Anda di halaman 1dari 31

( )

)
Adyt Prayoga PO72201201632
Afrillya Sandova PO72201201633
Regi Suharibar PO72201201656
Tiara Cinta T.N. PO72201201663

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
Definisi

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan


COPD (Cronic Obstruktif Pulmonary Disease). Menurut Gleadle
(2007) , PPOK merupakan penyakit yang ditandai oleh keterbatasan
jalan nafas progresif yang disebabkan oleh reaksi peradangan
abnormal. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
membentuk PPOK yaitu bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan
asma (Manurung, 2016).
Anatomi Fisiologi
Paru-paru
Paru merupakan organ yang elastis yang terletak dalam rongga dada atau
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung
dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dan terbagi
menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris, paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus (lobus-lobus) tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya.

Ventilasi
Ventilasi menyangkut volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung atau
mulut pada saat proses bernapas. Ventilasi terdiri dari tiga yaitu, ventilasi per menit
(VE), ventilasi alveolar (VA), dan ventilasi percuma (VD). Ventilasi per menit (VE)
merupakan volume udara yang keluar dari paru dalam satu menit dalam satuan liter.
Ventilasi alveolar (VA) adalah volume udara inspirasi yang dapat mencapai alveoli dan
dapat mengalami pertukaran gas dengan darah.Ventilasi percuma (VD) adalah volume
udara inspirasi yang tidak mengalami pertukaran gas dengan darah (Djojodibroto,
2014).
Perfusi
Perfusi paru adalah sirkulasi darah di dalam pembuluh kapiler paru. Distribusi aliran darah di paru tidak
sama rata. Karena rendahnya tekanan darah di kapiler paru, aliran darah di kapiler paru sangat
terpengaruh oleh gravitasi bumi sehingga perfusi di bagian dasar paru lebih besar dibandingkan perfusi di
bagian apeks. Hal ini mengakibatkan rasio V/Q di basis paru dan di puncak paru menjadi berbeda
(Djojodibroto, 2014).

Mekanisme Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida

1. Pernapasan Luar (Eksternal)


Pernapasan luar adalah pertukaran gas di dalam paru-paru. Sehingga berlangsung difusi gas dari luar masuk
kedalam aliran darah. Dengan kata lain, pernapasan luar adalah pertukaran gas (02) dan CO2) antara
udara dan darah. Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalakan darah dan 02 masuk ke dalam secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini karena
adanya perbedaan tekan parsial. Tekanan udara luar sebeasar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan
parsial O2 di paru-paru 760m mmHg. tekanan parsial pada darah arteri = 100 mmHg, dan di vena ±
40mmHg. Hal ini menyebabkan 02 berdifusi dari udara ke dalam darah. Sementara itu, tekanan parsial
CO2 dalam vean ± 47 mmHg. tekanan parsial CO2 dalam arteri 41 mmHg dan tekan parsial dalam
alveolus ± 40mmHg. Oleh karena itu CO2 berdifusi dari darah ke alveolus.
2. Pernapasan Dalam (Internal)
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas didalam jaringan tubuh) darah masuk kedalam
jaringan tubuh, oksigen meninggalakan hemoglobin dan berdifusi masuk kedalam cairan
jaringan tubuh. Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan
dapat terjadi, karena tekanan oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah dibandingkan
dalam darah. Hal ini karena sel-sel terus menerus digunakan dalam respirasi selular.Perlu
diketahui bahwa tekanan parsial 02 pada darah kapiler 100 mmHg dan tekanan parsial
02 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya tekanan karbon dioksida
adalah tinggi. karena karbon dioksida secara terus-menerus dihasilkan oleh sel-sel tubuh.
Tekanan parsial CO2 dalam jaringan 60 mmHg dan dalam darah kapiler 41 mmHg.
Peristiwa inilah yang menyebabkan 02 dapat berdifusi ke dalam jaringan dan CO2 dapat
berdifusi ke luar jaringan. Dalam keadaan biasa tubuh kita menghasilkan 200 ml. karbon
dioksida per hari.
Etiologi
1. Merokok:
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang. Perokok aktif dapat
mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi jalan napas kronik (Oemiati, 2013). Sejumlah zat iritan yang
ada di dalam rokok menstimulasi produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan
inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). Perokok pasif juga menyumbang
terhadap symptom saluran napas dan PPOK dengan peningkatan kerusakan paru-paru akibat menghisap
partikel dan gas-gas berbahaya. Merokok pada saat hamil juga akan meningkatkan risiko terhadap
janin dan mempengaruhi pertumbuhan paru-parunya (Oemiati, 2013)

2. Polusi uadara:
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang
mengandung hasil pembakaran. Rangsangan, seperti asap yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor,
merokok dan lain-lain (somantri, 2009).

