Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALH ARTI PENTING MANAJEMEN PUBLIK

DALAM PENGELOLAAN PEMERINTA

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Priska Viona seran
2. Nurlinda Pattiiha
3. Filiani Kalami
4. Adrince Mayor
5. Hartin Sarhoka
6. Kelion K Kamiroki
7. Modi M Ulimpa

8. Friendy H Lesnussa

PROGRAM STUDI ADMINISTRA PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS VIKTORI SORONG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini yang menjadi pokok pembahasan adalah “ARTI PENTING
MANAJEMEN PUBLIK DALAM PROSES PENGELOLAHAN PEMERINTAH ”, suatu
makalah yang menitik beratkan pada paradigma manajemen publik, ruang lingup serta
karakteristik, arah dan tujuan dari manajemen publik itu sendiri. Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam pemahaman tentang arti penting manajemen public dalam pengelolaan
pemerintah yang hasilnya dapat menjadi masukan serta pengetahuan yang dapat dipelajari.
Bagi kami sebagai peyusun kami merasa masih ada banyak kekurangan dalam
penyusunnan makalah ini, maka dari itu kami membutukan Kritik dan Saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
Demikian makalah ini disusun semoga bermanfaat baik khususnya untuk kami serta
pembaca.

Sorong, 22 November 2021

Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................. 2
BAB III ANALISIS .......................................................................................... 3
A. Paradigma Manajemen Publik ............................................................... 3
B. Defenisi Manajemen Publik ................................................................... 3
C. Lingkup Manajemen Publik ................................................................... 3
D. Karakteristik, arah dan tujuan Manajemen Publik ................................. 3
E. Kasus Manajemen dan Adminitrasi Publik............................................ 3
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 4
A. Kesimpulan ................................................................................
4
B. Saran ..........................................................................................
4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 5

ii
BAB I PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun belakangan Manajemen Publik menjadi isu yang populer di
dunia empirisme, Manajemen publik telah menjadi isu penting bagi sektor publik . Dalam
sebuah pemerintahan diperlukan manajemen atau pengelolaan yang baik terutama dalam
bentuk pelayanan publik. Hal ini dikarenakan semakin kompleks masyarakat, kebutuhan akan
barang dan jasa publik semakin tidak terbatas. Sehingga diperlukan manajemen pelayanan
publik sebagai bentuk evaluasi kualitas organisasi pelayanan baik pemerintah pusat maupun
daerah.
A. Latar Belakang
Ilmu Administrasi Negara sebagai suatu kajian ilmu, dapat dikatakan masih berusia
muda dan belum matang sepenuhnya. Baru mulai dibahas atau dianggap sebagai suatu
cabang ilmu tersendiri pada awal abad ke 20, sehingga wajar dalam perkembangannya masih
mengalami pergantian paradigma yang cukup signifikan dan terkadang paradigma yang baru
nampak sebagai reaksi terhadap paradigma yang lama (yang dalam beberapa kejadian
merupakan kebalikan dari paradigma sebelumnya). Perubahan-perubahan paradigma dalam
melihat Ilmu Administrasi Negara itu tentunya sangat berpengaruh pada perkembangan
Manajemen Publik, sebagai bagian takkan terpisahkan dari Ilmu Administrasi Negara.
Perubahan paradigma yang mewarnai perjalanan Ilmu Administrasi Negara selama satu abad
ini, dan juga mempengaruhi pengertian kata public dari kata Manajemen Publik yang
berkonsekuensi pada perubahan Manajemen Publik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa paradigma manajemen publik (OPA-NPM-NPS)?
2. Apa definisi manajemen publik?
3. Apa lingkup manajemen publik?
4. Apa karakteristik, arah dan tujuan manajemen publik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui paradigma manajemen publik (OPA-NPM-NPS).
2. Untuk mengetahui definisi manajemen publik.
3. Untuk mengetahui lingkup manajemen publik..
4. Untuk mengetahui karakteristik, arah dan tujuan manajemen publik.

1
BAB II TINJAUAN TEORI

Era tahun 1980 dan awal 1990-an telah muncul pendekatan manajerial baru pada sektor
publik, sebagai penyempurnaan model administrasi tradisional. Pendekatan ini
mempermudah beberapa permasalahan yang ada pada model sebelumnya, namun cara ini
menimbulkan perubahan dramatis dalam operasi sektor publik. Pendekatan manajerial
memiliki banyak istilah seperti : managerialism (Pollit, 1990), New public management
(Hood, 1991) : marketbased public administration (Lan and Rosenbloom), 1992) atau
intreprenuerial government (Osborne and Gaebler, 1992). Selanjutnya lebih banyak dikenal
dengan istilah new public management (dan managerialism dimana penggunaan istilah
tersebut dapat saling dipertukarkan, walaupun istilah managerialism cenderung digunakan
sebagai pejorative (ekspresi untuk mengkritik ) oleh para penulis lain.
Perbedaan penggunaan istilah “new public management” tersebut meskipun merefleksikan
perbedaan pandangan dan penekanan, namun pada umumnya mereka juga memiliki
kesamaan points. Pertama, apapun istilah yang dipakai, hal tersebut tetap menggambarkan
state of nature dari traditional public administration dengan atensi yang lebih besar diberikan
untuk pencapaian tujuan organisasi,serta responsibilitas dari para manajer. Kedua, adanya
keinginan untuk mereformasi birokrasi klasik dengan menyusun model organisasi, SDM dan
system serta kondisi kerja yang lebih fleksibel. Ketiga, sistem organisasi dan objektivitas
individu diletakkan secara jelas dan ini memungkinkan pemantauan hasil melalui
performance indicators/indikator prestasi / kinerja atau program-program systematic
evaluation lainnya seperti konsep Triple E: economi, efficiency dan effectiveness. Keempat,
fungsi pemerintahan adalah menghadapi market test, seperti mengikat kontrak/persetujuan
atau separasi steering from rowing. Keterlibatan pemerintah tidak harus selalu berarti
memerlukan peraturan birokratik. Kelima, dalam beberapa kasus terdapat sebuah
kecenderungan kearah pereduksian fungsi pemerintah melalui privatisasi. Semua point ini
dihubungkan ke satu tujuan yaitu merubah orientasi dari proses ke hasil yang diinginkan.

