Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROGRAM PENGEMBANGAN PAUD


(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pra Sekolah)

Dosen pengampu : Hasnah Siahaan, M.Pd.

Oleh Kelompok 4

Hilda Mora Lubis (0306181019)

Nasywa Hilmi (0306182095)

Nursyakila Izzati Lubis (0306182124)

PGMI 4 / SEMESTER VII


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah “Program Pengembangan PAUD” dapat terselasaikan dengan
baik. Tak lupa pula shalawat beserta salam kepada nabi Muhammad Saw semoga kita
mendapatkan syafaatnya dihari akhir kelak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Pendidikan Pra Sekolah, Ibu
Hasnah Siahaan, M.Pd. yang telah memberikan arahan dalam menyelasaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dan
berbagi ilmu pengetahuan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terakhir, penulis juga mengucapkan maaf kepada para pembaca apabila dalam
penulisan tugas ini terdapat kesalahan maupun kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca agar penulisan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 29 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................5
C. Tujuan Penulis ..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Prilaku Sosial.................................................................................6


B. Faktor-faktor dan pengaruh perkembangan sosial..........................................8
C. Program Pengembangan PAUD......................................................................10
D. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini................................................................12

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................................14
B. Saran ...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang dewasa. Anak
usia dini mempunyai karakteristik tersendiri, yang terkadang membuat orang dewasa di
sekitarnya menjadi terkaget-kaget bila melihat dan mendengarkan perilaku maupun
percakapan mereka dengan teman sebayanya. Berbicara mengenai perkembangan perilaku
sosial pada anak usia dini (3 – 4 tahun), banyak hal yang menarik di dalamnya. Anak usia 3-4
tahun yang dalam hal ini masih berada di rentang usia kelompok Bermain,  mempunyai
karakteristik tersendiri dalam perkembangannya. Khususnya dalam perkembangan perilaku
sosial, anak perlu dibiasakan dan diajarkan bagaimana cara mereka  berinteraksi dalam
lingkungan sosial di lingkungannya.

Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam lingkungan


keluarga, sangat penting agar kelak anak – anak menjadi pribadi yang santun, mempunyai
rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang
baik. Dengan mempunyai bekal dengan pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang
baik, maka insya Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang
mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan mengharumkan
bangsa dan negaranya.

Dewasa ini kita juga pernah dikejutkan dengan hal-hal yang negatif yang dilakukan oleh
beberapa anak yang masih berada dalam rentang usia 4 tahun. Sebagai contoh: seorang anak
dari daerah Jawa  yang suka merokok. Hal itu ia lakukan, karena interaksi sosial di
lingkungan rumahnya mendukung ia untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada larangan, ia
terkesan dibiarkan, sehingga suatu ketika ia dilarang, maka anak itu akan mengamuk dan
berbicara agak kasar. Hal itu terjadi karena pola kebiasaan dan lingkungan sosial yang
membentuknya. Anak tidak bisa disalahkan, yang salah adalah orang tua dan proses
pembentukan dari lingkungan keluarga yang kurang baik.

Contoh yang lainnya lagi adalah  anak-anak  yang masih usia dini yang baru berusia 3 – 4
tahun banyak berada di jalanan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen, menjadi
peminta-minta, pemungut sampah, pencuri, dan bahkan ada yang menjadi  korban kejahatan
seksual. Ada yang memang karena  keadaan terpaksa karena garis kemiskinan, ada pula yang

4
memang sengaja dieksploitasi oleh para orang tua mereka sebagai  ladang mencari uang. Hal
itu bila dibiarkan, maka akan menjadikan mereka menjadi anak – anak yang berperilaku tidak
sosial. Banyak pengaruh negativisme, karena lingkungan membentuk mereka untuk
melakukan hal-hal yang negatif; mencuri, memaksa, mencopet,  dsb.

Anak-anak  jalanan juga sering berperilaku agresif dengan memaki-maki orang yang
tidak mau memberinya uang saat meminta-minta maupun pada saat mengamen. Hal tersebut,
akan menjadikan orang-orang di sekitarnya menjadi merasa tidak nyaman, terganggu, dan
berbagai ketidaknyamanan sosial lainnya.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas dapat kita menarik kesimpulan rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan prilaku sosial ?
2. Apa saja faktor-faktor prilaku sosial ?
3. Apa program pengembangan PAUD?
4. Bagaimana konsep Pendidikan Anak Usia Dini ?

C. Tujuan Penulis
Dari rumusan masalah diatas dapat kita menarik kesimpulan bahwa tujuan
penulis adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku sosial
2. Untuk mengetahui faktor-faktor perilaku sosial
3. Untuk mengetahui program pengembangan PAUD
4. Untuk mengetahui konsep Pendidikan Anak Usia Dini

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pola perilaku sosial

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan
hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan
dari orang lain.Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya.
Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung
dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati,
tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.

Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan
cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak
sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.1

Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan
dengan hubungan timbal  balik  antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi
seseorang terhadap orang lain.Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang
merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda.
Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya  dengan tekun,  sabar
dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di
pihak lain, ada orang yang  bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari  untung
sendiri.

Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada  hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial.Sejak  dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan
orang lain untuk memuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan,
interaksi social diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual.   Hal
ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial  maka manusia tidak  dapat
merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi
1
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.

6
sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya  dapat  diketahui  dari perilaku kesehariannya. Pada
saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial. Pembentukan perialku
sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang
bersifat eksternal.  Pada aspek  eksternal situasi sosial memegang pernana  yang cukup
penting. Situasi  sosial diartikan  sebagai  tiap-tiap situasi di  mana terdapat saling  hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain setiap situasi yang
menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai  situasi sosial. Contoh
situasi sosial  misalnya  di lingkungan  pasar, pada saat rapat, atau dalam  lingkungan
pembelajaran pendidikan jasmani.

Sosial Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :

a. Perilaku dan karakteristik orang lain Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-
orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika
ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku
seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat
mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang
cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.

b. Proses kognitif Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya.
Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi
pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan
berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain
misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam
pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang
ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung temantemannya untuk beraktivitas
jasmani dengan benar.

c. Faktor lingkungan Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial


seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan
masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.

7
d. Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya,
seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh
ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam
konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai
perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.

B. Faktor-faktor perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak serta


kematangan sosial anak

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.


Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadp norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi
dan bekerja sama. Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkah
laku anak.

Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memmiliki kemampuan
untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar
tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak
melalui berbagai ksempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-oran dilingkungannya,
baik orang tua, saudara, teman sebaya maupun orang dewasa lainnya. 2

Perkembangan merupakan salah satu bentuk tingkah laku sosial pada anak.
Pembangkangan ( negativisme ), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku
terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan displin atau tuntuan orang tua atau llingkugannya
yang muncul pada usia kira-ira 18 bulan. Dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun.
Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usian ini dipandang sebagai hal yang wajar.
Setelah usia empat tahun biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat dan
enam tahun, sikap membangkang atau melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan
secara verbal ( menggunakan kata-kata ). Sikap orang tua terhadap tingkah laku melawan
pada usia iniseyogyanya tidak memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras
kepala, tolol atau sebutan lain yang negatif. Dalam hal ini orangtua sebaiknya memahami
tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah ank itu memiliki dorongan
untuk berkembang dari dependent ( ketergantungan ) ke posisi independent ( hidup mandiri ).
Tingkah laku melwan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.

2
Yusuf L.N., Syamsu, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Raja Grafindo Persada), 2012, hal. 122

8
Berkaitan dengan hubungan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya,
manusia juga pada umumnya saling membutuhkan. Faktor-faktor perkembangan sosial
terhadap tingkah laku anak, yaitu :

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosial anak.3

2. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang
lain, memerllukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan keluarga
dalam lingkungan masyarakat.Sehubungan hal itu, dalam kehidupan anak senantiasa
“menjaga” status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan yang tidak tepat.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang erarah . hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kepastian mental: emosi dan intelegensi
Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa.Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior, sukar
untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan
kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa)
tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.4

3
Susanto, Ahmad. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta: PT Bumi Aksara.(Hal 28-29)
4
Bahri, syaiful, dkk. 2006. Psikologi pendidikan. Banda Aceh : UPT. Perpustakaan Unsyiah. (Hal 58-59)

9
C. Faktor-faktor perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak serta
kematangan sosial anak

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.


Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadp norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi
dan bekerja sama. Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkah
laku anak.

Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memmiliki kemampuan
untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar
tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak
melalui berbagai ksempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-oran dilingkungannya,
baik orang tua, saudara, teman sebaya maupun orang dewasa lainnya. 5

Perkembangan merupakan salah satu bentuk tingkah laku sosial pada anak.
Pembangkangan ( negativisme ), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku
terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan displin atau tuntuan orang tua atau llingkugannya
yang muncul pada usia kira-ira 18 bulan. Dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun.
Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usian ini dipandang sebagai hal yang wajar.
Setelah usia empat tahun biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat dan
enam tahun, sikap membangkang atau melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan
secara verbal ( menggunakan kata-kata ). Sikap orang tua terhadap tingkah laku melawan
pada usia iniseyogyanya tidak memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras
kepala, tolol atau sebutan lain yang negatif. Dalam hal ini orangtua sebaiknya memahami
tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah ank itu memiliki dorongan
untuk berkembang dari dependent ( ketergantungan ) ke posisi independent ( hidup mandiri ).
Tingkah laku melwan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.
Berkaitan dengan hubungan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya,
manusia juga pada umumnya saling membutuhkan. Faktor-faktor perkembangan sosial
terhadap tingkah laku anak, yaitu :

5
Yusuf L.N., Syamsu, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Raja Grafindo Persada), 2012, hal. 122

10
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosial anak.6
2. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang
lain, memerllukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan keluarga
dalam lingkungan masyarakat.Sehubungan hal itu, dalam kehidupan anak senantiasa
“menjaga” status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan yang tidak tepat.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang erarah . hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kepastian mental:emosi dan intelegensi
Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa.Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior, sukar
untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan
kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa)
tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.7
Jadi dapat disimpulkan Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan social
terhadap tingkah laku anak yaitu : keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan,
emosi, mental dan lingkungan belajar. Dari faktor-faktor tersebut sangat berperan penting
dalam perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak usia dini.

D. Program pengembangan PAUD

6
Susanto, Ahmad. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta: PT Bumi Aksara.(Hal 28-29)
7
Bahri, syaiful, dkk. 2006. Psikologi pendidikan. Banda Aceh : UPT. Perpustakaan Unsyiah. (Hal 58-59)

11
Salah satu komponen pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah pada program pengembangannya. Program pengembangan PAUD terdiri
dari:

1. Pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk
tumbuh-kembangnya perilaku baik pada peserta didik yang bersumber dari nilai agama dan
moral dalam konteks bermain. 
2. Pengembangan motorik mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya
kematangan kinestetik dalam konteks bermain. 
3. Pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya
kematangan proses berfikir dalam konteks bermain. 
4. Pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya
kematangan bahasa dalam konteks bermain. 
5. Pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya kematangan sosial dan emosi peserta didik dalam konteks bermain. 
6. Pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya
apresiasi seni dalam konteks bermain. 

E. Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini


Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini berbeda dengan prinsip-prinsip
perkembangan fase kanak-kanak akhir dan seterusnya. Adapun prinsip-prinsip perkembangan
anak usia dini menurut Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 1.17 – 1.23) adalah
sebagai berikut.
1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kgnitif anak saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Perkembangan fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, dan kgnitif anak terjadi
dalam suatu urutan tertentu yang relatif dapat diramalkan.
3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar
bidang pengembangan dari masing-masing fungsi.
4. Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap
perkembangan anak.
5. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus,
terorganisasi dan terinternalisasi.

12
6. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks
sosial budaya yang majemuk.
7. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya
tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan
pengetahuan yang diperolehnya.
8. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
9. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan
kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.
10. Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk
mempraktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami
tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya.
11. Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik, atau
gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar
hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.
12. Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar dalam komunitas yang
menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan
fisiologis.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan
cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak
sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan social terhadap tingkah laku anak yaitu
: keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, emosi, mental dan lingkungan
belajar. Dari faktor-faktor tersebut sangat berperan penting dalam perkembangan sosial
terhadap tingkah laku anak usia dini.

Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan
dengan hubungan timbal  balik  antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi
seseorang terhadap orang lain.Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang
merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda.
Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya  dengan tekun,  sabar
dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di
pihak lain, ada orang yang  bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari  untung
sendiri.

B. Saran
Meskipun kami sebagai penulis menginginkan kesempurnaan dalam menyusun
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu makalah
ini harus dikembangkan dan memberi kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Patmonodewo, S. (2003) Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Dinas pendidikan Nasional, (2009). Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak usia Dini,
Jakarta: Sinar Grafika.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia

Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung:
Refika Aditama

15

Anda mungkin juga menyukai