BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oxana Malaya, Seorang gadis ukraina, ditinggalkan di sebuah kandang anjing
oleh orang tuanya yang tidak bertanggung jawab dari usia 3 sampai 8 tahun, dia
tumbuh tanpa orang tua selain dar ipada anjing yang ada di kandang tersebut.
Ketika ia ditemukan pada tahun 1991, ia tidak bisa berbicara, hanya bisa
menggonggong, dan berlari sambil merangkak. Sekarang usianya sudah menginjak
20-an, Malaya telah diajarkan untuk berbicara, tetapi masih mengalami gangguan
kognitif.
Kisah oxana malaya, menarik perhatian ahli psikologi, sosiologi dan
antropologi. Perdebatan bagai mana lingkungan alam, sosial dan budaya dapat
mempengaruhui sikap dan kepribadian seseorang kembali mengemuka. Masalah
akal yang merupakan pembeda antara manusia dan binatang, seolah tidak dapat
menjelaskan penomena Malaya ini. Oleh karena itu persfektif budaya diperlukan
menjelaskan fenomena ini, bagaimana budaya dan kebudayaan mampu memanusia
kan manusia, dalam hal ini budaya membentuk kepribadian manusia sehingga
bersikap dan berwujud sebagai manusia seutuhnya.
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh tuhan,
setidaknya manusia diberikan akal dan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu
saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal
dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh
kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan
membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang
diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki
manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang beberapa teori
kebudayaan dan teori kepribadian dalam perspektif pandidikan serta keterkaitan
antara keduanya, yang dituangkan dalam julam judul “Kebudayaan dan
Kepribadian”.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan pengaruh
Kebudayaan terhadap kepribadian manusia serta implikasinya terhadap
pendidikan.
BAB II
KEBUDAYA DAN KEPRIBADAIAN
A. DEFINISI KEBUDAYA
Bayak pakar dan ahli ilmu sosial mendefisikan kebudayaan dalam berbagai
sudut pandang, sehingga menghasilkan definisi yang sanga beragam pula.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. E.B. Taylor
Kebudayaan adalah totalitas yang komplek yang mencakup pengetahuaan dan
kepercayaan, seni, hukum, moral, kemampuan-kemampuan dan kebiasaan -
kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
2. Margaret Mead
Kebudayaan adalah semua kompleks prilaku tradisonal yang telah
dikembangkan oleh ras manusia yang secara berturutan dipelajari oleh masing –
masing generasi.
3. Kluckhohn Dan Kelly
Kebudayaan adalah semua model bagi kehidupan, eksplisit dan inplisit,
rasional, irrasinonal, dan non rasional yang ada pada masa tertentu sebagai
pembimbing potensial bagi prilaku anggota – anggota masyarakat.
4. La Piere
Perwujudan dalam tradisi, tradisi dan institusi dan lain- ain yang dipelajari
sebagai suatu kelompok sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
5. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,dan cipta masyarakat. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
B. BEBERAPA PAN DANGAN TENTANG KEBUDAYAAN
Dalam menjelaskan fenomena kebudayaan, berbagai pandangan atau teori
telah dikemungkakan olehahli, antara lain pandangan superorgani, padangan
realis, dan teori konseptual.
1. Pandangan superorganik tentang kebudayaan.
Menurut pandangan superorganik kebudayaan adalah sebuah realita yang
bersifat superorganis, sebuah realita yang berada diatas dan luar individu – individu
yang manjadi pendukung suatu kebudayaan serta mempunyai hukum – hukum
perkembangannya sendiri.
Durkheim menggunakan konsep Colletive representation untuk
menungkapkan gagasannya tentang realita kebudayaan, realita diluar individu atau
kelompok pendukung kebudayaan tersebut, yang merupakan realita objektif,
dengan kehidupan sendiri diluar kesadaran subjektif individu- individu pendukung
kebudayaan tersebut.
Meskipun individu tidak mempengaruhui kebudayaan masyarakatnya,
sebaliknya kebudayaan mempengaruhui individu. Kebudayaan menentukan prilaku
individu – individu. Kebudayaan tidak hanya menjadi penyebab kehadirannya
sendiri, tetapi juga menyebabkan prilaku individu – individunya. Orang melakukan
sesuatu dengancara tertentu sebab mereka harus melakukannya dengan cara
demikian.
White mengatakan “ prilaku manusia semata-mata merupaka respons
organisme terhadap rangsangan budaya. Karena itu, Tingkah laku manusia
ditentuan oleh kebudayaan. Dari pandangann derteminisme budaya manusia
merupakan instrumen, melaluinya kebudayaan mungungkapkan dirinya sendiri.”