New Public Management merupakan paradigma baru untuk menawarkan


cara/pendekatan yang lebih realistis. Model baru management publik ini telah secara efektif
menggantikan model tradisional administrasi publik dan mengakibtakan sektor publik dalam
jangka panjang tidak dapat dihindari akan bercorak managerialism, baik dalam teori maupun
praktek. Manajemen publik adalah cabang atau satu aspek dari bidang studi yang lebih luas

2
yakni ilmu administrasi publik .Sebagai bagian dari Administrasi Publik, Manajemen Publik
adalah ilmu dan seni yang berintikan methodology terapan untuk merancang program
program administrasi publik,restrukturisasi organisasi, kebijakan dan perencanaan
manajerial, alokasi sumberdaya, system penganggaran (budgeting systems), pengelolaan
financial, manajemen SDM, masalah audit serta evaluasi program. Secara lebih
spesifik,sering pula dikatakan bahwa manajemen publik memandang administrasi publik
sebagai profesi sedangkan administrasi publik memandang manajer publik sebagai praktisi.

Fungsi utama dan isu mutakhir dalam studi manajemen public antara lain mencakup:
Management of InformationTechnology, Privatization, Rationality and Accountability,
Planning and Control

3
BAB III ANALISIS

A. Paradigma Manajemen Publik (OPA-NPM-NPS)

1. OPA (Old Public Administration)


Administrasi Publik Tradisional / Klasik (The Old Public Administration).
Perkembangan paradigma administrasi publik klasik dimulai ketika awal kelahiran dari
administrasi publik itu sendiri. Administrasi publik klasik sebagaimana yang dijelaskan oleh
Teguh Kurniawan dalam jurnalnya yang berjudul “Pergeseran Paradigma Administrasi
Publik : dari Perilaku Model Klasik dan NPM ke Good Governance”, pada masa
perkembangan awal, administrasi publik dikenal dengan konsep yang sangat legalistik, ter-
institusionalisasi, dengan berbagai macam aturan yang mengikat, struktur organisasi yang
hirarkis yang kurang memungkinkan adanya koordinasi dari berbagai fungsi sehingga sangat
sentralistik dan betapa besarnya dominasi pemerintah dalam berbagai hal termasuk
pemberian pelayanan publik. Besarnya intervensi pemerintah pada semua segmen kehidupan
masyarakat menjadikan pemerintah sebagai penguasa tunggal, dimana peraturan atau
kebijakan yang dibuat dimungkinkan untuk diambil alih secara penuh oleh pemerintah tanpa
melibatkan berbagai aktor lainnya seperti perwakilan dari sector bisnis dan khususnya
partisipasi masyarakat.
Hal ini menimbulkan dampak dengan besarnya anggaran yang harus dikeluarkan
pemerintah untuk membiayai organisasi pemerintahan yang formasi birokrasinya cenderung
“gemuk” dengan bermacam fungsi yang terlalu boros dan tidak memiliki tupoksi yang jelas.
Terlebih lagi dengan masyarakat yang dihadapkan pada rantai meja-meja pelayanan yang
berbelit dan semakin menjauhkan hubungan masyarakat dengan pemerintah, seakan-akan
terjadi pembatasan yang jelas antara pemerintah dan masyarakat, dan ini akan membuat
pemerintah sulit untuk ditempuh oleh masyarakat. Tentu saja ini memberatkan masyarakat
sebagai pembayar pajak dimana hasil pajak lebih banyak keluar untuk gaji pegawai dan
pembiayaan pemerintah lainnya namun sedikit untuk layanan terhadap publik.
Secara ringkas, Denhardt dan Denhardt menguraikan karakteristik OPA sebagai
berikut:
1) Fokus utama adalah penyediaan pelayanan publik melalui organisasi atau
badan resmi pemerintah.

5
2) Kebijakan publik dan administrasi negara dipahami sebagai penataan dan
implementasi kebijakan yang berfokus pada satu cara terbaik, kebijakan publik dan
administrasi negara sebagai tujuan yang bersifat politik.
3) Administrasi publik memainkan peranan yang terbatas dalam perumusan
kebijakan publik dan pemerintahan; mereka hanya bertanggung-jawab
mengimplementasikan kebijakan publik.
4) Pelayanan publik harus diselenggarakan oleh administrator yang
bertanggungjawab kepada pejabat politik (elected officials) dan dengan diskresi
terbatas. 5) Administrasi bertanggung-jawab kepada pimpinan pejabat politik
(elected political leaders) yang telah terpilih secara demokratis.
6) Program-program publik dilaksanakan melalui organisasi yang hierarkis
dengan kontrol yang ketat oleh pimpinan organisasi.
7) Nilai pokok yang dikejar oleh organisasi publik adalah efisiensi dan
rasionalitas. 8) Organisasi publik melaksanakan sistem tertutup sehingga
keterlibatan warga negara dibatasi.
9) Peranan administrasi publik adalah melaksanakan prinsip-prinsip Perencanaan,
Pengorganisasian, Kepegawaian, Mengarahkan, Koordinasi, Pelaporan dan
Pengangaran.
Beberapa poin dalam administrasi publik klasik jika dilihat memiliki persamaan
dengan kondisi pelayanan publik di Indonesia dimana sistem birokrasi di Indonesia masih
cenderung sulit untuk dijangkau oleh masyarakat karena proses birokrasi yang lama dan
kaku, masih terhirarkis top down, contohnya untuk kasus sistem desentralistik di Indonesia
pemerintah pusat tetap memiliki kekuasaan eksklusif yang tidak bisa sepenuhnya diserahkan
pada pemerintah daerah. Pemerintah masih memegang kontrol yang besar terhadap
pemerintah daerah meskipun tidak lagi sebesar ketika Indonesia menganut sistem
pemerintahan sentralistik. Dalam administrasi publik klasik organisasi publik lebih
memfokuskan pada efisiensi dan rasionalitas sehingga melupakan sisi humanis dari internal
organisasi.
Paradigma OPA antara lain:
a) Paradigma 1 : Dikotomi Politik-Administrasi, dari Tahun 1900-1926
Tonggak sejarah yang dapat dipergunakan sebagai momentum dari fase paradigma
pertama ini ialah tulisan dari Frank J. Goodnow yang dalam bukunnya Politic and
Administration yang berbendapat bahwa terdapat dua fungsi pokok pemerintah yang amat

