Anda di halaman 1dari 50

PEMBUATAN TABLET METODE GRANULASI BASAH

I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu membuat tablet dengan metode granulasi basah
b. Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang formulasi
sediaan tablet atau kaplet dan kontrol kualitasnya

II. DASAR TEORI


A. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok ( menurut FI III).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa (menurut FI IV).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan
berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari
berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat
serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan
tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke
dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari
cetakan dan dibiarkan sampai kering.

B. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

C. Keuntungan dan Kerugian Tablet


Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,
yaitu:
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai


keuntungan, antara lain :

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan
oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,
penyimpanan, dan pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif
yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling
rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang
tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding
Seminar Validasi, Hal 26)

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa


kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
- Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
- Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);
- Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet


jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak
dijumpai di perdagangan.

D. Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan
dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,
kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Berikut merupakan
penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah
membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat
tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke
campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam
campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan
memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling
penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka
massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan
meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan
granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang
dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:


1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif
yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak
tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya
lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka
proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga
dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan
dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
- Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
- Zat aktif susah mengalir
- Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah:


- Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin
pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
- Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
- Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:


- Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
- Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
- Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang

3. Metode Kempa Langsung


Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada
beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin
langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung
dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet
kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat
zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas
dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa
langsung yaitu :
- Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
- Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka
waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga
dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
- Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
- Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,
tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,
sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :


- Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi
dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat
menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
- Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses
pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.
- Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti
senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada
kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam
granul terganggu.
- Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik

E. Masalah Pembuatan Tablet


1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan
terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap saat
granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan
dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera
setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang
terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau overlubrikasi
dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah
tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet
dikompressi pada kelembapan tinggi.
4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan


punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang dikompresi berminyak/lengket.
5. Filming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan
dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch kehilangan
pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang bertitik leleh
rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas
karena tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

F. Pemeriksaan dan Uji Granul


1. Distribusi ukuran partikel, Menggunakan ayakan No. 12-14
2. Sifat aliran
Menggunakan alat flow rate tester (g/menit).

Sudut henti Sifat alir

< 25 mudah mengalir

25 – 45 mengalir

> 45 sukar mengalir

3. Kompresibilitas
Persen (%) kemampatan (K) = Do – Df x 100%
Do

Keterangan :
Do = tap density (berat granul/ volume granul sebelum dimampatkan)
Df = bulk density (berat granul/ volume granul setelah dimampatkan)
Syarat = % K < 20 %
4. Susut Pengeringan/ Kadar uap
Susut pengeringan diukur dengan alat Karl fischer dan moisture balance.
Susut pengeringan = Wo - Wt
Wo

Keterangan :
Sp = susut pengeringan
Wo = berat mula-mula
Wt = berat setelah dikeringkan
Kadar uap = Wo - Wt
Wt

G. Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan
telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya
adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan
terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan
Dilakukan dengan alat Hardness tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas
permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilogram.
Satuan kekerasan adalah Newton, kp.
4. Uji Friabilitas
Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang
diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu
tertentu. Uji friabilitas biasanya dilakukan selama 15-20 menit tergantung
spesifikasi alat. Tablet yang baik mempunyai friabilitas < 1%.
Perhitungan : f = a – b x 100 %
a
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji
b = bobot tablet setelah diuji

5. Uji keseragaman Bobot


Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan Farmakope Indonesia :

Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)

2 tablet (kolom A) 1 tablet (kolom B)

2 mg atau kurang 15 30

25-150 mg 10 20

151-300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 10

Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari


bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak
satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.

6. Uji Waktu Hancur


Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6
tablet. Persyaratn farmakope Indonesia 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih
dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.

7. Uji Keseragaman Kandungan


Uji ini biasanya dilakukan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg.
Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet. Persyaratan FI 4 ; tidak boleh lebih dari 2
tablet yang kadarnya di luar rentang 85-115 % dari kadar rata-rata dan tidak boleh
lebih dari 1 tablet yang kadarnya diluar rentang 75-125 % dari kadar rata-rata.

8. Uji Disolusi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kapan zat aktif mulai dilepaskan dan
kapan tercapai kadar maksimum didalam media disolusi serta bagaimana profil
zat aktif secara in vitro.

III. FORMULASI
Tablet Parasetamol
Kandungan parasetamol per tablet 250 mg
Bobot tablet 350 mg
Jumlah tablet yang dibuat 300 tablet

Formula F (penghancur dalam amprotab 10 %: acdisol 3%)


Fase dalam (92%)
Parasetamol 250 mg
Amprotab 10%
Acdisol 3%
PVP 5%
Etanol 95% q.s
Laktosa q.s
Fase luar (8%)
Mg. stearate 1%
Talk 2%
Amprotab 5%
Kekuatan Sediaan
Parasetamol
1. Dosis lazim Sekali 500 mg
Sehari 500 mg-2 gram
2. Dosis pemakaian:
a. Dibawah 1 tahun 60 mg
b. 1- 4 tahun 60 mg-120 mg
c. 4- 8 tahun 120 mg-240 mg
d. 8- 12 tahun 240 mg
e. Single dose 6 jam 0,7 gram/m3/24 jam terbagi menjadi 4-6 dosis
Preformulasi Zat Aktif

Paracetamolum, Acetaminophen
Nama Kimia N-Asetil-ρ-Aminofenol
Struktur Kimia OH
O

