).
Keperawatan Anak | 10
E. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat.
Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau
infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
pada diare akut :
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2. Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja :
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja
yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. histolytica, B.
coli dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja
kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering terdapat pada
permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja.

Keperawatan Anak | 11
Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya
proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif pada
pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang
memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, EIEC, C.
difficile, Y. enterocolitica, V. 50 parahaemolyticus dan kemungkinan
Aeromonas atau P. shigelloides.
Lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali
pada S. typhii lekosit mononuklear. Tidak semua penderita kolitis terdapat
lekosit pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. histolytica pada
umumnya lekosit pada tinja minimal.
Parasit yang menyebabkan diare pada umumnya tidak memproduksi
lekosit dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan
untuk mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian
kedaerah resiko tinggi, kultur tinja negatif untuk enteropatogen, diare lebih
dari 1 minggu atau pada pasien immunocompromised. Pasien yang dicurigai
menderita diare yang disebabkan giardiasis, cryptosporidiosis, isosporiasis
dan strongyloidiasis dimana pemeriksaan tinja negatif, aspirasi atau biopsi
duodenum atau yeyunum bagian atas mungkin diperlukan. Karena organisme
ini hidup di saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat daripada
pemeriksaan spesimen tinja. Biopsi duodenum adalah metoda yang spesifik
dan sensitif untuk diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan protozoa yang
membentuk spora. E. hystolitica dapat didiagnosis dengan pemeriksaan
mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya ditemukan pada tinja cair
sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk. Tehnik konsentrasi
dapat membantu untuk menemukan kista amuba. Pemeriksaan serial
mungkin diperlukan oleh karena ekskresi kista sering terjadi 51 intermiten.
Sejumlah tes serologis amubiasis untuk mendeteksi tipe dan konsentrasi
antibodi juga tersedia. Serologis test untuk amuba hampir selalu positif pada
disentri amuba akut dan amubiasis hati.
Keperawatan Anak | 12
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic
Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada
tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.

G. Penatalaksanaan Medis
Diare akut secara arbitrer didefinisikan sebagai keluarnya satu atau lebih tinja
diare per hari selama kurang dari 14 hari. Sebagian besar penyakit diare pada anak
disebabkan oleh infeksi. Pada sebagian kasus, tidak perlu melakukan identifikasi
terhadap organisme penyebab karena proses penyakit dan pengobatan serupa apapun
penyebabnya. Terapi utama adalah rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi sampai diare
mereda serta menghindari malnutrisi akibat kekurangan asupan nutrisi. Namun pada
beberapa keadaan identifikasi patogen akan mengubah pengobatan sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Apabila tinja mengandung leukosit atau darah
makroskopik atau anak tampak toksik, kemungkinan infeksi bakteri invasif meningkat
dan harus dilakukan biakan tinja. Demikian juga pada anak dengan gangguan
kekebalan atau yang dirawat inap memerlukan evaluasi yang lebih ekstensif karena
resiko infeksi oportunistik.bayi yang berusia kurang dari 2 bulan dengan diare
merupakan kategori khusus. Infeksi bakteri lebih sering dan lebih parah pada
kelompok usia ini. Selain itu virus atau bakteri enteroptogen dapat menimbulkan
enteropatipasca enteritis yang memerlukan pemantauan nutrisi yang teliti. Pada
kelompok usia ini lebih sering terjadi intoleransi laktosa persisten yang memerlukan
perubahan temporer susu formula. Karena kemungkinan sekali anak perlu diperiksa
untuk mengukur hidrasi dan nutrisi secara objektif (mis. Berat anak) serta dipantau
selama perjalanan penyakitnya. Pada neonatus dengan diare diperlukan (pikiran
terbuka) mengenai kemungkinan kausa noninfeksi dan diagnosis penyakit diare
kongenital, termasuk gangguan malabsorpsi primer, kelainan transfortasi dan defek di
struktur membran brush border, harus dipertimbangkan. (Pujiarto.2015)
1. Rehidrasi Oral Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas
diterima diseluruh dunia karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan
murah untuk penyakit diare. Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak
apa pun penyebab diare atau beberapa punkadar natrium serum anak saat awitan
terapi. Larutan rehidrasi oral yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium,
kalium dan bikarbonat dan larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik.
Penambahan glukosa kedalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan

Keperawatan Anak | 13
memanfaatkan kontransportasi natrium yang digabungkan dengan glukosa yang
maksimal apanila konsentrasi glukosa tidak lebih daripada 110-140mmol/L (2,0-
2,5 g/L).
2. Asi ekslusif
a. Berikan minum yang banyak.
b. Bila anak tidak mengkonsumsi ASI, pemberian susu formula tidak perlu
diganti atau diencerkan.
c. Bila terjadi dehidrasi ringan-sedang, pemberian makanan diteruskan dan
tidak ada pembatasan jenis makanan.
d. Bila terjadi dehidrasi berat, stop makanan hingga dehidrasinya membaik.
3. Obat antidiare
a. ZINC
Suplementasi Zinc pada GEA telah terbukti mengurangi durasi dan beratnya
episode GEA, serta berhasil menurunkan insiden diare dalam waktu 2 – 3
minggu ke depan. Oleh karena itu, semua pasien diare sebaiknya diberi Zinc
segera seketika anak mengalami diare.
• Dosis : - Anak < 6 bulan : ½ tablet (10 mg), 1x sehari selama 10-14 hari. -
Anak > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) sehari selama 10-14 hari.
• Cara Pemberian : - Bayi : larutkan tablet dengan sedikit (5 mL) ASI perah,
CRO atau air minum bersih di sendok kecil. - Anak: tablet dikunyah atau
dilarutkan dengan sedikit air di sendok.
• Durasi : Orang tua harus diberi penjelasan perihal pentingnya untuk
memberikan Zinc selama 10-14 hari meski diare nya sudah sembuh sebelum
durasi tersebut. Terangkan pula bahwa Zinc akan memperbaiki kesehatan
secara menyeluruh, pertumbuhannya dan nafsu makannya.
H. Asuhan Keperawatan kasus terpilih (Pengkajian, diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan secara sistematik
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Setiadi, 52 2012:10).
a. Identitas atau Biodata.

Keperawatan Anak | 14
b. Anamnesis Fokus pengkajian.
(1) Aktivitas / istirahat Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari,
kelemahan, perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi
dalam latihanlatihan energi tinggi.
(2) Sirkulasi Perasaan dingin pada ruangan hangat. TD rendah takikardi,
bradikardia, disritmia.
(3) Integritas ego Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata )
gambaran dari melaporkan diri-sendiri sebagai gendut terus-menerus
memikirkan bentuk tubuh dan berat badan takut berat badan meningkat,
harapan diri tinggi, marah ditekan. Status emosi depresi menolak, marah,
ansietas.
(4) Eliminasi Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,
penggunaan laksatif / diuretik. Makanan, cairan. Lapar terus-menerus atau
menyangkal lapar, nafsu makan normal atau meningkat. Penampilan kurus,
kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor buruk, pembengkakan kelenjar
saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan terus-menerus, muntah,
muntah berdarah, luka gusi luas.
(5) Higiene Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut
( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi
email gigi, kondisi gusi buruk Neurosensori Efek depresi ( mungkin depresi
) perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi
kelaparan.
(6) Nyeri / kenyamanan Sakit kepala. Penurunan suhu tubuh, berulangnya
masalah infeksi.
(7) Penyuluhan / pembelajaran Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk
insiden depresi keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan
mempunyai terlalu banyak kalori, penggunaan makanan sehat. Pada
anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang,
jarang atau tidak kencing dalam 6 – 8 jam terakhir. Makanan dan minuman
yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah
dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat ke

Keperawatan Anak | 15
Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obatobatan yang diberikan serta
riwayat imunisasinya. Gastroenteritis biasanya sering terjadi pada anak-
anak usia 0-5 tahun (42%). Pengkajian meliputi: Nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, dapatkan riwayat penyakit dengan cermat termasuk hal-hal
berikut:
a) Seperti kemungkinan memakan makanan atau air yang terkontaminasi.
b) Kemungkinan infeksi ditempat lain (mis: pernafasan, infeksi saluran
kemih)  Lakukan pengkajian fisik rutin.
c) Observasi adanya manifestasi gastroenteritis akut (lihat tabel)
d) Kaji adanya status dehidrasi (lihat tabel)
e) Catat keluaran fekal seperti jumlah, volume dan karakteristik.
f) Observasi dan catat adanya tanda-tanda yang berkaitan seperti muntah,
kram, tenesmus.
g) Bantu dengan prosedur diagnostik seperti tampung spesimen sesuai
kebutuhan, feses untuk pH, berat jenis, frekuensi,, HDL, elektrolit
serum, kreatinin, BUN.
h) Deteksi sumber infeksi seperti periksa anggota rumah tangga lain dan
rujuk pada pengobatan bila diindikasikan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya : ubun- ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat
dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan
berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria
WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lainlain dapat dilihat pada tabel
berikut.