6
berbeda satu sama lain. Dua fungsi tersebut ialah politik dan administrasi sebagaimana yang
tertulis dalam bukunya. Politik menurut Goodnow harus membuat
kebijaksanaankebijaksanaan atau melahirkan keinginan-keinginan negara. Sementara
administrasi diartikan sebagai pelaksana yang harus berhubungan dengan kebijksanaan-
kebijaksanaan tersebut. Pemisahan kekuasaan memberikan dasar perbedaan antara politik dan
administrasi. Badan legislatif dengan ditambah kemampuan penafsiran dari badan yudikatif
mengemukakan keinginan-keinginan negara dan kebijaksanaan formal. Sedangkan badan
eksekutif mengadministrasikan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut secara adil dan tidak
memihak kepada salah satu kekuatan politik. Locus pada paradigma satu ini yakni
mempermasalahkan dimana seharusnya administrasi negara ini berada.
Secara jelas menurut Goodnow dan pengikut-pengikutnya administrasi negara
seharusnya berpusat pada birokrasi pemerintahan selanjutnya dalam kaitannya dengan locus
paradigma pertama ini ialah timbulnya suatu persoalan diantara kalangan akademis dan
praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi. Inisial legitimasi yang konseptual tentang
locus ini memberikan pusat pengertian atau definisi dari bidang administrasi. Selanjutnya
dalam kaitannya dengan locus paradigma pertama ini ialah timbul suatu persoalan di antara
kalangan akademisi dan praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi. Administrasi negara
mulai mendapatkan legitimasi akademis pada tahun 1920-an.
Pada tahun 1996 usaha yang amat terhormat dilakukan oleh Leonald white dengan
menerbitkan bukunya yang terkenal “ Introduction to the study of public
administration”(buku pertama yang secara keseluruhannya dipersembahkan untuk
mengenalkan ilmu admnistrasi negara). Dwight waldo pernah mengatakan mengenai buku
white ini bahwa buku tersebut merupakan sari karakter kemajuan Amerika, dan didalam
saripatinya itu tercermin dorongan yang umum dalam bidang ini. Dorongan itu antara lain
mengemukakan sebagai berikut :
1) Politik seharusnya tidak usah mengganggu lagi administrasi.
2) Manajemen memberikan sumbang analisis ilmiahnya terhadap administrasi 3)
Administrasi negara adalah mampu menjadikan dirinya sebagai ilmu
pengatahuan yang “value free”.
4) Misi dari ilmu administrasi adalah ekonomis dan efesiensi.
Pembagian daerah analisis antara administrasi negara dan ilmu politik selama masa
orientasi locus ini tampaknya mempunyai dampak yang panjang sampai sekarang ini. Hal ini
dapat dilihat beberapa universitas-universitas di Amerika Serikat (kelihatannya diikuti pula

7
oleh universitas-universitas di Indonesia) bahwa bidang administrasi negara itu di dalamnya
diajarkan materi-materi seperti : teori organisasi, administrasi keuangan, administrasi
kepegawaian, dan Administrasi Perbekalan. Sedangkan ilmu politik diajarkan subjek-subjek.
Teori pemerintahan, kepresidenan, proses pembuatan undang-undang, politik pemerintah
pusat dan daerah, perbandingan politik, hubungan internasional dan banyak hal lainnya.
Pengaruh kedua fase dari orientasi locus ini ialah isolasi administrasi negara dari bidang
kajian lainnya seperti misalnya, administrasi perusahaan (business administration).
Sebagaimana menurut Woodrow Wilson berpendapat bahwa administrasi merupakan suatu
bidang usaha (a field of business) dan ahrus dipisahkan dari politik. Isolasi ini memberikan
konsekuensi yang tidak menguntungkan, terutama sekali ketika bidang-bidang tersebut
melaui penelitiannya terhadap sifat organisasi.
Terdapat juga kata-kata Woodrow Wilson yang terkenal yaitu : administrasi berada di
luar bidang politik. Persoalan-persoalan administrasi bukanlah menjadi persoalan-persoalan
politik walaupun politik menetapkan serangkaian tugas-tugas yang harus dilakukan
administrasi akan tetapi ia tidak seharusnya bertanggung jawab memanipulasikan
urusanurusannya.
b) Paradigma 2 : Prinsip-Prinsip Administrasi, dari Tahun 1927-1937
Dari paradigma dikotomi politik administrasi telah dijelaskan bahwa administrasi
mengalami penekanan pada “administrasi dan praktika” yang disebabkan oleh konsekuensi
isolasi yang tidak menguntungkan terutama ketika bidang tersebut memulai penelitiannya
terhadap sifat organisasi, sehingga usaha yang dilakukan berikutnya ialah dipusatkan untuk
memberikan fondasi prinsip-prinsip ilmiah pada administrasi. Di awali dengan terbitnya
Principles of Public Adminisration karya W F Willoughby tahun 1927. Pada fase ini
administrasi diwarnai oleh berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain seperti
industri, pemerintahan dan manajemen. Berbagai bidang inilah yang membawa dampak yang
besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi. Prinsip-prinsip tersebut yang menjadi
focus kajian administrasi publik sedangkan locus dari paradigma ini kurang ditekankan
karena esensi prinsip-prinsip tersebut karena prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan,
lingkungan, misi atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian administrasi
bisa hidup dimanapun asalkan prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.
Sesungguhnya walaupun adminsitrasi itu sebenarnya bisa berada dimana saja, akan
tetapi karena prinsip adalah prinsip dan administrasi adalah adminsitrasi maka menurut
persepsi paradigma ini administrasi Negara mempunyai suatu prinsip tertentu. Prinsip-prinsip

