Anda di halaman 1dari 14

UJI VALIDITAS DAN INSTRUMEN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Evaluasi Pembelejaran
Fisika
Dosen Pengampu: Yani Suryani, M.Pd

Disusun
Oleh:
1.

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur
kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang dengan berkat , rahmat, dan
karunianya, telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada kerabatnya, sahabatnya dan
pengikutnya hingga akhir zaman yang insyaa Allah mendapatkan syafaatnya di
yaumul akhir kelak, Aamiin.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika yang berjudul “UJI
VALIDITAS DAN INSTRUMEN”. Demikian pengantar yang dapat penulis
sampaikan, sekiranya dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan
berguna bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengundang saran dan kritik serta masukan dari
pembaca sekalian.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi
sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang
diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten
dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke
pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bias,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan
kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat
para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi
operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen
yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh
dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas. Dengan demikian
pentingnya bagi mahasiswa/i atau calin guru untuk mengetahui uji validitas dan
instrumen penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketetapan atau validitas pada soal?
2. Menentukan soal valid atau tidak validnya?
3. Apa definisi dari instrument?
4. Apa saja skala yang biasa digunakan dalam menyusun inatrumen?
5. Jelaskan jenis-jenis instrument penelitian?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Bagaimana ketetapan atau validitas pada soal
2. Untuk mengetahui soal valid atau tidak validnya
3. Untuk mengetahui definisi dari instrument
4. Untuk mengetahui skala yang bisa digunakan dalam menyusun inatrumen
5. Untuk mengetahui jenis-jenis instrument penelitian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes.
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).
Uji validitas atau kesahihan bertujuan menunjukkan sejauh mana mana suatu alat
ukur mampu mengukur apa yang diukur.

B. Validitas suatu instrumen dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:


1. Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan apakah instrument yang kita kembangkan
memuat semua materi yang hendak diukur. Agar instrument memiliki validitas isi
maka kita dapat menyusun kisi-kisi instrument terlebih dahulu sebelum instrument
itu sendiri dikembangkan.
2. Validitas konstruk
Validitas konstruk berkaitan dengan apakah tes yang kita dikembangkan dapat
mengukur sifat subjek.
Validitas suatu tes dapat dilakukan secara logika dan secara empiris:
a) Validitas Logis
Validitas logis diperoleh dengan cara judgment ahli yang kompeten. Ahli
yang menentukan validitas tes akan mencermati secara hati-hati setiap
item.
b) Validitas Empiris
Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh melalui uji coba tes pada
sejumlah subjekk yang memiliki karakteristik yang diasumsikan sama
dengan subjek penelitian. Untuk mengetahui indeks validitas dari tes
bentuk objektif, dapat dicari dengan menggunakan rumus point biserial.

M P− M P
pbi = St
1
x √ q

Keterangan:

pbi = koefisien korelasi biserial


MP = Rata-rata skor dari subyek yang menjawab
Mt = Rata-rata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi siswa yang menjawab benar
Banyaknya siswa yang menjawab benar
(P = jumlah seluruh siswa )
q = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1-P)
keputusan uji validitas ditentukan dengan kriteria:
1) Jika r_hitung > r_tabel maka butir soal valid
2) Jika r_hitung _< r_tabel maka butir soal tidak valid
Setelah uji coba soal kepada siswa yang berada diluar sampel. Kemudian hasil
uji coba dianalisis keabsahannya dan diperoleh datanya, selanjutnya hasil uji validitas
tersebut dapat disajikan di tabel berikut
Contoh tabel hasil uji validitas butir soal