Keperawatan Anak | 16
Tabel 2.1 Skor Maurice King (Sodikin, 2011)
Bagian yang Nilai untuk gejala yang ditunjukkan
0 1 2
diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, Menggigau,
cengeng, apatis, koma, syok.
ngantuk.
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Ubun-ubun besar Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut nadi Kuat Sedang 120- Lemah
<120x/menit 140x/menit >140x/menit.

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan :


a. Cairan dan elektrolit : Penilaian dehidrasi dan derajatnya,
b. Nutrisi : Status gizi,
c. Eliminasi: Darah di tinja,
d. pemeriksaan fisik: Massa intra abdomen,
e. pemeriksaan fisik: Distensi abdomen,
f. kesadaran umum : Penurunan kesadaran,
g. Sirkulasi: Sesak napas
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga
dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual,
potensial yang merupakan dasar untuk memilih Intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.
Masalah keperawatan yang lazim muncul menurut SDKI (2016):
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan.
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.

Keperawatan Anak | 17
d. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peroses penyakit.
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi hiperpristaltik.
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan,siapa yang melakukan dan semua tindakan keperawatan.

Tabel.2.2 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipovolemia. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status dehidrasi
keperawatan 3x8jam (kelembaban membran
diharapkan masalah mukosa, nadi adekuat,
hipovolemia teratasi dengan tekanan darah
kriteria hasil: ortostatik) jika
1. Mempertahankan urine diperlukan.
output sesuai dengan 2. Monitor vital sign.
usia,BB. 3. Monitor status cairan
2. Nadi, suhu tubuh dan termasuk intake dan
tekanan darah normal. output cairan.
3. Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor tingkat hb dan
dehidrasi, elastisitas hematokrit.
turgor kulit baik, 5. Monitor berat badan
membran mukosa 6. Dorong orangtua pasien
lembab, tidak ada rasa untuk meningkatkan
haus yang berlebihan. intake oral
2. Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status hidrasi
Ketidakseimbangan keperawatan selama 6 hari (kelembaban membran
elektrolik. masalah resiko mukosa, nadi kuat) jika
ketidakseimbangan diperlukan.
elektrolit menjadi efektif. 2. Monitor vital sign.
Kriteria hasil: 3. Makanan atau cairan
1. Elastisitas turgor kulit dan hitung intake
baik, membran mukosa kalori.

Keperawatan Anak | 18
lembab, tidak ada rasa 4. Kolabirasi pemberian
haus yang berlebihan. cairan IV.
2. Frekuensi muntah atau 5. Monitor status nutrisi.
mual berkurang. 6. Dorong masukan oral.
3. Tidak ada tanda 7. Kolaborasi dengan
dehidrasi. dokter dalam
4. Tekanan nadi dan suhu kemungkinan tranfusi.
tubuh dalam batas
normal.
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya alergi.
keperawatan selama 6 hari 2. Kolaborasi dengan ahli
masalah defisit nutrisi gizi untuk menentukan
teratasi. Kriteria Hasil: jumlah kalori dan
1. Adanya peningkatan nutrisi yang
berat badan sesuai dibutuhkan.
dengan tujuan. 3. Beri diet tinggi serat
2. Berat badan sesuai untuk mengurangi
dengan usia anak. konstipasi.
3. Tidak ada tanda 4. Monitor jumlah nutrisi
malnutrisi. dan kandungan kalori.
4. Tidak terjadi penurunan 5. Kaji kemampuan
berat badan yang pasien dalam
berarti. pemenuhan kebutuhan
nutrisi sesuai.
6. Berat badan dalam
batas normal.
7. Monitor adanya mual
dan muntah.
4. Hipertermi. Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh.
keperawatan selama 3x8jam 2. Lakukan kolaborasi
masalah hipertermi dapat dalam pemberian anti
teratasi dengan kriteria piretik.
hasil: 3. Lakukan kompres
1. Suhu tubuh dalam hangat saat anak

Keperawatan Anak | 19
rentang normal. mengalami demam.
2. Nadi dan respirasi 4. Anjurkan untuk
dalam rentng normal. meningkatkan intake
3. Tidak ada perubahan cairan dan nutrisi.
warna kulit

5. Implementasi Keperawatan.
Tahap proses keperawatan dengan melakukan berbagai strategi tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan. Dalam masalah keperawatan gastroenteritis akan dilakukan
implementasi:
a. Melakukan pengkajian terhadap asupan nutrisi.
b. Melakukan pengkajian terhadap asupan yang dikonsumsi.
c. Menjelaskan pentingnya pemberian asupan nutrisi yang sesuai pada anak 0-5
tahun. 4. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
6. Evaluasi.
Suatu tindakan yang mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan, bagaimana
reaksi pasien dan keluarga terhadap perencanaan yang telah diberikan dan
menetapkan apa yang menjadi sasaran dari perencanaan keperawatan.
a. Evaluasi Formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien dan
keluarga segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada
catatan perawat, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif SOAP Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan
yang merupakan rekapan akhir secara paripurna, catatan naratif, penderita pulang
atau pindah. Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah kebutuhan nutrisinya sesuai dengan usianya.

Keperawatan Anak | 20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Nama Mahasiwa         : Kelompok 4
Tempat Praktek           : R. Melati, RSUD Dr. Soedirman.
Tanggal Praktek          : 08 - 14 November 2021
Pembimbing                : Lala Budi Fitriana, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. D
2. Tempat tgl lahir : Tamanwinangon, 8 Januari 2019
3. Usia (tahun/bulan/hari) : 2 tahun 10 bulan 3 hari
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Tamanwinangun
7. Tgl masuk : 10 11 2021 (jam 20:30 WIB)
8. Tgl pengkajian : 11 11 2021 (jam 09:00 WIB)
9. Diagnosa medik : GEA

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. N a m a : Tn. M
b. U s i a : 31
c. Pendidikan : SMK
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Kariyawan swasta
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Tamanwinangun
2. Ibu
a. N a m a : Ny. O
b. U s i a : 26 Tahun

Keperawatan Anak | 21
c. Pendidikan : S1 Manajemen
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: Kariawan RSUD
e. Agama : Islam
f. Alamat : Tamanwinangun
C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN (kakak/adik) STATUS KESEHATAN


1 An.D 11 bulan Adik Sehat

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Keluhan Utama : Keluarga pasien mengatakan pasien dari pagi belum
makan, siang panas tinggi, menjelang malam pasien mengalami demam tinggi 39 oC.
Pasien juga pernah mengalami kejang usia 14 bulan, di rumah sudah di berikan
paracetamol ½ tablet namun panas tidak turun sehingga keluarga pasien membawa
pasien ke RS.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : Keluarga pasien mengatakan pasien demam tinggi.
Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di puskesmas
b. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu ? Ibu tidak mengalami keluhan
yang tidak berarti.
c. Riwayat terkena radiasi : Ibu mengatakan tidak terpapar radiasi apapun
d. Riwayat berat badan selama hamil : 63 kg
e. Riwayat Imunisasi TT : Ibu imunisasi TT
f. Golongan darah ibu AB Golongan darah ayah O
2. Natal
a, Tempat melahirkan : RSUD Kebumen.
b. Jenis persalinan : SC dengan indikasi letak janin sungsang.
c. Penolong persalinan : Dokter
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan : Tidak ada komplikasi setelah SC

Keperawatan Anak | 22
3. Post natal
a. Kondisi bayi saat lahir: Bayi mengalami icterus neonatus (kuning)
b. APGAR : Keluarga pasien mengatakan tidak mengingat APGAR Score bayi
baru lahir.
¤ Klien pernah mengalami penyakit : kejang pada umur : 14 bulan
diberikan obat oleh : dokter
¤ Riwayat kecelakaan : keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah
mengalami kecelakaan.
¤ Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan
menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : Pasien tidak pernah
mengonsumsi obat tanpa resep dokter.
¤ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : Keluarga pasien
mengatakan pasien lebih lambat untuk perkembangannya dibandingkan
adiknya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
¤ Genogram

Hipert Hipert
ensi ensi

Ket :

Laki-laki Laki-laki Meninggal

Perempuan Perempuan Meninggal

Garis Keturunan
Pasien Laki-laki

Garis Perkawinan
Pasien Perempuan Tinggal satu Rumah

Keperawatan Anak | 23
IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
Waktu Reaksi setelah
NO Jenis imunisasi Frekuensi
pemberian pemberian
1. BCG 1 bulan 1 kali Kemerahan
2. DPT (I,II,III) 2,3,4 bulan 3 kali Demam 2 hari
3. Polio (I,II,III,IV) 1,2,3,4 bulan 4 kali -
4. Campak 9 bulan 1 kali Ruam pada daerah suntik
5. Hepatitis B 0-24 jam 3 kali -
6. Hib 2,3,4 bulan 3 kali Demam 2 hari
V. Pengkajian Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 16 kg
2. Tinggi badan : 96 cm.
3. Status Gizi : Z-Score: +1 SD : Status gizi normal.
4. Waktu tumbuh gigi : 3 bulan, gigi tanggal : belum ada, Jumlah gigi
20 buah.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : 7-8 bulan
3. Merangkak : 9 bulan
4. Berdiri : 13 tahun
5. Berjalan : 13 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 1 bulan
7. Bicara pertama kali : 6 bulan dengan menyebutkan : mbah
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI Eksklusif : selama 8 bulan
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia (bulan atau
Jenis Nutrisi Lama Pemberian
tahun)
0-8 bulan Asi Ekslusif 8 bulan
8 bulan MPASI 4 bulan
12 bulan Nasi Sayur Lauk Pauk Sekarang
VII. Riwayat Psikososial
¤ Anak tinggal bersama : Orang tua di rumah pribadi