8
yang dimaksud tersebut ialah adanya suatu kenyataan bahwa administrasi Negara bias terjadi
pada semua tatanan tanpa memedulikan kebudayaan, fungsi, lingkungan, misi atau kerangka
fungsi. Pada paradigma kedua ini pengaruh manajemen Klasik sangat besar Tokoh-tokohnya
adalah : F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip dasar yaitu:
1) Perlu mengembangkan ilmu manajemen sejati untuk memperoleh kinerja terbaik.
2) Perlu dilakukukan proses seleksi pegawai ilmiah agar mereka bisa tanggung
jawan dengan kerjanya.
3) Perlu ada pendidikan dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah. 4) Perlu
kerjasama yang intim antara pegawai dan atasan (prinsip management ilmiah
Taylor).
Menurut Gullick dan Urwick, prinsip amatlah penting bagi administrasi sebagai suatu
ilmu. Adapun letak dimana prinsip itu akan dipakai tidak begitu penting. Focus memegang
peranan penting dibandingkan locus. Prinsip administrasi yang terkenal dari Gullick dan
Urwick yaitu POSDCORB.
c) Paradigma 3 : Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik, dari Tahun 1950-1970
Dalam periode administrasi sejak akhir tahun 1930-an timbul kritik-kritik tajam
terhadap administrasi publik, seperti yang dilontarkan Herbert Simon. Akibatnya, administasi
publik mundur ke dalam disiplin induknya, yaitu ilmu politik. Pengaruh dari gerakan
mundur ini berupa pembaharuan definisi mengenai locus yang ditimpakan pada birokrasi
pemerintah, tetapi dengan melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan focus. Periode ke tiga
ini dapat di pandang sebagai suatu usaha untuk meninjau kembali segala jalinan konseptual
antara administrasi publik dan politik. Konsekuensi dari usaha ini hanya menciptakan lorong
studi, yang pada akhirnya dalam pengertian focus analitis, mengarah pada keterampilan
belaka. Karena itu, tidak mengherankan jika tulisan-tulisan mengenai administrasi publik
pada kurun 1950-an hanya berbicara tentang penekanan atau penonjolan satu wilayah
kepentingan, bahkan sebagai sinonim dengan ilmu politik. Periode ini ditandai penekanan
locus, yaitu pada birokrasi pemerintahan. Sedangkan tulisan-tulisan berusaha mengaitkan
administrasi dengan ilmu politik.
Walaupun usaha untuk kembali kepada ilmu politik sebagai suatu identifikasi dari
administrasi Negara pada paradigma ini, akan tetapi sebaliknya ilmu politik mulai
melupakannya. Tahun 1962 administrasi bukan lagi dianggap sebagai bagian dari ilmu
politik. Hal ini dibuktikan dari laporan komisi ilmu politik sebagai suatu disiplin dari APSA
(American Political Science Assosiation). Tahun 1964 suatu survey yang dilakukan oleh

9
sarjana-sarjana ilmu politik memberikan petunjuk tentang merosotnya minat terhadap
administasi Negara dalam fakultas-fakultas ilmu politik. Tahun 1967 administrasi Negara
benar-benar dicoret dari program pertemuan tahunan APSA.
d) Paradigma 4 : Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi,dari Tahun 1956-1970
Timbulnya paradigma 4, sebagian sebabnya karena sarjana-sarjana administrasi
negara dianggap sebagai warga negara kelas dua dari ilmu politik. Akibat karena itu,
maka mereka mencari altenatif pemecahannya. Tampaknya jalan yang dipilih ialah
kembali bahwa administrasi negara adalah ilmu administrasI. Istilah ilmu
administrasi (administrasi science) dipergunakan dalam paradigma 4 ini untuk
menunjukkan isi dan fokus pembicaraan. Dalam ilmu ini terdapat pula pembahasan-
pembahasan mengenai teori organisasi dan ilmu manajemen.
Pada fase ini ilmu administrasi hanya memberikan focus, tetapi tidak pada locus-nya. Ia
menawarkan teknik-teknik,dan bahkan seringkali teknik-teknik yang canggih dan
memerlukan keahlian dan spesialisasi. Sebagaimana yang dibahas dalam paradigma 2 di
muka,administrasi adalah administrasi dimanapun ia dapat dijumpai. Focus lebih utama
daripada locus-nya. e) Paradigma 5 : Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara,
Tahun 1970
Pembaruan dalam tahap paradigma yang ke-5 ini locus administrasi negara tidak
semata – mata pada ilmu murni administrasi, melainkan pada teori organisasi. Lebih dari itu,
administrasi negara semakin bertambah perhatiannya terhadap wilayah ilmu kebijaksanaan
(policy science), politik ekonomi, proses pembuatan kebijaksanaan pemerintah dan
analisisnya (public policy making process), dan cara-cara pengukuran dari hasil-hasil
kebijaksanaan yang telah dibuat. Aspek-aspek perhatian ini dapat dianggap dalam banyak hal
sebagai suatu mata rantai yang menghubungkan antara focus administrasi negara dengan
locus-nya.sebagaimana yang terlihat dalam tren yang diikuti oleh paradigma ini, maka focus
administrasi negara adalah teori organisasi, praktika dan analisis public policy, dan teknik-
teknik administrasi dan manajemen yang sudah maju. Adapun locus normatif dari
administrasi negara digambarkan oleh paradigma ini adalah pada birokrasi pemerintahan dan
pada persoalan-persoalan masyarakat (public affairs).

2. NPM (New Public Manajemen)


Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi,
rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas, dan berbagai kritikan lainnya. Munculnya

10
Kritikan keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor publik tersebut kemudian
menimbulkan gerakan untuk melakukan reformasi manajemen sektor publik. Salah satu
gerakan reformasi sektor publik yaitu New Public Management atau NPM.
Istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan oleh Christoper Hood pada
tahun 1991, Ia kemudian menyingkat isitilah tersebut menjadi NPM. Ditinjau dari perspektif
historis, pendekatan manajemen modern di sektor publik pada awalnya muncul di Eropa
tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi terhadap tidak memadainya model administrasi
publik tradisional. Penekanan NPM pada waktu itu adalah pelaksanaan desentralisasi,
devolusi, dan modernisasi pemberian pelayanan public.
NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik
manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen sektor
publik. Olen karena itu, untuk mempebaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa
teknik dan praktik yang diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik,
seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender dan privatisasi perusahaan-
perusahaan public.
Penerapan konsep NPM telah menyebabkan terjadi perubahan manajemen sektor
publik yang drastis dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis, dan hierarkis
menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Penerapan NPM dipandang suatu bentuk modernisasi atau reformasi manajemen dan
Administrasi Publik,kukuasaan, atau desentralisasi wewenang yang mendorong demokrasi.
Perubahan tersebut juga telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal berhubungan
antara pemerintah dengan masyarakat.
Meskipun penerapan NPM bervariasi di seluruh dunia, upaya pemerintah ini untuk
melakukan mennciptakan kembali pemerintah yaitu untuk memperbaiki efisien dan
efektivitas sektor publik, meningkatkan daya respons lembaga publik terhadap klien dan
pelanggannya, mengurangi pengeluaran publik, dan memperbaiki akuntabilitas manajerial.
Pemilihan kebijakannya pun juga hampir sama, yaitu : komersialisasi, korporatisasi , dan
privitasi; desentralisasi (devolved management); pergeseran dari pengendalian input (Input
Control) menjadi pengukuran output dan outcome ; spesifikasi kinerja yang lebih ketat ; dan
meluasnya pengunaan mekanisme kontrak. Hal tersebut memberikan gambaran mengenai
NPM yang telah mempengaruhi proses perubahan organisasi sektor publik secara
komprehensif di hampir seluruh dunia.