2. Pandangan Konseptualis Tentang Kebudayaan (cultural nomialism)
Menurut pandangan pengikut aliran koseptual, kebudayaan tidak sesuatu
yang dapat diamati secara nyata dan tidak pula sesuatu yang metarealita yang
tidak dapat diamati, tetapi kebudayaan itu hanya sebuah penanaman umum bagi
banyak prilaku bagi banyak manusia, seperi menulis buku-buku, proses
pendidikan , perang dan prilaku – prilaku lain. Pandang R. Lincon mengatakan
bahwa kebudayaan tidak lebih dari kepribadian dan interaksi kepribadian-
kepribadian.
3. Pandangan Realis Tentang Kebudayaan.
Menurut pandangan realis, kebudayaan adalah jumlah dari apa yang umum dari apa
yang umum disetujui sebagai peristiwa - peristiwa budaya pada suatu waktu,
seperti kata-kata, hubungan – hubungan antar pribadi, proses – proses
pengelompokan , teknik – teknik, dan respon- respon simbolik manusia pada
umumnya.
Menurut david Bidney, kebudayaan merupakan “ warisan budaya”, yaitu
abstrasi atau generalisasi dari “prilaku” nyata anggota-anggota masyarakat. Hal ini
berarti kebudayaan merupakan sebuah konsep (abstraksi) dan merupakan realita
(tingkah laku).
C. Implikasi Pandangan Tentang Kebudayaan Tehadap Pendidikan
masing – masing teori atau pandangan tentang budaya diatas mempunyai
tertentu terhadap dunia pendidikan. Kneller ( Superorganis) memandang bahwa
pendidikan merupakan proses yang digunakan masyarakat untuk mengendalikan
dan membentuk individu sesuai dengan tujuan – tujuan yang di tentukan oleh
nilai – nilai dasar suatu kebudayan. Pendidikan merupakan proses peletakan
generasi baru dibawah pengawasan sistem budaya. Kurikulum mesti dikembangkan
dari kajian langsung terhadap nilai –nilai dasar kebudayaan yang dimanifestasikan
dalam gagasan- gagasan, sikap – sikap, dan keterampilan – keterampilan.
Pandangan superorganik juga meneankan keharusan bahwa pengawasan
yang ketat terhadap guru, untuk memastikan bahwa guru mampu menanamkan
nilai – nilai dasar , sikap dan gagasan kebudayaan.
Pandangan konseptualis berpendapat bahawa generasi baru harus
mempelajari warisan kebudayaannya sesuai dengan perhatiannya dan
mengembangkan gambaran mereka sendiri, mengenal kebudayaan secara objektif.
Menurut pandangan ini, pendidik dapat menjadi alat perobah sosial budaya dalam
artian menciptakan iklim opini yang merangsang pemikiran dan penerimaan
pemikiran inovatif.
Aliran realis mempunyai pandangan yang sama dengan aliran – aliran
pendidikan yang mempelajari bahwa anak manusia memiliki daya penyesuaian
terhadap realiata disekelilingnya, baik fisik maupun sosial budaya. Untuk
mengembangkan daya penyesuian tersebut mereka harus di beri pengetahuan,
nilai, dan sikap serta keterampilan – keterampilan yang disediakan oleh
kebudayaan mereka. Pendidikan berfungsi untuk melatih generasi muda
mempunyai kemampuan untuk mempertimbangkan secara objektif perobahan
sosial budaya yang sesuai dengan nilai – nilai dasar budaya.
Kebiasaan ( Habit
Adat istiadat (custom)
Sistem social (social system)
Kepribadian individu (individual personality)
Karena materi yang merupakan isi dari pengetahuan dan perasaan seorang
individu berbeda dengan individu yang lain, dan juga sifat serta intensitas kaitan
antara beragam bentuk pengetahuan maka setiap manusia memiliki kepribadian
yang khas. Ada hubungan yang sangat jelas antara kepribadian individu atau
kelompok dengan adat dan kebudayaan suatu daerah. Dimana kebudayaan itu
mempengaruhi pembentukan pola kepribadian seorang individu.
Berbicara mengenai kepribadian dan kebudayaan, tidak terlepas dari
hubungan antara masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan
merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku manusia. Kepribadian mewujudkan
perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya,
karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang
individu.
Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat ynag
khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan
orang lain. Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi faktor-faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian, sebaiknya
dibatasi pada bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi kepribadian.