3. Genetik (defisiensi Alpha 1-antitrypsin):


Faktor risiko dari genetic memberikan kontribusi 1 – 3% pada pasien PPOK (Oemiati, 2013).
Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK adalah sebagai berikut :
a. Smoker Cough biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian berkembang menjadi
sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila terjadi infeksi.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan. Gejala ini mungkin terjadi beberapa
tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi semakin nyata yang membuat pasien mencari
bantuan medik. Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah :
1. Peningkatan volume sputum
2. Perburukan pernafasan secara akut
3. Dada terasa berat
4. Peningkatan purulensi sputum
5. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
6. Lelah dan lesu
7. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik, cepat lelah dan terengah-engah
Pada gejala berat dapat terjadi :
a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi
b. Gagal jantung dan oedema perifer
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah yang disebabkan
(polycythemia (erythrocytosis, jumlah erythrosit yang meningkat, hal ini merupakan respon fisiologis
normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang berlebih (Ikawati, 2016).
Komplikasi
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kondisi turunya konsentrasi oksigen dalam darah arteri. Beberapa kondisi dapat
menyebabkan hipoksemia. Hipoksemia dapat terjadi jika terdapat penurunan oksigen di udara (hipoksia)
atau hipoventilasi terjadi karena daya regang paru menurun atau atelektasis (Corwin, 2009).
b. Asidosus Respiratori
Timbul Akibat dari penoingkatan PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala,
fatigue, latergi, dizziness, dan takipnea (Somantri, 2012). Asidosis respiratorik dapat terjadi akibat depresi
pusat pernapasan misalnya (akibat obat, anestesi, penyakit neurologi) kelainan atau penyakit yang
mempengaruhi otot atau dinding dada, penurunan area pertukaran gas, atau ketidakseimbangan ventilasi
perfusi, dan obstruksi jalan napas (Warsi et al., 2013).
c. Infeksi Respiratori
Infeksi Pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mucus dan rangsangan otot polos
bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan
timbulnya dyspnea.
d. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru, harus diobservasi terutama pada klien
dengan dyspnea berat). Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
WOC Faktor prediposisi PPOK (COPD)

Genetik: Defisiensi Merokok, Asap rokok & Polusi


alpha 1-antitrypsin

Mengandung zat-zat Merangsang aktifitas Memicu asma, sesak &


berbahaya & radikal bebas mikrofag dan leukosit takikardi

Peningkatan enzim Menyebabkan volume


Peningkatan pelepasan
proteolitik elastase tidal menurun
oksidan

PcO2 meningkat
Cedera Sel
Satruasi O2 dalam
darah menurun
Respon Inflamasi
MK: Gangguan
ventilasi spontan
Infeksi Respiratori Hipersekresi mucus Lisis pada dinding alveoli

Dinding Bronkial Terjadi kerusakan


meradang & alveolar
menebal
Kolaps saluran napas
Penumpukan lendir kecil saat ekspirasi
Komplikasi: yang berlebihan
Asidosus Terjadi emfisema Komplikasi: kor pulmonal
Respiratori (Nyeri Obstruksi jalan
kepala, fatigue, napas
latergi, dizziness, Penurunan ventilasi alveolar
dan takipnea) MK:
Ketidakefektifan
bersihan jalan Obstruksi pada
napas pertukaran O2 dan CO2
MK: Gangguan Hipoksemia
pertukaran gas

Penurunan perfusi Kompensasi tubuh


O2 kejaringan dengan peningkatan RR

Mengantuk, Lesu &


Sesak napas
Keletihan

MK: Intoleransi Penurunan nafsu makan


aktivitas
Intake nutrisi menurun

MK: Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Masalah keperawatan prioritas

