Anda di halaman 1dari 16

Btcls hari 1 (18/10-21)

alveoli difus: t4 pertukaran gas

Hidroklorokuin dan azitromisin : interval qt memanjang meningkatkan resiko aritmia


lethal vt polimorfik : aritmia mayor - aritmia lethal (cardiac arrest)

Rjp : agp (aerosol genariting procedur)

Spo2 max: kompresi dada, advanced airway

cardiac arrest memerlukan tindakan resusitasi yg cepat

henti jantung:

out hospital cardiac arrest: apd level 1 (baju kerja, masker, handscoon) pasien harus
menggunakan masker. Apabila tidak bawa handscoon: gunakan plastik bersih. Apabila
tidak bawa masker: gunakan kain atau handuk kecil.

In Hospital cardiac arrest: status korban. Non covid: apd level 1, susp-covid belum ada
hasil: apd level 2, positif: apd level 3.

Batasi jumlah personil.

Ventilasi : bvm(ambu bag) atau ventilator : hepa

Hentikan Kompresi untuk memasang intubasi max 10 detik.

Rjp: heads only jpr tanpa ventilasi.

Jika gagal, cukup pemasangan supraglotick airway: laringeal (lma)

Usia lbh 60 th dan komorbiditas tidak usah dlakukan rjp (harus dilakukan rjp adalah
henti jantung: tidak respon/ tdk sadar, tidak ada nadi, tidak ada nafas/ agonal gasping
kurang dari sama dengan 6x/menit). Cekukan, ngorok, trengah”. Organa respitatora
(pernafasan dari organ)

CPR DR-CAB.

D: Danger (3A :aman diri, aman lingkungan, aman pasien : supinasi, alas datar dan
keras)

R: Response (panggilan dan tepukan)

Call fr help

C: Circulation: cek nadi dan cek nafas (look and feel: 5 – 10 dtk)

A: Airway

B: Breathing
Setelah ada respon, hentikan rjp, nafas belum ada dan nadi sudah lakukan ventilasi,
rescue breathing (10x/mnt selama 2 menit) setiap 6 detik remas bag 1x sampai 20x.
Evaluasi kembali. Kalau semua sudah ada lakukan miring mantap ke penolong.
(recovery position) DIBAWA KE RS. Penangan pasca henti jantung ROSC

CTO (Cek, Temukan, obati)b

Penyebab henti jantung 5h 5t

Hipoksia: kekurangan oksigen

Hipovolemia: kekurangan cairan: syok hemoragic

Hipotermia

Hipo dan hiperkalimia: kurang dari 3,5 atau lbh dari 5 cardiac arest

Hidrogenfion: asidosis metabolik

Trombosis corener: acs karena arteri gagal memompa darah

Trombosis pulmoner: arteri paru

Tampomade jantung: sumbatan di inraperikad (selaput jantung)

Tension pneumthorax: paru” robek udara masuk ke pleura, tp tidak bisa keluar
mengalami hipoksemia

Toksin: keracunan.

Cardiac output makin tinggi maka tertolong makin besar

5 ttik menurut AHA

pada saat cek nadi dan cek nafas gak boleh sampai 10 detik

analisa irama krg 10 dtk

dc syok krg 10 dtk

intubasi krg 10 dtk

switch roll krg 10 dtk pertkaran kompesor

voume tidal : 500 – 600 ml (utk dewasa) atau sampai dada ngembang

EKG

Lead 1

Lead 2

Lead 3
AvR

AvF

Sistem konduksi jantung: sel penghasil lisrik : sel peacmaker

Sumber listrik

SA Node: 60 - 80 x/ mnt

AV Node: 40 – 60 x/ mnt

Purjinkie: 20 - 40 x/mnt

Sandapan bipolar EKG

Tangan kanan, tangan kiri dan kaki kiri

Lead 1: - tangan kanan, positif tangan kiri

Lead 2: negatif tanan kanan, positif kaki kiri

Lead 3: negatif tangan kiri, positif kaki kiri

SA node- AV node- serabut perkunjie

1 kota besar= 5 kotak kecil

Satu glombang P: Berasal dari atrium: Tnggi dan lebar max. 3 kotak kecil

Interval P: dari awal ke Q

3-5 kotak kecil

GELOMBANG qrs: dari ventrikel (maks. 3 kotak kecil)

Gelombang Q: KEBAWAH: DALAM 1/3 TNGGI GELOMBANG R (Q yg dalam: q


patologis)