Batas signifikan Keterangan No Butir Soal Jumlah


valid
Tidak Valid

C. Definisi Instrumen
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian. Instrument sangat penting dalam penelitian, karena penelitian
memerlukan data yang empiris dan data tersebut hanya mungkin diperoleh
melalui instrument dan teknik pengumpulan data yang tepat.
Menurut nana sudjana, perlunya memperhatikan beberapa hal dalam penyusunan
instrument penelitian untuk menghasilkan data yang akurat, diantranya:
1. Masalah yang diteliti dan variabel yang harus spesifik
2. Sumber data yang harus diketahui terlebih dahulu
3. Keterangan dalam instrument itu sendiri
4. Jenis data harus jelas
5. Mudah dan praktis digunakan.
D. Tahapan Penyusunan Instrumen Penelitian
1. Analisis variabel penelitian
2. Menetapkan jenis instrument
3. Menyusun kisi-kisi atau lay out instrument
4. Menyusun item instrument
5. Mengujicobakan instrument.
E. Penggolongan Instrumen Penelitian Secara garis besar
E.1. Instrumen Penelitian Berbentuk Tes
Ditinjau dari proses pemeriksaannya, suatu tes dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: (1) Tes tipe subjektif; dan (2) Tes tipe objektif. Data hasil tes
biasanya dikatagorikan sebagai data yang berbentuk interval/rasio.
E.1.1 Tes tipe subjektif
Dalam pemeriksaan tes tipe subjektif, ada factor lain di luar kemampuan
testi yang mempengaruhi proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor. Faktor di
luar kemampuan testi, misalnya: a) guru: emosi/perasaan, kelelahan, kecermatan; dan
b) siswa: tulisan, kerapihan.

Macam-macam tes tipe subjektif:


a. Tes lisan
b. Tes uraian
c. Tes perbuatan/keterampilan.
E.1.2 Tes tipe objektif
Dalam pemeriksaan tes tipe objektif tidak ada factor lain yang mempengaruhi
proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor yang akan diperoleh testi. Macam-
macam tes tipe objektif:
1) Benar-Salah (True-False)
2) Pilihan berganda (Multiple choice)
a. Pilihan ganda biasa
b. Hubungan antar hal (sebab-akibat)
c. Pilihan ganda kompleks
d. Menjodohkan.
Sedangkan berdasarkan tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes kecepatan berfikir (Speed test)
a. Tes intelegensi
b. Tes keterampilan bongkar pasang alat
2) Tes kemampuan (kognitif atau psikomotorik) (Power test)
3) Tes pencapaian (Achievmement test)
a. Tes harian (formatif), untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa sudah
terbentuk (kognitif, afektif, psikomotorik) setelah mengikuti suatu program
tertentu
b. Tes sumatif, untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sejumlah materi
pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari.
c. UAN
4. Tes kemajuan hasil belajar / tes perolehan (Assesment test), untuk melihat hasil
belajar setelah kegiatan dilakukan.
5. Tes diagnostic (Diagnostic test), untuk mencari, menyelidiki, atau meneliti
penyebab dari sesuatu hal yang muncul.
A.2 Instrumen Penelitian Berbentuk Non Tes
Instrumen Penelitian Berbentuk Non Tes Teknik non-tes digunakan untuk
memperoleh data tentang aspek afektif atau psikomotorik dari subjek yang diteliti.
Instrumen penelitian bentuk non tes dapat berupa:
1. Wawancara (interview), dilakukan dengan cara menentukan tanya jawab
langsung antara pewawancara dengan yang diwawancara tentang segala sesuatu
yang diketahui oleh pewawancara. Agar hasil wawancara sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pewawancara, maka pewawancara harus:
(1) Membuat pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada orang yang diwawancara.
(2) Merekan pelaksanaan wawancara untuk menganalisis jawaban dari orang yang
diwawancara (responden).
2. Obsevasi/pengamatan (observation), dilakukan dengan cara orang yang
melakukan pengamatan (observer) mengadakan pengamatan langsung ke
lapangan tentang segala sesuatu yang ingin diketahui tentang objek yang diteliti.
Agar hasil observasi sesuai dengan apa yang diinginkan, observer harus membuat
pedoman obervasi, yaitu berupa daftar informasi yang ingin diketahui oleh
observer.
3. Angket (questionnaire), adalah daftar pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab
atau diisi oleh responden. Berdasarkan kebebasan responden dalam menjawab
setiap pertanyaan, angket dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Angket terbuka,
 Jawaban untuk setiap pertanyaan/pernyataan tidak disediakan.
 Responden bebas memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan sesuai
dengan yang diinginkannya.
b) Angket tertutup,
 Jawaban Jawaban untuk setiap pertanyaan/pernyataan telah disediakan,
 Responden bebas memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan sesuai
alternatib jawaban yang telah disiapkan.
Angket tertutu, berdasarkan skalanya dapat dikelompokkan menjadi:
a) Skala Likert, untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu yang ingin
diketahui. Dalam angket skala Likert biasanya disediakan lima
alternative jawaban, misalnya: SS, S, N, TS, dan STS. Agar peneliti
dapat dengan mudah mengetahui apakah seorang responden
menjawab dengan sungguh-sungguh atau asal-asalan, sebaiknya
angket disusun berdasarkan pernyataan positif dan pernyataan
negative. Untuk pernyataan positif, penskoran jawaban biasanya
sebagai berikut: SS = 5; S = 4; N = 3, TS = 2, dan STS = 1.
Sedangkan untuk pernyataan negative sebaliknya.
b) Skala Guttman, untuk mengukur secara tegas dan konsisten tentang
sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena tertentu yang ingin diketahui. Dalam skala Guttman hanya
disediakan dua alternative jawaban (dikotomi), misalnya: Ya - tidak;
setuju - tidak setuju; pernah - tidak pernah. Sehingga jika datanya
dikuantitatifkan, nilainya hanya 0 atau 1 saja, atau hanya 1 atau 2 saja.
Data yang diperoleh dari angket skala Guttman dapat dikategorikan
skala nominal atau ordinal.
c) Skala Thurstone, untuk mengukur tentang sikap, persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu yang ingin
diketahui. Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menyusun sebanyak-banyaknya pernyataan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2) Kemudian setiap peryataan dinilai oleh beberapa orang ahli
(paling sedikit tiga orang) yang indepen
3) Kepada setiap ahli tersebut diminta untuk mengelompokkan
pernyataan-pernyataan tersebut dalam 11 kelompok dan
memberi skor 1 sampai dengan 11. Yang paling relevan diberi
skor 1 dan yang paling tidak relevan diberi skor 11. Dalam
kelompok pertama dikumpulkan pernyataan yang sangat baik,
kelompok kedua yang baik, dan seterusnya, tumpukan keenam
netral, dan seterusnya tumpukan ke-11 yang tidak baik.
4) Pernyataan yang sangat menyebar dibuang, sedangkan
pernyataan pernyataan yang mempunyai nilai agak bersamaan
dari para penilai (ahli) digunakan dalam skala. Nilai skala dari
setiap pernyataan berupa median dari nilai-nilai yang telah
diberikan oleh para ahli.
Hasil dari angket skala Thurstone adalah sejumlah pernyataan yang
biasanya sekitar 20 buah dimana posisi pernyataan-pernyataan telah
diketahui berdasarkan penilaian para ahli. Kepada responden diminta
untuk memilih sebuah pernyataan yang paling disetujuinya atau disuruh
mengecek memilih 2 atau 3 pernyataan yang paling disukai responden.
Data yang diperoleh dari angket skala Thurstone termasuk skala interval
(Nazir, 2003: 336).