1. Gangguan ventilasi spontan


2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
5. Intoleransi aktivitas
Asuhan keperawatan Teoritis
Pengkajian
1. Identitas.
a. Identitas klien
Nama (inisial), jenis kelamin, tanggal pengkajian, umur, No.RM, pekerjaan, agama, alamat,
tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS, bahasa yang digunakan, diagnosa medis, dan
penanggung jawab. Pada klien penderita PPOK diantaranya usia >40 tahun. (Nursalam, 2013).

b. Identitas penanggung jawab


Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamat, hubungan
(kandung atau adopsi) (S. Suarli dan Bachtia, 2009:102)

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) adalah sesak, batuk, nyeri dada, kesulitan bernafas, demam, terjadinya kelemahan
(Rohmad dan Walid, 2009:35).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST
P : Palliative/provokatif, Pada pasien PPOK tanyakan tentang keluhan sesak napas, hal yang
memperberat sesak, hal yang memperingan sesak.
Q : Qualitatif/Quantitatif (gangguan atau keluhan). Tanyakan tentang akibat sesak, dapat
mempengaruhi aktivitas klien, pola tidur klien dan seberapa berat sesak yang terjadi.
R : Region/radiasi, lokasi gangguan atauTanyakan apakah keluhan mengalami penyebaran.
S : Skala, yaitu (tingkat atau keadaan yang dirasakan) Tanyakan tingkat sesak yang dialami klien.
T : Timing (waktu gangguan) dirasakan apakah terus menerus atau tidak. Sesak yang dialami klien
sering atau tidak. (Rohmad dan Walid, 2009:36).

c. Riwayat penyakit dahulu


adanya penyakit asma, alergi, sinusitis atau polip hidung, infeksi pernafasan pada masa anak-anak
dan penyakit nafas lainya. Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami PPOK
atau penyakit menular yang lain (Nursalam, 2013)

d. Riwayat penyakit keluarga


perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah mengalami
sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada didalam keluarga (Nursalam, 2013).
3. Pola perkembangan gejala
PPOK biasanya terjadi pada orang dewasa dan sebagian besar pasien menyadari terjadinya
peningkatan sesak nafas, peningkatan frekuensi “pilek” musim dingin dan beberapa keterbatasan
sosial selama beberapa tahun sebelum mencari pertolongan medis atau biasanya bekerja sebagai
karyawan pabrik rokok dan karyawan pabrik furniture. Pejanan faktor resiko okupasional atau
lingkungan (Nursalam, 2013).

4. Pola fungi kesehatan


pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut Gordon. Pola fungsi kesehatan
menurut Gordon antara lain :
a. Persepsi terhadap kesehatan
adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap
pemeliharaan kesehatan (Nursalam, 2013).
b. Pola aktivitas dan latihan
pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan PPOK mengalami keletihan, dan kelemahan
dalam melakukan aktivitas karena adanya dispnea yang dialami (Nursalam, 2013).
c. Pola istirahat dan tidur
gangguan yang terjadi pada pasien dengan PPOK salah satunya adalah gangguan pertukaran gas,
karena pasien terlalu sering menghirup udara yang tidah bersih sehingga mengakibatkan dyspnea
(Nursalam, 2013).
d. Pola nutrisi-metabolik
adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada pasien dengan PPOK
akan mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh yang berakibat adanya penurunan BB dan
penurunan massa otot (Nursalam, 2013).

e. Pola eliminasi
f. pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan
BAK sebelum dan selama dirawat (Nursalam, 2013).

g. Pola kebersihan diri


mandi, oral Hygiene, cuci rambut dan berpakaian.

h. Pola hubungan dengan orang lain


Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan mempengaruhi hubungan baik
intrapersonal maupun interpersonal (Nursalam, 2013).

i. Pola persepsi dan konsep diri


akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (body Image, identitas diri, peran diri, ideal diri dan
harga diri) (Nursalam, 2013).
5. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
1. Nilai composmentis, apatis, samnolen, sopor
2. melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan aspek
membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz Alimul, 2009:116).

b. Tanda - Tanda Vital


yang paling sering di lakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan (Mutaqqin, 2010:35).

