Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARA
”IPOLEKSOSBUDHANKAM”
IDEOLOGI,POLITIK,EKONOMI,SOSIAL,BUDAYA,PERTAHANAN DAN KEAMANAN

DOSEN : Drs. R. Iwan Siswadijaya, M.Si. .

DIBUAT OLEH :

CHRISTI ZULYANTI
(183112420140054)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Serta shalawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi
Muhamaad SAW. karena telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga saya telah
menyelesaikan makalah yang berjudul “IPOLEKSOSBUDHANKAM”. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah pendidikan keluarganegaraan di Semester 2
ini.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan
menyusun makalah ini.

Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jakarta, Juli 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG............................................................................................1
2. TUJUAN..................................................................................................................1
3. RUMUSAN MASALAH........................................................................................1

BAB 2

PEMBAHASAN...................................................................................................................2

BAB III

PENUTUP............................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Setiap bangsa yang telah menegara mempunyai cita-cita yang luhur dilandasi falsafah
hidup bangsa dan ideologinya. Dalam upaya mencapai tujuan nasional, setiap bangsa
melakukan kegiatan pembangunan disegala bidang dengan berpedoman kepada wawasan
nusantara yang memandang negara dan bangsanya sebagai satu kesatuan yang utuh.
Dalam melakukan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung selalu akan
menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, untuk itu suatu bangsa perlu
memiliki ketahanan, daya tahan, keuletan, dan ketangguhan guna menghadapi tantangan di
era globalisasi seperti saat ini sehingga program pembangunan nasional dapat dilaksanakan
dalam mencapai tujuan nasional.
Disamping itu kita harus dapat mengaktualisasikan diri dari perwujudan wawasan nusantara
dari berbagai aspek diantaranya:
– Aspek Ideologi
– Aspek Politik
– Aspek Ekonomi
– Aspek Sosial Budaya dan
– Aspek Pertahanan Keamanan.

2.TUJUAN

Untuk membebaskan dan melindungi masyarakat dari kemiskinan dalam arti luas, jadi
tidak hanya mencakup upaya mengatasi ketidakmampuan untuk konsumsi dasar saja  tetapi
juga  mewujudkan penghormatan, perlindungan dan  pemenuhan hak-hak dasar masyarakat
miskin lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan partisipasi kehidupan  ekonomi, sosial,
politik dan budaya secara penuh agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat..

3.MASALAH

1. PENGERTIAN KEMISKINAN
2. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
3. MASALAH KEMISKINAN
4. PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5. DAMPAK KEMISKINAN
6. MENGHILANGKAN KEMISKINAN

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.PENGERTIAN

Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa
dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara di
atasnya sebagai satu kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan.

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam
meningkatkan harkat dan martabatnya. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, material, dan spiritual berdasarkan
Pancasila, didalam wadah negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan
bersatu, dalam suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram, tertib, dan dinamis, serta
dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.Hal ini
juga tercancum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah mencantumkan tujuan
pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu keadaan yang selalu
menjadi cita-cita seluruh bangsa didunia ini. Sementara,yang menjadi hakikat pembangunan
nasional Indonesia ialah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
seluruh masyarakat Indonesia.

Maraknya kegiatan dan perencanaan pembangunan belum sepenuhnya mampu


mensejahterakan bangsa dan Negara. Pembangunan di berbagai sektor juga belum dapat
menampung dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Dapat kita lihat bahwa hingga kini
masalah kemiskinan belum bisa di tanggulangi dengan baik. Bahkan semakin maraknya
pembangunan semakin menambah deret kemiskinan di negeri ini. Kemiskinan merupakan
salah satu masalah serius dalam proses pembangunan nasional di Indonesia. Masalah ini
seolah-olah tidak dapat dituntaskan secara serius, pada-hal upaya pemerintah telah
memperkenalkan berbagai paket dan program yang melibatkan sejumlah pakar kemiskinan
nasional dan internasional. Hakekatnya belum ada keberlanjutan (sustainability) sistem
penanganan kemiskinan baik dalam satu rezim kekuasaan maupun pada saat peralihan rezim.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), tahun 2005 ada 35,10 juta penduduk miskin.
Kemudian data tahun 2006 menjadi 39,05 juta. Artinya jumlah penduduk miskin bertambah
3,95 juta. Pada tahun 2007 tercatat 37,17 juta orang.Dibandingkan tahun 2006, penduduk
miskin turun sebesar 2,13 juta.

