Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

DIABETES MILITUS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Di Susun Oleh Kelompok 4:


Ferika Liza Aulia (21160006)
Bima Mandala Putra (21160017)
Jeane Claudya Sidete (21160019)
Merida Dwi Cahyaningsih (21160053)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022

A. TOPIK
1. Pokok pembahasan : diabetes mellitus
2. Sub pokok pembahasan : Pencegahan diabetes militus
3. Waktu pembahasan : 30 Menit
4. Hari dan tanggal : Kamis , 20 Januari 2021
5. Tempat :Bangsal Arumbinang
RSUD dr. Soedirman Kebumen.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan tentang diabetes mellitus pada orang
dewasa atau keluarga pasien , diharapkan Klien pasien dapat
memahami tentang faktor penyebab DM , tanda dan gejala
pencegahan serta orang tua mau menjaga gizi anak agar tetap
seimbang.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, Klien pasien mampu :
a. Mengetahui dan memahami pengertian stunting.
b. Mengetahui klasifikasi diabetes Militus.
c. Mengetahui faktor penyebab diabetes militus.
d. Mengetahui tanda & gejala diabetes militus.
e. Mengetahui pencegahan diabetes militus.
f. Mengetahui komplikasi diabetes militus.
C. MATERI PENYULUHAN
1. Definisi diabetes militus.
2. Klasifikasi diabetes Militus.
3. Faktor penyebab diabetes militus.
4. Tanda & gejala diabetes militus.
5. Pencegahan diabetes militus.
6. Komplikasi diabetes militus.

D. SASARAN
Untuk kegiatan ini perserta yang dipilih adalah Klien yang memenuhi
kriteria hasil :
1. Keluarga yang menunggu pasien di bangsal arumbinang.
2. Keluarga yang koopratif untuk dilakukan penyuluhan.
E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
F. MEDIA
1. Lembar balik
2. Leaflet
G. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS
1. Pembagian tugas
a. Penyuluh :
b. Fasilitator :
c. Moderator :
d. Observer :
2. Tugas
a. Penyuluh
1) Membuka kegiatan
2) Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
3) Memandu jalannya kegiatan penyuluhan
4) Menyampaikan materi penyuluhan
b. Fasilitator
1) Mendampingi Klien pasien selama kegiatan berlangsung.
2) Memandu jalannya kegiatan.
3) Menyampaikan materi penyuluhan.
c. Observer
1) Mengevaluasi dan mencatat pelaksanaan kegiatan.
2) Mengevaluasi perangkat yang digunakan dan kemampuan
klien.
d. Moderator
1) Memimpin jalannya acara
H. PROSES PELAKSANAAN

SAP PENYULUHAN PADA ANAK DENGAN STUNTING

N0 WAKTU MATERI KEGIATAN KEGIATAN


PENYULUHAN PESERTA
1. 5 menit Persiapan a. Menyiapkan
tempat
b. Menyiapkan alat
( lembar balik
dan leaflet ) Mengikuti arahan
c. Menyiapkan penyuluh
Klien yang akan
diberikan
penyuluhan
2. 5 menit Pembukaan a. Penyuluh Menjawab salam
membuka dengan
mengucapkan
salam Klien
b. Penyuluh memperkenalkan
memperkenalkan diri
diri Klien
c. Penyuluh memperhatikan
memperkenalkan
nama Klien
d. Penyuluh Memperhatikan
menjelaskan
tujuan dari
penyuluhan Memperhatikan
e. Penyuluh
melakukan
kontrak waktu
3. 10 menit Pelaksanaan a. Mengatur posisi Mengikuti arahan
duduk Penyuluh penyuluh
b. Menjelaskan Membaca dan
materi memahami isi
penyuluhan Klien bertanya
c. Memberi
kesempatan klien
bertanya
d. Fasilitator
mendampingi
klien dan
memfasilitasi
yang dibutuhkan
selama kegiatan
4. 5 menit Evaluasi a. Memberikan Klien bertanya
kesempatan kepada penyuluh
Klien pasien
untuk bertanya
b. Menanyakan Klien menjawab
kepada pasien pertanyaan
mengenai
diabetes militus
5. 3 menit Penutup a. Penyuluh Klien pasien
menutup acara menerima reward
penyuluhan
dengan
memberikan Menjawab salam
reaward
b. Salam penutup

I. EVALUASI
Kriteria evaluasi :
1. Kriteria struktur
a. Peserta penyuluhan hadir dan mengikuti penyuluhan hingga
selesai.
b. Penyelenggaran pemberian penyuluhan dilakukan di RSUD dr.
Soedirman kebumen.
c. Persiapan penyelenggaraan penyuhan dilakukan saat sebelum
dilakukan penyuluhan.
2. Kriteria proses
a. peserta mendengar mendengarkan dan memperhatikan selama
dilakukan penyuluhan.
3. Kriteria hasil
a. Klien dapat memahami dan mengerti mengenai diabetes
militus .