Berikut tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian
yakni:
Antara kebudayaan dan kepribadian terdapat hubungan yang erat hal ini
secara khusus telah dikaji oleh sub-disiplin ilmu antropologi, “Culture and
personality atau Anthropologi psikologi”. Permis dasar yang ditemukan dalam
kajian “kebudayaan dan kepribadian ” ini adalah bahwa metode pengasuhan anak
dalam kebudayaan tertentu menghasilkan suatu struktur kepribadian yang sesuai
dengan nilai – nilai pokok kebudayaan dan institusi – institusinya.
Menurut pandangan para pengkaji hubungan kebudayaan dengan
kepribadian, tahun – tahun awal kehidupan anak – anak sangat vital bagi
pembentukan kepribadian anak; karena itu masa anak - anak yang sama akan
menghasilkan orang dewasa yang sama. Karena kebudayaan menentukan apa yang
harus diajarkan orang tua dan bagaimana mengajarkannyaMenurut pandangan para
pengkaji hubungan kebudayaan dengan kepribadian, tahun – tahun awal kehidupan
anak – anak sangat vital bagi pembentukan kepribadian anak; karena itu masa
anak - anak yang sama akan menghasilkan orang dewasa yang sama. Karena
kebudayaan menentukan apa yang harus diajarkan orang tua dan bagaimana
mengajarkannya ( isi dan cara sosialisasinya), maka bisa diharapkan bahwa
kebudayaan nilai-nilai tertentu akan menghasilkan tipe kepribadian tertentu.
Umpamanya, teori yang dikemukakan Mc. Clelland secara eksplisit
mengatakan bahwa cara dan isi pendidikan anak mulai dari lahir yang menekan
tema percaya pada diri sendiri, ketaktergantungan, kebebasan dan persaingan
yang sehat telah menghasilkan orang – orang Amerika yang sangat berorentasi pada
prestasi dan menjadi pengusaha – pengusaha yang kreatif dan inovatif.
Menciptakan sistem demokrasi dan ekonomi kapitalis.
Teori hubungan Kebudayaan dengan kepribadian telah dikembangkan para
antropolog dan sosiolog, diantaranya :
Teori kompigurasi dari Ruth Bernedict.
Menurut Bernedict setiap kebudayaan itu disusun disekitar etos ( sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu ) sentral dan demikian
merupakan suatu konfigurasi. Melalui internalisasi etos budaya yang sama,
anggota-anggota suatu masyarakat akan memiliki struktur psikologis yang sama,
yaitu mereka akan memiliki konfigurasi atau bentuk kepribadian yang sama.
Abraham kardiner dalam bukunya “ the individual and his society”
menjelaskan bahwa pengalaman sosial dalam keluarga , terutama dalam masa
pengasuhan dan teknik subsistensi akan menghasilkan suatu struktur kepribadian
dasar yang sama pada mayoritas anggota suatu masyarakat.
Konsep kepribadian dasar yang dikemukan oleh Kardiner dapat didefinisikan
sebagai “intisari dari kepribadian, yang dimiliki oeh kebanyakan anggota suatu
masyarakat sebagai pengalaman meraka pada masa kanak – kanak”. Struktur
kepribadian dasar itu terdiri dari unsur – unsur: teknik berfikir, sikap terhadap
berbagai benda dilingkungan mereka. Dan sistem keamanan dan kesejahteraan.
Margaret mead mengatakan bahwa praktek pengasuhan anak menghasilkan
struktur karakter tertentu. Pengasuhan anak yang menekankan ketidak
tergantungan, akan menghasilkan tipe kepribadian pekerja keras , individualistis
dan berorentasi kepada keberhasilan. Mead meluasakannya sebagai watak
kebudayaan . konsep watak kebudayaan. Konsep watak kebudayaan didefinisikan
sebagai: kesamaan ( regulirities) sifat didalam organisasi intra-psikis individu
anggota suatu masyarakat tertentu yang diperoleh karena mengalami cara
pengasuhan yang sama dalam masyarakat yang bersangkutan.
Eric Fromm mengembangkan lebih lanjut teori watak bangsa sebagai watak
masyarakat (social character). Dia mengembangkan watak masyarakat dengan
kebutuhan masyarakat pada suatu masa. Unsur – unsur watak bersama membentuk
watak masyarakat dari bangsa tersebut dan proses penterjemahan tersebut melalui
latiahan yang dilakukan orang tua terhadap anak- anaknya.
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
http://ayu.b15on.com/peran-kebudayaan-dalam-membentuk-kepribadian/
Manan, iman.1989. Dasar- Dasar sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: P2LPTK
---------------. 1989. Antropologi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK
PSYCHOLOGYMANIA.http://www.psychologymania.com/2011/09/pengaruh-budaya-terhadap-
kepribadian.html
http://hermawayne.blogspot.com/2011/05/9-orang-yang-pernah-dibesarkan-
oleh.html