Anda di halaman 1dari 16

KUMPULAN TUGAS PRAKTIK PROFESI

NERS KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pengampu : Ns. Martina Ekacahyaningtyas., S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:

BELINNA ESLLY MAYOPU


NIM: SN211019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TIFOID
KEPERAWATAN ANAK
Dosen Pengampu : Ns. Martina Ekacahyaningtyas., S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:

BELINNA ESLLY MAYOPU


NIM: SN211019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK
2021/2022

2
3

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI

Typhus abdominalis/demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada

saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12

– 13tahun (70% - 80%) pada usia 30 – 40 tahun (10%-20%) dan juga diatas usia

pada anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010). Demam typhoid

atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia &

Lorraine M. Wilson, 2015).

Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella

(Bruner & Sudart, 2014 ).

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut

disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,

ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia /endokardial dan

juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,

limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain

melalui makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Demam

thypoid merupakan suatu penyakit infeksisistemik yang disebabkan oleh Salmonella

thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

terletak didaerah tropis dan subtropis. (Simanjuntak, 2009).

2. ETIOLOGI
4

Menurut Suratun dan Lusianah (2016) etiologi dari demam tifoid disebabkan oleh
Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B, and Paratyphi C. Salmonella
typhi merupakan basil garam negatif, berflagel dan tidak berspora, anaerob fakultatif
masuk ke dalam keluarga enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan lebar 0.5-0.7 um,
berbentukbatang single atauberpasangan. Salmonella typhi hidup dengan baik pada suhu
37○C dan dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu
selama berminggu- minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi
dan tiram beku. Parasite hanya pada tubuh manusia. Dapat dimatikan pada suhu 60○C
selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.
Salmonella typhimemiliki 3 macam antigen O (somatic berupa kompleks polisakarida),
antigen H (flagel), dan antigen Vi. dalam serum penderita demam tifoid akan berbentuk
antibody terhadap ketiga macam antigen tersebut.

3. Manifestasi Klinik
Menurut Wibisono et al ( 2014) masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang timbul
bervariasi dari ringan sampai berat. Gejala pada anak:
1. Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10- 14hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium / psikosis
Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermia Periode infeksi demam thypoid, gejala
dan tanda :
5

Minggu Keluhan Gejala Patologi


Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia
insidious, tipe cerna
panas stepladder
yang mencapai
39-40º C,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare splenomegali, hiperplasi pada
atau konstipasi, hepatomegali peyer’s patches,
delirium nodul typhoid
pada limpa dan
hati
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan ketegangan payer’s patches,
saluran cerna, abdomen, koma nodul tifoid pada
perforasi dan syok limpa dan hati
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis,
relaps, penurunan berat, kakeksia carrier kronik
berat badan
Tabel 2.1 Gejala Dan Tanda Typhoid (Nurarif & Kusuma, 2015)
6

4. Patofisiologi dan Pathway


Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri
yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan
antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar,
akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di
usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi mukosa
dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus
yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri
mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan
ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear didalam
folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo,
dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang
disukai oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung
empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik
secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme
diempedu dapat menginvasi ulang dinding usus /dikeluarkan melalui tinja. Peran
endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga
endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel
limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan
zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem
vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah
dan jugamenstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012.
Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
7

Pathway typoid pada anak

Basil salmonella tyhosa

Menginfeksi
saluran Demam Hipertemi

Tifus abdominalis

Mual, nafsu
makan Diserap usus Tukak di Nyeri
menurun halus usus

Masuk Perdarahan
Nutrisi
dalam dan
kurang dari
peredaran perforasi
kebutu han

Menyeba Risiko
r ke syok
seluruh hipovole

Cairan Badan lemah, lesu Intoleransi


kurang aktivitas
dari
kebutuhan

(Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
8

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wibisionoet al (2014) ada pun pemeriksaan penunjang yang ada pada demam
tifoid antara lain :

