Anda di halaman 1dari 21

SOSIALISASI PPGD

Oleh : Siti Mu’alimah,Amd.Kep


Fatma Aulia Islami,Amd.Kep
PENGERTIAN
Kegawat daruratan adalah suatu keadaan krisis akut
yang mengancam nyawa dan mengakibatkan
kecacatan/kematian.
SPGDT adalah sistem penanggulangan pasien gawat
darurat yang terdiri dari unsur multisektor pelayanan
pra rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan antar
rumah sakit
PENGERTIAN
HENTI NAFAS adalah apabila pasien berhenti
nafas(apnea)
Gawat nafas: Pasien tidak bernafas
RR< 5X/menit
RR>36X/menit
HENTI JANTUNG adalah apabila jantung berhenti
berdenyut(gagal jantung,miokarditis,vibrilasi
ventrikel,asfiksia krn sumbatan jalan nafas,dll)
Mekanisme Trauma dengan Prinsip ABCD
Airway (JALAN NAFAS) dan C-spine control
Penilaian (look listen feel)
1,Manual :
-Head tilt- chin lift
(tidak boleh di use pada px patah tulang leher)
-Jaw Trust  paling aman utk kasus trauma
- Tongue jawlift dan finger sweep(memasukkan jari ke
rongga mulut untuk mengeluarkan benda asing)
AIRWAY
Menggunakan Alat :
- Suction bila ada cairan (5 detik anak2,10 dt dewasa)
OPA(Oropharingeal airway/mayotube)
 tidak boleh dipasang bila px ada reflek muntah
NPA(Naso pharingeal airway) tidak boleh dipasang
pada fraktur basis cranii, tanda: bril hematom,blood
rinorhea,blody otorhea,battle sign.
LMA (Laringeal Mask Airway) KI px dgn kelainan
faring,abses,sumbatan faring,hamil

ETT (Endo trakeal Tube) di RS


BREATHING
(menjaga pernafasan dgn ventilasi dan curiga
adanya tension pneumothorax)

Macam2 sumbatan jalan nafas


1. Obstruksi total(batuk tidak efektif)
Bila px tidak sadar  RJP
Bila px sadar  5x back blow
5x abdominal trust( manuver heimlich)
2.Obstruksi Ringan/Parsial(pasien bisa bernafas)
-Snooring : pangkal lidah jatuh ke blkghead till
,chinlift ,jaw trust
- Crowing:sumbatan benda padat(ngorok)
- Gurgling : cairansuction (10-15
detik)
BREATHING
MANAGEMENT
Inspeksi :
1.pergerakan dada simetris atau tidak
2.ada tidaknya trauma pada dada/ jejas pada
kedua sisi :
- Tension Pneumothorak(jejas atau lebam,nyeri dada,sesak berat,tidak ada
suara,perkusi hipersonor,distensi vena jugularis,deviasi trakea)lakukan
thoracosintesis dengan jarum 14 Gpada ICS 2 Midclavikula line
- Open Pneumothorak(luka terbuka pada dada) beri Oksigen
masker,plester 3 sisi dengan kasa yang tidak tembus airrujuk
-Hemathorak(perkusi redup)pra RS pasang infus
- Flail chest (fraktur iga multipel)tanda sesak berat,patah tulang iga 2
atau lebih,pada ekspirasi menonjol keluar pra RS pasang O2 TERUS
RUJUK
Auskultasi : ada suara tambahan atau tidak terdengar
suara
Perkusi : sonor atau hipersonor
Palpasi : adanya udara di subkutan (krepitasi)