Keperawatan Anak | 24
¤ Apakah ada tangga di rumah, jelaskan : Rumah lantai satu tidak ada tangga di rumah.
¤ Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis di tunjukkan dengan keluarga yang selalu
berada di sisi pasien.
¤ Pengasuh anak : keluarga menggunakan pengasuh anak
VIII. Riwayat Spiritual
¤ Support sistem dalam keluarga :
¤ Kegiatan keagamaan : Pasien di ajarkan berdoa dan mengaji di rumah.
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Ibu membawa anaknya ke RS karena : Demam tinggi
- Apakah petugas medis menceritakan tentang kondisi anak : Petugas menjelaskan
kondisi anak di tandai dengan orang tua mengetahui kondisi anak.
- Perasaan orang tua saat ini : Masih merasa cemas
- Orang tua selalu berkunjung ke RS : Orang tua menemani anak di RS
- Yang akan tinggal dengan anak : Orang tua dan kakeknya secara bergantian.
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : -
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan - Baik - Nafsu makan menurun
2. Porsi Makan - 1 piring penuh habis - ½ porsi, tidak habis (1-
3. Jenis Makanan - Nasi, lauk, sayur 3 sendok makan)
(lunak, cair, dll) (lunak). - bubur, nasi, sayur
4. Penggunaan alat - tidak ada (lunak)
bantu (sejak kpn?) - tidak ada
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman - air mineral, susu - air mineral (aqua), susu
2. Frekuensi minum - 3-4 kali perhari - 3-4 kali perhari
3. Cara pemenuhan - Mandiri - Mandiri
4. Total kebutuhan - 1300 cc - 1300 cc
cairan /24 jam

C. Eliminasi (BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Keperawatan Anak | 25
1. Tempat pembuangan - toilet - pempers (ganti 3-4
2. Frekuensi (waktu) - 6-7 kali perhari kali)
3. Kesulitan - tidak ada - 6-7kali perhari
4. Penggunaan alat - tidak ada - tidak ada
bantu (sebutkan) - tidak ada

D. Eliminasi (BAB)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan - toilet - pempers
2. Frekuensi (waktu) - 1-2 kali perhari - sudah 4 kali 20.30-
3. Konsistensi - lembek 07.00
4. Kesulitan - tidak ada - cair berampas
5. Obat pencahar - tidak ada - tidak ada
- tidak ada

E. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang - 1-2 jam perhari - 1-3 jam perhari
- Malam - 8-10 jam perhari - 9-10 jam perhari
2. Kebiasaan sebelum - minum susu perdot - minum susu perdot
tidur
3. Kesulitan tidur - tidak ada - tidak ada

F. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis - sepak bola - tidak ada
2. Frekuensi - 1 kali perhari -
..
G. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara - di bantu oleh orang tua - di lap dengan air hangat
- Frekuensi - 2 kali perhari - 1 kali perhari
2. Cuci rambut
- Frekuensi - 1 kali perhari - tidak keramas

Keperawatan Anak | 26
- Cara - keramas -
3. Gunting kuku -
- Frekuensi - 1 kali perminggu - 1 kali perminggu
- Cara - di bantu - di bantu
4. Gosok gigi
- Frekuensi - 2 kali perhari - belum gosok gigi
- Cara - di bantu -

H. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari - bermain - hanya berbaring di
2. Pengaturan jadwal harian - sore hari belajar tempat tidur
3. Kesulitan pergerakan mengaji di rumah - tidak ada
tubuh - tidak ada - tidak ada
4. Penggunaan alat bantu - tidak ada - tidak ada
saat aktifitas

I. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Pemanfaatan waktu luang - jalan-jalan di - Menonton TV.
2. Perasaan setelah rekreasi pinggir sawah
- merasa senang - Bermain HP.

XI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : tampak lemas
2. Kesadaran (gunakan PCS): composmentis (15)
3. Humpty Dumpty : Score 12 (resiko tinggi)
4. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : .......... mmHg
b. Denyut nadi : 108 x / menit
c. Suhu : 37,7 o C
d. Pernapasan : 20 x/ menit

Keperawatan Anak | 27
5. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & kepala
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran rambut : merata
c. Mudah rontok : tidak mudah rontok
d. Kebersihan rambut : cukup bersih
e. Data lain : tidak ada
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada benjolan di kepala
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada nyeri tekan di kepala
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
6. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : simetris.
b. Gerakan abnormal : tidak ada gerakan abnormal.
c. Ekspresi wajah : cemberut karena takut di datangi oleh perawat.
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan pada area muka
Data lain :
7. Mata
Inspeksi
a. Palpebra : tidak ada edema, tidak ada radang
b. Sclera : tidak icterus.
c. Conjungtiva : tidak ada radang, tidak anemis
d. Pupil : - Isokor
- Refleks pupil terhadap cahaya : positif
e. Kantung mata : tidak menghitam
f. Posisi mata : Simetris
g. Gerakan bola mata : pasien tidak juling
h. Penutupan kelopak mata : tertutup rapat
i. Visus : jarak visus 6 meter
j. Penglihatan : - tidak kabur
- tidak ada diplopia (penglihatan ganda)
Keperawatan Anak | 28
Data lain : tidak ada
8. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Bentuk hidung : simetris
b. Keadaan septum : septum tidak bengkok atau miring
c. Secret / cairan : tidak ada secret
Data lain : tidak ada
9. Telinga
Inspeksi
a. Ukuran / bentuk telinga : simetris kanan dan kiri
b. Lubang telinga : terdapat serumen
c. Pemakaian alat bantu dengar: tidak menggunakan alat bantu dengar
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Data lain : tidak ada
10. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : terdapat karang gigi
- Pemakaian gigi palsu : tidak menggunakan gigi palsu
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada peradangan di daerah gusi, warna gusi
merah muda.
c. Lidah
Kotor / tidak : lidah tidak kotor
d. Bibir
- Sianosis / pucat / tidak : bibir tidak pucat
- Basah / kering / pecah : bibir kering
- Mulut berbau / tidak : mulut tidak berbau
- Kemampuan bicara : kemampuan bicara cukup baik.
Data lain : tidak ada
11. Tenggorokan
a. Pembesaran tonsil : tidak ada perbesaran tonsil.

Keperawatan Anak | 29
b. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
c. Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan.
12. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak ada perbesaran kelenjar thyroid
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : tidak teraba
b. Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidak ada perbesaran kelenjar limfe
Data lain : tidak ada
13. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : simetris
b. Irama pernafasan: teratur
c. Pengembangan dada di waktu bernapas simetris
d. Tipe pernapasan : normal
e. Penggunaan alat bantu nafas : tidak ada
Palpasi
a. Vokal fremitus : teraba
b. Massa / nyeri : tidak ada nyeri
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
Perkusi
Redup / hypersonor / sonor : sonor
Data lain : tidak ada

14. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis : tidak teraba
Perkusi Batas jantung : tidak ada perbesara jantung
Auskultasi
a. BJ I : S1 terdengar reguler
Keperawatan Anak | 30
b. BJ II : S2 terdengar reguler
c. BJ III : tidak terdengar S3
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi napas tambahan
Data lain : tidak ada
15. Abdomen
Inspeksi
a. Bentuk : datar
b. Ada luka / tidak : tidak tampak ada luka
Auskultasi
Peristaltik : Peristaltik usus 20 x/menit
Palpasi
a. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
b. Turgor Kulit : elastis
Perkusi
Tympani / Hipertimpani/ Pekak / Redup : tympani
Data lain :
16. Genitalia dan Anus
a. Genetalia
- Kebersihan : bersih.
- Luka : tidak ada luka.
- Kelainan : tidak ada kelainan.
b. Anus
- Kebersihan : bersih.
- Hemoroid : tidak tampak hemoroid di anus
- Kelainan : tidak ada kelainan.
-
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Kekuatan otot kanan / kiri : 5/5 (kuat menahan beban berat)
- Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal
b. Sensori
- Nyeri : positif

Keperawatan Anak | 31
- Rangsang suhu : positif
- Rasa raba : positif
c. CRT : <3 detik
d. Kelainan : tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : tidak ada kelainan gaya berjalan
- Kekuatan otot kanan / kiri : 5/5 (kuat menahan beban berat
- Kelainan otot : tidak ada
b. Sensori
- Nyeri : positif
- Rangsang suhu : positif
- Rasa raba : positif
c. Pitting Edema : tidak ada piting edema
Data lain : tidak ada
18. Tanda – tanda peradangan selaput otak
a. Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
b. Kernig Sign : negatif
c. Refleks Brudzinski : negatif
d. Refleks Lasegu : dapat mencapai sudut 70 o
sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan
Data lain : tidak ada

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun)


Dengan menggunakan DDST (pemeriksaan dilakukan pada ibu/pengasuh) : Dari hasil
pemeriksaan 4 aspek pada pasien didapatkan tumbuh kembang pasien normal.
XII. Test Diagnostik
 Laboratorium:
Faeces rutin :
1. Makroskopis :