Pemeriksaan darah perifer

Leucopenia/leukositosis, anemia jaringan, trombositopenia

Uji widal

Deteksi titer terhadap salmonella parathypi yakni agglutinin O (dari tubuh kuman dan
agglutinin H (flagetakuman). Pembentukan agglutinin dimulai dari terjadi pada awal minggu
pertama demam, puncak pada minggu keempat dan tetap tinggi dalam beberapa minggu
dengan peningkatan agglutinin O terlebih dahulu dengan diikuti agglutinin H. agglutinin O
menetap selama 4-6 bulan sedangkan agglutinin H menetap sekitar 9-12 bulan. Titer
antibody O >1:320 atau antibody H

>1:6:40 menguatkan diagnosis pada gambaran klinis yang khas.

Uji TURBEX

Uji semi kuantitatif kolometrik untuk deteksi antibody anti salmonella thypi0-9. Hasil positif
menunjuk kan salmonella serogroup D dan tidak spesifik salmonella paratyphi menunjuk kan
hasil negative.

Uji typhidot

Detekai IgM dan IgG pada protein. Membrane luar salmonella typhi. Hasil positif didapat dari
hasil 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik mengidentisifikasi IgM dan IgG terhadap
salmonella typhi .
Uji IgM Dipstick

Deteksi khusus IgM spesifik salmonella typhi specimen serum atau darah dengan
menggunakan strip yang mengandung anti genlipopolisakarida salmonella tiphy dan
anti IgM sebagai control sensitivitas 65-77% dan spesitivitas 95%-100%. Akurasi
didapatkan dari hasil pemerikasaan 1 minggu setelah timbul gejala

Kultur darah

Hasil positif memastikan demam thyfoid namun hasil negative tidak menyingkirkan.

7. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


1. Medis

a. Penatalaksanaan medis meliputi :


1. Sistomatik
2. Obat kumur
3. Antihistamin
4. Vitamin C
5. Espektoran
(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)

2. Keperawatan

Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan keperawatan


meliputi:
a. Istrirahat Total
b. Peningkatan intake cairan
c. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit
d. Memberikan kompres hangat bila demam
b. Pencegahan infeksi lebih lanjut Keperawatan
Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan keperawatan
meliputi:
1. Istrirahat Total
2. Peningkatan intake cairan
3. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit
4. Memberikan kompres hangat bila demam
5. Pencegahan infeksi lebih lanjut
(Wulandari.D & Purnamasari. L, 2015)

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Pengkajian keperawatan ditunjukkan pada respon pasien
terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia (Nursalam, 2011)
a) Identitas pasien: Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
b) Riwayat kesehatan: Tingkat kesadaran/GCS (<15), konvulsi, muntah,
dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala,
paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan
telinga dan kejang.
c) Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan
dengan sistem persyarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya.
Demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit
menular.
d) Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga
sebagai data subjektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi
prognosa pasien.
e) Pengkajian persistem
Keadaan umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma
TTV
1) Sistem pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi, nafas
bunyi ronchi.

