Anda di halaman 1dari 6

Review Jurnal

Maria Mokalu/462016088/B
Jurnal 1
“Pemberian Nutrisi Enteral Secara Dini Pada Pasien Sakit Krits di ICU”

Latar belakang :
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat disfungsi dari gastrointestinal pada pasien
sakit kritis dan dengan pemberian nutrisi enteral menunjukkan terjadi peningkatan aliran
darah ke usus. Penelitian Radrizzani D dan kawan-kawan membandingkan antara pemberian
nutrisi enteral dengan nutrisi parenteral dalam jangka panjang pada pasien kritis di ICU
dengan sepsis berat atau syok septik. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan nutrisi
parenteral harus ditinggalkan ketika nutrisi enteral dapat diberikan, pada kandungan kalori
awal yang rendah. Efek menguntungkan lainnya dari nutrisi enteral mencakup pemanfaatan
yang lebih baik substrat, pencegahan atrofi mukosa, pelestarian integritas flora usus, dan
pelestarian imunokompetensi.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pemberian nutrisi enteral
yang dilakukan secara dini pada pasien kritis di ICU
Metode :
Metode yang digunakan adalah penelitan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
interretif. Teknik pengumpulan data dengan indepth interview. Analisi data dilakukan dengan
menggunakan analisis tematik Braun dan Clarke yang terdiri dari 6 tahapan.
Hasil dan Pembahasan :
Pada pasien dengan kondisi kritis, aliran darah menuju gastrointestinal akan berkurang,
sehingga aliran darah usus tetap tertekan meskipun penggantian cairan dan normalisasi
tekanan darah dan curah jantung. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Doig GS dan
kawan-kawan, kejadian penurunan aliran darah dikaitkan dengan cedera iskemik, translokasi
bakteri, dan kegagalan organ multiple. Keyakinan bahwa pasien yang kondisi hemodinamik
tidak stabil yang menerima vasopressor tidak harus diberikan nutrisi enteral didasarkan pada
kekhawatiran bahwa penyerapan nutrisi meningkatkan kebutuhan oksigen. Pada orang
dewasa yang sehat, nutrisi enteral dikaitkan dengan peningkatan aliran darah ke usus dimana
terjadi redistribusi darah setelah diberikan asupan makanan campuran 700 kkal dengan cara
peningkatan aliran darah mesenterika superior. Pada pasien dengan kondisi hemodinamik
yang tidak stabil, pemberian nutrisi enteral dianggap bermasalah terutama untuk 2 alasan.
Alasan pertama yaitu akan terjadi iskemia pada usus dan alasan kedua yaitu terjadi
peningkatan aliran darah splanknik tanpa disertai peningkatan curah jantung secara
keseluruhan. Penelitian Artinian V. dan kawan-kawan mengatakan bahwa pemberian nutrisi
awal secara signifikan dapat mengurangi lama tinggal di ICU dan mengurangi kematian di
rumah sakit pada pasien ICU yang menggunakan ventilasi mekanis.
Kesimpulan :
Dukungan nutrisi merupakan komponen penting dalam perawatan kritis. Terdapat disfungsi
dari gastrointestinal pada pasien sakit kritis dan dengan pemberian nutrisi enteral
menunjukkan terjadi peningkatan aliran darah ke usus. Efek menguntungkan pemberian
nutrisi enteral mencakup pemanfaatan yang lebih baik substrat, pencegahan atrofi mukosa,
pelestarian integritas flora usus, dan pelestarian Imunokompetensi. Pemberian nutrisi awal
secara signifikan mengurangi lama tinggal di ICU dan mengurangi kematian di rumah sakit
pada pasien ICU yang menggunakan ventilasi mekanis.
Argumen Pribadi :
Pemberian nutrisi secara dini pada pasien kritis di ICU sangat penting, pemenuhan nutrisi
yang tercukupi dapat membantu proses penyembuhan. Disaat tubuh kekurangan nutris, tubuh
akan merasa lebih lemah sehingga daya tahan tubuh menurun sehingga penyakit yang diderita
akan sulit disembuhkan.
Jurnal 2
“Pengearuh Pemberian Nutrisi Enteral Intermiten Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Pasien Cidera Otak Berat Pascabedah”