LEBAR: 0,04 DETIK

ST segmen

Dan satu gelombang T

<10 kotak di lead dada

< 5 kotak

Interpretasi EKG

1. Irama: regular/ irregular (R)


2. Frekuensi (HR): Tidak teratur ambil EKG 6 dtik: jumlag kompleks.
3. Gelombang P
4. Pr IINTERVAL
5. KOMPLEKS QRS

Atrium:

Atrial Flutter: P masih bisa di hitung, irama teratur

Atrial fiblirasi: P tidak bisa dihitung, irama tidak teratur

Av0: Junctional

Flat: asistol

Trauma Thermal

Blister (bulat” isi air)

Derjat II: edema, blister

Derajat iii: edema, sedikit nyeri atau tidak nyeri, skin graft, scars hipertopik dan
kontraktur jika tdak lakukan tindakan preventif.

Penatalaksanaan umun luka bakar:

Hentikan proses luka bakar: lepas pakaian, perhiasan

Airway:

Cidera inhalasi: menghirup udara panas. Ciri:

1. Luka bakar pd ara wajah dan kepala dd rambut pd area wajah hilang dan bulu
hidung
2. Terdengar stridor atau crowing atau sesak/ lakukan intubasi

Breathing: NRM 10-15 LTR.

Hati” luka bakar di bagian dada, sehigga ekspansi dada tidak maksimal.
Escharatomy: penyatan bagian dada spya bisa ekspansi

Circulation: Berdasarkan luas luka bakar (rule of nine) atau hand palm : satu
tangan pasien= 1%

Cairan:

Karena api/ melepuh

Dewasa dan Remaja (diatas 14 tahun) 2 ml rl X Kg x Luas luka bakar

Anak (krang dari dan BB lbh dari 30 kg) 3 ml RL x kg x luas luka bakar

Bayi dan balita (krg 30 kg) 3 ml rl x kg x DX 5% x luas luka bakar


Luka bakar yg luas 20%: derajat 2

2 x 50 x 20= 2000 (kalau ada ket. Jam dkurangi)

Cairan pemeliharaan: 100 ml, 50 ml, 20 ml (BB dibagi 3)

CaiRAN PEMULIH SPT BIASA

Luka bakar akibat bahan kimia

Luka bakar akibat listrik:

1. Cabut sumber listrik


2. Airway
3. Breathing
4. Pasang IV line
5. Monitoring EKG

Tar burn: air suhu ruangan. Kolab pemberian analgetik

Suhu dingin:

Frosbite: menghitam pada distal

Non freezing injury

Penanganan:

1. Lepaskan baju basah, ganti dgn kering dan selimuti


2. Berkan pasien mnum hangat jika bisa mnum
3. Rendam bagian tubuh yg cidera dalam air hangat sampai jadi kemerahan:
perkusi sdh kembaii
4. Hindari penggunaan udara kering yg pans (hair dryer)
5. Jangan diurut atau digosok (air yg digerakan)
6. Berikan Analgetik
7. Pasang monitor jantung.

muskuloskeletal trauma

arteri: darah merah segar (O2)

vena: gk muncrat, merrah gelap (Co2)

abrasi: lecet

laserasi: jahitan

avulsi: terkoyak

penetrasi: terusuk
kompresi: luka tertuutp

amputasi: putus

ggitan binatang

luka tembak: luka yg tembak keluar lbh besar (efek kavitasi krna pelru bergerak
dlm tubuh sehingga kruskan lbh luas)

luka tertusuk: jangan dicabut: balutan donat atau balutan cincin. Balutan
dimasukan pada sela” luka. Pada bagian depan dan belakng kalau tembus.

Tidak dapat oksigen: nekrosis jadi dilonggarkan stiap 15 mnt smpai darah sdh
kluar utk pastikan O2 sdh msuk.

Organ lepas: disiram dan masukan kedelam plastik dtaruh pada ice bag.

FRAKTUR:

Tanda dan gejala :

Deformitas: perubahan bntuk

Nyri tekan

Pembengkakan

Angulasi: panjang sebelah

Krepitasi: sprti kretek

Kalau ragu: imobilisasi

Penanganan:

1. Bidai
2. Pasang gips
3. Traksi: Kaki dinaikan dan kisah beban ke bawah
4. Fiksasi internal: pasang pen

Jenis bidai:

1. vacuum splint: isinya pasir silikon, hisap udaranya dn smakin keras, kelebhan:
mengkuti bentuk tubuh, mines kalau smpai ketusuk tdk bsa di pakai
2. air splint: tiupkan udara. Kelebhan: transaran, kekurangan: bocor tdk bisa
dipakai.

