henti jantung:
out hospital cardiac arrest: apd level 1 (baju kerja, masker, handscoon) pasien harus
menggunakan masker. Apabila tidak bawa handscoon: gunakan plastik bersih. Apabila
tidak bawa masker: gunakan kain atau handuk kecil.
In Hospital cardiac arrest: status korban. Non covid: apd level 1, susp-covid belum ada
hasil: apd level 2, positif: apd level 3.
Usia lbh 60 th dan komorbiditas tidak usah dlakukan rjp (harus dilakukan rjp adalah
henti jantung: tidak respon/ tdk sadar, tidak ada nadi, tidak ada nafas/ agonal gasping
kurang dari sama dengan 6x/menit). Cekukan, ngorok, trengah”. Organa respitatora
(pernafasan dari organ)
CPR DR-CAB.
D: Danger (3A :aman diri, aman lingkungan, aman pasien : supinasi, alas datar dan
keras)
Call fr help
C: Circulation: cek nadi dan cek nafas (look and feel: 5 – 10 dtk)
A: Airway
B: Breathing
Setelah ada respon, hentikan rjp, nafas belum ada dan nadi sudah lakukan ventilasi,
rescue breathing (10x/mnt selama 2 menit) setiap 6 detik remas bag 1x sampai 20x.
Evaluasi kembali. Kalau semua sudah ada lakukan miring mantap ke penolong.
(recovery position) DIBAWA KE RS. Penangan pasca henti jantung ROSC
Hipotermia
Hipo dan hiperkalimia: kurang dari 3,5 atau lbh dari 5 cardiac arest
Tension pneumthorax: paru” robek udara masuk ke pleura, tp tidak bisa keluar
mengalami hipoksemia
Toksin: keracunan.
pada saat cek nadi dan cek nafas gak boleh sampai 10 detik
voume tidal : 500 – 600 ml (utk dewasa) atau sampai dada ngembang
EKG
Lead 1
Lead 2
Lead 3
AvR
AvF
Sumber listrik
SA Node: 60 - 80 x/ mnt
AV Node: 40 – 60 x/ mnt
Purjinkie: 20 - 40 x/mnt
Satu glombang P: Berasal dari atrium: Tnggi dan lebar max. 3 kotak kecil
ST segmen
< 5 kotak
Interpretasi EKG
Atrium:
Av0: Junctional
Flat: asistol
Trauma Thermal
Derajat iii: edema, sedikit nyeri atau tidak nyeri, skin graft, scars hipertopik dan
kontraktur jika tdak lakukan tindakan preventif.
Airway:
1. Luka bakar pd ara wajah dan kepala dd rambut pd area wajah hilang dan bulu
hidung
2. Terdengar stridor atau crowing atau sesak/ lakukan intubasi
Hati” luka bakar di bagian dada, sehigga ekspansi dada tidak maksimal.
Escharatomy: penyatan bagian dada spya bisa ekspansi
Circulation: Berdasarkan luas luka bakar (rule of nine) atau hand palm : satu
tangan pasien= 1%
Cairan:
Anak (krang dari dan BB lbh dari 30 kg) 3 ml RL x kg x luas luka bakar
Suhu dingin:
Penanganan:
muskuloskeletal trauma
abrasi: lecet
laserasi: jahitan
avulsi: terkoyak
penetrasi: terusuk
kompresi: luka tertuutp
amputasi: putus
ggitan binatang
luka tembak: luka yg tembak keluar lbh besar (efek kavitasi krna pelru bergerak
dlm tubuh sehingga kruskan lbh luas)
luka tertusuk: jangan dicabut: balutan donat atau balutan cincin. Balutan
dimasukan pada sela” luka. Pada bagian depan dan belakng kalau tembus.
Tidak dapat oksigen: nekrosis jadi dilonggarkan stiap 15 mnt smpai darah sdh
kluar utk pastikan O2 sdh msuk.
Organ lepas: disiram dan masukan kedelam plastik dtaruh pada ice bag.
FRAKTUR:
Nyri tekan
Pembengkakan
Penanganan:
1. Bidai
2. Pasang gips
3. Traksi: Kaki dinaikan dan kisah beban ke bawah
4. Fiksasi internal: pasang pen
Jenis bidai:
1. vacuum splint: isinya pasir silikon, hisap udaranya dn smakin keras, kelebhan:
mengkuti bentuk tubuh, mines kalau smpai ketusuk tdk bsa di pakai
2. air splint: tiupkan udara. Kelebhan: transaran, kekurangan: bocor tdk bisa
dipakai.