d) Rating Scale atau skala penilaian, responden memberikan penilaian


terhadap pernyataan yang diberikan dengan cara memilih skor yang
telah disediakan sehingga hasil dari jawaban responden akan
berbentuk data kuantitatif (berupa angka) yang selanjutnya akan
diubah menjadi data kualitatif oleh peneliti. Contoh

e) Semantic Diferential atau skala perbedaan semantic digunakan untuk


mengukur sikap yang tidak berbentuk pilihan ganda maupun
checklist, akan tetapi disusun suatu garis kontinum yang jawabannya
sangat positif terletak pada bagian paling kanan dari garis sedangkan
jawaban negative terletak pada bagian paling kiri dari garis atau
sebaliknya. Responden dapat memberi jawaban pada rentang yang
positif sampai dengan negative.

BAB III
KESIMPULAN
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes.
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data


penelitian. Instrument sangat penting dalam penelitian, karena penelitian memerlukan
data yang empiris dan data tersebut hanya mungkin diperoleh melalui instrument dan
teknik pengumpulan data yang tepat. Dengan demikian uji validitas sangat petimg
untuk mengukur keabsahan soal dan penggunaan instrument yang tepat sangat
menentukan hasil data yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito..
Sugiyono. 2007. Metoda Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode
R&D.Bandung: Alfabeta.
Yuberti, Antomi Saregar.2017.Pengantar Metodologi Penelitian. Bandar Lampung:
AURA

Anda mungkin juga menyukai