Keperawatan Anak | 32
a. Warna : kuning
b. Bau : khas
c. Konsistensi : agak cair (lunak)
d. Lendir : positif (negatif)
e. Darah : negative
f. Nanah : Negatif
2. Mikroskopis :
a. Eritrosit : 0-
1 (negatif)
b. Leukosit : 0-
1 /1pb (negatif)
c. Bakteri
: positif (negatif)
d. Epitel faeces : 0-
2 (negatif)
e. Amuba
: negative
f. Telur cacing :
negative
3. Pencernaan
Serat otot : negatif
Serat tumbuh-tumbuhan : negative
Lemak : negative
Aluminium : negatif

 Foto Rotgen : Thorax pada tanggal 11-11-2021, 09:00 WIB dengan hasil kesan: besar
cor normal, curiga awal bronkopneumonia.
 Laboratorium :
Tanggal Pemeriksaan : 11 11 2021
Jam Pemeriksaan : 07:00 WIB
Jenis Pemeriksaan : Darah

Pemeriksaan Hematologi:

Keperawatan Anak | 33
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukkan
Hematokrit 33 % 33 – 45
Leukosit 8.1 10ˆ3/uL 4.5 – 13.5
Hemoglobin 11.5 g/dL 10.8 – 15.0
Eritrosit 4.4 10ˆ3/uL 3.80 – 5.80
MCHC 35 g/dL
Eosinofil 0,20 % 1–5
Netrofil 75,10 % 0–1
Limfosit 14,60 % 25 – 50
Monosit 9,90 % 1–6
Absolut neutrofil 8.46 10ˆ3/ul 1.80 – 8.00
count
Absolut limfosit 1,65 10ˆ3/ul 0.9 – 5.2
count
Neutrofil limfosit 5,13
rasio

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


No Jenis Obat Cara Pemberian Dosis Indikasi
.
1 RL IV 10 tpm (Makro) Dehidrasi
2 D5 ¼ NS IV 8 tpm. (Makro) Pengganti cairan
dan sebagai
sumber kalori
3 Inf.Paracetamol IV 200 g/8 jam. Demam
4 Zink Oral 1 x 20 mg.
5 L.Bio Oral 1 x 1 g. Diare
6 Ampicillin IV 4 x 500 mg. Infeksi

Keperawatan Anak | 34
1. Analisa Data

STASE KEPERAWATAN ANAK


PROGAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

TGL,/JAM Data Etiologi Masalah


10-11-2021 DS : Keluarga pasien mengatakan : Proses infeksi Hipertermi
14.00-21.00  siang panas tinggi, menjelang malam (D.0130)
pasien mengalami demam tinggi
39oC
 pasien juga pernah mengalami
kejang usia 14 bulan, di rumah
sudah di berikan paracetamol ½
tablet namun panas tidak turun
sehingga keluarga membawa pasien
ke RS.
DO : Pasien tampak :
 Lemas
 Pucat
 Bibir kering
 Suhu 37,7oC
 Lab darah :
MCHC : 35 g/dl
Limfosit : 14,60 %
Eosinofil : 0,20 %
Monosit : 9,90 %
Absolut neutrofil count : 8.46 10ˆ3/ul

 Hasil thorax :
Besar cor normal
Curiga awal brokopneumonia

10-11-2021 DS : Keluarga pasien mengatakan : Proses infeksi Diare (D.0020)


14.00-21.00
Keperawatan Anak | 35
 BAB menggunakan pempers, sudah
4 kali, konsistensi cair berampas.
DO : Pasien tampak :
 Lemas
 BAB menggunakan pempers, sudah
4 kali, konsistensi cair berampas.
 Peristaltik usus 20 x/menit
 Konsistensi : agak cair (lunak)
 Lendir : positif
 Bakteri : positif
 Epitel feaces: 0-2
10-11-2021 DS : Keluarga pasien mengatakan : Risiko Jatuh
14.00-21.00 DO : Pasien tampak : (D.0143)
 Hasil Humpty Dumpty adalah score
12 (Risiko Jatuh)

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi
c. Risiko Jatuh dibuktikan dengan Hasil Humpty Dumpty skor 12 (risiko tinggi)

3. Rencana (intervensi) Keperawatan

TGL/ Diagnosa SLKI SIKI

Keperawatan Anak | 36
Jam Keperawatan
10-11- Hipertermi “Termoregulasi” (L.14134) “Manajemen Hipertermia”
2021 (I.15506)
14.00- Setelah dilakukan tindakan Observasi:
21.00 keperawatan selama 3x24jam 1. Monitor suhu tubuh
diharapkan masalah keperawatan Terapeutik:
Hipertermi dapat teratasi dengan 1. Sediakan lingkungan
kriteria hasil : yang dingin
2. longgarkan atau lepaskan
Indikator Skala KH pakian
Pucat 3 5 3. berikan cairan oral
Suhu tubuh 3 5 Edukasi:
Kulit merah 4 5 1. anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena.
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik.
10-11- Diare Eliminasi fekal (L.04033) Manajemen diare (I.03101)
2021 Observasi:
14.00- Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor warna, volume,
21.00 keperawatan selama 3x24jam frekuensi dan konsistensi
diharapkan masalah keperawatan tinja
Diare dapat teratasi dengan 2. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil : hypovolemia (Turgor
kulit, Nadi)
Indikator skala KH Terapeutik :
Konsistensi 2 5 1. Berikan asupan cairan
Frekuensi 3 5 oral
defekasi 2. Berikan cairan intravena
Turgor Kulit 3 5 Edukasi :
1. Anjurkan makan porsi
makan dan sering secara
bertahap.
10-11- Risiko jatuh Tingkat jatuh (L.14138) Pencegahan jatuh (I.14540)
2021 Observasi:
14.00- Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi resiko jatuh
21.00 keperawatan selama 3x24jam 2. Hitung resiko jatuh
diharapkan masalah keperawatan dengan menggunakan
Resiko jatuh dapat teratasi dengan skala
kriteria hasil : Terapeutik :
1. Orientasikan ruangan
Indikator Skala KH pada pasien dan keluarga
Jatuh dari 3 5 2. Pastika roda tempat tidur
tempat tidur dan kursi roda selalu
Jatuh saat 3 5 dalam kondisiterkunci
berdiri 3. Pasang handrall tempat

Keperawatan Anak | 37
Jatuh saat 4 5 tiidur
duduk 4. Atur tempat tidur
Jatuh saat 3 5 mekanisme pada posisi
berjalan terendah
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
2. Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh

Keperawatan Anak | 38
4. Implementasi Keperawatan

Hari Pertama. Sift Siang

Tgl/jam Diagnose Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf


10 -11- Hipertemia “Manajemen “Termogulasi” “Termogulasi”
2021 Hipertermia” (I.15506)
1. memonitor suhu 1. S : Keluarga pasien
tubuh 2. mengatakan :
2. Menyediakan 3.  pasien sudah tidak
18:40 lingkungan yang tipis dan panas lagi namun
18:30 dingin sudah panasnya naik turun
18:43 3. Melonggarkan atau dilonggarkan O : Pasien tampak :
18:50 lepaskan pakian 4. Indikator S K S
18:50 4. Memberikan cairan minum. A H E
18:55 oral 5. Pucat 3 5 3
5. Menganjurkan tirah tempat tidur. Suhu 3 5 3
baring 6. tubuh
6. berkolaborasi infus DS ¼ Kulit 4 5 3
pemberian cairan NS. merah
dan elektrolit
intravena A: masalah keperawatan
belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
6 di lanjutkan

Hari ke dua. Sift Pagi


Tgl/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf
10 -11- Hipertemia “Manajemen “Termogulasi” “Termogulasi”
2021 Hipertermia” (I.15506)
1. memonitor suhu 1. S : Keluarga pasien
tubuh 2. mengatakan :
2. Menyediakan suhu ac 20 o
 pasien masih agak
08:40 lingkungan yang 3. anget
08:30 dingin tipis dan sudah O : Pasien tampak :
08:43 3. Melonggarkan atau dilonggarkan Indikator S K S
08:50 lepaskan pakian 4. A H E
08:50 4. Memberikan cairan minum. Pucat 3 5 3
08:55 oral 5. Suhu 3 5 3
5. Menganjurkan tirah tempat tidur. tubuh
baring 6. Kulit 4 5 3
6. berkolaborasi infus DS ¼ merah
pemberian cairan NS.
dan elektrolit A: masalah keperawatan
intravena belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5 dan