Dari uraian di atas menunjukan adanya ketidak sesuaian antara tujuan pembangunan
dengan realita yang terjadi di lapangan. Tujuan pembangunan untuk mensejahterakan
kehidupan bangsa seoalah hanya wacana saja. Semakin maraknya perencanaan dan kegiatan
pembangunan belum mampu menanggulangi kemiskinan di Negeri Indonesia.

2
Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu
tidak pernah di prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di
lakukan tapi malah tidak dapat mengurus permasalahan ini.

Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain
rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya
dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan.
Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan
kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan
sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2
juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan
terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu
melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan,
memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah
penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun
terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan
sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang
secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat.

2. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN


Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
kemiskinan dapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini :
A.  Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas
berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan
per-kapita:
1)      Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
2)      Politik ekonomi yang tidak sehat.
3)      Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
4)      Rusaknya syarat-syarat perdagangan
5)       Beban hutang
6)       Kurangnya bantuan luar negeri, dan Perang
B.   Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu,
untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan
SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan
dengan maksimal.

3
C.   Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak
adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konsekuensi logis dari realita di atas.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya
pengangguran.
D.  Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber
pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.

3.MASALAH KEMISKINAN

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam
bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini
mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-
kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-
negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan
Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada
era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropah. Pada masa itu kaum miskin di
Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang
mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka
umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti
prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan, terutama
pada masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat
tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya hidup
dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyak memberi bantuan kepada negara-
negara lain. Namun, di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari
jumlah penduduknya tergolong miskin.

4
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta
jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998).
Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di
perdesaan.

Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996
(sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta
jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin
diperkirakan makin bertambah.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan
alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam
yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan”
terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota
masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia,
hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik
kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari


berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat
terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada
terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah
mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme,
malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses
terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses
pengambil keputusan.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,


kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi
kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang
tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada
di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

5
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha
dari fihak lain yang membantunya.

Lebih lanjut, garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat


untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui pendekatan sosial masih sulit
mengukur garis kemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomi secara teoritis dapat
dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan
pengeluaran. Sementara ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis
kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran.

Menurut data BPS hasil Susenas pada akhir tahun 1998, garis kemiskinan penduduk
perkotaan ditetapkan sebesar Rp. 96.959 per kapita per bulan dan penduduk miskin perdesaan
sebesar Rp. 72.780 per kapita per bulan. Dengan perhitungan uang tersebut dapat
dibelanjakan untuk memenuhi konsumsi setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari,
ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya, seperti sandang, kesehatan,
pendidikan, transportasi. Angka garis kemiskinan ini jauh sangat tinggi bila dibanding
dengan angka tahun 1996 sebelum krisis ekonomi yang hanya sekitar Rp. 38.246 per kapita
per bulan untuk penduduk perkotaan dan Rp. 27.413 bagi penduduk perdesaan.

Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomi mengenai definisi dan klasifikasi


kemiskinan ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John Kenneth Galbraith melihat
kemiskinan di Amerika Serikat terdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan umum, kemiskinan
kepulauan, dan kemiskinan kasus. Pakar ekonomi lainnya melihat secara global, yakni
kemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman (cyclical), dan kemiskinan individu.

Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami
kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan
itu. Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala daya beli masyarakat menurun
atau rendah. Misalnya sebagaimana, sekarang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan
individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak
yatim, kelompok lanjut usia.

6
4.    PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Bagaimana menangani kemiskinan memang menarik untuk disimak. Teori ekonomi


mengatakan bahwa untak memutus mata rantai lingkaran kemiskinan dapat dilakukan
peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi, dan
mengembangkan teknologi. Melalui berbagai suntikan maka diharapkan produktifitas akan
meningkat. Namun, dalam praktek persoalannya tidak semudah itu. Lantas apa yang dapat
dilakukan?