2) Sistem kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut
nadi bradikardi kemuadian takikardi.
3) Sistem perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih
4) Sistem gastrointestinal
Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami
perubahan selera
5) Sistem muskuloskletal Kelemahan otot, deformasi
6) Sistem persyarafan
Gejala: kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinnitus,
kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan
Tanda: perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil, kehilangan pengindraan, kejang, kehilangan sensasi
sebagai tubuh
f) Pengkajian pola aktivitas sehari-hari
1) Pola makan / cairan
Gejala : mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : kemungkinan muntah proyektil, gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)
2) Aktivitas / istirahat
Gejala : merasa lemah, letih, kaku, kehilangan keseimbangan Tanda :
perubahan kesadaran, letargie, hemiparese, kuadreplegia, ataksia, cara
berjalan tak tegap, masalah keseimbangan, kehilangan tonus otot dan
tonus sptik
3) Sirkulasi
Gejala : normal atau perubahan tekanan darah
Tanda : perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi disritmia)
4) Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku kepribadian ( terang atau dramatis )
Tanda : cemas mudah tersinggung , delirium, agitasi, bingung, depresi
dan impulsive
5) Eliminasi
Gejala : inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi
6) Nyeri dan kenyamanan
Gejala: Nyeri pada luka, nyeri post operasi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Hipertermia (D.0129) b.d faktor mekanis
2. Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisik
3. Resiko infeksi (0142) d.d efek prosedur invasif
(SDKI, 2017)
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi atau rencana keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian krisis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan, sedangkan tindakan keperawatan
adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI, 2017)
No SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan luka
(D.0129) b.d faktor tindakan keperawatan (1.14564)
mekanis 3x8 jam diharapkan 1. Monitor
integritas kulit karakteristik
meningkat dengan luka
kriteria hasil: 2. Monitor tanda-
1. Kerusakan tanda infeksi
lapisan kulit 3. Lepaskan
menurun plester dan
2. Nyeri menurun balutan secara
3. Kemerahan perlahan
menurun 4. Bersihkan
4. Jaringan parut dengan cairan
menurun NaCl
(L.08066) 5. Berikan salep
yang sesuai ke
kulit
6. Pasang balutan
sesuai jenis
luka
7. Edukasi tanda
dan gejala
infeksi
8. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
2. Nyeri akut (D.0077) b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera fisik tindakan keperawatan (1.08238)
3x8 jam diharapkan 1. Lakukan
nyeri menurun dengan pengkajian
kriteria hasil: nyeri
1. Adanya penurunan 2. Observasi
skala nyeri adanya respon
2. Tidak menunjukan nyeri non
wajah meringis verbal
3. Frekuensi nadi 3. Ajarkan
cukup membaik penggunaan
(L.08066) teknik non
farmakologis
(relaksasi nafas
dalam)
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik
3. Resiko infeksi (0142) d.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
efek prosedur invasif tindakan keperawatan (1.14539)
3x8 jam diharapkan 1. Monitor tanda
tingkat infeksi dan gejala
menurun dengan infeksi
kriteria hasil: 2. Cuci tangan
1. Kemerahan sebelumm dan
menurun sesudah kontak
2. Nyeri menurun dengan pasien
3. Bengkak 3. Ajarkan cara
menurun mencuci tangan
4. Demam dengan benar
menurun 4. Edukasi tanda
(L.14137) dan gejala
infeksi
Pemantauan tanda vital
(I. 02060):
1. Monitor
tekanan darah
2. Monitor nadi
3. Monitor
pernafasan
4. Monitor suhu
tubuh

3. EVALUASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI


1 Gangguan integritas kulit 1. Kerusakan lapisan kulit
(D.0129) b.d faktor mekanis menurun
2. Nyeri menurun
3. Kemerahan menurun
4. Jaringan parut menurun
2 Nyeri akut (D.0077) b.d agen 1. Adanya penurunan skala nyeri
pencedera fisik 2. Tidak menunjukan wajah
meringis
3. Frekuensi nadi cukup membaik
3 Resiko infeksi (0142) d.d efek 1. Kemerahan menurun
prosedur invasif 2. Nyeri menurun
3. Bengkak menurun
4. Demam menurun
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Nurin. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA. Poltekes Kemenkes
Riau : DIIIKeperawatan

Ayu, K., Henny A. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Anggota
IKAPI

Cahya, R. W., Sukarto. 2016. Jurnal Keperawatan Hubungan Peran Orang Tua Dalam
Pencegahan ISPA Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita Di Puskesmas Bilalang Kota
Kotamobagu: Manado. Universitas Sam Ratulangi

Ganong. 2012 . Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. (Alih Bahasa Oleh : 1 Made Kariasa,
Dkk). Jakarta : EGC.

Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Indikator Diagnosa. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wulandari D & Purnamasari L. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Indonesian Journal On Medican Science. Vol: 2 No:2

Anda mungkin juga menyukai