Keperawatan Anak | 39
6 di lanjutkan
11 -11- Diare Manajemen diare “Eliminasi Fekal” “Eliminasi Fekal”
2021 (I.03101)
1. Memonitor warna, 1. pasien masih S : Keluarga pasien
08:40 volume, frekuensi BAB 4x mengatakan :
08:30 dan konsistensi tinja sehari/24 jam.  pasien sudah BAK 4
08:43 2. Memonitor tanda 2. Warna : kali
08:50 dan gejala Kuning O : Pasien tampak :
08:50 hypovolemia 3. Konsistensi : Indikator S K S
08:55 3. Memberikan asupan cair A H E
cairan oral 4. Bau khas feses Konsisten 2 5 3
4. Memberikan cairan 5. tidak ada si
intravena piting edema, Frekuensi 3 5 3
5. Menganjurkan turgor elastis, defekasi
makan porsi makan nadi 121 Turgor 3 5 5
dan sering secara x/menit Kulit
bertahap A: masalah keperawatan
belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
6 di lanjutkan
11 -11- Resiko Pencegahan jatuh “Tingkat Jatuh” “Tingkat Jatuh”
2021 Jatuh (I.14540)
1. Mengidentifikasi 1. resiko jatuh S: Keluarga pasien
08:40 resiko jatuh pasien mengatakan:
08:30 2. Menghitung resiko berumur 2  -
08:43 jatuh dengan tahun. O: Pasien tampak :
08:50 menggunakan skala 2. hasil Indikator S K S
08:50 3. Mengorientasikan pengukuran A H E
08:55 ruangan pada pasien Humpty Jatuh dari 3 5 3
dan keluarga Dumpty tempat
4. Memastika roda dengan hasil tidur
tempat tidur dan 12 (Risiko Jatuh saat 3 5 3
kursi roda selalu Tinggi). berdiri
dalam kondisi 3. mengorientasi Jatuh saat 4 5 4
terkunci kan ruangan ke duduk
5. Memasang handrall keluarga. Jatuh saat 3 5 3
tempat tiidur 4. roda tempat berjalan
6. Mengatur tempat tidur pasien
tidur mekanisme terkunci A: Masalah Keperawatan
pada posisi terendah 5. handrall belum teratasi
7. Menganjurkan tempat tidur P: Intervensi, 2,4,5,6,7 dan
menggunakan alas terpasang. 8 di lanjutkan
kaki yang tidak licin 6. posisi tempat
8. Menganjurkan tidur pasien
berkonsentrasi untuk sudah paling
menjaga rendah.
keseimbangan tubuh 7. sendal pasien
berbahan

Keperawatan Anak | 40
karet, tidak
licin.
8. pasien bisa
menjaga
keseimbangan
saat berdiri
dan berjalan.

Hari ke dua. Sift siang


Tgl Diagnose Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf
11 -11- Hipertemia “Manajemen Hipertermia” “Termogulasi” “Termogulasi”
2021 (I.15506)
1. memonitor suhu 1. pasien masih S : Keluarga pasien
14:40 tubuh agak anget. mengatakan :
14:30 2. Menyediakan 2. Suhu 37,6oC  pasien masih agak
14:43 lingkungan yang 3. Menyalakan anget
14:50 dingin ac suhu ac 20o O : Pasien tampak :
14:50 3. Melonggarkan atau 4. pakaian pasien Indikator S K S
14:55 lepaskan pakian tipis dan A H E
4. Memberikan cairan sudah Pucat 3 5 3
oral dilonggarkan Suhu 3 5 3
5. Menganjurkan tirah 5. diberikan air tubuh
baring minum. Kulit 4 5 3
6. berkolaborasi 6. Pasien bedrest merah
pemberian cairan dan di tempat A: masalah keperawatan
elektrolit intravena tidur. belum terasi
7. diberikan P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
cairan infus 6 di lanjutkan
DS ¼ NS.

11 -11- Diare Manajemen diare “Eliminasi Fekal” “Eliminasi Fekal”


2021 (I.03101)
1. Memonitor warna, 1. pasien masih S : Keluarga pasien
18:40 volume, frekuensi BAB 2 kali mengatakan :
18:30 dan konsistensi tinja 2. Warna : 1. pasien BAB 2 kali
18:43 2. Memonitor tanda Kuning 2. Warna : Kuning
18:50 dan gejala 3. Konsistensi : 3. Konsistensi : cair
18:50 hypovolemia cair berampas berampas
18:55 3. Memberikan asupan 4. Bau khas feses 4. Bau khas feses
cairan oral 5. tidak ada O : Pasien tampak :
4. Memberikan cairan piting edema, Indikator S K S
intravena turgor elastis, A H E
5. Menganjurkan nadi 120 Konsisten 2 5 3
makan porsi makan x/menit si
dan sering secara Frekuensi 3 5 3
bertahap defekasi
Turgor 3 5 5

Keperawatan Anak | 41
Kulit
A: masalah keperawatan
belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
6 di lanjutkan
11 -11- Resiko Pencegahan jatuh “Tingkat Jatuh” “Tingkat Jatuh”
2021 jatuh (I.14540)
1. Menghitung resiko 1. hasil S: Keluarga pasien
18:40 jatuh dengan pengukuran mengatakan:
18:30 menggunakan skala Humpty  -
18:43 2. Mengorientasikan Dumpty
18:50 ruangan pada dengan hasil O: Pasien tampak :
18:50 pasien dan keluarga 12 (Risiko Indikator S K S
18:55 3. Memastika roda Tinggi). A H E
tempat tidur dan 2. mengorientasi Jatuh dari 3 5 3
kursi roda selalu kan ruangan tempat tidur
dalam ke keluarga. Jatuh saat 3 5 3
kondisiterkunci 3. roda tempat berdiri
4. Memasang tidur pasien Jatuh saat 4 5 4
handrall tempat terkunci duduk
tiidur 4. handrall Jatuh saat 3 5 3
5. Mengatur tempat tempat tidur berjalan
tidur mekanisme terpasang.
pada posisi 5. posisi tempat A: Masalah Keperawatan
terendah tidur pasien belum teratasi
6. Menganjurkan sudah paling
menggunakan alas rendah. P: Intervensi, 1,2,3,4,5,6
kaki yang tidak 6. sendal pasien dan 7di lanjutkan
licin berbahan
7. Menganjurkan karet, tidak
berkonsentrasi licin.
untuk menjaga 7. pasien bisa
keseimbangan menjaga
tubuh keseimbangan
saat berdiri
dan berjalan)

Keperawatan Anak | 42
Hari ke dua. Sift malam
Tgl/jam Diagnose Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf
11 -11- Hipertemia “Manajemen “Termogulasi” “Termogulasi”
2021 Hipertermia” (I.15506)
1. memonitor suhu 1. Suhu 37,5oC S : Keluarga pasien
21:00 tubuh 2. Menyalakan mengatakan :
21:30 2. Menyediakan ac suhu ac 20o  pasien sudah tidak
21:35 lingkungan yang 3. pakaian pasien demam
21:40 dingin tipis dan O : Pasien tampak :
21:45 3. Melonggarkan atau sudah Indikator S K S
21:50 lepaskan pakian dilonggarkan A H E
4. Memberikan cairan 4. diberikan air Pucat 3 5 3
oral minum. Suhu tubuh 3 5 3
5. Menganjurkan tirah 5. Pasien bedrest Kulit merah 4 5 3
baring di tempat A: masalah keperawatan
6. berkolaborasi tidur. belum terasi
pemberian cairan 6. diberikan P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
dan elektrolit cairan infus 6 di lanjutkan
intravena DS ¼ NS.

11 -11- Diare Manajemen diare “Eliminasi Fekal” “Eliminasi Fekal”


2021 (I.03101)
1. Memonitor warna, 1. pasien masih S : Keluarga pasien
22:00 volume, frekuensi BAB 2 kali mengatakan :
22:30 dan konsistensi tinja 2. Warna : 1. pasien BAB 2 kali
22:35 2. Memonitor tanda Kuning 2. Warna : Kuning
22:40 dan gejala 3. Konsistensi : 3. Konsistensi : cair
22:45 hypovolemia cair berampas berampas
22:50 3. Memberikan asupan 4. Bau khas feses 4. Bau khas feses
cairan oral 5. tidak ada O : Pasien tampak :
4. Memberikan cairan piting edema, Indikator S K S
intravena turgor elastis, A H E
5. Menganjurkan nadi 127 Konsistensi 2 5 3
makan porsi makan x/menit Frekuensi 3 5 3
dan sering secara defekasi
bertahap Turgor 3 5 5
Kulit
A: masalah keperawatan
belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
6 di lanjutkan
12 -11- Resiko Pencegahan jatuh “Tingkat Jatuh” “Tingkat Jatuh”
2021 Jatuh (I.14540)
1. Menghitung resiko 1. hasil S: Keluarga pasien
23:00 jatuh dengan pengukuran mengatakan:
23:30 menggunakan skala Humpty  -
23:35 2. Mengorientasikan Dumpty
23:40 ruangan pada dengan hasil

Keperawatan Anak | 43
23:45 pasien dan 12 (Risiko O: Pasien tampak :
23:50 keluarga Tinggi). Indikator S K S
3. Memastika roda 2. mengorientasi A H E
tempat tidur dan kan ruangan Jatuh dari 3 5 3
kursi roda selalu ke keluarga. tempat tidur
dalam 3. roda tempat Jatuh saat 3 5 3
kondisiterkunci tidur pasien berdiri
4. Memasang terkunci Jatuh saat 4 5 4
handrall tempat 4. handrall duduk
tiidur tempat tidur Jatuh saat 3 5 3
5. Mengatur tempat terpasang. berjalan
tidur mekanisme 5. posisi tempat
A: Masalah Keperawatan
pada posisi tidur pasien
belum teratasi
terendah sudah paling
6. Menganjurkan rendah.
P: Intervensi, 1,2,3,4,5,6
menggunakan alas 6. sendal pasien
dan 7di lanjutkan
kaki yang tidak berbahan
licin karet, tidak
7. Menganjurkan licin.
berkonsentrasi 7. pasien bisa
untuk menjaga menjaga
keseimbangan keseimbangan
tubuh saat berdiri
dan berjalan