N
H
paracetamol
Rumus Molekul C8H9NO2
Berat Molekul 151,16
Kemurnian Paracetamol mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,
dihitung terhadap zat anhidrat.
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas,
7 bagian etanol P, 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol, dan dalam 9 bagian
propilenglikol
Titik Lebur 1630c – 1720c
Pka 9,5
Higroskopisitas Paracetamol menyerap uap air dalam jumlah
yang tidak signifikan pada suhu 26ºc, pada
kelembapan relative meningkat sekitar 90%
(codex,638)
Sifat Alir Jelek, karena paracetamol memiliki kelarutan
yang jelek dan permeabilitas rendah
Polimorfisme Tiga bentuk meta stabil dari asetaminofen yaitu:
orthorombik acetamol untuk pembuatan tablet
dan monoklinik acetaminophen dengan ukuran
lebih kecil dan termodinamik yang stabil.
Stabilitas
1. Stabilitas Bahan Padat
 Terhadap Suhu Stabil pada suhu 45ºc
 Terhadap Cahaya Stabil
 Terhadap Stabil
Kelembaban
2. Stabilitas Larutan Sangat stabil dalam air.
 Terhadap Pelarut Relative stabil terhadap oksidasi kecuali bila
 Terhadap Oksigen terhidrolisis menjadi p-aminofeol sebagai
kontaminan, dan bila terpapar kondisi lembab p-
aminofenol terdegradasi menjadi quinonimine
dan akan berwarna merah muda, coklat, hitam.

 Terhadap Ph Hidrolisis minimum terjadi pada ph 5-7 pada


suhu 26ºc, t1/2 paracetamol pada ph 2,5 ; 6,9
adalah 0,73 ; 19,8 ; 21,8 ; 22,8 tahun.

 Terhadap Cahaya Tidak stabil (FI IV, 650)

Preformulasi Eksipien
1. Amprotab
Nama dan sinonim  Amprotab, amilum manihot, pati singkong
Pemerian Granul atau serbuk, berwarna putih, tidak
berasa, tidak berbau.
Ukuran partikel Diameter 5-35 µm (Rowe, 2006)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol
Stabilitas Stabil dalam keadaan kering jika dilindungi
dari   kelembaban tinggi
Penyimpanan Wadah tertutup (Depkes RI, 1979)
Ph 4,5 – 7,0 (rowe, 2006)
Daya alir 10.8–11.7 g/s (Rowe, 2006)
Khasiat Zat tambahan (disintegran) (Rowe, 2006)

2. Acidisol
Sinonim Carboxymethylcellulose sodium (CMC Na)
Pemerian Serbuk granul berwarna putih/hampir putih,
tidak berbau
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan
toluen, mudah terdispersi dalam air dalam segala
temperatur.
Ph 6-8
Konsentrasi 0,25-1%
Stabilitas Bubuk metil selulosa stabil, meskipun sedikit
higroskopis. Bahan massal harus disimpan dalam
wadah kedap udara, ditempat yangsejuk dan
kering.
Inkompatibilitas Metilsellulosa tidak kompatibel dengan
aminacrine hidroksida, chlorocresol: klorida
merkuri; penol; resorsinol; Aanic asam perak
nitrat; cetylpyridiniom chloride, p-hidroksi
benzoat, asam p-amino benzoat; methyl paraben,
propil paraben; dan butyl paraben.
OTT Tidak tercampurkan dengan larutan asam kuat
dan larutan garam dari besi dan larutan lain.
Khasiat Pengikat

3. PVP (Povidon)
Pemerian Putih sampai krem; Pahit; tidak berbau;
Higroskopi (serbuk).

Kelarutan Praktis larut dalam asam, kloroform, etanol,


metanol, keton dan air. Praktis tidak larut dalam
eter hidrokarbon dan minyak mineral.

Stabilitas Stabil pada suhu 110 – 130 0C ; Mudah terurai


dengan adanya udara dari luar ; Dapat bercampur
dengan air ; Stabil bila disimpan ditempat kering.

Ott Jika ditambahkan thimerosol akan membentuk


senyawa kompleks. Kompatibel terhadap gerak
organik alami, resin sintetik dan senyawa
lainnya. Akan terbentuk senyawa sulfathiazole,
sodium salisilat, asam salisilat, fenol barbital dan
komponen lainnya.
pH 3-7

(Handbook Of Pharmaceutical Exipent edisi VI halaman 508; Farmakope


Indonesia Edisi III halaman 510).

4. Etanol 95%

Rumus Molekul C2H6O


Bm 46,07
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap meskipun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan mudah
terbakar.
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organic.
Bobot Jenis 0,812 – 0,816 g/ml.
Stabilitas Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
Ott Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan
alkali, warna akan menjadi gelap.
Kegunaan Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi
kulit.
Penyimpanan Wadah tertutup rapat jauh dari api.
(FARMAKOPE INDONESIA IV halaman 63, Martindale 30th edition halaman
783, Handbook of Pharmaceutical excipient edisi VI halaman 7)

5. Laktosa
Nama Dan Sinonim Laktosa, saccharum lactis
Pemerian Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak
manis (Depkes RI, 1979).
Ukuran Partikel 100 µm (perbesaran 200x) (Rowe, 2006)
Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian
air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
eter P (Depkes RI, 1979).
Stabiltas Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada konsisi
lembab (80% RH dan di atas). Laktosa dapat
mengembangkan warna cokelat pada
penyimpanan, reaksi dipercepat oleh kondisi
hangat yang lembab (Rowe, 2006)
Ph Ph larutan 10% b/v 4-6,5 (Depkes RI, 1979)
Kompresibiitas 18,95-19,10 KN/cm2 (Rowe, 2006)
Penyimpanan Wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)
Khasiat Zat tambahan (filler) (Rowe, 2006)

6. Magnesium Stearat
Nama Dan Sinonim Magnesium stearat, Magnesii stearas
Pemerian Bentuk seperti granul atau bubuk, mudah
mengendap, warna putih, rasa khas seperti asam
stearat, bau sperti asam stearat atau bau lemah
Ukuran Partikel 20 µm (perbesaran 600x)
Struktur [CH3(CH2)16COO]2MG
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%)
P, dan dalam eter P (Depkes RI, 1979)
Stabilitas Stabil (rowe, 2006)
Daya Alir Dalam bentuk bubuk daya alir buruk, kohesif
(Rowe, 2006)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)
 
7. Talk
Sinonim Magnesi osmanthus; powdered talc; purified
French chalk.
Rumus Empiris Mg6(Si2O5)4(OH)4
Pemerian Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah
melekat pada kulit, bebas butiran, warna putih
tau putih kelabu.
Kelarutan Tidak larut dalam hampir semua pelarut
pH 7-10 untuk 20% b/v
OTT Dengan ammonium
Kekerasan 1,0 – 1,5
Stabilitas Stabil dan dapat disterilkan pada suhu 1600C
Inkompatibilitas Ammonium kwartener
Kegunaan Pelicin
Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, tempat yang dingin
dan kering.