11
Paradigma NPM memiliki konsep yang terkait dengan manajemen kinerja sektor publik,
yang mana pengukuran kinerja merupakan salah satu dari prinsip-prinsipnya. NPM mengacu
kepada sekelompok ide dan praktik kontemporer untuk menggunakan pendekatanpendekatan
dalam sektor privat (bisnis) pada organisasi sektor publik. Pemerintahan yang kaku dan
sentralistik sebagaimana yang dianut oleh OPA harus diganti dengan pemerintahan yang
berjiwa wirausaha. NPM menganjurkan pelepasan fungsi-fungsi pemerintah kepada sektor
swasta. Inti dari ajaran NPM dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemerintah diajak untuk meninggalkan paradigma administrasi tradisional dan
menggantikannya dengan perhatian terhadap kinerja atau hasil kerja.
2. Pemerintah sebaiknya melepaskan diri dari birokrasi klasik dan membuat situasi dan
kondisi organisasi, pegawai dan para pekerja lebih fleksibel.
3. Menetapkan tujuan dan target organisasi dan personel lebih jelas sehingga
memungkinkan pengukuran hasil melalui indikator yang jelas.
4. Staf senior lebih berkomitmen secara politis dengan pemerintah sehari-hari daripada
netral.
5. Fungsi pemerintah adalah memperhatikan pasar, kontrak kerja keluar, yang berarti
pemberian pelayanan tidak selamanya melalui birokrasi, melainkan bisa diberikan
oleh sektor swasta.
6. Fungsi pemerintah dikurangi melalui privatisasi.
7. NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik
yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia
manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas
kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern.
Orientasi NPM
NPM ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner,
Filzgerald dan Pettgrew dalam Keban (2004 : 25), yaitu:
1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran
kinerja.
2. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan
penyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada
unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.
3. Orientasi in Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

12
4. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai
yang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar
kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat, termasuk
wakilwakil mereka menekankan “social learning” dalam pemberian pelayanan
publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi
masyarakat dan akuntabilitas.

3. NPS (New Public Service)


Periode ketiga dalam perkembangan manajemen publik yaitu periode New Public
Service atau NPS. Berbeda dengan konsep model klasik dan NPM, konsep NPS adalah
konsep yang menekankan berbagai elemen. Walaupun demikian NPS mempunyai normatif
model yang dapat dibedakan dengan konsep-konsep lainnya. Thoha (2008:84) menyatakan
bahwa ide dasar dari NPS dibangun dari konsep-konsep; (1) teori demokratis
kewarganegaraan (democratic citizenship); (2) model komunitas dan masyarakat sipil (civil
society); (3) organisasi manusia (humanism); (4) (postmodern) pasca moderen ilmu
administrasi publik. Pemahaman mengenai manajemen dalam sector publik merupakan
adopsi dari unsur-unsur manajemen pada sektor swasta. Oleh karena itu, senada diungkapkan
oleh Mahmudi (2010:36) organisasi sektor publik perlu mengadopsi prinsip-prinsip sektor
swasta.
Akar dari NPS dapat ditelusuri dari berbagai ide tentang demokrasi yang pernah
dikemukakan oleh Dimock, Dahl dan Waldo. NPS berakar dari beberapa teori, yang
meliputi :

1. Teori tentang demokrasi kewarganegaraan. Perlunya perlibatan warganegara dalam


pengambilan kebijakan dan pentingnya deliberasi untuk membangun solidaritas dan
komitmen guna menghindari konflik. Dengan terjadi peningkatan tuntutan
pembaharuan kewarganegaraan yang didasarkan pada kepentingan sispil, bukan
kepentingan diri sendiri dimana penduduk melakukan kegiatan dalam demokrasi
dengan memberikan konstribusi untuk kebaikan masyarakat serta untuk pertumbuhan
mereka sebagai manusia yang aktif dan bertanggungjawab.
2. Model komunitas dan masyarakat sipil; akomodatif terhadap peran masyarakat sipil
dengan membangun social trust, kohesi sosial dan jaringan sosial dalam tata
pemerintahan yang demokratis. Dalam suatu komunitas perlu adanya sebuagh filosofi

13
pluralisme, sebuah sifat terbuka bagi perbedaan pendapat. Komunitas didasarkan pada
kepedulian, saling percaya dan kerjasama, yang disatukan oleh sebuah system yang
kuat dan efektif bagi komunikasi dan penyelesaian konflik.
3. Teori organisasi humanis dan administrasi negara baru; administrasi negara harus
fokus pada organisasi yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human beings) dan
respon terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya.
4. Administrasi negara postmodern; mengutamakan dialog (dirkursus) terhadap teori
dalam memecahkan persoalan publik daripada menggunakan one best way
perspective. Dasar dari manajemen publik post-modern iniadalah ide bahwa
administasi publik mainstream seperti ilmu sosial lainnya. Post-modernisme itu
sangat kompleks dan beragam, namun masalah yang dihadapkan saat ini adalah
karena hilangnya kemampuan kita untuk mengungkapkan kenyataan atau fakta.
Dalam perspektif postmodern baik administrator maupun penduduk harus terlibat
sepenuhnya, tidak hanya berperan sebagai individu tetapi juga sebagai partisipan.
Dari paradigma-paradigma di atas, telah dikemukakan perubahan konsep manajemen
publik di masing-masing periode. Pada hakikatnya menurut Islamy (2003:56) manajemen
publik memiliki karakter antara lain:
1. Manajemen publik merupakan bagian yang sangat penting dari administrasi
publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas), karena administrasi publik
tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi
juga mencakup aspek politik, sosial, kultural, dan hukum yang berpengaruh pada
lembagalembaga publik;
2. manajemen publik berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen yang
berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan), maupun sektor diluar pemerintahan
yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector);
3. manajemen publik memfokuskan atau mengarahkan administrasi public
sebagai suatu profesi dan manajernya sebagai praktisi dari profesi tersebut;
4. manajemen publik berkaitan dengan kegiatan internal (internal operations)
dari organisasi pemerintahan maupun sektor non pemerintahan yang tidak bertujuan
mencari untung;
5. manajemen publik secara spesifik menyuarakan tentang bagaimanakah
organisasi (organizational how to) publik melaksanakan kebijakan publik;

14
6. manajemen publik memanfaatkan fungsi-fungsi: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan publik, maka berarti memfokuskan diri pada alat, teknik, pengetahuan,dan
ketrampilan manajerial yang dipakai untuk mengubah kebijakan menjadi pelaksanaan
program.