Prinsip bidai:

1. cek pms (Pulsasi, motorik, sensorik): Sebelum dan sesudah pembidaian


2. tutup luka dahulu
3. ukur bidai pd fraktur melewati 2 sendi pada disklokasi antara 2 tulang.
Fraktur: Patela (lutut) dan fibula (mata kaki)

Kalau kaki patah kiri ikt ke kaki kanan

Kalau tangan ikat ke badan.

Dislokasi.

R: REST:

I: Ice

C: Compression

E: Elevation.

BLS for infant & child.

Anak di karotis dan femoralis

Bayi: brakialis

Buka jalan nafas pada bayi: sniffng position alas yg datar dan keras dari panggul
hingga tulang leher. Kalau tidak, akan tjdi flkesi pasif servika spinal cuz diameter kpl
bayi lebih besar drpda wadahnya

Ventilasi: 20-30 x/mnt selama 2 mnt atau setiap 2-3 detik sekali remas bag.

Advanced arrest.

Icha dan Ocha dewasa

Algortma henti janung AHA

Gunakan APD lengkap.

Batasi personel resusitasi

Pertimbangkan kelayaan resusitasi (lhat faktor usia dan komorbiditas)

Lakukan rjp smpai code blue datang

Pemasangan monitor jantung

Shockable ritme: dc syok

Intubasi

Lnjtkan RJP

Algoritma VT tanpa nadi.


Non shockable: lgsg intubasi baru rjp.

Henti jantung, kematian klinis, cardiac arrest: sama (tidk ada nadi, tidak ada nafas,
Agonal gasping)

VT yg tanpa nadi (lebar legular) harus cek nadi

VF (VENTRIKEL FIBRILASI) lebar iregular: tidak perlu cek nadi krn tidak ada nadi,
tidak ada nafas. Segera lakukan rjp, siapkan dc 200 joule.

VF: lebi dari atau sama dengan 60 mmHg. Asistol tidak boleh dc syok

Asistol (flat line protokol)

1. cek elektroda
2. Cek Lead I,II,III: semua asistol
3. Perbesar gelombang: terlebih VF mkx harus perbesar gelombang di monitor

Pulseless Elechtrical Actvity (PEA) ada irama di monitor tp tidak teraba nadi.
Apapun itu.

Satu”x yg tidak boleh disbut VT tanpa nadi.

Tatalaksana pasien VT/VF tanpa nadi

1. VF dan VT tanpa nadi. RJP dn Dc syok Monofasik 360 j, bifasik 200j dan no
obat
2. Epinefrin 1 mg flushing dgn NS 10 CC
3. Amiodaron 300 mg dan 150 mg encerkan dngn 50 CC d5

Kalau sudah semua Amiodaron 150, maka untuk tindak slnjtx RJP,Syok, RJP,
epinefrin

Setelah 2 mnt. obat Kosong. Karena amiodaron hx bleh 450 mg.

Resusitas apat dihentikn kalau:

1. Pasien telah respon


2. Sudah muncul tanda” kematian biologis (biru, kaku, akral dingin, lebam mayat,
pupil membesar)
3. 30 mnt tidak ada hasil.
4. Atas rekomendasi ekspert
5. Tim sudah kelelahan

Tata laksana PEA/ Asisitol.

KALAU TDAK ADA EPI, KASIH ADRENALIN

Jika PEA/Asistol brubah jadi shockable.


Dlm RS aktifkan code blue dan dkatkan troli emergency

15 detik menjlang 2 menit

Kalau sdh ada nadi, sudah ada nafas di RS observasi

Selasa, 19/10/21

Manajemen airway and breathing

Kematian ccepat airway, breathing, circulation

Kalau prdrahan penuh, terjadi hipoksia mengakibatkan penurunan SpO2


dikarenakan obs. Jln nafas dan dapat jadikan cardiac arrest.

6-10 mnt stlh mncul kematian klinis wajib rjp krn stiap 1 mnt mngakibatkan kggln
resusitasi 10%

Airway + C-Spine Control

Mekanisme cidera misalx: naik motor, kecelakaan tunggal, jatuh duluan kepala,
maka pd saat melakukan penanganan pd Airway yaitu C-Spine Control

Dibagian kepala harus memasang head imabilitior, leher neck colar, tulang blkg
long spine board. Tp apabila blm hrs mmlakukan fiksasi manual. Krn C5-C7 ADA
nervus fremikus krn adax pengelolan nafas scr central bisa mmbuat distress
pernafasan: apneu

Spinal: columa vetrebalis: utk eks. Mengatur sisstem eliminasi (inkontenesia urin
dan alpi)

Hormon yg tidak baik adlh Ketekolamin, bradikin, citokinon: menekan sistem imun
membuat mdah kena pxkit

Hormn yg baik adalh Endorfin, serotonin, non epinefrin.

Sumbatan jln nafas total: chocking

Sumbatan jln parsial: Gurgling (cairan), Snoring (Pangkal lidah) biasax koma gcs
3-8 bisa jadi patensi jln nafas. {Crowing (Anatomis) suara serak” parau spt burung
gagak adlh edema laring olh krn adax trauma inhalasi (hirup suhu panas, udara
pnas, asap panas) => Hrs sgra dilukan pmasangan ETT atau intubasi. Kalau sadar
anastesi pmbiaran biozolam}

Bula: bencolan yg ada air.

Chocking

Hemlich Manuver: Prosesus hipodeus dan epikliasx. Alasanx memanfaatkan udara


yg ada di intra abdomen, dan muncul respon muntah.
Chest Thrust (wanita gemuk dan hamil): melakukna penekanan pd tulang sternum.

Back Blow 5x poisi porasi, Chest thrust 5x posisi supinasi: Bayi

Tidak sadarkan diri: lakukan rjp

Tidak terlihat adax benda asing dlm mulut: tetap rjP, kalau keliat: finger swap.

Head tilt chin lift:

Cidera tulang cervikal: jaw thrust / chin lift

Ciri” fraktur cervikal:

1. Jejas diatas klavikula


2. Trauma kepala disertai dgn penurunan kesadaran
3. Multiple trauma: kepla darah, tangan patah, bagian dada ada jejas, ekstremitas
bawah: deformitas
4. Biomekanika yg mendukung

Ketika suction 3A, tidak ada log roll.

1. Aseptik (steril)
2. A traumatik:jgn melakukan gerakan kasar sehigga mlkukan kerusakan mukosa
dan selaput
3. A sianotik: ada patokan wktu jgn lebih dari 3 dtk (bayi) 5 dtk (anak) 15 dtk
(dewasa)

kontraindikasi OPA: adax gag reflex hrs cabut dan ganti dng NPA

kalau sdh trpsang ETT, COMBITUBE, LMA: kompresi 10x/mnt.

Pxlit intubasi:

L: Look Externally (maksino faksial cukup brat (wajah))

E: Evaluate 3 (mangap) 3 (dagu- oksiput) 2 (oksiput- adam apple) rule

M: Mallampati primer dan sekunde (umur: mikrostomia, makroglosia (lidah


menebal), osteoartitis)

O: Obstruksi (edem laring, benda asing)

N: neck immobility (kaku leher)

Shock Management

3 shock pembuluh darah


1. Anafilatik: alergi (tidak lakukan skin test pda obat). Ketika mengalami alergi,
pada endotaniel veskuler mengeluarkan andofidiel patogen serang pembuluh
darah akan mengalami vasodilatisi.
2. Neurogenik:
3. Sepsis: pembuluh darah mengalami vasadlatasi. Seolah” kehilngan tonus.

Rumus Persi: Hb targe x Hb saat ini x Kg x Hempa

Initial Assessment & Management on Pandemic Era

I: Jejas / luka terbuka

Ada jejas, dngr dari t4 yg sehat.

Ruptur Uretra:

Pada laki”:

Blass fungsi

Long Spine Board: Cidera tulang belakang dan cervikal

Ciri: Ada bau feses, bau kencing, Priapismus (ereksi berkepanjangan), biomekanik

Teknik Log Roll (leader yg berasda di kpala yg memberikan perintah), cek bagian
blkg ada luka atau tidak, kmdian pasang LSB)

Scoop

Head immobilizer

Kendrick Extrication Device. Terjebak di jok mobil.

Ambulans

Tipe:

Transport: Cuman scoop dan supir

Basic: alat stabilisasi ABC, contoh pasien ngorok OPA, sesak NRM, sesak Oksigen

Advanced: ada Monitor Jantung, ada AED, ventilator

Jenis: Darat, air, udara.

TRAUMA OF THORACIC, ABDOMINAL, HEAD, & SPINAL

TRAUMA THORAK(pxbab kematian kedua setelah masalah airway)

Dalam thorak trdapat paru dan jantung.


Apabila Spo2 msh dibwh 95% adalah intubasi (sblm IAPP). Setetlah intubasi,
evaluasi SPO2 masih dibawah 95% dan RR lebih cepat maka lakukan IAPP.

Mekanisme Kejadian

1. Trauma Tumpul: karena medan energi menyebar ke segala arah dan berpotensi
menyerang ke sel dan jaringan lebih luas.
2. Trauma Tembus: energi terlokasir pada tmpt tertentu.

Macam” Trauma Thoraks:

1. TENSION PNEUMOTHORAKS: adanya udara pada sples pleura sehingga


menekan paru-paru. Pembuluh darah arteri maupun vena tertekan akan
membuat proses difusi dgn baik mengakibatkan hipoksia. Menyebabkan aliran
darah ventrikel kanan ke paru-paru tertahan dan menyebabkan cardiac output
menurun dan akibatkan shok obstruksi. Setelah neddle decompression 30-45
mnt kolab dgn dok. Utk wsd atau chest tube
Tanda gejala:
a. Distensi vena Jugalris: darah yg masuk ke paru” tertahan
b. Dviasi trakea menjauhi sisi ssakit
c. Hilngx suara nafas di salah satu hemithoraks: normal vesikuler
d. Hipersonor
e. Distress nafas
f. Air hunger
g. Jejas di skitar dada

Penanganan (neddle decompression):

- Lokasi: interkosta 4 atau 5 line axilaris anterior dan mid axilaris, di sisi yg
bermasalah
- Anak: interkosta ke 2 sjjr dgn midclavikula.
2. OPEN PNEUMOTHORAKS: adanya dada yg terkena trauma tembus. Akan
berkembang mnjdi tension pneumo
Tanda gejala:
- Bunyi nafas meredup pada sisi yg cidera
- Sucking chest wound
- Kesulitan bernafas
- Nafas cepat

Penanganan (Occlusive dressing) diplester 3 sisi agar terjadi efek katup satu arah dan
mencegah timbulx tension pneumothoraks. Saat ekspirasi oklusi dresing akan tertipu,
maka permukaan akan naik dan keluar dari sela” oklusiv dresing.

3. MASSIVE HEMOTHORAKS: adax darrah melimpah di sples pleura


(interkostal)
Tanda dan gejala:
- Perkusi redup(dullness) pda sisi sakit
- Trdapat tanda syok
- Ekspansi dada tdk simetris
- Takipnea
- Suar nafas menjauh pd sisi skit
Penanganan:
- O2 konsentrasi tinggi NRM 10-15 lpm
- Kolaborasi pemasangan chest tube
- Resusitasi cairan. (pasang dlu chest tube karena darah belum dikeluarkan sudah
di isi cairan lain)
4. CARDIAC TAMPONADE: selaput membugkus jantung= pericardium. Pd
intrapericardium terisi bxk darah.
Tanda dan gejala (TRIAS BECK):
- Distensi vena jugula: vena meningkat
- Auskultasi: bunyi jantung redup dan jauh
- Adax tanda shock (SHOCK HIPOTERSIS)
Penanganan: periokardosintesis, tindakan lanjutan torakotomi
5. FLAIL CHEST: bila tulang costa yg patah lbh dari satu tulang, dan satu tulang
patah lebih dari satu lokasi. Peregrakan nafas yg paradoksikal (berlwanan)
Tanda dan gejala:
- Gerakan dinding dada paradoxical
- Hipoksemia bd kontusio paru
- Nyeri hebat saat bernafas
- Terhalang ekspansi dada karna nyeri
- Timbulx kontusio paru pada daerah d bwh segmen.
Penanganan:
- O2 konsentrasi tinggi
- Kolab pemberan analgesik (narkotik: morfin injeksi lokal). torakotomi

Abdominal trauma.

IPPA

Tanda dan gejala

- Ditemukan syok

Manajeme traua abdomen

1. Biomekanik abdomen
2. Tatalaksana abdomen
3. Luka tusuk jangan ditusuk
4. Eviserasi (tutup dengan kasa basa)
5. Waspada fraktur pelvis
6. Pasang gastric tube

Head Trauma.
Tanda-tanda:

fraktur basis kranium adalah:


1. Hematoma periorbita atau brill hematoma.
2. Hematoma retroaurikular atau Battle’s sign.
3. Keluarnya cairan otak dari hidung (rinore) atau telinga (otore).
Jika diluar RS. TIK dilihat dari nyeri kepala, pupil anisokor, penurunan tingkat
kesadaran, hipertensi dd bradikardi, muntah yg proyektil (nyembur jauh)
Nilai TIK
NORMAL : 10 mmHg (136 mmH20)
TIDAK NORMAL: > 20 mmHg
TIK BERAT: 40 mmHg
GCS:
3-8: cidera kepala berat
9-12: sedang
13-15: ringan
Manajemen trauma kepala (disability) GCS dan dislatasi pupil

CGS

E: mata

4: spontan

3: perintah verbal

2: nyeri

1: tidak ada respon

Nt: non testable

V: Verbal

5: orientasi baik

4: disorientasi

3: meracau (kata” tdk tepat)

2: suara tidak berarti (mengerang)

1: tidak ada respon

NT: non testable (dengan afasia, ett, mabuk berat)

M: motorik

6: Mengikuti perintah

5: Mengetahui letak
4: Fleksi thdp nyeri

3: Fleksi abnormal (dekortikasi): sensi nyeri ujung ekstremitas. tutup

2: ekstensi (desebrasi) ujung ekstremitas buka

1: tidak ada respon

NT: NON TESTABLE (KELUMPUHAN, ALKHOL)

Pupil anisokor, muntah

Ambil kertas lakmus, kmudiaan sample cairan yg kluar dan membntuk halo sign fix
fraktur basis cranii.

TRIAGE: Suatu sistem pembagia/ klasifikasi prioritas berdasr berat ringan kondisi
klien atau kegawatannya.

Ada 2:

1. Bencana (multipel casuality triage) dengan pendekatan start (simple Triage and
Rapid Treatment) kalau bencana hijau, kuning, merah. Karena potensi selamat
lebih tinggi. Prinsip utk mengatasi ancaman nyawa (tdk boleh dari 60 dtk fokus
pada A,C, D, perfusi)
Metode START:
- Fase 0 (fase awal): pnggil semua yg dapat berjalan (dapat tag hiaju) Lokasi.
Pasien yg terdekat
- Airway: pasien terdekat (ekspansi dada ada atau tidak), tidak nafas buka
airway, tetap tdk nafas (hitam)
- Breathing: RR (10-30X/MNT= MERAH)
- Cirkulasi: CRT > 2dtk merah, <2 detik tahap brkut.
- Disability: lihat dlu scr cpat, kmudian memberi perintah yg sederhna (kuning)
kalau tdk dpt mengikut perintah (merah). Cth: angkat tangan, buka mata.
2. Triage in Hospital.
ESI (EMERGENCY SEVERITY INDEX)
Meliputi:
- Tindakan life saving
- Lama pasien dapat menunggu
- Kondisi TTV

Algoritma Triage ESI

1. Proiritas 1. Pasien dengan kondisi mengncam jiwa atau kerusakan organ. Cth
kasus cardiac arrest, respiratory arrest (henti nafas), SPO2< 90%, pasien
trauma dgn penurunan kesadaran, overdosis dgn frekuensi nafas 6x/mnt, pasien
dgn kompartemen sindrom (kegagalan organ). Max 6 mnt
2. P2: kondisi berisiko tinggi. GCS 9-12TD tinggi 180/200. Penerunan kesadaran tp
tidak sampai koma. Korban yg mengalami nyri berat diatas 7. Tggu max 10
mnt. Contoh kasus asma, abdomen akut, luka serangan listrik.
3. P3: pasien yg mmbutuhkan evaluasi mendalam dan pemeriksaan klinis yg
menyeluruh shg prlu kolab. Perwat perlu liat TTV ada perburukan di
hemodinamik, naik ke P2. Waktu tggu 30 mnt.
Usia <3m
TTV
HR: >180
RR: >50
SaO2: < 92% harus diatas
Usia 3m - 3 yr
HR: >180
RR: >40
SaO2: < 92%
4. P4: pasien yg memelurkan satu mcam sumber daya perawatan IGD
5. P5: common cold, acne, eksroriasi.

Anda mungkin juga menyukai