LAMPIRAN MATERI
Materi Diabetes Militus

A. DEFINISI
Diabetes Melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(Hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif. (Dr. Hasdiana H.R, 2012)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012,
diabetes merupakan suatu kelompok panyakit metabolic dengan
karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang berkaitan dengan
defisiensi atau resistensi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Paramita, 2011).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok gangguan metabolik
yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa dalam darah
didalam tubuh atau hiperglikemi. Diagnosa DM dapat ditegakan apabila
kadar glukosa darah sewaktu >200g/dl atau gula darah puasa >126g/dl
disertai gejala klasik yaitu poliuria, polidipsi dan polifagia (Yasmara,
2013).
B. KLASIFIKASI
Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus seperti
American Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis Diabetes
Melitus berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi
yang sama di Indonesia menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama
seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni,
2015). Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan etiologi menurut Perkeni
(2015) adalah sebagai berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes
Melitus/IDDM) Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau
destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat pada keadaan
defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan
sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes melitus (DM) tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes
Melitus/NIDDM) Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang
diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup
tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar
gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi
secara relatif pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat
mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut. DM tipe II selalu
dihubungkan dengan bentuk sindrom resistensi insulin lainnya
(tlipetlipidemia, hipertensi, akantoksis, nigrikans, penyakit
perlemakan hati non alkoholik).
3. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab Diabetes Melitus tipe lain
sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik
fungsi sel beta, efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi
dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.
4. Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat
hamil. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone
pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin.
C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui,
factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada
akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk- bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik  

D. TANDA GEJALA
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan
diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara
lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia
(banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan
penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan
pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat
mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Tanda atau gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) sebagai berikut
(Perkeni, 2015):
1. Pada Diabetes Melitus Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan
adalah poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering minum),
polifagia (nafsu makan meningkat), penurunan berat badan, cepat
merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
2. Pada Diabetes Melitus Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya
hampir tidak ada. Diabetes Melitus Tipe 2 seringkali muncul tanpa
diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian
ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.
Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar
sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya
menderita hipertensi, hyperlipidemia obesitas, dan juga komplikasi
pada pembuluh darah dan syaraf.
E. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan 
dikurangi atau ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body
Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
    
1) Kurus (underweight)    BBR < 90 %
2) Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight)    BBR > 110%
4) Obesitas apabila         BBR > 120%
a) Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang      BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat          BBR 140% -  200%
d) Morbid                    BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita   DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal)              BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita
DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
1 1/2  jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka
latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai
efek intraselluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves

F. KOMPLIKASI

1. Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung, dan


stroke.

2. Kerusakan saraf (neuropati diabetik). Kondisi ini sering terjadi pada


kaki, dengan gejala yang muncul dapat berupa mati rasa hingga
nyeri. Pada pria, kerusakan pada saraf juga berkaitan dengan
terganggunya fungsi seksual.

3. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik). Kerusakaan yang parah dapat


menyebabkan gagal ginjal. Jika diabetes dibiarkan dalam waktu yang
lama, kerusakan ginjal bisa mencapai stadium akhir.

4. Kerusakan mata (retinopati diabetik). Kerusakaan pada pembuluh


darah retina berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan.

5. Gangguan pendengaran.

6. Gangguan kulit, seperti lebih mudah terjangkit infeksi bakteri


maupun virus.

7. Penyakit Alzheimer

8. Luka yang tak kunjung sembuh hingga gangrene

Infeksi oportunistik, seperti pneumonia atau penyakit jamur hitam


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2012). Standar of medical care in diabetes.


http://care.diabetesjournals

Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas,           Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-
54.

Dr. Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Melitus.Yogyakarta : Nuha Medika

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Novitasari, Retno. (2012). Diabetes Melitus. Yogyakarta : Nuha Medika.

Paramita. (2011). Nursing, Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT


Indeks

PERKENI. (2015) Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI

WHO. 2015. “Diabetes Mellitus.” (www.searo.who.int.)

Sulastri D. Faktor determinan kejadian stunting pada anak usia sekolah di

kecamatan lubuk kilangan Kota Padang. J Kesehat - Maj Kedokt Andalas.

2012;36(1):39–50.

TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).

Pertama. (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, ed.). Jakarta:

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 2017


Walker CLF, Lamberti L, Adair L, Guerrant RL, Lescano AG, Martorell R,

Pinkerton RC BR. Does childhood diarrhea influence cognition beyond the

diarrhea-stunting pathway? PLOS ONE J. 2012;7(10):1–6.

http://journals.plos.org/plosone/arti cle/file?id=10.1371/journal.pone.00

47908&type=printable.

Yustika AE. Buku Pelengkap Sistem pembangunan desa. 2015:41

Anda mungkin juga menyukai