Keperawatan Anak | 44
Hari ke tiga. Sift Pagi
Tgl/jam Diagnose Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf
12 -11- Hipertemia “Manajemen Termogulasi” “Termogulasi”
2021 Hipertermia” (I.15506)
1. memonitor suhu 1. Suhu 36,7oC S : Keluarga pasien
08:40 tubuh 2. Menyalakan mengatakan :
08:30 2. Menyediakan ac suhu ac 20o  pasien sudah tidak
08:43 lingkungan yang 3. pakaian pasien demam
08:50 dingin tipis dan O : Pasien tampak :
08:50 3. Melonggarkan atau sudah Indikator S K S
08:55 lepaskan pakian dilonggarkan A H E
4. Memberikan cairan 4. diberikan air Pucat 3 5 3
oral minum. Suhu tubuh 3 5 3
5. Menganjurkan tirah 5. Pasien bedrest Kulit merah 4 5 3
baring di tempat A: masalah keperawatan
6. berkolaborasi tidur. belum terasi
pemberian cairan 6. diberikan P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
dan elektrolit cairan infus 6 di lanjutkan
intravena DS ¼ NS.

12 -11- Diare Manajemen diare “Eliminasi Fekal” Jam 14:00 WIB


2021 (I.03101) S : Keluarga pasien
1. Memonitor warna, 1. pasien masih mengatakan :
08:40 volume, frekuensi BAB 2 kali 6. pasien BAB 2 kali
08:30 dan konsistensi tinja sehari/24 jam. 7. Warna : Kuning
08:43 2. Memonitor tanda 2. Warna : 8. Konsistensi : cair
08:50 dan gejala Kuning berampas
08:50 hypovolemia 3. Konsistensi : 9. Bau khas feses
08:55 3. Memberikan asupan cair berampas O : Pasien tampak :
cairan oral 4. Bau khas feses Indikator S K S
4. Memberikan cairan 5. tidak ada A H E
intravena piting edema, Konsistensi 2 5 3
5. Menganjurkan turgor elastis, Frekuensi 3 5 5
makan porsi makan nadi 117 defekasi
dan sering secara x/menit Turgor 3 5 5
bertahap Kulit
A: masalah keperawatan
belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5 dan
6 di lanjutkan
12 -11- Resiko Pencegahan jatuh “Tingkat Jatuh” Jam 14.00 WIB
2021 jatuh (I.14540) S: Keluarga pasien
1. Menghitung resiko 1. hasil mengatakan:
08:40 jatuh dengan pengukuran  -
08:30 menggunakan skala Humpty
08:43 2. Mengorientasikan Dumpty O: Pasien tampak :
08:50 ruangan pada pasien dengan hasil Indikator S K S
08:50 dan keluarga 12 (Risiko

Keperawatan Anak | 45
08:55 3. Memastika roda Tinggi). A H E
tempat tidur dan 2. mengorientasi Jatuh dari 3 5 3
kursi roda selalu kan ruangan tempat
dalam ke keluarga. tidur
kondisiterkunci 3. roda tempat Jatuh saat 3 5 3
4. Memasang handrall tidur pasien berdiri
tempat tiidur terkunci Jatuh saat 4 5 4
5. Mengatur tempat 4. handrall duduk
tidur mekanisme tempat tidur Jatuh saat 3 5 3
pada posisi terendah terpasang. berjalan
6. Menganjurkan 5. posisi tempat
A: Masalah Keperawatan
menggunakan alas tidur pasien
belum teratasi
kaki yang tidak licin sudah paling
7. Menganjurkan rendah.
P: Intervensi, 1,2,3,4,5,6
berkonsentrasi untuk 6. sendal pasien
dan 7di lanjutkan
menjaga berbahan
keseimbangan tubuh karet, tidak
licin.
7. pasien bisa
menjaga
keseimbangan
saat berdiri
dan berjalan

Kebumen, 10 November 2021


Pemeriksa

(Kelompok 4)

Keperawatan Anak | 46
hari ketiga sift siang

Tgl/Jam Diagnose Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf


12 -11- Hipertemia “Manajemen Hipertermia” “Termogulasi” “Termogulasi”
2021 (I.15506)
1. memonitor suhu 1. Suhu 36,5oC S : Keluarga pasien
14:00 tubuh 2. Menyalakan mengatakan :
14:10 2. Menyediakan ac suhu ac 20 o
 pasien masih agak
14:15 lingkungan yang 3. pakaian pasien anget
14:20 dingin tipis dan O : Pasien tampak :
14:50 3. Melonggarkan atau sudah 1. Suhu 37,6oC
14:55 lepaskan pakian dilonggarkan 2. pasien menggunakan
4. Memberikan cairan 4. diberikan air baju tipis
oral minum. 3. Suhu ruangan AC
5. Menganjurkan tirah 5. Pasien bedrest 18oC
baring di tempat 4. Terpasang cairan D5
6. berkolaborasi tidur. ¼ NS 8 TMP
pemberian cairan dan 6. diberikan Indikator S K S
elektrolit intravena cairan infus A H E
DS ¼ NS. Pucat 3 5 5
Suhu 3 5 5
tubuh
Kulit 4 5 4
merah

A: masalah keperawatan
belum terasi
P: intervensi 1,2,3,4,5
dan 6 di lanjutkan
12 -11- Diare Manajemen diare “Eliminasi Fekal” “Eliminasi Fekal”
2021 (I.03101)
1. Memonitor warna, 1. pasien masih S : Keluarga pasien
14:00 volume, frekuensi BAB 1 kali mengatakan :
14:10 dan konsistensi tinja Sehari/24 jam. 1. pasien BAB 1 kali
14:15 2. Memonitor tanda 2. Warna : 2. Warna : Kuning
14:20 dan gejala Kuning 3. Konsistensi : lunak
14:50 hypovolemia 3. Konsistensi : berampas
14:55 3. Memberikan asupan lunak 4. Bau khas feses
cairan oral berampas O : Pasien tampak :
4. Memberikan cairan 4. Bau khas feses Indikator S K S
intravena 5. tidak ada A H E
5. Menganjurkan piting edema, Konsisten 2 5 5
makan porsi makan turgor elastis, si
dan sering secara nadi 120 Frekuensi 3 5 5
bertahap x/menit defekasi
Turgor 3 5 5
Kulit

1. tidak ada piting

Keperawatan Anak | 47
edema, turgor
elastis, nadi 120
x/menit
2. Terpasang cairan D5
¼ NS
A: masalah keperawatan
terasi
P: intervensi dihentikan
12 -11- Resiko Pencegahan jatuh “Tingkat Jatuh” “Tingkat Jatuh”
2021 Jatuh (I.14540)
1. Menghitung resiko 1. hasil S: Keluarga pasien
14:00 jatuh dengan pengukuran mengatakan:
14:10 menggunakan skala Humpty  -
14:15 2. Mengorientasikan Dumpty
14:20 ruangan pada pasien dengan hasil
14:50 dan keluarga 12 (Risiko O: Pasien tampak :
14:55 3. Memastika roda Tinggi). Indikator S K S
15:00 tempat tidur dan 2. mengorientasi A H E
kursi roda selalu kan ruangan Jatuh dari 3 5 4
dalam ke keluarga. tempat
kondisiterkunci 3. roda tempat tidur
4. Memasang handrall tidur pasien Jatuh saat 3 5 5
tempat tiidur terkunci berdiri
5. Mengatur tempat 4. handrall Jatuh saat 4 5 5
tidur mekanisme tempat tidur duduk
pada posisi terendah terpasang. Jatuh saat 3 5 5
6. Menganjurkan 5. posisi tempat berjalan
menggunakan alas tidur pasien
kaki yang tidak licin sudah paling  hasil pengukuran
7. Menganjurkan rendah. Humpty Dumpty
berkonsentrasi untuk 6. sendal pasien dengan hasil 12
menjaga berbahan (Risiko Tinggi)
keseimbangan tubuh karet, tidak
licin. A: Masalah Keperawatan
7. pasien bisa belum teratasi
menjaga
keseimbangan P: Intervensi, 1,2,3,4,5,6
saat berdiri dan 7 di lanjutkan
dan berjalan