c. Sistem neurologi
Kaji tingkat kesadaran dan refleks (Rohman dan Walid, 2009:51).

d. Sistem pendengaran
Kaji tingkat ketajaman klien dalam mendengarkan kata kata, palpasi bentuk telinga, adanya cairan atau
tidak, adanya tekan ataupun lesi kulit
(Mutaqqin, 2010: 117-119).

e. Sistem pernafasan
Kaji bentuk dada, gerakan pernafasan, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya penumpukan cairan atu
tidak dan bunyi khas nafas serta
bunyi paru-paru (Mutaqqin, 2010:149-155).
f. Sistem kardiovaskular
Kaji adanya sianosis atau tidak, oedema pada ektremitas, adanya peningkatan JVP atau tidak,
bunyi jantung (Mutaqqin, 2010:173).

g. Sistem gastrointestinal
Kaji bentuk abdomen, frekuensi bising usus, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya masa benjolan
atau tidak, bunyi yang dihasilkan saat melakuka perkusi (Rohman dan Walid, 2009:50).

h. Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri atau tidak adanya keluhan saat miksi, adanya oedema atau tidak, adanya masa
atau tidak pada ginjal (Mutaqqin, 2010: 269).

i. Sistem integumen
Pada sistem integumen dilakukan secara anamnesis pada klien untuk menemukan permasalahan
yang dikeluhkan oleh klien meliputi: warna kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu tubuh, apakah
ada oedema atau adanya trauma kulit (Mutaqqin, 2010:77).

j. Sistem musculoskeletal
Kaji adnya deformitas atau tidak,adanya keterbatasan gerak atau tidak (Mutaqqin, 2010:287)
Diagnosa keperawatan