Analisa Formula
1. Mg stearat
Magnesium stearat secara luas digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi. Hal ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam kapsul dan
pada pembuatan tablet dengan konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b / b.
Magnesium stearat bersifat hidrofobik dan dapat memperlambat pelepasan obat
dari bentuk sediaan padat; karena itu pada konsentrasi terendah digunakan dalam
formulasi tersebut. Peningkatan koefisien variasi pencampuran dan penurunan
laju disolusi telah diamati berikut cara mencampur magnesium stearat pada saat
granulasi tablet. Laju disolusi tablet dan menghancurkan kekuatan menurun saat
pencampuran meningkat; dan magnesium stearat juga dapat meningkatkan
kerapuhan tablet. Pada saat pencampuran dengan magnesium stearat karena itu
harus dikontrol dengan hati-hati.
2. Lactosa
Laktosa anhidrat secara luas digunakan dalam aplikasi kompresi tablet
langsung dan sebagai pengisi dan pengikat pada tablet dan kapsul. Laktosa
anhidrat dapat digunakan dengan obat yang mempunyai kelembaban sensitif
karena kadar air rendah.
Hal ini memungkinkan pemilihan bahan yang paling cocok untuk aplikasi
tertentu. Biasanya, laktosa digunakan dalam penyusunan tablet dengan metode
granulasi basah atau ketika penggilingan selama pemrosesan dilakukan, karena
ukuran yang baik pencampuran dengan bahan formulasi lain dan menggunakan
pengikat lebih efisien. Aplikasi lain dari laktosa termasuk digunakan dalam
produk liofilisasi, dimana laktosa ditambahkan ke larutan untuk meningkatkan
ukuran plug and bantuan kohesi.
3. PVP
Dalam tablet, larutan povidon digunakan sebagai pengikat dalam proses
granulasi basah. Povidone juga ditambahkan ke campuran serbuk dalam bentuk
kering dan granul di situ dengan penambahan air, alkohol, atau larutan
hydroalcoholic. Povidon digunakan sebagai pelarut dalam formulasi oral dan
parenteral dan telah ditunjukkan untuk meningkatkan pelepasan obat yang sukar
larut dari bentuk dosis padat. larutan Povidone juga dapat digunakan sebagai agen
pelapis.
Povidone ini juga digunakan sebagai suspending agent, stabilisator, atau
agen peningkat viskositas di sejumlah suspensi topikal, oral dan larutan. Kelarutan
sejumlah obat aktif yang sukar larut dapat ditingkatkan dengan mencampur
dengan povidone. Pada tablet povidone yang di tambahkan sebanyak 0,5 sampai 5
%.
Povidone banyak digunakan sebagai eksipien, khususnya di tablet. Bila
dikonsumsi secara oral, povidone dapat dianggap sebagai tidak beracun karena
tidak diserap di saluran pencernaan atau selaput lendir. Penambahan povidone
tidak memiliki efek iritasi pada kulit dan tidak menyebabkan sensitisasi.
4. Amprotab
Amprotab adalah pati yang diubah atau digunakan dalam formulasi kapsul
dan tablet sebagai pengikat, pengencer, dan disintegran. Dibandingkan dengan
pati, nilai amprotab dapat dihasilkan dengan meningkatkan aliran dan kompresi
karakteristik seperti yang bahan pregelatinized dapat digunakan sebagai pengikat
tablet kompresi kering atau proses kompresi langsung. dalam proses tersebut,
amprotab sebagai pelincir. Namun, bila digunakan dengan eksipien lain mungkin
perlu untuk menambahkan pelicin untuk formulasi. Meskipun magnesium stearat
0,25% b / b umumnya digunakan untuk tujuan ini, konsentrasi yang lebih besar
dari ini mungkin memiliki efek buruk pada kekuatan tablet dan pelepasannya.
Amprotab juga dapat digunakan dalam proses granulasi basah. Pada granulasi
basah konsentrasi amprotab yang digunakan antara 5-20%.
5. Talk
Talk banyak digunakan dalam formulasi sediaan padat sebagai pelincir dan
pengencer. Namun, secara luas digunakan sebagai penghambat pelepasan dalam
pengembangan produk controlled-release. Talk juga digunakan sebagai pelincir
dalam formulasi tablet, dalam powder coating baru untuk extended-release pelet,
dan sebagai adsorben. Untuk tablet sebagai glidan dan lubrican konsentrasi talk
yang digunakan adalah 1-10%.
6. Etanol
Etanol disini merupakan pelarut yang digunakan untuk pengikat, pemilihan
pelarut dengan menggunakan etanol dibandingkan air karena titik didih etanol
lebih rendah dengan harapan ketika pemanasan akan melindungi zat aktif
sehingga tidak terjadi degradasi.

IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

Perhitungan Fase Dalam


92
FD 92% = x 350 mg = 327 mg x 300 = 96,6 gram
100
Paracetamol = 200 mg x 300 = 75 gram
10
Amportab 10% = x 350 mg = 35 mg x 300 = 10,5 gram
100
3
Acdisol 3% = x 350 mg = 10,5 mg x 300 = 3,15 gram
100
5
PVP 5% = x 350 mg = 17,5 mg x 300 = 5,25 gram
100
Laktosa = 96,6 – (75 + 10,3 + 3,15 + 5,25)
= 96,6 – 93,9
= 2,7 gram

Perhitungan Fase Luar


95
Misal Granul Fase Dalam 95 = x 300 tablet = 295,03 gram → 295
96,6
tablet
1
Mg Stearat 1% = x 95 mg = 1,03 gram
92
2
Talk 2% = x 95 mg = 2,06 gram
92
5
Amportab 5% = x 95 mg = 5,16 gram
92
(95+ 8,25 gram)
Bobot Tablet Yang Diperoleh = = 0,349 gram → 349
295,03
mg

V. PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mortir
2. Stamper
3. Spatel
4. Saringan mesh
5. Punch
6. Timbangan analitik
B. Bahan
1. PVP
2. Paracetamol
3. Primogel
4. Etanol
5. Talk
6. Mg stearat
7. Amprotab
C. Prosedur Kerja Pembuatan Tablet
Pengikat ditambahkan dengan cara kering
1. Parasetamol, amprotab, PVP, dan laktosa dicampur sampai homogen,
kemudian tambahkan pelarut pengikat sedikit demi sedikit hingga
diperoleh masa yang basah.
2. Masa basah kemudian diayak dengan ayakan mesh 10 atau 12.
3. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 40oC atau diangin-
angin diudara terbuka sampai kandungan lembab kurang dari 3%.
4. Granul yang telah kering kemudian ditimbang dan dievaluasi.
5. Granul yang telah memenuhi syarat dapat dicampur dengan fasa luar
(talk dan amprotab) aduk sekitar 10 menit hingga homogen, kemudian
tambahkan tambahkan Mg stearat, aduk selama 2 menit.
6. Masa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi dengan menggunakan
punch diamter 13 mm dengan bobot yang telah ditentukan (dari hasil
perolehan granul).
7. Tablet dievaluasi menurut persyaratan berlaku.

D. Prosedur Kerja Evaluasi Granul


1. Kecepatan aliran
a. Metode corong
1. Sejumlah 100 g granul dimasukkan kedalam corong dengan
ukuran tertentu.
2. Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari
lubang corong.
3. Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul
keluar dari corong.
4. Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100
g) dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati
corong (g/detik).
Penafsiran hasil:
Aliran granul baik jika waktu7 yang diperlukan untuk mengalirkan
100 g granul ≤ 10 detik.
b. Metode sudut istirahat
1. Timbang sejumlah granul, masukkan kedalam corong.
2. Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder
dan ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan.
3. Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng
granul dengan bidang datar).
Penafsiran hasil :
Jika α = 25-30o : granul sangat mudah mengalir
α = 30-38o : granul mudah mengalir
α > 38o : granul kurang mengalir
2. Kelembaban
1. Timbang granul sebanyak 5 atau 10 gram.
2. Masukkan dalam alat moisture analyzer, kemudian alat ditara.
3. Panaskan granul pada suhu 60-70o sampai skala pada alat tidak
berubah (stabil).
4. Baca kadar air yang tertera pada skala (%).
Atau bisa dilakukan dengan cara gravimetri.
Penafsiran hasil :
Kadar air yang baik 1-2%.
3. Bobot Jenis/Kerapatan
a. BJ nyata
Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur. Catat
volumenya.
b. BJ mampat
1. Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu
catat volumenya (Vo).
2. Gelas ukur diketuk sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya
(V10 dan V500).
c. BJ sejati
a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer kosong + 1 g granul
c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin
cair)
d = bobot piknometer + cairan pendispersi
d. Kadar pemampatan
Prosedur : sama dengan BJ mampat.
e. Perbandingan Haussner
Prosedur : sama dengan pada prosedur BJ mampat
f. Persen Kompresibilitas (%K)
Prosedur : sama pada prosedur BJ mampat dan BJ nyata.
E. Prosedur Kerja Evaluasi Tablet (Produk Akhir)
1. Visual/ organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan
tablet lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
a. Keseragaman ukuran
 Keseragaman tebal
 Keseragaman diameter
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong. Menurut FIII diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
b. Kekerasan
Alat : Hardness tester
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak.
Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/cm 2. Ditentukan
kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Syarat : tablet besar 7-10 kg/cm2, tablet kecil 4 kg/cm2
c. Friabilitas
Alat : Friabilator
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250
mg) atau 40 tablet (jika bobot < 250 mg) yang diambil secara acak.
Dibersihkan satu persatu dengan sikat halus lalu ditimbang (a).
Masukkan semua tablet kedalam alat, lalu putar sebanyak 100
putaran. Lalu tablet dibersihkan lagi dan ditimbang (b).
a−b
f= x 100%
a
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum uji
b = bobot tablet setelah uji
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%
d. Keseragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak, lalu ditimbang masing-masing
tablet. Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot
rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
diterapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
< 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10

e. Uji waktu hancur


Alat : Disintegration tester
Prosedur : bejana diisi dengan HCl 0,1 N. Volume diatur pada
kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan
dan pada kedudukan terendah mulut tabung tetap diatas
permukaan. Suhu pelarut 36-38oC. 6 tablet dimasukkan satu
persatu kedalam masing-masing tabung, kemudian alat dinyalakan
dan atur naik turun keranjang 30 kali tiap menit. Tablet hancur jika
tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali
fragmen-fragmen bahan pembantu. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali alat dinyalakan hingga tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kasa.
Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet
tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
f. Uji Disolusi
Prosedur :
Media disolusi : 900 ml Larutan dapar posfat pH = 5,8
Kecepatan : 50 rpm
Waktu : 30 menit
 Siapkan alat dan bahan
 Isi chamber dengan dapar fosfat sebanyak 900 ml
 Pasang termostat pada temperatur 37oC
 Atur dengan rpm 50
 Apabila temperatur dan rpm nya sudah tercapai, masukkan
tablet Paracetamol generik dan paten kedalam chamber
yang berbeda.
 Turunkan dayung secara bersamaan
 Ambil 10 ml larutan yang ada dalam chamber dalam selang
waktu 5 menit sampai 30 menit, setelah pengambilan
sampel segera diganti dengan 10 ml dapar fosfat.
 Tentukan abs dengan cara menggunakan spektrofotometer
g. Kadar zat aktif dalam tablet
Isolasi : Pelarut etanol
λ max : 243 nm
Tablet → gerus → +etanol (sentrifugasi)

Filtrat (Uji dengan spektro) Residu


Kurva kalibrasi PCT p.a → Misal dibuat 500 rpm = 500 mg/1000
ml = 50 mg/100 ml
h. Keseragaman kandungan
Diambil 30 tablet secara acak, lalu ditentukan kadar dari 10 tablet
satu persatu dengan metode yang sesuai. Jika ada 1 tablet diluar
85-115%, tentukan 20 tablet sisanya dianggap memenuhi syarat
jika hanya 1 tablet dan 30 tablet.

