PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak petani yang enggan menggunakan alat pelindung diri dengan alasan
ketidak nyamanan, mengganggu pekerjaan, dan merasa tidak perlu menggunakannya,
sehingga hanya sedikit petani yang ditemui menggunakannya,serta yang di pakai pun
tidak sesuai aturan dan terkesan asal pakai. Petani merupakan salah satu pekerjaan
sektor informal, dimana orang-orang yang bekerja di sektor informal pengetahuan
akan pentingnya alat pelindung diri masih kurang dibandingkan dengan orang yang
bekerja di sektor formal. (Manalu, 2019).
Kabupaten OKU Timur merupakan salah satu sentra pertanian bagi Sumatera
Selatan .Pertanian merupakan mata pencaharian terbanyak di masyarakat. Desa
Sukanegeri yang terletak di Kecamatan Semendawai Barat adalah salah satu desa
yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dalam melakukan
pekerjaannya untuk meningkatkan hasil pertaniannya para petani selalu menggunakan
pestisida untuk mengurangi serangan hama ataupun serangga pada lahan
pertaniannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penggunaan APD serta keluhan kesehatan yang
dialami para petani pengguna pestisida di Desa Sukanegeri Kecamatan Semendawai
Barat Kabupaten Oku Timur.
2. Tujuan Kusus
D. Manfaat Peneitian
1. Bagi Masyarakat/Petani
Sebagai bahan informasi bagi petani akan pentingnya penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada saat penggunaan pestisida.
3. Bagi Penulis
Sebagai penambah wawasan pengalaman dan pengetahuan penulis dalam
penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida
1. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk
mencegah, memberantas, menjauhkan atau mengendalikan setiap jenis hama (pest),
pestisida dapat berbentuk bahan kimia, agen biologik (misalnya virus atau bakteri),
antimikroba disinfektan atau bahan lainnya. Pestisida umumnya dimanfaatkan
dibidang pertanian dan perternakan, namun penggunaan dilingkungan rumah
meningkat dengan pesat. Berbagai pestisida digunakan didalam rumah, diantaranya
adalah penyemprot lipas, repelen serangga, racun tikus, penyemprot caplak, dan
bedak untuk caplak, diisnfektan atau bahan pembersih banyak digunakan didapur,
kamar mandi, pemberantas lumut dikolam renang, dan berbagai pestisida yang
digunakan dipadang rumput dan kebun. (Soedarto, 2013).
Pestisida secara harafiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan
sida meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo”
yang berarti membunuh, pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah
biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad penganggu sasaran. Tetapi juga
dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk bukan
tanaman, ternak dan organisme lainnya. (Pratuna, 2018).
2. Penggolongan Pestisida
Berdasarkan sasaran penggunaanya, maka pestisida dibagi beberapa
kelompok, yaitu :
a. Insektisida :racun yang digunakan untuk mengendalikan hama-hama
serangga ,seperti hama wereng,belalang dsb.
b. Fungisida :adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit
yang disebabkan oleh jamur seperti penyakit busuk akar yang disebabkan
oleh phytium sp.
c. Bakterisida :adalah racun yang digunakan untuk membunuh penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, seperti penyakit kresek pada tanaman padi yang
disebabkan oleh Xanthomonas sp.
d. Virusida :adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit
yang disebabkan oleh virus seperti virus tungro.
e. Akarsida :adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan hama yang
disebabkan oleh tungau atau caplak.
f. Nematosida :adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan hama
yang disebabkan oleh cacing nematoda seperti Meloidoggyne sp.
g. Rodentisida :adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan hama
tikus.
h. Herbisida :adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan gulma.
(Dantjene T.Sambel, 2015)
a.Organofosfat
Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat).Pestisida golongan organo
fosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikaan kelompok
chlorinated hydrocarbonyang mempunyai sifat :
1) Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet hydrocarbon.
2) Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka waktu
yang lama.
3) Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme.
4) Lebih toksik terhadap hewan hewan bertulang belakang, jika dibandingkan
dengan organoklorine.
5) Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzim cholisneterase.
Organophospat adalah insektisida yang paling tosik diantara jenis
pestisidalainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang, termakan dalam
jumlah yang sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari
beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat
menghambat aksi psedoklorinesterase dalam plmenghidrolisis asetylcholin menjadi
acetat dan klolin.Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylchholin
meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf
pusat dan perifer. Hal tersebut menimbulkan timbulnya gejala keracunan yang
berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
b. Karbamat
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini
daya toksinitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat,
tetapi sangat efektif membunuh insektisida.
c. Organoklorin
Organoklorin disebut “chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklari fikasikan menurut bentuk kimianya.Yang populer dan yang
pertama kali yang disintesis adalah “dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut
DTT. (AFRIYANTO, 2008)(Kesehatan et al., 2015)
1. Usia
Usia merupakan fenomena alam, semakin lama seseorang hidup maka usia
semakin bertambah. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin banyak hal-
hal yang dialaminya, bertambahnya usia seseorang metabolisme tubuh akan menurun
dan akibatnya menurun aktifitas kholinesterase darah sehinggga mempermudah
terjadinya keluhan kesehatan yaitu keracunan pestisida. Usia berkaitan dengan
kekebalan tubuh seseorang dalam mengatasi tingkat toksisitas suatu zat, semakin
bertambah usia seseorang maka sistem kekebalan di dalam tubuh akan semakin
berkurang.(Irnayanti, 2020)
2. Jenis kelamin
Kadar kholin bebas pada plasma laki-laki dewasa normal dengan rata-rata
sekitar 4,4μg/ml. Kaum wanita mempunyai rata-rata aktifitas khlinesterase darah
lebih tinggi dari laki-laki. Namun, tidak diizinkan wanita untuk menyemprot
pestisida, karena pada saat kehamilan kadar kholinesterase cenderung turun dari
kadar normal.(Irnayanti, 2020)
3. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang cukup mengenai pestisida sangat penting dimiliki oleh
seseorang yang akan mengaplikasikan pestisida, khususnya petani penyemprot
pestisida, karena dengan pengetahuan yang cukup para petani penyemprot dapat
melakukan pengelolaan pestisida dengan cara yang dianjurkan, sehingga risiko
keracunan dapat dihindari.(Irnayanti, 2020)
4. Lama kerja
Semakin lama petani menjadi penyemprot pestisida, maka semakin lama juga
kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan pestisida semakin tinggi.
Keracunan pestisida akan berlangsung mulai dari selesai penyemprotan hingga 2
minggu setelah melakukan penyemprotan.(Irnayanti, 2020)
5. Status gizi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap masalah-masalah kesehatan,
misalnya; meningkatkan kelambanan, kelemahan daya tahan tubuh dan fisik,
mengurangi inisiatif dan meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan jenis penyakit
lainnya. Semakin buruk status gizi seseorang maka akan semakin mudah seseorang
tersebut terjadi masalah kesehatan.(Irnayanti, 2020)
D. Pengetahuan
1.Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan
persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui
indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat
hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas
pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.
Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif
terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).
2. Tingkat Pengetahuan
E. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).
F. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Dimana juga sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
(Irnayanti, 2020)
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.Merespon (responding), membmengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab atas segala suatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling
tinggi manurut Notoatmodjo(2011).
G. Kerangka Teori
Penggunaan
Penggunaan APD Pestisida
Karakteristik Perilaku
Petani Petani
1. Usia 1. Tingkat
2. Pendidikan Pengetahuan
3. Jenis 2. Sikap
Kelamin 3. Tindakan
Keluhan
Kesehatan