Apabila pernafasan tidak adekuat harus dilakukan


bantuan pernafasan:
1.Ambubag
2.Berikan oksigen dengan memakai masker rebrething /
non rebreathing mask
JENIS ALAT
Nasal canul : kons.25-36% (2-4 lpm)
Simple face mask: kons.40-60% (6-8 lpm)
Non rebreather mask: kons.60-90% (8-10lpm)
Ambu bag tanpa oksigen: 21%
CIRCULATION
(kontrol perdarahan)
Gangguan sirkulasi pada kasus gawat darurat adalah SYOK dittandai dengan nadi lemah
atau bakikardi, takikardi, hipotensi, nafas cepat, kesadaran menurun.
Macam- macam SYOK :
1. SYOK HIPOVOLEMIK
- yaitu pengurangan volume darah yang disebabkan kehilangan darah, plasma atau cairan
tubuh dan elektrolit yang akut, perdarahan, luka bakar dan luka-luka karena benturan.
- tanda : 1. penurunan tekanan vena
2. takikardi, lemah
3. perubahan pada perfusi,akral dingin, basah, pucat
- bila terjadi syok :
a. posisikan pasien dengan posisI terlentang dengan kaki ditinggikan
b. Pemberian oksigen (O2 masker), pemasangan infus
c. Bila ada perdarahan luar melakukan bebat tekan pada daerah luka
d. Bila ada perdarahn internal  rujuk RS
2. SYOK KARDIOGENIK
- syok yang terjadi akibat kegagalan pompa jantung, penyebab gagal jantung
aritmia, tamponadi jantung.
 Pengelolan pasang infus, berikan dobutamin dan amrinon
3. SYOK OBSTRUKTIF
 Dapat terjadi syok bila terdapat penyumbatan pada pembuluh darah sentral
baik arteri maupun vena .
 Syok dapat disebabkan oleh:
a. Embolus arteri pulmonalis dan aorta dimana pembuluh darah pulmonalis
tersumbat oleh trombus
b. Terpotongnya aorta
c. Tension pneumothorax
 Pengelolaan : 1. pasang infus dengan cairan kristaloid
2. monitoring EKG
DISSABILITY
( menilai status neurologis )
Perdarahan intra kranial dapat menyebabkan kematian
dengan sangat cepat, sehingga diperlukan evaluasi
keadaan neurologis meliputi tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil.
EXPOSURE
Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada
pasien trauma dengan melepas seluruh pakaian dan
tidak lupa untuk memakaikan selimut untuk
mencegah terjadinya hipotermia.
Pada tahap ini bisa dilakukan log roll(kecuali bila da
fraktur pelvis)untuk pemeriksaan bagian belakang
penderita,serta dapat juga dilakukan pemasangan long
spine board
TAHAP RESUSITASI JANTUNG PARU
(RJP)
1.3A: Aman Penolong ,Lingkungan ,Pasien
2.Menilai kesadaran dan pernafasan (10 detik)
periksa pasien dan lihat respon dengan menggoyang bahu
pasien dan bertanya cukup keras : Hallo
Kenapa?
a. Bila menjawab atau bergerak
biarkan pada posisi ditemukan
kecuali ada bahaya

b. Jika tidak ada respon segera


mengaktifkan sistem respon
kegawatdarutan (minta bantuan),
3. Mengaktifkan layanan gawat darurat
 Jika hanya terdapat satu penolong segera meminta bantuan dengan
berteriak atau menelpon RS.
4. Cek nadi
 cek nadi karotis kurang dari 10 detik, jika tidak teraba segera
memulai RJP, bila nadi teraba berikan nafas tiap 5-6 detik
sampai terlihat ada pengembangan dada dan cek kembali setiap
2menit.

.
5. RJP dengan penekanan pada kompresi dada
 Jika nadi tidak teraba segera memulai RJP dengan diawali kompresi
dada. Untuk mengahsilkan kompresi dada yang efektif, lakukan
penekanan yang keras dan cepat dengan kecepatan palng sedikit
100x/menit dengan kedalam 5cm.
 Langkah-langkah RJP :
1. dalam keadaan tangan ditumpuk jadi satu dan untuk menghasilkan
yang efektif, tekan bagian tengah dada dengan kencang, cepat dan tanpa
henti

.
2. Letakkan telapak tangan ke setengah bagian bawah dada korban

3. Tumpuk tangan yang satu diatas tangan tersebut (tekanan akan lebih maksimal bila jari-jari kedua
tangan saling terkait).
a. posisi lutut lurus, pindahkan beban tubuh ke tangan, dan tekan kuat dada korban hingga
tertekan 5 cm ke dalam
b. berikan tekanan sebanyak 30 kali
tanpa henti dengan kecepatan 100 kali per menit.

.
6. Pelaksanaan CPR (kombinasi pijat Tantung dan nafas bantuan)
1. Rasio kompresi ventelisa 30:2 artinya sesudah melakukan pijat jantung sebanyak 30 kali
berikan nafas buatan sebanyak 2 kali .
2. Lakuka pijat jantung dan nafas buatan secara bergantian (30:2 kali) terus menerus tanpa
henti hingga ditangani pihak medis.
3. Kompresi harus diberikan terus menerus dengan frekuensi 100x/menit dan ventilasi
diberikan setiap 6-8 detik (8-10 x/menit)
4. Bila penolong 2 orang atau lebih lakukan pergantian setiap 2menit (5 siklus)
5. Hentikan CPR (pijat jantung dan nafas buatan) bila,
a. penolong kelelahan
b. petugas medis yang berkompeten mengambil alih
c. korban merintih dan mulai bernafas normal
d. korban sudah menunjukan tanda-tanda kematian (lebam mayat)
e. setelah 30 menit dilakukan pertolongan tidak menunjukan tanda-tanda ROSC
(Return Of Spontaneous Circulation)
f. kondisi lingkungan yang tidak aman
6. Bila ada respon namun nafas belum dalam kondisi normal,
lakukan pengkajian tentang airway(jalan nafas) dengan
menggunakan look,listen,feel. Jika menilai nafas korban
<12x/menit maka segera berikan bantuan nafas (Rescue
Breathing) sebanyak 10-12x/menit selama 2 menit. Kemudian
kaji nadi karotis dan pernafasan kembali.
7. Bila ada respon serta nafas normal posisikan tubuh korban
dengan posisi recovery

Anda mungkin juga menyukai