hari ketiga sift malam


Tgl/Jam Diagnose Implementasi Evaluasi formatif Evaluasi sumatif Paraf

Keperawatan Anak | 48
12 -11- Hipertemia “Manajemen Hipertermia” “Termogulasi” “Termogulasi”
2021 (I.15506)
1. memonitor suhu tubuh 1. Suhu 36,7oC S : Keluarga pasien
22:00 2. Menyediakan 2. Menyalakan mengatakan :
22:30 lingkungan yang ac suhu ac  pasien masih agak
22:35 dingin 20o anget
22:40 3. Melonggarkan atau 3. pakaian O : Pasien tampak :
22:45 lepaskan pakian pasien tipis Indikator S K S
22:50 4. Memberikan cairan oral dan sudah A H E
5. Menganjurkan tirah dilonggarkan Pucat 3 5 5
baring 4. diberikan air Suhu 3 5 5
6. berkolaborasi minum. tubuh
pemberian cairan dan 5. Pasien Kulit 4 5 5
elektrolit intravena bedrest di merah
tempat tidur.
6. diberikan 1. Suhu 36,7oC
cairan infus 2. pasien menggunakan
DS ¼ NS. baju tipis
3. Suhu ruangan AC
18oC
4. Terpasang cairan D5
¼ NS 8 TMP
A: masalah keperawatan
terasi
P: intervensi dihentikan
13 -11- Diare Manajemen diare (I.03101) “Eliminasi Fekal” “Eliminasi Fekal”
2021 1. Jam 05.05 WIB 1. pasien masih S : Keluarga pasien
2. Memonitor warna, belum ada mengatakan :
22:00 volume, frekuensi dan BAB dari 1. pasien masih belum
22:30 konsistensi tinja malem 21.00 ada BAB dari
22:35 3. Jam 05.10 WIB sampai malam 21.00 sampai
22:40 4. Memonitor tanda dan sekarang sekarang.
22:45 gejala hypovolemia 2. Warna : O : Pasien tampak :
22:50 5. Jam 05.15 WIB Kuning Indikator S K S
6. Memberikan asupan 3. Konsistensi : A H E
cairan oral cair berampas Konsisten 2 5 5
7. Jam 05.20 WIB 4. Bau khas si
8. Memberikan cairan feses Frekuensi 3 5 5
intravena 5. tidak ada defekasi
9. Jam 05.25 WIB piting edema, Turgor 3 5 5
10. Menganjurkan makan turgor elastis, Kulit
porsi makan dan nadi 110
sering secara bertahap x/menit 1. tidak ada piting
edema, turgor
elastis, nadi 110
x/menit Nadi 126
x/menit
2. Terpasang cairan D5

Keperawatan Anak | 49
¼ NS
A: masalah keperawatan
terasi
P: intervensi dihentikan
13 -11- Resiko Pencegahan jatuh (I.14540) “Tingkat Jatuh” “Tingkat Jatuh”
2021 Jatuh 1. Menghitung resiko 1. mengorienta S: Keluarga pasien
jatuh dengan sikan mengatakan:
22:00 menggunakan skala ruangan ke  -
22:30 2. Mengorientasikan keluarga. 
22:35 ruangan pada pasien 2. roda tempat O: Pasien tampak :
22:40 dan keluarga tidur pasien Indikator S K S
22:45 3. Memastika roda terkunci A H E
22:50 tempat tidur dan kursi 3. handrall Jatuh dari 3 5 5
roda selalu dalam tempat tidur tempat
kondisiterkunci terpasang. tidur
4. Memasang handrall 4. posisi tempat Jatuh saat 3 5 5
tempat tiidur tidur pasien berdiri
5. Mengatur tempat tidur sudah paling Jatuh saat 4 5 5
mekanisme pada rendah. duduk
posisi terendah 5. sendal Jatuh saat 3 5 5
6. Menganjurkan pasien berjalan
menggunakan alas berbahan
kaki yang tidak licin karet, tidak  hasil pengukuran
7. Menganjurkan licin. Humpty Dumpty
berkonsentrasi untuk 6. pasien bisa dengan hasil 10
menjaga menjaga (Risiko Sedang)
keseimbangan tubuh keseimbanga
n saat berdiri A: Masalah Keperawatan
dan berjalan teratasi
7. pengukuran P: Intervensi Dihentikan.
Humpty
Dumpty
dengan hasil
10 (Risiko
sedang)

Keperawatan Anak | 50
KASUS KELOMPOK

Pada tanggal 10 november 2021, jam 19.30 WIB anak D berumur 2 tahun dibawa oleh
orang tuanya ke IGD RSUDS Kebumen dengan keluhan demam, demam naik turun pada
saat malam hari, nafsu makan psien menurun, BAB cair, konsisten lembek, darah dalam feses
positif (+)., pasien pernah mengalami kejang demam berusia 14 bulan, keluarga sudah
memberikan paracetamol ½ tablet, namun panasnya tidak turun, sehingga keluarga membawa
ke IGD RSUDS Kebumen. Dari IGD pasien pindahkan di rawat inap di ruang melati. Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu: Suhu: 37,7oC, Nadi: 108x/menit. Keadaan
umum pasien composmentis. Pasien di pasang infus D5 ¼ NS dengan 18 tpm
(Makro).diberikan terapi medis : Paracetamol 200 mg/8 jam, Zinc 1 x 20 mg, L-Bio 1 x 1
gram, Ampicilin 4 x 500 mg. Masalah Keperawatan yang ditegakkan yaitu Hipertermi. dan
diare. Akan dilakukan pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan feses, dan pemeriksaan
rongten.

Keperawatan Anak | 51
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pengkajian.
Biodata pasien pada kasus yaitu pada anak D, dengan usia 2 tahun 10 bulan 3 hari,
beragama islam, jenis kelamin laki-laki, alamat di tamanwinangun.
Berdasarkan hasil pengkajian pada An.D didapatkan hasil data :
DS : Keluarga pasien mengatakan siang panas tinggi, menjelang malam pasien
mengalami demam tinggi 39oC, pasien juga pernah mengalami kejang usia 14 bulan,
dirumah sudah diberikan paracetamol ½ tablet namun panas tidak turun sehingga
keluarga membawa pasien ke RS. BAB menggunakan pempers, sudah 4 kali, konsistensi
cair berampas.
DO : Pasien tampak lemas, Pucat, Bibir kering, Suhu 37,7oC, BAB menggunakan
pempers, sudah 4 kali, konsistensi cair berampas. Peristaltik usus 20 x/menit, Konsistensi
agak cair(lunak), terdapat lendir, terdapat bakteri di feses , Epitel feaces: 0-2 , Hasil
Humpty Dumpty adalah 12 (Risiko Jatuh). Hasil pemeriksaan rongen thorax dengan hasil
besar thorax normal dan dicurigai awal bronkopneumonia.
Pada data kasus ada beberapa data pengkajian yang sesuai dengan teori pengkajian
seperti Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit
lain yang menyertai. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare membawa
berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit. Gastroenteritis biasanya sering terjadi pada
anak-anak usia 0-5 tahun (42%). Pengkajian meliputi: Nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, dapatkan riwayat penyakit dengan cermat termasuk hal-hal berikut:
Seperti kemungkinan memakan makanan atau air yang terkontaminasi. Kemungkinan
infeksi ditempat lain (mis: pernafasan, infeksi saluran kemih). Lakukan pengkajian fisik
rutin. Observasi adanya manifestasi gastroenteritis akut. Catat keluaran fekal seperti
jumlah, volume dan karakteristik. Bantu dengan prosedur diagnostik seperti tampung
spesimen sesuai kebutuhan, feses untuk pH, berat jenis, frekuensi,, HDL, elektrolit
serum, kreatinin, BUN.

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.


Analisa data pada kasus yaitu terdapat 3 diagnosa keperawatan yang pertama dengan
problem hipertermi, etiologi proses infeksi. Dengan data DS : Keluarga pasien

Keperawatan Anak | 52
mengatakan siang panas tinggi, menjelang malam pasien mengalami demam tinggi 39oC,
pasien juga pernah mengalami kejang usia 14 bulan, di rumah sudah di berikan
paracetamol ½ tablet namun panas tidak turun sehingga keluarga membawa pasien ke
RS. DO : Pasien tampak lemas, Pucat, Bibir kering, Suhu 37,7 oC, Peristaltik usus 20
x/menit, Konsistensi agak cair (lunak), terdapat lendir, terdapat bakteri di feses , Epitel
feaces: 0-2. Terdapat diagnose kedua dengan problem diare, etiologic proses infeksi,
dengan data DS: Keluarga pasien mengatakan pasien menggunakan pempers, dan BAB
sudah 4 kali, konsistensi cair berampas. DO: Pasien tampak lemas, Pucat, Bibir kering,
Suhu 37,7oC, Peristaltik usus 20 x/menit, Konsistensi agak cair (lunak), terdapat lendir,
terdapat bakteri di feses , Epitel feaces: 0-2. Terdapat diagnose kedua dengan problem
diare, etiologic proses infeksi. Terdapat diagnosa ketiga dengan problem Risiko Jatuh
dibuktikan dengan hasil humpty dumpty hasil 12 (risiko tinggi).
Pada teori terdapat diagnosa keperawatan hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan, Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan, Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peroses penyakit, Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologi hiperpristaltik.
Pada kasus hanya terdapat 3 diagnosa yaitu hipertemi berhubungan dengan proses
infeksi, diare berhubungan dengan proses infeksi, dan risiko jatuh dibuktikan dengan
hasil penilaian humpty dumpty dengan hasil 12 (Risiko Tinggi). Karena pada kasus
pasien berumur 2 tahun 10 bulan, sehingga perlu untuk di tegakkan diagnose risiko jatuh
oleh karena itu diagnose pada kasus dan teori tidak sesuai dengan teori gastroenteritis
akut.