1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan


satruasi O2 dalam darah menurun
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
hipoksemia
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi menurun
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi
1 Gangguan ventilasi spontan NOC NIC
Definisi : Penurunan cadangan energy • Status pernapasaan: Menjemen ventilasi mekanik: Noninvasif
yang mengakibatkan ketidakmampuan • Status pernapasaan: Ventilasi • Monitor kondisi yang memerlukan
individu untuk mempertahankan • Tanda-tanda vital dukungan ventilasi noninvasive (misalnya.,
pernafasan yang adekuat untuk eksaserbasi akut, COPD, asma, oedema
menyokong kehidupan Status pernafasan : ventilasi dengan kriteria hasil : pulmonary kardio dan non kardio, gagal
Batasan Karakteristik : a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari pernafasan akut sehubungan dengan
• Penurunan PO2 kisaran normal pneumonia yang timbul di komunitas,
• Penurunan SaO2 b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari sindrom hipoventilasi obesitas, obstruksi
• Penurunan volume tidal kisaran normal sleep apnea)
• Dispnea c. Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari • Monitor kontraindikasi dukungan ventilasi
• Peningkatan PCO2 kisaran normal non-invasive (misalnya, ketidakstabilan
Faktor Yang Berhubungan : d. Kapasitas vital tidak ada deviasi dari dari hemodinamik, henti nafas, atau henti
• Faktor metabolic kisaran normal jantung, angina pektoris tak stabil, infark
• Keletihan otot pernafasan miokard akut, hipoksemia refraktori,
Tanda-tanda vital dengan kriteria hasil : asidosis pernafasan yang berat, penurunan
a. Suhu tubuh tidak ada deviasi dari kisaran tingkat kesadaran, bermasalah dengan
normal penempatan alat alat untuk melakukan
b. Denyut nadi radial tidak ada deviasi dari tindakan non-invasif, trauma wajah, tidak
kisaran normal bisa bekerjasama, obesitas morbid, banyak
c. Tingkat pernafasan tidak ada deviasi dari sekret, dan perdarahan)
kisaran normal • Konsultasikan dengan klien dan
d. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari profesional kesehatan lainnya dalam
kisaran normal memilih jenis ventilator non-invasive
e. Tekanan darah sistolik tidak ada deviasi dari (misalnya, masker wajah atau hidung,
kisaran normal steker hidung, bantalan hidung, helm,
corong mulut)
• Mulai pengkajian tubuh secara menyeluruh
dan setiap per gantian caregiver
• Informasikan kepada klien dan keluarga
mengenai rasionalisasi dan sensasi yang
diharapkan sehubungan dengan
penggunaan ventilasi non-invasive
• Tempatkan klien pada posisi semi fowler
• Gunakan peralatan non-invasive yang
sesuai dan mencegah terjadinya kebocoran
udara yang cukup besar (berikan pe
rawatan khusus pada klien yang ompong
dan pada klien yang berjanggut)
• Berikan perlindungan pada wajah jika
diperlukan untuk men cegah kerusakan
pada kulit
• Mulai penggunaan aplikasi ventilator
• Observasi klien secara berkelanjutan pada
jamPertama penggunaan ventilator untuk
mengkaji toleransi klien
• Pastikan alarm ventilator dalam keadaan
hidup
• Monitor aturan ventilator secara rutin
termasuk suhu dan humidifikasi udara
• Periksa koneksi ventilator secara teratur
• Pastikan adanya periode istirahat setiap
harinya (misalnya, 15 sampai dengan 30
menit setiap 4 sampai 6 jam)
• Berikan perawatan untuk mengurangi
distress client
• Pastikan pergantian sirkuit ventilator setiap
24 jam
• Monitor perkembangan klien sesuai
dengan pengaturan ventilator yang sedang
digunakan dan buat perubahan sesuai
order
• monitor sekresi paru-paru terkait dengan
jumlah warna dan konsistensi serta
dokumentasikan semua hasil temuan
• Lakukan fisioterapi dada yang sesuai
• Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
• berikan perawatan mulut secara rutin
dengan kapas yang lunak dan basah
antiseptik dan melakukan suction secara
perlahan
• dokumentasikan semua perubahan
pengaturan ventilator dan rasionalisasinya
Monitor tanda tanda vital
• Monitor tekanan dara, nadi,, suhu dan
status pernapasan dengan tepat
• Monitor tekanan darah pada saat baring
duduk dan berdiri sebelum dan setelah
perubahan posisi
• Monitor keberadaan nadi dan kualitas
nadi
• Monitor irama dan tekanan jantung
• Monitor irama dan laju pernapasan
• Monitor suara paru-paru
• Monitor pola pernapasan
2. Gangguan pertukaran gas NOC NIC
Definisi : Kelebihan atau deficit • Kesimbangan elektrolit dan asam basah Manajemen Asam Basa
oksigenasi dan/atau eliminasi • Status pernapasan : pertukaran gas • Pertahankan kepatenan jalan nafas
karbondioksida pada membrane • Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi
alveolar kapiler Keseimbangan elektrolit dan asam basa dengan yang adekuat
Batasan karakteristik: kriteria hasil : • Monitor kecenderungan pH arteri, PaCO2
1. Dyspnea a. frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari dan HCO3 dalam rangka
2. Gas darah arteri abnormal kisaran normal mempertimbangkan jenis ketidakseimbangan
3. Gelisah b. irama pernafasan tidak ada deviasi dari yang terjadi (misalnya, respiratorik atau
4. Hipoksemia kisaran normal metabolic) dan kompensasi mekanisme
5. pH arteri abnormal c. serum pH tidak ada deviasi dari kisaran fisiologis yang terjadi (misalnya, kompensasi
6. pola pernafasan abnormal normal paru atau ginjal dan penyangga fisiologis)
7. Sianosis d. serum karbondioksida tidak ada deviasi dari • Pertahankan pemeriksaan pH arteri dan
Faktor berhubungan: kisaran normal plasma elektrolit untuk membuat perencanan
1. ketidakseimbangan ventilasi- perawatan yang akurat
perfusi Status Pernafasan : pertukaran gas dengan kriteria • Monitor gas darah arteri, level serum serta
2. perubahan membrane alveolar- hasil : urin elektrolit jika diperlukan
kapiler a. Tekanan parsal oksigen di darah arteri • Monitor pola pernafasan
(PaO2) tidak ada deviasi dari kisaran normal • Monitor penentuan pengangkutan oksigen ke
b. Tekanan parsial karbondioksisa di darah jarinagn (misalnya rendahnya PaO2)
arteri (PaCO2) tidak ada deviasi dari kisaran • Monitor intake dan output
normal Terapi oksigen
c. Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran • Pertahankan kepatenan jalan nafas
normal • Siapkan peralatan oksigen dan berikan
d. Keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada melalui system humidifier
deviasi dari kisaran normal • Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
• Monitor aliran oksigen
• Monitor efektifitas terapi oksigen
• Amati tanda-tanda hipoventialsi induksi
oksigen
• Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan oksigen tambahan
selama kegiatan dan atau tidur