B. Defenisi Manajemen Publik


Pada dasarnya manajemen public yaitu Manajemen instansi Pemerintah. Menurut
pendapat “Overman” Manajemen Publik adalah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek
umum organisasi, dan merupakan gabungan antara fungsi manajemen, seperti planning,
organizing, dan controlling, SDM, keuangan, fisik, informasi dan politik Manajemen Publik
merupakan bagian dari Ilmu Administrasi Negara yang mempunyai ruang lingkup yang
sempit. Pada dasarnya Manajemen Publik berusaha mempelajari proses-proses manajerial
dalam sector publik . Dalam hal ini Manajemen Publik banyak meminjam prinsip-prinsip
Manajemen dari Ilmu Ekonomi dengan sedikit modifikasi untuk menyesuaikan dalam
pengaplikasikannya di sector public.
Profesor Doktor Yeremias T Keban, SU, MURP, Guru Besar pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam bukunya
berjudul “Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori, dan Isu”,
memberikan definisi bahwa manajemen publik itu secara khusus lebih ditujukan pada
manajemen instansi pemerintah.
Thomas Woodrow Wilson, pria kelahiran 28 Desember 1856, yang pernah menjabat
sebagai Presiden Amerika Serikat ke-28 (periode 4 Maret 1913 sampai 4 Maret 1921), dan
pernah pula menjabat sebagai Rektor Universitas Princeton (1902-1910), juga terkenal
sebagai pionir pengembangan Manajemen Publik berkat bukunya yang ditulis tahun 1887
berjudul
“The Study of Administration”. Ia meletakkan 4 (empat) prinsip dasar bagi studi
Administrasi Publik yang mewarnai Manajemen Publik sampai sekarang, yakni (1)
pemerintah sebagai setting utama organisasi, (2) fungsi eksekutif sebagai fokus utama,
dimana (3) pencarian prinsip-prinsip dan teknik manajemen yang lebih efektif sebagai kunci
pengembangan kompetensi administrasi, serta (4) metode perbandingan sebagai suatu metode
pengembangan bidang administrasi publik.
J Steven Ott, Albert C Hyde, dan Jay M Shafritzs, dalam bukunya berjudul “Public

15
Management : Essential Readings”, menyatakan bahwa Manajemen Publik memfokuskan
sebagai sebuah profesi, dan memfokuskan pada manajer publik sebagai praktisi dari profesi
tersebut. Menurut mereka, Manajemen Publik lebih mencurahkan perhatian pada
operasioperasi atau pelaksanaan internal organisasi pemerintah atau organisasi non-profit
ketimbang pada hubungan dan interaksinya dengan lembaga legislatif, lembaga peradilan,
atau organisasi sektor publik lainnya.
Ott, Hyde dan Shafritz (1991) juga mengemukakan bahwa manajemen publik
memfokuskan pada alat-alat manajerial, tehnik-tehnik, ilmu pengetahuan, dan keahlian yang
dapat digunakan untuk menerapkan ide-ide dalam kebijakan ke dalam program-program
tindakan. Contoh : perencanaan dan manajemen strategis, sistem klasifikasi jabatan, prosedur
seleksi dan perekrutan pegawai, analisis dan formulasi anggaran, keahlian supervisi, evaluasi
organisasi dan program, manajemen program/proyek, manajemen kinerja, dan lain
sebagainya. Dalam pelaksanaannya manajemen publik mengadopsi ilmu-ilmu yang ada
dalam manajemen bisnis guna menciptakan keefisienan dan keefektifan kinerja. Tetapi dalam
hal ini masih membawa tugas mereka sebagai pelayan rakyat.
Manajemen pemerintahan (public management) adalah faktor utama dalam suatu
administrasi publik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sarana dan
prasarana yang ada, termasuk organisasi serta sumber danah dan sumber tersedia.
Manajemen pemerintahan tidak lain adalah faktor upaya dalam suatu organisasi,
upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan pemerintah yang mencakup berbagai
aspek kehidupan dan penghidupan warga negara dan masyarakatnya.
Secara Konseptual dari dua isitilah diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemerintahan (public management) mengandung arti sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan-tujuan negara dengan menggunakan sumber-sumber yang dikuasai oleh
negara.
Dan intinya manajemen publik itu, pemerintah sebagai aktor utama berkewajiban
mengatur sumber daya yang ada untuk mencapai keefektifan dan keefisienan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan untuk kedudukan manajemen publik
dalam ilmu administrasi Negara, manajemen publik merupakan bagian dari ilmu administrasi
Negara. Administrasi Negara merupakan konsep yang jauh lebih luas dari pada manajemen
publik, karena dalam administrasi Negara tidak hanya mencakup manajemen publik saja,
namun juga mencakup aspek politik, sosial, budaya, hukum, dan masih banyak lagi yang
sekiranya menyangkut pengelolaan publik. Dalam administrasi Negara terdapat dalam 3