Prinsip bidai:
Dislokasi.
R: REST:
I: Ice
C: Compression
E: Elevation.
Bayi: brakialis
Buka jalan nafas pada bayi: sniffng position alas yg datar dan keras dari panggul
hingga tulang leher. Kalau tidak, akan tjdi flkesi pasif servika spinal cuz diameter kpl
bayi lebih besar drpda wadahnya
Ventilasi: 20-30 x/mnt selama 2 mnt atau setiap 2-3 detik sekali remas bag.
Advanced arrest.
Intubasi
Lnjtkan RJP
Henti jantung, kematian klinis, cardiac arrest: sama (tidk ada nadi, tidak ada nafas,
Agonal gasping)
VF (VENTRIKEL FIBRILASI) lebar iregular: tidak perlu cek nadi krn tidak ada nadi,
tidak ada nafas. Segera lakukan rjp, siapkan dc 200 joule.
VF: lebi dari atau sama dengan 60 mmHg. Asistol tidak boleh dc syok
1. cek elektroda
2. Cek Lead I,II,III: semua asistol
3. Perbesar gelombang: terlebih VF mkx harus perbesar gelombang di monitor
Pulseless Elechtrical Actvity (PEA) ada irama di monitor tp tidak teraba nadi.
Apapun itu.
1. VF dan VT tanpa nadi. RJP dn Dc syok Monofasik 360 j, bifasik 200j dan no
obat
2. Epinefrin 1 mg flushing dgn NS 10 CC
3. Amiodaron 300 mg dan 150 mg encerkan dngn 50 CC d5
Kalau sudah semua Amiodaron 150, maka untuk tindak slnjtx RJP,Syok, RJP,
epinefrin
Selasa, 19/10/21
6-10 mnt stlh mncul kematian klinis wajib rjp krn stiap 1 mnt mngakibatkan kggln
resusitasi 10%
Mekanisme cidera misalx: naik motor, kecelakaan tunggal, jatuh duluan kepala,
maka pd saat melakukan penanganan pd Airway yaitu C-Spine Control
Dibagian kepala harus memasang head imabilitior, leher neck colar, tulang blkg
long spine board. Tp apabila blm hrs mmlakukan fiksasi manual. Krn C5-C7 ADA
nervus fremikus krn adax pengelolan nafas scr central bisa mmbuat distress
pernafasan: apneu
Spinal: columa vetrebalis: utk eks. Mengatur sisstem eliminasi (inkontenesia urin
dan alpi)
Hormon yg tidak baik adlh Ketekolamin, bradikin, citokinon: menekan sistem imun
membuat mdah kena pxkit
Sumbatan jln parsial: Gurgling (cairan), Snoring (Pangkal lidah) biasax koma gcs
3-8 bisa jadi patensi jln nafas. {Crowing (Anatomis) suara serak” parau spt burung
gagak adlh edema laring olh krn adax trauma inhalasi (hirup suhu panas, udara
pnas, asap panas) => Hrs sgra dilukan pmasangan ETT atau intubasi. Kalau sadar
anastesi pmbiaran biozolam}
Chocking
Tidak terlihat adax benda asing dlm mulut: tetap rjP, kalau keliat: finger swap.
1. Aseptik (steril)
2. A traumatik:jgn melakukan gerakan kasar sehigga mlkukan kerusakan mukosa
dan selaput
3. A sianotik: ada patokan wktu jgn lebih dari 3 dtk (bayi) 5 dtk (anak) 15 dtk
(dewasa)
kontraindikasi OPA: adax gag reflex hrs cabut dan ganti dng NPA
Pxlit intubasi:
Shock Management
Ruptur Uretra:
Pada laki”:
Blass fungsi
Ciri: Ada bau feses, bau kencing, Priapismus (ereksi berkepanjangan), biomekanik
Teknik Log Roll (leader yg berasda di kpala yg memberikan perintah), cek bagian
blkg ada luka atau tidak, kmdian pasang LSB)
Scoop
Head immobilizer
Ambulans
Tipe:
Basic: alat stabilisasi ABC, contoh pasien ngorok OPA, sesak NRM, sesak Oksigen
Mekanisme Kejadian
1. Trauma Tumpul: karena medan energi menyebar ke segala arah dan berpotensi
menyerang ke sel dan jaringan lebih luas.