3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC NIC


Definisi: Ketidakmampuan • Manejemen diri : penyakit paru obstruktif Manajemen jalan nafas
membersihkan sekresi atau obstruksi kronis • Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dari saluran nafas untuk • Staus Pernapasan : kepatenan jalan nafas ventilasi
mempertahankan bersihan jalan nafas • Status pernapasan ventilasi • Lakukan fisioterapi dada sebagai mana
Batasan karakteristik : • Tanda Tanda Vital mestinya
1. Batuk yang tidak efektif • Buang secret dengan memotivasi pasien
2. Dyspnea Manajemen diri : penyakit paru obstruktif kronis untuk melakukan batuk atau menyedot
3. Kesulitan verbalisasi dengan kriteria hasil : lender
4. Perubahan frekuensi nafas a. Secara konsisten menunjukkan menerima • Instruksikan bagaimana agar bias melakukan
5. Perubahan pola nafas diagnosis batuk efektif
6. Sputum dalam jumlah yang b. Secara konsisten mencari informasi tentang • Auskultasi suara nafas
berlebihan cara mecegah komplikasi • Posisikan untuk meringankan sesak nafas
7. Suara nafas tambahan c. konsisten menunjukkan menjalankan aturan • Penghisapan lendir pada jalan nafas
Faktor yang berhubungan : pengobatan sesuai resep • Gunakan alat pelindung
1. Lingkungan d. Secara konsisten menunjukkan berpartisipasi • Tentukan perlunya suction mulut atau
a. Perokok pasif dalam aturan berhenti merokok trachea
b. Terpajan asap e. Secara konsisten menunjukkan aturan • Auskultasi suara naafs sebelum dans etelah
2. Obstruksi jalan nafas berhenti merokok tindakan suction
a. Hyperplasia pada dinding bronkus f. Memantau perburukan gejala • Instruksikan kepada pasien untuk menarik
b. Mucus berlebihan nafas dalam sebelum
c. PPOK Status pernafasan : kepatenan jalan nafas dengan • Dilakukan suction
kriteria hasil :
a. Kemampuan untuk mengeluarkan secret tidak • Monitor adanya nyeri
ada deviasi dari kisaran normal • Monitor status oksigenasi pasien
b. Suara nafas tambahan tidak ada • Monitor dan catat warna, jumlah dan
c. Penggunaan otot bantu pernafasan tidak ada konsistensi secre
Monitor pernafasan
Status pernafasan : ventilasi dengan kriteria hasil : • Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kesulitan bernafas
kisaran normal • Catat pergerakan dada, catat
b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu
kisaran normal pernafasan dan retraksi otot
c. Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari • Monitor suara nafas tambahan
kisaran normal • Monitor pola nafas
d. Kapasitas vital tidak ada deviasi dari dari • Auskultasi suara nafas, catat area dimana
kisaran normal terjadi penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas
Tanda-tanda vital dengan kriteria hasil : tambahan
a. Suhu tubuh tidak ada deviasi dari kisaran • Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas
normal dengan auskultasi suara nafas ronki di paru
b. Denyut nadi radial tidak ada deviasi dari • Monitor kemampuan batuk efektif pasien
kisaran normal • Berikan bantuan terapi nafas jika
c. Tingkat pernafasan tidak ada deviasi dari diperlukan (misalnya nebulizer)
kisaran normal Terapi oksigen
d. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari • Pertahankan kepatenan jalan nafas
kisaran normal • Siapkan peralatan oksigen dan berikan
e. Tekanan darah sistolik tidak ada deviasi dari melalui system humidifier
kisaran normal • Berikan oksigen tambahan seperti yang
f. Tekanan darah diastolik tidak ada deviasi dari diperintahkan
kisaran normal • Monitor aliran oksigen
• Monitor efektifitas terapi oksigen
• Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan oksigen tambahan
selama kegiatan dan atau tidu
• Monitor tanda tanda vital
• Monitor tekanan dara, nadi,, suhu dan status
pernapasan dengan tepat
• Monitor tekanan darah pada saat baring duduk
dan berdiri sebelum dan setelah perubahan
posisi
• Monitor keberadaan nadi dan kualitas nadi
• Monitor irama dan tekanan jantung
• Monitor irama dan laju pernapasan
• Monitor suara paru-paru
• Monitor pola pernapasan abnormal