Latar belakang :
Gramlich L dkk menyatakan bahwa penggunaan nutrisi enteral dibandingkan dengan hasil
nutrisi parenteral penting dalam penurunan kejadian komplikasi infeksi pada penyakit kritis
dengan biaya yang lebih murah. Nutrisi enteral harus menjadi pilihan pertama untuk
dukungan nutrisi dalam penyakit kritis. Dhandapani dkk., (2012) menyatakan bahwa pada
kasus cedera otak traumatik berat, prognosis yang jelek sangat berhubungan dengan nutrisi
enteral yang diberikan setelah tiga hari paska cedera dan prognosis lebih buruk lagi pada
pasien yang mendapatkan nutrisi enteral setelah tujuh hari.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesa bahwa pemberian nutrisi enteral intermitten
dapat membantu mempertahankan kadar gula darah sewaktu dalam batas normal pada pasien
cedera otak berat pascabedah.
Metode :
Penelitian ini menggunakan desain observatif dengan pendekatan prospective study.
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan persetujuan etik dari komisi etik penelitian
kesehatan FK-UNHAS. Data yang diperoleh diolah denga menggunakan program SPSS
(Statistical Packages for Social Science) hasil pengolahan data ditampilkan dalam bentuk
tabel dan grafik disertai penjelasannya.
Hasil dan Pembahasan :
Pemberian nutrisi enteral sebaiknya diatur sesuai dengan usia pasien, berat badan, penyakit
primer, status nutrisi, alat akses nutrisi enteral tersebut, serta kondisi dari saluran
gastrointesinalnya sendiri (Campos dkk., 2012) Teknik pemberian nutrisi enteral pada
kelompok ini diberikan secara intermitten. Kadar GDS basal dinilai setelah pasien 24 jam
berada diruangan ICU, atau sesaat sebelum pemberian nutrisi awal. Naik turunnya kadar
GDS biasanya diinduksi oleh beberapa faktor seperti stress, nyeri, trauma, faktor pembedahan
dan beberapa obat-obatan tertentu. Maurya I ddk., (2011) dalam penelitiannya terhadap 40
pasien trauma kepala yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok nutrisi enteral
intermitten dan nutrisi enteral kontinyu dengan masing-masing kelompok diberikan nutrisi 30
Kkal/kgBB/24 jam, juga didapatkan tidak ada perbedaan bermakna terhadap kadar GDS. Hal
tersebut di atas menunjukkan bahwa teknik apapun yang dilakukan dalam pemberian nutrisi
enteral tidak akan memberikan efek terhadap kadar GDS jika pasien mendapatkan makanan /
nutrisi yang adekuat. Penanganan nutrisi juga memegang peranan penting dan disarankan
sesegera mungkin diberikan pada pasien cedera otak. Cedera otak sedang sampai berat
ditandai dengan adanya hipermetabolik dan hiperkatabolik. Hiperglikemia sering terjadi dan
merupakan penyebab utama produksi keton, meningkatkan produksi asam laktat oleh otak
dan asidosis seluler (Gupta AK dkk., 2001) karena itu pentingnya untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ketika stabilitas hemodinamik dicapai.
Kesimpulan :
Pemberian nutrisi enteral intermitten baik 50% pada 24 jam, 75% pada 48 jam dan 100%
pada 72 jam tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kadar gula darah, sehingga
nutrisi enteral intermitten pada pasien cedera otak berat (COB) yang dirawat di Intensive care
unit (ICU) dapat dilanjutkan, namun perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai
hubungan petanda inflamasi, stress dan pH gaster pada pemberian nutrisi secara intermitten
pada pasien COB.
Argumen Pribadi :
Pemberian nutrsi enteral pada pasien di ICU tetap diperhatikan meskipun tidak ada perbedaan
pada kadar gula darah, karena walaupun tidak mempengaruhi kadar gula darah bisa
memengaruhi hal yang lain khusunya akan berpengarh pada daya tubuh pasien yang menurun
karena kekurangan energi yang berasal dari pemenuhan nutrisi
Jurnal 3
“Interupsi Pada Pemberian Nutrisi Enteral Pasien Kritis Dengan Ventilasi Mekanik”