16
fokus utama, yaitu kebijakan publik, manajemen publik, dan administrasi pembangunan. Dari
ketiga fokus tersebut manajemen publik merupakan hal terpenting yang mempelajari
mengenai perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan mengendalikan dalam
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dan disimpulkan bahwa manajemen
publik hanyalah salah satu aspek atau fokus dalam administrasi Negara.
Doktrin utama manajemen publik adalah :
1. Fokus utamanya pada aktivitas manajemen, penilaian kinerja dan efisiensi, bukan pada
kebijakan;
2. Memecah birokrasi publik ke dalam agensi-agensi (unit-unit) dibawah yang terkait
langsung dengan pemakai pelayanan;
3. Pemanfaatan ‘pasar-semu’ dan ‘kontrak kerja’ untuk menggalakkan persaingan;
4. Pengurangan anggaran pemerintah;
5. Penggunaan gaya manajemen yang lebih menekankan pada sasaran akhir, kontrak
jangka pendek, insentif anggaran, dan kebebasan melaksanakan manajemen.
Berdasarkan hal-hal di atas maka manajemen publik dapat diartikan sebagai bagian
yang sangat penting dari administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas),
karena administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen
pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek politik, sosial, kultural, dan hukum yang
berpengaruh pada lembaga-lembaga publik. Dan manajemen publik berkaitan dengan fungsi
dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan) maupun sektor
diluar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung sektor nirlaba (nonprofit sector).
Organisasi publik melaksanakan kebijakan publik. Manajemen publik memanfaatkan
fungsifungsi : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan publik, maka berarti ia memfokuskan diri pada alat, teknik,
pengetahuan, dan ketrampilan manajerial yang dipakai untuk mengubah kebijakan menjadi
pelaksanaan program.

C. Lingkup Manajemen Publik


Menurut Ott, Hyde dan Shafrits (1991:1) Manajemen pemerintahan adalah bagian
utama dari Bidang kajian Administrasi Negara yang sangat luas. MP berkaitan dengan
fungsifungsi dan proses manajemen pada bagian disemua tingkatan pemerintahan Sebagai
sector nir laba.

17
Public management memberi fokus pada Administrasi Negara sebagai profesi & pada
manajer pemerintahan sebagai praktisi dari profesi tersebut. Manajemen Publik lebih terkait
dengan kegiatan internal pemerintahan/ organisasi Nirlaba dibanding hubungan dan
interaksinya dengan unit pemerintahan lainnya, legislatif, peradilan ataupun sektor-sektor
ekonomi lainnya.
Administrasi = manajemen dan organisasi
Manajemen Publik lebih diarahkan pada bagaimana secara organisasional
mengimplementasikan kebijakan publik. Dengan demikian Manajemen Publiklebih terfokus
pada alat-alat manajerial, teknik, pengetahuan & ketrampilan yang dapat digunakan untuk
mengubah ide-ide dan kebijakan menjadi program tindakan.
Administrasi = Organisasi Dan Manajemen
Batas antara Administrasi Negara (Public Administration) dengan Manajemen Pemerintahan/
Publik (Public Management) menjadi sangat kabur. Tetapi secara singkat dapat dikatakan
bahwa Manajemen Publik merupakan bagian dari Administrasi Negara.
Manajemen Publik menyeroti perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), serta pengendalian (controlling) dimana manajer publik memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
(Menurut Brian L. Joiner: PDCA = Plan, Do, Check, Action).

D. Karakteristik, arah dan tujuan Manajemen Publik

1. Karakteristik Public Management

M.Minougue (2000) paling tidak menyebut adanya 5 karakteristik utama Manajemen


Publik, yaitu:

1. A separation of strategic policy from operational management. Public management


lebih banyak terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahaan dari pada peran
perumusan kebijakan.
2. A concern with results rather than process and procedure. Public management lebih
berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya berkutat dengan proses
dan prosedur.
3. An orientation the needs of customer rather than those of bureaucratic organizations.

18
Public management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan pelanggan dari pada kebutuhan birikrasi.
4. A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling role.
Public management menghindarkan diri dari berperan memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat sesuai dengan peran nutamanya memberikan arahan saja
atau pemberdayaan kepada masyarakat.
5. A trans formed bureaucratic culture/ A change to entrepreneurial management
culture. Public management mengubah diri dari budaya birokrasi.
Menurut C.Hood (1991) terdapat 7 karakteristik New Public Management, yaitu:
1. Hands-on professional management. Pelaksanaan tugas manajemen pemerintahaan
diserahkan kepada manajer professional.
2. Explicit standards and measures of performance. Adanya standar dan ukuran kinerja
yang jelas.
3. Greater emphasis on out put controls. Lebih ditekankan pada control hasil/keluaran.
4. A shift to desegregations of units in the public sector. Pembagian tugas ke dalam
unitunit yang dibawah.
5. A shift to greater competition in the public sector. Ditumbuhkannya persaingan
ditubuh sektor publik.
6. A stress on private sectore styles of management practice. Lebih menekankan
diterapkannya gaya manajemen sektor privat.
7. A stress on greater discipline and parsimony in resource use. Lebih menekankan pada
kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam menggunakan berbagai sumber.
Sektor publik seyogjanya bekerja lebih keras dengan sumber-sumber yang terbatas (to
do more with less).
Mahmudi (2010:38-40) mengungkapkan ada setidaknya tujuh karakteristik manajemen sektor
publik yang membedakannya dengan sektor swasta:
1. Sektor publik tidak mendasarkan keputusan pada pilihan individual dalam
pasar, akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan dimana tuntutan masyarakat
yang sifatnya kolektif (massa) akan disampaikan melalui perwakilannya yang dalam
hal ini adalah partai politik atau DPR.
2. Penggerak sektor publik adalah karena adanya kebutuhan sumber daya, seperti
air bersih, listrik, kemanan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya yang
menjadi alasan utama sektor publik untuk menyediakannya.

19
3. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada public
seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, yang
artinya sektor publik sifatnya terbuka kepada masyarakat dibandingkan dengan sektor
swasta.
4. Organisasi sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya
kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama hidupnya,
misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan, transportasi dan sarana-sarana
umum lainnya.
5. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi kesejahteraan
sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk melakukan
keadilan seperti itu.
6. Dalam organisasi sektor publik, kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.
Dalam hal tertentu masyarakat adalah pelanggan, akan tetapi dalam keadaan tertentu
juga masyarakat bukan menjadi pelanggan.
7. Dalam sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrument pasar,
sedangkan dalam sektor publik tindakan kolektif menjadi instrument pemerintahan.
Sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi keinginan dan kepuasan tiap-tiap orang
dan yang mungkin dilakukan adalah pemenuhan keinginan kolektif.