Program-program kemiskinan sudah banyak dilaksanakan di berbagai negara. Sebagai


perbandingan, di Amerika Serikat program penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk
meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara bagian, memperbaiki kondisi permukiman
perkotaan dan perdesaan, perluasan kesempatan pendidikan dan kerja untuk para pemuda,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa, dan pemberian bantuan
kepada kaum miskin usia lanjut. Selain program pemerintah, juga kalangan masyarakat ikut
terlibat membantu kaum miskin melalui organisasi kemasyarakatan, gereja, dan lain
sebagainya.

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula


dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu
pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani program tersebut secara
menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia pada
pertengahan tahun 1997, melalui program-program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS
ini masyarakat sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan.

Sedangkan, P2KP sendiri sebagai program penanggulangan kemiskinan di perkotaan


lebih mengutamakan pada peningkatan pendapatan masyarakat dengan mendudukan
masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini
dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi obyek
program, tetapi ikut serta menentukan program yang paling cocok bagi mereka. Mereka
memutuskan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan program. Nasib dari
program, apakah akan terus berlanjut atau berhenti, akan tergantung pada tekad dan
komitmen masyarakat sendiri.

7
5.DAMPAK KEMISKINAN

Pada umumnya kemiskinan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Berikut ini
adalah beberapa dampak kemiskinan yang sering terjadi:

1. Kriminalitas Meningkat

Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Bukan tanpa sebab, karena masyarakat
miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup mereka, termasuk
melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian, perampokan,
begal, penipuan, bahkan pembunuhan.

2. Angka Kematian yang Tinggi

Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak mendapatkan akses
kesehatan yang memadai. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada masyarakat
miskin.

Selain itu, gizi yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada masyarakat
miskin. Asupan gizi yang kurang menyebabkan kesehatan dan perkembangan fisik
masyarakat miskin sangat buruk.

3. Akses Pendidikan Tertutup

Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat
menjangkau dunia pendidikan. Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang
kekurangan karena kurangnya pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa
bangkit dari keterpurukan.

4. Pengangguran Semakin Banyak

Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan sulit bersaing di dunia
kerja maupun usaha. Hal ini kemudian akan menyebabkan pengangguran semakin meningkat.

5. Munculnya Konflik di Masyarakat

Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan dengan berbagai
tindakan anarkis. Bahkan seringkali konflik bernuansa SARA timbul di masyarakat sebagai
cara pelampiasan kekecewaan masyarakat miskin.

8
6.MENGHILANGKAN KEMISKINAN

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

1.       Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.

2.       Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan,
kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

3.       Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan
perawatan kesehatan.

9
BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di Indonesia memperlihatkan


penurunan yang signifikan. Meskipun demikian, diperkirakan penurunan ini akan melambat
di masa depan. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu keluar dari
kemiskinan adalah mereka yang hidup di ujung garis kemiskinan yang berarti tidak
diperlukan sokongan yang kuat untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan. Namun sejalan
dengan berkurangnya kelompok tersebut, kelompok yang berada di bagian paling bawah
garis kemiskinanlah yang sekarang harus dibantu untuk bangkit dan keluar dari kemiskinan.
Ini lebih rumit dan akan menghasilkan angka penurunan tingkat kemiskinan yang berjalan
lebih lamban dari sebelumnya.

2.DARTAR PUSTAKA

Dr.Ahmad Zuber DEA.April 2014. KEMISKINAN DALAM PEMBANGUNAN.


https://media.neliti.com/media/publications/227609-kemiskinan-dalam-pembangunan-
53d24e1a.pdf

Albarsany, Nurkholis M. 12 Novenber 2009.WAWASAN NUSANTARA.06.Juli2019..


https://albarsany.wordpress.com/2009/11/12/wawasan-nusantara/

Ardimovz. 2Juli 2012. MASALAH KEMISKINAN. 6 Juli 2019.


http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/masalah-kemiskinan.html#ixzz5ssBtSkgf
10

Anda mungkin juga menyukai