VI. EVALUASI SEDIAAN TABLET


A. Evaluasi Granul
1. Kecepatan Alir
a) Metode Corong
10 gram → 9 detik (aliran granul kurang baik karena waktu yg
diperlukan ≤ 10 detik)
b) Metode Sudut Istirahat
α = 35° → Granul mudah mengalir
2. Kelembapan
Krus Kosong = 34,88 gram
Krus Isi ( Sebelum Dioven ) = 34,89 gram
Krus Isi ( Sesudah Dioven ) = 39,83 gram
Kadar Air = Krus Isi ( Sebelum dioven) – Krus Isi (Sesudah dioven)
= 38,89 gram – 39,83 gram
= 6%
3. Bobot Jenis
a) BJ Nyata
W = 70 gram,
V = 170 ml
W 70
P= = = 0,411 gram/ml
V 170
b) BJ Mampat
V pada ketukan 10 kali = 160 ml
W 70
P= = = 0,437 gram/ml
V 160
V pada ketukan 200 kali = 155 ml
W 70
P= = = 0,451 gram/ml
V 155
c) BJ Sejati
a = bobot piknometer kosong = 11,928 gram
b = bobot piknometer + 1 gram granul = 13,151 gram
c = bobot piknometer + 1 gram granul + Cairan pemdispersi = 18,836
gram
d = bobot piknometer + cairan pendispersi = 19,426 gram

( b−a ) x BJ cairan pendispersi


BJ sejati =
( b+d )−(a+ c)
( 13,151−11,928 ) x 0,7615
=
( 13,151+19,426 )−(11,928 +18,836)
1,223 x 0,7615
=
32,577−30,764
0,331
= = 0,513 gram/ml
1,813
mair 0,331
Volume Piknometer = = = 9,846 ml
p air 1,813

7,498 gram
ρ parafin = = 0,7615 gram/ml
9,846 ml

4. Kadar Pemampatan
V0 (volume granul sebelum pemampatan) = 170 ml
V200 (volume granul pada 200 kali ketukan) = 155 ml
V 0−V 200
KP = x 100%
V 200
170−155
= x 100% = 9,6% → granul memenuhi syarat Kp ≤ 20%
155
5. Perbandingan Haussner
BJ setelah pemampatan = 0,451 gram/ml
BJ sebelum pemampatan = 0,437 gram/ml
BJ setelah pemampatan
Angka Haussner =
BJ sebelum pemampatan
0,451 gram/ ml
=
0,437 gram/ ml
= 1 gram/ml
Syarat : angka haussner = 1
Kesimpulan : tablet memenuhi syarat karena angka haussner = 1

6. Kompresibilitas
BJ mampat = 0,451 gram/ml
BJ nyata = 0,437 gram/ml

BJ mampat −BJ mampat


%K= x 100%
BJ mampat
0,451−0,437
= x 100%
0,451
= 3,1 % → aliran sangat baik.

B. Evaluasi Tablet
1. Organoleptik
a) Rupa : Baik, Rata, Mengkilap.
b) Bau : Tidak berbau.
c) Rasa : Pahit.

2. Sifat Fisika
a) Keseragaman Ukuran
1) Keseragaman tebal

No. Tebal Tablet No. Tebal Tablet


1 6,16 mm 11 6,15 mm
2 6,17 mm 12 6,15 mm
3 6,16 mm 13 6,15 mm
4 6,12 mm 14 6,16 mm
5 6,17 mm 15 6,15 mm
6 6,13 mm 16 6,16 mm
7 6,14 mm 17 6,16 mm
8 6,10 mm 18 6,14 mm
9 6,16 mm 19 6,16 mm
10 6,16 mm 20 6,16 mm

123,01
X= = 6,15 mm
20

2) Keseragaman Diameter

No. Diameter tablet No. Diameter Tablet


1 8,05 mm 11 8,05 mm
2 8,05 mm 12 8,05 mm
3 8,05 mm 13 8,05 mm
4 8,05 mm 14 8,05 mm
5 8,1 mm 15 8,05 mm
6 8,05 mm 16 8,05 mm
7 8,05 mm 17 8,1 mm
8 8,1 mm 18 8,05 mm
9 8,1 mm 19 8,05 mm
10 8,05 mm 20 8,1 mm

161,25
X= = 8,06 mm
20
Syarat : Menrut FI IV diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali

1
dan tidak kurang dari 1 tebal tablet.
3
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi syarat karena diameter tablet
(8,06) kurang dari 8,2 mm.
≥ 3 x 6,15 = 18,45 mm
1
≤ 1 x 6,15 = 8,2 mm
3
b) Kekerasan
No. Kekerasan No. Kekerasan
1 3 kg/cm2 11 4 kg/cm2
2 3 kg/cm2 12 4 kg/cm2
3 5 kg/cm2 13 5 kg/cm2
4 4 kg/cm2 14 4 kg/cm2
5 4 kg/cm2 15 3 kg/cm2
6 4 kg/cm2 16 5 kg/cm2
7 4 kg/cm2 17 5 kg/cm2
8 4 kg/cm2 18 5 kg/cm2
9 4 kg/cm2 19 4 kg/cm2
10 3 kg/cm2 20 4 kg/cm2