Latar belakang :
Pada pasien kritiis dengan ventlasi mekanik, pemenuhan nutrisi merupakan hal yang sangat
penting. Paa pasien kritis memerlukan ventilasi mekanik dalam jangka waktu yang lama,
beresiko tinggi mengalami kekurangan makanan atauun kelebihan makanan. Jika terjadi
malnutrisi pada pasien yang meerima ventilasi mekanik, memberikan efek yang merugikan
pada semua proses fisiolgi. Hal ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan edema pulmonari,
menurunkan tingkat kebutuhan fosfor sebagai produksi energi seluler (ATP), mengurangi
tenaga ventilatori dan mengganggu produksi surfaktan.
Tujuan :
Penelitian in bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penyebab, frekuensi dan
lamanya interupsi enteral dan bagaimana gambaran nutrisi penggantinya saat interupsi pada
pasien kritis dengan ventilasi mekanik
Metode :
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif observasional dan
pendekatan prospektif. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi interupsi.
Hasil dan Pembahasan :
Dari hasil observasi, penyebab interupsi pemberian nutrisi enteral yang paling umum adalah
masalah gastrointestinal dan penyebab pemberian nutrisi enteral yang paling lama adalah
masalah formula. Interupsi yang berulang pada pemberian nutrisi enteral mengakibatkan
kekurangan makanan yang paling signifikasn pada pasien kritis,. Ketika rata-rata jumlah
menit pada pemberian makanan dhentikan meningkat, maka presentase kebutuhan energi
yang dierima menurun secara dramatis. Menurut Adam dan Batson pasien di ICU hanya
menerma 76% kebutuhan energi hariannya dengan pemberian nutrisi enteral, penyebab
utamnya adalah intoleransi gastrointestinal dan penghentian untuk prosedur. Karen pasien
sering tidak mendapatkan apa yang sudah ditentukan sehingga diperlukan nutrisi pengganti
agar kebutuhan nutrisi harian pasien tercukupi. Nutrisi pengganti yang paling memungkinkan
diberikan adalah melalui jalur parenteral yang selanjutnya disebut nutrisi parenteral. Nurisi
parenteral dberikan bagi pasien resiko malnutrisi namu tidak mampu dan/atau tidak boleh
mendapatkan kecukupan nutrien jika dberikan lewat mulut atau saluran cerna. Nutrisi
parenteral dapat dilakukan sebagai terapi suportif pada pasien yang bisa makan atau
mendapatkan nutrisi lewat nutrisi enteral namun tidak mampu mengonsumsi kalori yang
cukup serta nutrien lain untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Kesimpulan :
Penyebab, frekuensi dan lamanya interupsi pemberian nutrisi enteral pada pasien kritis
dengan ventilasi mekanik yang paling umum adalah masalah gastrointestinal. Jenis dan
jumlah kalori nutrisi pengganti saat interupsi pemberian nutrisi enteral pada pasien kritis
dengan ventilasi mekanik yang paling umum adalah dekstrosc 5% 500cc pemberian denan
jumlah kalori 85 kkal/l
Argumen Pribadi :
Pasien yang kekurangan makanan bergizi dapat dengan mudah mengalami komplikasi. Pada
pasien kritis yang tidak dapat makan secara oral membuthkan dukungan nutrisi enteral
maupun nutrisi parenteral. Namun nutrisi enteral lebih disukai daripada nutrisii arenteral.
Apabila fungsi saluran cerna ada dan dapat digunakan dengan aman, sebaiknya bantuan
pemberian makanan melalui jalan saluran cerna karena lebih fisiologik, lebih mudah, aman
dengan komplikasi yang sedikit serta biaya yang relatif lebih murah daripada nutrisi
parenteral.
DAFTAR PUSTAKA
 Kresnoadi, Erwin. 2017. Pemberian Nutrisi Enteral Secara Dini pada Pasien Sakit
Kritis di Icu. Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6 (3): 32-35 ISSN 2301-5977, e-ISSN
2527-7154.
 Hasir, Julia dkk. 2014. Pengaruh Pemberian Nutrisi Enteral Intermiten Terhadap
Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Cidera Otak Berat Pascabedah. JST
Kesehatan Januari 2014, Vol.4 No.1 : 78–86ISSN 2252-5416.
 Asriani, Fitri dkk. 2009. Interupsi Pada Pemberian Nutrisi Enteral Pasien Kritis
Dengan Ventilasi Mekanik. Jurnal Ilmu Kesehatan September 2009 Vol.04 No. 03.

Anda mungkin juga menyukai