C. Reancana Tindakan.
Pada rencana Tindakan teori untuk diagnose hipertermi dengan intervensi Manajemen
Hipertermia yaitu : Identifikasi penyebab hipertermia, Monitor suhu tubuh, Sediakan
lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakian, basahi dan kipasi permukaan
tubuh, berikan cairan oral, anjurkan tirah baring, Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena. Kolaborasi pemberian antibiotik. Terdapat juga rencana Tindakan
untuk diagnosa diare dengan intervensi manajemen diare yaitu: Identifikasi penyebab
diare, Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, Monitor tanda dan gejala
hypovolemia (Turgor kulit, Nadi), Berikan asupan cairan oral, Pasang jalur intravena,
Berikan cairan intravena, Anjurkan makan porsi makan dan sering secara bertahap.

Keperawatan Anak | 53
Terdapat juga diagnose risiko jatuh dengan intervensi pencegahan jatuh yaitu:
Identifikasi resiko jatuh, Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala ,Orientasikan
ruangan pada pasien dan keluarga, Pastika roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisiterkunci, Pasang handrall tempat tidur, Atur tempat tidur mekanisme pada posisi
terendah, Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin, Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Rencana Tindakan pada teori pada diagnose hipertermi yaitu Monitor suhu tubuh.
Lakukan kolaborasi dalam pemberian anti piretik. Lakukan kompres hangat saat anak
mengalami demam. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi. Sedangkan
untuk diagnose risiko jatuh tidak terdapat rencana Tindakan secara teori pada
gastroenteritis akut.

D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi.


Implementasi pada teori yaitu Tahap proses keperawatan dengan melakukan berbagai
strategi tindakan keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam masalah keperawatan
gastroenteritis akan dilakukan implementasi yaitu , Melakukan pengkajian terhadap
asupan nutrisi. Melakukan pengkajian terhadap asupan yang dikonsumsi. Menjelaskan
pentingnya pemberian asupan nutrisi yang sesuai pada anak 0-5 tahun. Menciptakan
lingkungan yang nyaman.
Implementasi pada kasus yaitu sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah di
tegakkan , pada diagnose pertama yaitu “Manajemen Hipertermia” dengan Tindakan
yang akan dilakukan yaitu memonitor suhu tubuh, Menyediakan lingkungan yang dingin
Memberikan cairan oral, Menganjurkan tirah baring, berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena. Dengan diagnose kedua yaitu Manajemen diare yaitu:
Mengidentifikasi penyebab diare, Mengidentifikasi riwayat pemberian makanan,
Memonitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, Memonitor tanda dan gejala
hypovolemia, Memberikan asupan cairan oral, Memasang jalur intravena, Memberikan
cairan intravena, Menganjurkan makan porsi makan dan sering secara bertahap
Implementasi pada kasus yaitu sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah di
tegakkan , pada diagnose ketiga yaitu: Mengidentifikasi resiko jatuh, Menghitung resiko
jatuh dengan menggunakan skala ,Mengorientasikan ruangan pada pasien dan keluarga,
Memastika roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisiterkunci, Memasang
handrall tempat tidur, Mengatur tempat tidur mekanisme pada posisi terendah,

Keperawatan Anak | 54
Menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin, Menganjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan tubuh
E. Analisa SWOT.
1. Strength (kekuatan)
Pedoman Manajemen Terpadu Penyakit Anak (IMCI) Organisasi Kesehatan
Dunia merekomendasikan bahwa manajemen kasus diare termasuk terapi rehidrasi
oral (ORT) dalam hubungannya dengan menyusui terus menerus dan suplementasi
seng untuk mencegah hasil yang mematikan dari episode diare di antara anak-anak.
ORT memerlukan penggunaan garam rehidrasi oral (ORS) dan cairan rumah yang
direkomendasikan. ORS dianggap sebagai kunci utama ORT dan telah dilaporkan
mencegah 93% kematian akibat diare, yang secara signifikan berkontribusi terhadap
penurunan angka kematian akibat penyakit diare pada anak. Nasser, Madhu, Atteraya
(2021)
Hasil penelitian dari jurnal Nasser, Madhu, Atteraya (2021) adalah Oralit
menggunakan fitur efektivitas biaya dan manfaat potensial untuk mencegah hasil
kesehatan yang merugikan untuk anak-anak dengan episode diare. Dengan demikian,
cakupan oralit yang lebih luas sangat berharga. Mengintegrasikan upaya untuk
meningkatkan penggunaan oralit dengan layanan perawatan Kesehatan pranatal untuk
wanita hamil juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup anak-
anak.
2. Weaknes (kelemahan)
Hasil Penelitian dari jurnal Nasser, Madhu, Atteraya (2021) yaitu Prevalensi
terapi oralit pada balita dengan diare adalah 30%, artinya hanya satu dari tiga balita
diare yang mendapatkan terapi oralit di ethiopia. Meskipun demikian, penggunaan
yang lebih rendah di Ethiopia setara dengan rata-rata global dan Afrika, yang
merupakan pengungkapan dari kurang dimanfaatkannya pengobatan hemat biaya ini
di seluruh dunia. Hambatan dikutip untuk memperluas penggunaan terapi oralit
termasuk biaya, kurangnya kesadaran, dan ketersediaan, pada di jurnal ini juga tidak
ada di cantumkan takaran nya sehingga kita tidak biasa untuk di terapkan di keluarga
pasien .
Kelemahan dalam jurnal ini adalah oralit sudah diberikan di rumah sakit
dengan kolaborasi dokter dan farmasi,

Keperawatan Anak | 55
3. Oppoutuniti (peluang)
Hasil penelitian dari jurnal Nasser, Madhu, Atteraya (2021) yaitu
pengurangan risiko penyakit diare harus fokus pada peningkatan sanitasi yang baik
dan air minum yang aman. Meskipun demikian, penggunaan cakupan terapi oralit
yang diperluas diperlukan untuk lebih mengurangi kematian anak yang dapat dicegah
di Ethiopia.
4. Theated (ancaman)
Menurut jurnal Nasser, Madhu, Atteraya (2021) Penyakit diare merupakan
penyebab kedua kematian balita. Sebagian besar kematian ini dapat dicegah melalui
intervensi hemat biaya yang dapat dengan mudah diterapkan di rangkaian miskin
sumber daya.Penyakit diare menyebabkan kematian karena dehidrasi parah dan
kehilangan cairan, serta melalui infeksi darah sistemik yang kadang-kadang terkait
dengannya. Selain menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang signifikan, penyakit
diare dapat berdampak negatif pada pertumbuhan awal anak, mungkin dengan
mengganggu penyerapan nutrisi.

Keperawatan Anak | 56
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus Pada pasien anak GEA dengan diagnosa hipertermi, diare
dan risiko jatuh, dari pengkajian, analisa data, dan intervensi keperawatan sampai
implementasi keperawatan didapatkan perbedaan antara diagnosa keperawatan di teori
dengan di kasus sesuai dengan kondisi pasien. Dan intervensi keperawatan sudah
sesuai dengan teori, kemudian implementasi keperawatan dan evaluasi pasien dengan
diagnosa hipertemi belum teratasi, karena dipengaruhi oleh hasil pemeriksaan
rongthen thorax dengan diagnosa suspect bronco pneumonia. Untuk diagnosa risiko
jatuh dan diare sudah teratasi.
Kesimpulan dari jurnal pada kasus intervensi terapeutik yang digunakan pada
jurnal dan kasus yaitu penggunaan oralit. Oralit menggunakan fitur efektivitas biaya
dan manfaat potensial untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan untuk anak-
anak dengan episode diare. Dengan demikian, cakupan oralit yang lebih luas sangat
berharga. Mengintegrasikan upaya untuk meningkatkan penggunaan oralit dengan
layanan perawatan kesehatan anak dengan diare juga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kelangsungan hidup anak-anak.
2. Saran
Saran untuk layanan kesehatan perlunya meningkatkan pengetahuan pada ibu pasien
dengan anak yang menderita diare dengan meningkatkan pemeberian oralit dirumah.
Agar menurangi risiko dehidrasi pada anak dengan diare yang berakibat pada
kesehatan anak.

Keperawatan Anak | 57
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto. (2013). Orang Tua Cermat, Anak Sehat. Jakarta: Gagas Media.
Herdman, H. (2014). NANDA Internasional: Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC
LeMone Priscilla, Burke Karen M, dan Bauldoff Gerene. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Muttaqin dan kumala (2011). gagguan gastroentestinal-aplikasi asuhan keperawatan
medikal bedah. Jakarta: Salemba medika.
Pujiarto Purnamaw Sujud. (2015). Gatroentritis Akut pada anak.Inhealth gazzette.
PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rini Nur’aeni y.2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik dengan
Masalah ketidakefektifan Ferfusi Jaringan Celebral di Ruang Kenanga RSUD. Dr.
Soedirman Kebumen.Stikes Gombong
Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Republik
Indonesia. from http://kesmas.kemkes.go.id.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2017). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta:
EGC.
Sodikin (2011). Asuhan keperawatan anak: gangguan sistem gastrointestinal dan
hepatobilier.Jakarta: salemba medika
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Widagdo (2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto

Keperawatan Anak | 58

Anda mungkin juga menyukai