80
X= = 4 kg/cm2
20
Syarat : Tablet besar 7-10 kg/cm2 & tablet kecil 4lg/cm2
Kesimpulan : tablet tidak memenuhi syarat karena pada uji
kekerasan ini diperoleh kekerasan sebesar 4 kg/cm2 dengan kriteria
tablet besar dengan bobot > 250 mg

c) Friabilitas
a−b
F= x 100%
a
5,99 gram−5,89 gram
= x 100%
5,99 gram
= 1,67 %
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas ˂ 1 %
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi syarat karena friabilitas yg
diperoleh 1,67 %

d) Keragaman Bobot
0,303 0,309 0,305 0,307
0,302 0,304 0,302 0,303
0,307 0,306 0,302 0,307
0,302 0,304 0,304 0,301
0,304 0,301 0,300 0,307
Rata-rata : 0,30451 mg atau 304,51 gram
Penyimpangan Kolom A Kolom B
0,817 % Tidak ada Tidak ada yang

1,152 % menyimpang dari menyimpang secara


kolom A keseluruhan karena <
0,817 %
Memenuhi syarat 10 %
0,495 %
kolom A karena <
0,817 %
5%
1,481 %

0,617 %

0,824 %

0,824 %

0,160%

1,152 %

0,617 %

0,48 %

0,617 %

1,474 %

0,617 %

0,824 %

0,817 %

0,824 %

0,495 %

303−304,51
Penyimpangan 1 = x 100% = 0,495 %
304,51
302−304,51
Penyimpangan 2 = x 100% = 0,824 %
304,51
307−304,51
Penyimpangan 3 = x 100% = 0,817 %
304,51
302−304,51
Penyimpangan 4 = x 100% = 0,824 %
304,51
304−304,51
Penyimpangan 5 = x 100% = 0,617 %
304,51
309−304,51
Penyimpangan 6 = x 100% = 1,474
304,51
304−304,51
Penyimpangan 7 = x 100% = 0,617 %
304,51
306−304,51
Penyimpangan 8 = x 100% = 0,48 %
304,51
304−304,51
Penyimpangan 9 = x 100% = 0,617 %
304,51
301−304,51
Penyimpangan 10 = x 100% = 1,152 %
304,51
305−304,51
Penyimpangan 11 = x 100% = 0,160%
304,51
302−304,51
Penyimpangan 12 = x 100% = 0,824 %
304,51
302−304,51
Penyimpangan 13 = x 100% = 0,824 %
304,51
304−304,51
Penyimpangan 14 = x 100% = 0,617 %
304,51
300−304,51
Penyimpangan 15 = x 100% = 1,481 %
304,51
307−304,51
Penyimpangan 16 = x 100% = 0,817 %
304,51
303−304,51
Penyimpangan 17 = x 100% = 0,495 %
304,51
307−304,51
Penyimpangan 18 = x 100% = 0,817 %
304,51
301−304,51
Penyimpangan 19 = x 100% = 1,152 %
304,51
307−304,51
Penyimpangan 20 = x 100% = 0,817 %
304,51
Syarat : Tidak boleh ada dua tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan
tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga pada kolom B.
Kesimpulan : Dari 20 tablet tidak ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga ditetapkan pada
kolom A, dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-
rata lebih dari harga pada kolom B.
e) Uji Waktu Hancur
58 detik
Syarat : Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
Kesimpulan : Waktu hancur tablet baik karena kurang dari 15 menit.
f) Uji Disolusi
Konsentrasi tablet

Waktu
(menit) Absorbansi
5 0,805
10 0,810
15 0,808
20 0,807
25 0,799
30 0,807

Dengan persamaan regresi linier dari standar yaitu : y = 0,0077x + 0,0489 R2


= 0,9995

a) Waktu 5 menit, absorbansi = 0,805

0,805 = 0,0077x + 0,0489

0,805 - 0,0489 = 0,0077x


0,7561
X = = 98,1948 ppm
0,0077

98,1948 mg
x 900 mL=88,3753 mg
1000 mL

88,3753 mg
% terdisolusi = x 100 %=35,35 %
250 mg

b) Waktu 10 menit, absorbansi = 0,810

0,810 = 0,0077x + 0,0489

0,810 - 0,0489 = 0,0077x

0,7611
X = = 98,98441 ppm
0,0077

98,98441mg
x 900 mL=88,9597 mg
1000 mL

Terdisolusi dalam 900 mL = 88,9597 + 10/900 x (88,3753) = 89,9416 mg

89,9416 mg
% terdisolusi = x 100 %=35,97 %
250 mg

c) Waktu 15 menit, absorbansi = 0,808

0,808 = 0,0077x + 0,0489

0,808- 0,0489 = 0,0077x

0,7591
X = = 98,5844 ppm
0,0077

98,5844 mg
x 900 mL=88,7259 mg
1000 mL
Terdisolusi dalam 900 mL = 88,7259 + 10/900 x (88,3753+88,9597) =
90,6962 mg

90,6962 mg
% terdisolusi = x 100 %=36,27 %
250 mg

d) Waktu 20 menit, absorbansi = 0,807

0,807 = 0,0077x + 0,0489

0,807- 0,0489 = 0,0077x

0,7581
X = = 98,4545 ppm
0,0077

98,4545 mg
x 900 mL=88,6090 mg
1000 mL

Terdisolusi dalam 900 mL = 88,6090 + 10/900 x (88,3753+88,9597+ 88,7259


) = 91,5652 mg

91,5652 mg
% terdisolusi = x 100 %=36,62 %
250 mg

e) Waktu 25 menit, absorbansi = 0,799

0,799 = 0,0077x + 0,0489

0,799- 0,0489 = 0,0077x

0,7501
X = = 97,4155 ppm
0,0077

97,4155 mg
x 900 mL=87,6740 mg
1000 mL
Terdisolusi dalam 900 mL = 87,6740 + 10/900 x (
88,3753+88,9597+ 88,7259+88,6090) = 91,6147 mg