2. Arah Public Management


Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor publik. Public management diarahkan
kegiatannya pada:
1. Melakukan restrukturisasi sektor publik lewat proses privatisasi.
2. Melakukan restrukturisasi dan merampingkan struktur dinas sipil di pusat.
3. Memperkenalkan nilai-nilai persaingan khususnya lewat pasar internal dan
mengkontrakkan pelayanan public kepada pihak swasta dan intervensi oleh pemerintah.
4. Meningkatkan efisiensi lewat pemeriksaan dan pengukuran kinerja.
3. Tujuan Public Management
Tujuan dari Public Management adalah:
1. Menurut Rainey (1990): ‘public management aims to achieve skills and improve
skills and improve accountability’ Manajemen publik itu ditujukan untuk
meningkatkan tercapainya tujuan sektor publik (lebih efektif dan efisien), pegawainya
lebih berkeahlian dan lebih mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya.

20
2. Menurut Graham & Hays (1991): “public managemen are concerned with
efficiency,accountability,goal achlevement and dozen of other managerial and
technical question”, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public
lebih efisien, akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani
berbagai masalah manajerial dan teknis.

E. Kasus Menejemen Dan Administrasi Publik


1. Konteks SDM dalam admistrasi publik
Contoh: Perbedaan Pelayanan Publik dan swasta

Perbedaan mendasar antara pelayanan yang disediakan oleh negara Institusi Pelayanan Publik
dan swasta adalah dari sudut peran. Bahwa negara wajib mengelola sumber daya yang
dimiliki dan mengalokasikan Dalam bentuk pelayanan publik dan subsidi kepada rakyat demi
kesejahteraannya. Oleh karena itulah, institusi pelayanan publik bertanggung jawab kepada
otoritas politik dan hukum. Disamping itu pelayanan oleh pemerintah tidak bersifat mencari
laba. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan institusi publik berasal dari dana publik, yang
berasal dari retribusi dan pajak. Sementara pihak swasta dalam mengelola sumber daya
ekonomi adalah demimeraih keuntungan bagi para pemegang saham atau pemilik lembaga.
Sebab sumber pendanaannya dari pemegang saham, sehingga kepada merekalah
pertanggungjawaban diberikan. Disisi lain, indikator keberhasilan lembaga swasta dapat
diukur dari jumlah penjualan barang atau jasa dan keuntungan yang dihasilkan. Namun tidak
demikian dengan institusi publik. Salah satu f'ungsi negara adalah sebagai penyedia
pelayanan publik dengan penyediaan publik goods secara non profit oriented, artinya
penyediaan layanan tidak boleh memperhitungkan seberapa besar profit atau keuntungan
yang diperoleh. Sehingga, pelayanan publik akan bersifat ekonomis artinya biaya yang
dibebankan harus terjangkau oleh masyarakat. Jadi, apabila indikator keberhasilannya seperti
indikator keberhasilan institusi swasta jelas akan menyalahi fungsi negara sebagai penyedia
public goods. Bertolak dari hal itulah, diterbitkan dan diberlakukan peraturan perundangan
mengenai Standar Pelayanan Minimal SPM bagi pemerintah, terutama pemerintah daerah,
sebab dengan otonomi daerah desentralisasi pemerintahan memiliki konsekuensi logis bahwa
pemerintah daerah menerima pelimpahan fungsi pelayanan dari pusat.

21
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, Manajemen Publik adalah Manajemen instansi Pemerintah, yang mana
manajemen sendiri adalah proses pendayungan bahan baku dan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen publik tidak bisa lepas dari ke tujuh
fungsi ini, yaitu planing, organizing, staffing, coordinating, directing, reporting, budgeting.
Mengapa dikatakan demikian, karena apabila salah satu fungsi ini tidak diikutsertakan dalam
manajemen sebuah instansi. Maka dapat dipastikan, sistem manajemen instansi tersebut tidak
akan berjalan dengan baik, karena semua fungsi ini sangat berkaitan satu sama lain.

B. Saran
Manajemen publik merupakan sebuah kinerja kompleks dari aktornya yaitu
pemerintah dan seluruh pegawainya untuk melayani publik dengan sebaik-baiknya dan publik
merasa terpenuhi semua keinginannya dengan baguya kinerja atau pengaturan dari dalam
organisasi publik itu sendiri. Pengaturannya yang bukanlah murni untuk sekedar mencapai
profit organisasi melainkan melayani konsumen yang berupa masyarakat sehingga harus
memperhatikan manajemen semua aspek yang menjadi penunjang kinerja organisasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Denhardt, Janet V. dan Robert B. Denhardt. 2003. The New Public Service: Serving,
not Steering. Armonk, New York: M.E Sharpe.
Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt. 2000. “The New Public Service: Service
Rather than Steering”. Public Administration Review 60 (6).
Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt. 2003. “The New Public Service: An
Approach to Reform”. International Review of Public Administration 8 (1).
Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs (Sixth Edition).
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
http://fia-ub.blogspot.co.id/2015/11/paradigma-administrasi-publik.html
http://seputarduniadministrasinegara.blogspot.co.id/2014/08/perkembanganparadigma
-opa-npm-dan-nps.html
Hughes, Owen E. 1998. Public Management and Administration: An Introduction
(Second Edition). New York: St. Martin Press.
Islamy, Irfan. 2003. Dasar-dasar Administrasi Publik dan Manajemen Publik .
Malang, Indonesia : UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep,
Teori dan Isu (Edisi Pertama). Yogyakarta: Gava Media.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajeman YKPN.

23
Osborne, David dan Ted Gaebler. 2003. Reinventing Government (Mewirausahakan
Birokrasi): Sepuluh Prinsip untuk Mewujudkan Pemerintahan Wirausaha.
Jakarta: PPM.
Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Ritzer, George (editor). 2005. Encyclopedia of Social Theory (Volume 2). Thousand
Oaks, California: Sage Publication.
Shafritzs Jay M, Steven Ott dan Albert C Hyde. 1991. Public Management : Essential
Readings. Chicago: Nelson-Hall Publishers.
Thoha, Miftah. 2009. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. “Perkembangan Mutakhir Ilmu Administrasi
Negara”. Teori-teori Politik Dewasa Ini. Penyunting: Miriam Budiardjo dan
Tri Nuke Pudjiastuti. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahluyo. 2007. Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi, dan Implementasinya Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah). Bandung: Mandar Maju.

24
25

Anda mungkin juga menyukai