2. Trauma Tembus: energi terlokasir pada tmpt tertentu.
- Lokasi: interkosta 4 atau 5 line axilaris anterior dan mid axilaris, di sisi yg
bermasalah
- Anak: interkosta ke 2 sjjr dgn midclavikula.
2. OPEN PNEUMOTHORAKS: adanya dada yg terkena trauma tembus. Akan
berkembang mnjdi tension pneumo
Tanda gejala:
- Bunyi nafas meredup pada sisi yg cidera
- Sucking chest wound
- Kesulitan bernafas
- Nafas cepat
Penanganan (Occlusive dressing) diplester 3 sisi agar terjadi efek katup satu arah dan
mencegah timbulx tension pneumothoraks. Saat ekspirasi oklusi dresing akan tertipu,
maka permukaan akan naik dan keluar dari sela” oklusiv dresing.
Abdominal trauma.
IPPA
- Ditemukan syok
1. Biomekanik abdomen
2. Tatalaksana abdomen
3. Luka tusuk jangan ditusuk
4. Eviserasi (tutup dengan kasa basa)
5. Waspada fraktur pelvis
6. Pasang gastric tube
Head Trauma.
Tanda-tanda:
CGS
E: mata
4: spontan
3: perintah verbal
2: nyeri
V: Verbal
5: orientasi baik
4: disorientasi
M: motorik
6: Mengikuti perintah
5: Mengetahui letak
4: Fleksi thdp nyeri
Ambil kertas lakmus, kmudiaan sample cairan yg kluar dan membntuk halo sign fix
fraktur basis cranii.
TRIAGE: Suatu sistem pembagia/ klasifikasi prioritas berdasr berat ringan kondisi
klien atau kegawatannya.
Ada 2:
1. Bencana (multipel casuality triage) dengan pendekatan start (simple Triage and
Rapid Treatment) kalau bencana hijau, kuning, merah. Karena potensi selamat
lebih tinggi. Prinsip utk mengatasi ancaman nyawa (tdk boleh dari 60 dtk fokus
pada A,C, D, perfusi)
Metode START:
- Fase 0 (fase awal): pnggil semua yg dapat berjalan (dapat tag hiaju) Lokasi.
Pasien yg terdekat
- Airway: pasien terdekat (ekspansi dada ada atau tidak), tidak nafas buka
airway, tetap tdk nafas (hitam)
- Breathing: RR (10-30X/MNT= MERAH)
- Cirkulasi: CRT > 2dtk merah, <2 detik tahap brkut.
- Disability: lihat dlu scr cpat, kmudian memberi perintah yg sederhna (kuning)
kalau tdk dpt mengikut perintah (merah). Cth: angkat tangan, buka mata.
2. Triage in Hospital.
ESI (EMERGENCY SEVERITY INDEX)
Meliputi:
- Tindakan life saving
- Lama pasien dapat menunggu
- Kondisi TTV
1. Proiritas 1. Pasien dengan kondisi mengncam jiwa atau kerusakan organ. Cth
kasus cardiac arrest, respiratory arrest (henti nafas), SPO2< 90%, pasien
trauma dgn penurunan kesadaran, overdosis dgn frekuensi nafas 6x/mnt, pasien
dgn kompartemen sindrom (kegagalan organ). Max 6 mnt
2. P2: kondisi berisiko tinggi. GCS 9-12TD tinggi 180/200. Penerunan kesadaran tp
tidak sampai koma. Korban yg mengalami nyri berat diatas 7. Tggu max 10
mnt. Contoh kasus asma, abdomen akut, luka serangan listrik.
3. P3: pasien yg mmbutuhkan evaluasi mendalam dan pemeriksaan klinis yg
menyeluruh shg prlu kolab. Perwat perlu liat TTV ada perburukan di
hemodinamik, naik ke P2. Waktu tggu 30 mnt.
Usia <3m
TTV
HR: >180
RR: >50
SaO2: < 92% harus diatas
Usia 3m - 3 yr
HR: >180
RR: >40
SaO2: < 92%
4. P4: pasien yg memelurkan satu mcam sumber daya perawatan IGD
5. P5: common cold, acne, eksroriasi.