91,6147 mg
% terdisolusi = x 100 %=36,64 %
250 mg

f) Waktu 30 menit, absorbansi = 0,807

0,807 = 0,0077x + 0,0489

0,807- 0,0489 = 0,0077x

0,7581
X = = 98,4545 ppm
0,0077

98,4545 mg
x 900 mL=88,6090 mg
1000 mL

Terdisolusi dalam 900 mL = 88,6090 + 10/900 x (


88,3753+88,9597+ 88,7259+87,6740) = 92,53 mg

92,53 mg
% terdisolusi = x 100 %=37,01 %
250 mg

g). Keseragaman Kandungan


Kurva kalibrasi
Membuat larutan baku pembanding paracetamol 500 ppm
500 mg/1000 mL= 50 mg/100 mL, ƛ max = 295,5 nm, Abs = 3,541
1m
Ad 10 ml → 50 ppm
45 ppm 50 ppm

V 1 X N 1=V 2 X N 2 V 1 X N 1=V 2 X N 2

V 1 X 500=10 X 45 V 1 X 500=10 X 50
V 1 X 500=450 V 1 X 500=500

450 500
V 1= =0,9 mL add 10 mL V 1= =1 mL add 10 mL
500 500

55 ppm 60 ppm

V 1 X N 1=V 2 X N 2 V 1 X N 1=V 2 X N 2

V 1 X 500=10 X 55 V 1 X 500=10 X 60

V 1 X 500=550 V 1 X 500=600

550 600
V 1= =1,1 Ml add 10 Ml V 1= =1,2 mL add 10 mL
500 500

65 ppm 70 ppm

V 1 X N 1=V 2 X N 2 V 1 X N 1=V 2 X N 2

V 1 X 500=10 X 65 V 1 X 500=10 X 70

V 1 X 500=650 V 1 X 500=700

650 700
V 1= =1,3 mL aqdd 10 mL V 1= =1,4 mL add 10 mL
500 500

Kurva Kalibrasi Paracetamol


C
Abs 0.7
(ppm)
0.6
45 0,397 f(x) = 0.01 x + 0.05
0.5 R² = 1
50 0,432
Absorbansi

55 0,475 0.4

60 0,51 0.3 Linear ()


65 0,55 0.2
70 0,589 0.1

0
40 45 50 55 60 65 70 75
Konsentrasi
Bobot tablet Abs
Tablet 1 305 mg 0,536
Tablet 2 301 mg 0,546
Tablet 3 303 mg 0,599

a. Tablet 1
Y = 0,0077x + 0,0489

0,536 = 0,0077x + 0,0489

0,536 – 0,0489 = 0,0077x

0,4871 = 0,0077x

0,4871
x =
0,0077

x = 63,2597 ppm
Kadar tablet 1 = 63,2597 ppm x 50 (pengenceran)
= 3162,985 ppm
3162,985mg 316,2985mg
=
1000 mL 100 mL

berat parasetamol
%Kadar tablet 1 = x 100 %
berat sampel
316,2985mg
= x 100 %
305 mg
= 103,70 %
b. Tablet 2
Y = 0,0077x + 0,0489

0,546 = 0,0077x + 0,0489

0,546 – 0,0489 = 0,0077x


0,0489 = 0,0077x

0,4971
x =
0,0077

x = 64,558 ppm
Kadar tablet 2 = 64,558ppm x 50 (pengenceran)
= 3227,92 ppm
3227,92mg 322,792mg
=
1000 mL 100 mL
berat parasetamol
%Kadar tablet 2 = x 100 %
berat sampel
322,792mg
= x 100 %
301mg
= 107,239 %
c. Tablet 3
Y = 0,0077x + 0,0489

0,599 = 0,0077x + 0,0489

0,599 – 0,0489 = 0,0077x

0,5501 = 0,0077x

0,5501
x =
0,0077

x = 71,4415 ppm
Kadar tablet 3 = 71,4415 ppm x 10 (pengenceran)
= 714,415 ppm
714,415mg 71,4415mg
=
1000 mL 100 mL
berat parasetamol
%Kadar tablet 3 = x 100 %
berat sampel
71,4415mg
= x 100 %
303 mg
= 23,57 %
h). Kadar Zat aktif dalam tablet
ABS = 0,536 Bobot tablet = 369,7 mg
Y = 0,0077x + 0,0489
0,536 = 0,0077x + 0,0489
0,536 – 0,0489 = 0,0077x
0,488 = 0,0077x
x = 0,488/0,0077
x = 63,3766 ppm
Kadar tablet = 63,3766 ppm x 50 (pengenceran)
= 3168,83 ppm
3168,83 mg 316,883 mg
=
1000 mL 100 mL
berat parasetamol
%Kadar tablet = x 100 %
berat sampel
316,883 mg
= x 100 %
369,7 mg
= 85,71 %

VII. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan tablet dengan


menggunakan metode granulasi basah. Zat aktif yang digunakan dalam percobaan
ini yaitu Parasetamol. Parasetamol merupakan derivat p-aminofenol yang
mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Pembuatan sediaan tablet parasetamol
dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah. Parasetamol memiliki
sifat higroskopis maka dipilih cara granulasi basah dengan pengikat mucilago
amili. Granulasi Basah., yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi basah karena
Parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap lembab. Selain
itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan dihasilkan tablet yang
lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan cara granulasi
kering. Metode granulasi basah  dilakukan terlebih dahulu dengan penambahan
zat aktif (Parasetamol), zat pengisi (Laktosa), zat pengikat (Acdisol), serta
penambahan disintegran (Amprotab. Penambahan bahan pengisi laktosa ini
dimaksudkan untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak, bahan
pengikat berfungsi untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikelserbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk meningkatkan kohesifitas antara
partikel-partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembuatan
granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang
disebut tablet, dan disintegran yang berfungsi untuk memudahkan hancurnya
tablet ketika berkontak dengan cairan saluran cerna.