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC


dari kebutuhan tubuh • Status Nutrisi Manejemen nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup • Status Nutrisi : makanan dan cairan • Kaji adanya alergi makanan.
untuk memenuhi kebutuhan • Status Nutris: Asupan nutrisi • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
metabolik jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : pasien.
• Kurang makan a. Adanya peningkatan berat badan sesuai • Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake.
• Kurang minat pada makanan dengan tujuan • Yakinkan diet yang dimakan mengandung
• Ketidakmampuan memakan b. Berat badan ideal dengan tinggi badan. tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
makanan c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. • Berikan makanan yang terpilih (sudah di
• Kelemahan otot mengunyah d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. konsultasikan dengan ahli gizi).
e. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan • Ajarkan pasien bagaiamna membuat catatan
dari menelan. makanan harian. badan yang berarti.
• Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang • Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
berarti • Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
• Nutrition monitoring :
• BB pasien dalam batas normal
• Monitor adanya penurunan berat badan
• Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
• Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
• Monitor lingkungan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan Tindakan tidak
selama jam makan
• Monitor turgor kulit
• Monitor mual muntah
• Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva

5. Intoleransi aktivitas NOC NIC


Definisi : Ketidakcukupan energi • Konservasi energi Activity Therapy
psikologis atau fisiologis untuk • Toleransi aktivitas • Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas medik
melanjutkan atau menyelesaikan • Perawatan diri : aktivitas sehati-hari dalam merencanakan progran terapi yang tepat
aktifitas kehidupan sehari-hari yang • Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
harus atau yang ingin dilakukan. Kriteria Hasl: mampu dilakukan
• Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa • Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
Batasan karakteristik : disertai peningkatan tekaran darah, nadi sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan
• Respon tekanan darah abnormal dan RR sosial
terhadap aktivitas • Mampu melakukam aktivitas sehari han
• Respon frekwensi jantung (ADLs) secara mandiri
abnormal
terhadap aktivitas • Tanda Tanda vital normaL • Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
• Ketidaknyamanan setelah • Energy psikometorLevel kelemahan sumber yang di perlukan untuk aktivitas yang
beraktivitas • Mampu berpindah : dengan atau tanpa diinginkan
• Dipsnea setelah beraktivitas bantuan alat • Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
• Menyatakan merasa letih • status kardiopulmurani adekuat seperti kusi roda, krek
• Menyatakan merasa lemah • Sirklasi satus baik • Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Faktor yang berhubungan : • Status respirasi, pertukaran gas dan ventilasi disukai
• Tirah Baring atau imobilisasi adekuat • Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
• Kelemahan umum diwaktu luang
• Imobilitas • Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
• Gaya hidup monoton kekurangan dalam beraktivitas
• Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
• Bantu pasien untuk mengmbangkan motivasi diri
dan penguatan
• Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Implementasi

Implementasi pelaksanaan adalah inisiatif dari


rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nu rsing order
untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2008).
Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang
ditetapkan sudah dicapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan
sesuai dengan kerangka waktu penetapan tujuan (evaluasi hasil), tetapi
selama proses pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu dipantau
(evaluasi proses). Untuk memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau
memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP dimana S
(subyektif) berisi data subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung
pasien, O (obyektif) berisi data analisa dan interpretasi yang didapatkan dari
pemeriksaan fisik pasien, A (analisis) berdasarkan simpulan penalaran perawat
terhadap hasil tindakan dan P (planning) adalah perencanaan selanjutnya
terhadap tindakan baik asuhan mandiri, kolaboratif, diagnosis laboratorium
maupun konseling sebagai tindak lanjut (Potter and Perry, 2009).

Anda mungkin juga menyukai