Keempat bahan tersebut digerus sampai homogen, kemudian ditambahakan


larutan PVP sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuk massa basah
yang sesuai untuk dibuat granul. Untuk larutan PVP, harus dimasukan semuanya
agar persentase pengikat sesuai dengan yang diinginkan. Massa granul kemudian
di ayak pada ayakan No.12. Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk
mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat
dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga
memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan
menjadi seragam. Massa granul yang sudah diayak kemudian dikeringkan dengan
oven oven pada suhu 60Oc selama ± 30 menit untuk mencegah
terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya kandungan air di
dalam granul. Setelah kering granul diayak lagi untuk memperoleh granul dengan
ukuran yang sama rata dan ditambahkan bahan pelicin Talk dan Mg stearat yang
berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Kemudian dicetak menjadi tablet
dengan mesin pencetak.

Sebelum proses pencetakan tablet, harus melakukan evaluasi granul terlebih


dahulu, evaluasi-evaluasi tersebut diantaranya yaitu :
1. Kecepatan Alir
Sifat alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet.
Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Faktor-faktor yang menentukan sifat alir
serbuk/granul adalah : kerapatan jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran
partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab.
- Pada metode corong menunjukkan kecepatan alir granul yaitu 1,1
g/detik
- Pada metode sudut istirahat menghasilkan α = 35o
Sehingga dapat diketahui bahwa granul tersebut sedikit kurang baik
kecepatan alirnya.
2. Kelembaban
Kadar air yang dihasilkan yaitu 6 %, yang berarti kadar air yang dimilikinya
jelek. Karena kadar air yang baik adalah 1-2%.
3. Pengukuran Berat Jenis
Untuk pengukuran berat jenis ini menggunakan piknometer, dari ketiga
berat jenis berat jenis nyata yang dihasilkan yaitu 0,411 g/mL, berat jenis
mampat yaitu 0,451 g/mL, dan berat jenis sejati yaitu 0,513 g/mL.
4. Kadar Pemampatan
Untuk kadar pemampatan dengan 200 kali ketukan menghasilkan Kp yaitu
9,6% yang menandakan granul tersebut memenuhi syarat karena ≤ 20%.

Setelah proses pencetakan tabet dselanjutnya ilakukan evalusi untuk sediaan


tablet, evaluasi tersebut diantaranya, yaitu :

1. Organoleptik
Pada uji organoleptik dengan menggunakan panca indra, tablet
menunjukkan rupa yang baik, halus, rata, sedikit mengkilat. Memiliki bau
khas seperti halnya obat, dan berasa pahit.
2. Keseragaman ukuran
Untuk diameter tablet yang dipersyaratkan dalam farmakope, tablet tidak
boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Sehingga
dapat diketahui bahwa tablet yang diujikan memenuhi syarat karena
mempunyai diameter tablet (8,06 mm) lebih besar dari tebal tablet (6,15
mm).
3. Uji kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai
goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi.
Setalh melakukan uji kekerasan ini maka dapat diketahui bahwa tablet
tidak memenuhi syarat karena pada uji kekerasan dengan kekerasan 4
kg/cm2 dengan kriteria tablet besar (7-10 kg/cm2) tablet besar > 250 mg.
4. Friabilitas
Kerapuhan (friabilitas) merupakan parameter yang digunakan untuk
mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya
sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan
friabilator. Tablet yang memenuhi syarat adalah tablet yang memiliki
friabilitas < 1%. Sedangkan hasil yang didapat yaitu 1,67 %, sehingga
tablet tersebut tidak memenuhi syarat.
5. Keseragaman Bobot
Untuk uji keseragaman bobot menunjukan bahwa tablet memenuhi
persyaratan, karena dari 20 tablet tidak ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
pada kolom A, dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga pada kolom B.
6. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya selama waktu tertentu. Alat yang
digunakan yaitu disintegration tester. Setelah dilakukan percobaan maka
dapat diketahui bahwa tablet tersebut memenuhi persyaratan karena
kurang dari 15 menit (untuk 6 tablet).
7. Uji Disolusi
Tujuan dari uji disolusi ini yaitu untuk mengukur banyaknya obat dan
kadar zat aktif yang dapat bereaksi pada waktu tertentu. Untuk tujuan
terapeutik tablet model ini diusahakan agar kadar obat tinggi hanya dalam
waktu yang singkat. Pengujian dilakukan dengan jalan tablet uji
dimasukan kedalam alat disolusi kemudian dilakukan pengambilan sampel
dan dihitung absorbansinya.
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa kadar parasetamol yaitu 37,01 %.
Kadar zat aktif dari uji disolusi yang baik adalah 100%, sehingga tablet ini
tidak memenuhi syarat.
8. Keseragaman Kandungan
Untuk penetapan keseragaman kandungan zat akti yang didapat yaitu
85,71 %. Dalam farmakope disebutkan bahwa kadar zat aktif parasetamol
tidak boleh kurang dari 95% dan tidak boleh lebih dari 110% sehingga
kadar zat aktif pada sediaan tablet tersebut tidak memenuhi syarat.

VIII KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa


dalam evaluasi sedian tablet tersebut ada yang memenuhi persyaratan dan ada
juga yang tidak memenuhi persyaratan. Persyaratan yang memenuhi diantaranya
yaitu kadar pemampatan (evaluasi granul), organoleptik (evaluasi tablet),
keseragaman ukuran (evaluasi tablet), keseragaman bobot (evaluasi tablet), dan
waktu hancur (evaluasi tablet).
DOKUMENTASI

Gambar Keterangan Hasil

Tahap Pembuatan Tablet

Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Keseragaman bobot

Organoleptik
Uji Kekerasan

Friabilitas

Keseragaman Ukuran

Uji Waktu Hancur


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989.


Jakarta : UI-Press.
Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.
Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia,
twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.
Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed
II.1994.London; The Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai