Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD
(Cronic Obstruktif Pulmonary Disease). Menurut Gleadle (2007) , PPOK merupakan
penyakit yang ditandai oleh keterbatasan jalan nafas progresif yang disebabkan oleh
reaksi peradangan abnormal. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
membentuk PPOK yaitu bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asma (Manurung,
2016).
2.2 Anatomi fisiologi
1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
Terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol
dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Bagian internal
hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan
dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang disebut septum rongga hidung
dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung.
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru, sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.
b. Faring
Faring atau tenggorokan merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region yaitu nasal
(nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring). Fungsi faring yaitu
untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digesi.
c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan paring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak suara
dan terdiri atas :
1. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan.
2. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring.
3. Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun.
4. Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid.
6. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring). Fungsi utama laring
adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga berfungsi
melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan
batu
7. Trakea
Disebut juga batang tenggorokan. Ujung trakea bercabang menjadi dua
bronkus yang disebut karina.
2. Saluran Nafas Bawah
a. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10
bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik
dan saraf.
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus, bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia).
d. Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus
respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas.
e. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
f. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang jika
bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2, terdiri atas 3 tipe :
a. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli.
b. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi
surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps).
c. Sel-sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
3. Paru
Paru merupakan organ yang elastis yang terletak dalam rongga dada atau toraks.
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh
fisura interlobaris, paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus (lobus-lobus)
tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
4. Pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
terbagi menjadi 2 :
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada.
2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru. Diantara pleura
terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis.
Pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru tekanan
dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir.
Paru-paru adalah organ penting dari respirasi, terletak di samping kanan dan kiri
mediastinum, dan terpisah satu sama lain oleh jantung dan organ lainnya dalam
mediastinum. Paru-paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40
m2 untuk pertukaran udara (Faiz & Moffat, 2013). Karakteristik paru-paru yaitu
berpori, tekstur kenyal ringan, mengapung di air dan sangat elastis. Permukaan
paru-paru halus, bersinar dan membentuk beberapa daerah polihedral, yang
menunjukkan lobulus organ masing-masing daerah dibatasi oleh garis-garis yang
lebih ringan (fisura). Paru kanan dibagi oleh fisura transversa dan oblik menjadi
tiga lobus : atas, tengah, dan bawah. Paru kiri memiliki fisura oblik dan dua lobus
(Gray, 2010).
2.3 Etiologi
Ketiga penyakit yang menjadi penyebab PPOK yaitu asma, emfisema paru-paru dan
bronchitis. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit paru obstruksi kronis
adalah :
a. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan
serangan asma misalnya debu, spora, jamur, bulu binatang, makanan laut dan
sebagainya
b. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza
merupakan salah satu factor pencetus yang paling menimbulkan asma bronchial.
Diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan
oleh infeksi saluran pernafasan
c. Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma akan mendapakan serangan asma bila melakukan olahraga
atau aktifitas fisk yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronchial sensitif atau alergi terhadap obat tertentu
seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
e. Polusi uadara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran. Rangsangan, seperti asap yang berasal
dari pabrik, kendaraan bermotor, merokok dan lain-lain (somantri, 2009).
2.4 Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK adalah sebagai berikut :
a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila
terjadi infeksi.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi
semakin nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik. Sedangkan gejala pada
eksaserbasi akut adalah :
a. Peningkatan volume sputum
b. Perburukan pernafasan secara akut
c. Dada terasa berat
d. Peningkatan purulensi sputum
e. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f. Lelah dan lesu
g. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik , cepat lelah dan terengah-engah.
Pada gejala berat dapat terjadi :
a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi
b. Gagal jantung dan oedema perifer
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah yang
disebabkan (polycythemia (erythrocytosis, jumlah erythrosit yang meningkat, hal
ini merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang
berlebih (Ikawati, 2016).

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pengukuran Fungsi Paru
a. Kapasitas inspirasi menurun
b. Volume residu : meningkat pada emfisema, bronkhitis, dan asma
c. FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif penyakit paru obstruktif
kronik
d. FVC awal normal : menurun pada bronkhitis dan asma
e. TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emfisema).
2. Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma. Nilai pH normal,
asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) meningkat pada polisetimia sekunder
b. Jumlah darah merah meningkat
c. Eosinofil dan total IgE serum meningkat.
d. Pulse oksimetri : SaO2 oksigenasi menurun
e. Elektrolit menurun karena pemakaian obat diuretik.
4. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran. Kuman patogen yang
biasa ditemukan adalah streptococcus pneumoniae, hemophylus influenzae, dan
moraxella catarrhalis
5. Pemeriksaan Radiologi Thoraks Foto (AP dan lateral)
Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan bendungan area
paru. Pada emfisema paru didapatkan diagpragma dengan letak yang rendah dan
mendatar, ruang udara retrosternal ˃ntung, (foto lateral), jantu memanjang dan
menyempit.
6. Pemeriksaan Bronkhogram
Menunjukan di latasi bronkus kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
7. EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebi dari 1 dan di
V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet (Arif Mutaqin,
2009)

2.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Berhenti Merokok
2. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Aminophilin dan
adrenalin)
3. Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul
4. Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul
5. Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan aliran
lambat : 1-3 liter / menit
6. Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap
7. Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan
energy
8. Tindakan rehabilitasi :
a. Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
b. Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan
yang paling efektif baginya
c. Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya
d. Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita agar kembali
dapat mengerjakan pekerjaan seperti semula.
e. Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang diseritanya (Padila, 2012).
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Mencapai bersihan jalan nafas
a. Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien
b. Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan obat secara
tepat dan waspadai kemungkinan efek sampingnya.
c. Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur peningkatan
kecepatan aliran ekspansi dan volume (kekuatan ekspirasi, lamanya waktu
untuk ekhalasi dan jumlah udara yang diekhalasi) serta dengan mengkaji
adanya dyspnea dan memastikan bahwa dyspnea telah berkurang.
d. Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua iritan paru,
terutama merokok sigaret.
e. Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan bertekanan positif
intermiten, peningkatan asupan cairan.
2. Meningkatkan pola nafas
a. Latihan otot inspirasi dan latihan ulang pernapasan dapat membantu
meningkatkan pola pernafasan
b. Latihan pernafasan diafragma dapat mengurangi kecepatan respirasi
3. Memantau dan menangani komplikasi
a. Kaji pasien untuk mengetahui adanya komplikasi
b. Pantau perubahan kognitif, peningkatan dyspnea, takipnea dan takikardia
c. Pantau nilai oksimetri nadi dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi atau
komplikasi lain dan laporkan perubahan pada status fisik atau kognitif
(Susan, 2012).
2.7 WOC
Faktor predisposisi PPOK

Pencetus (asma, bronkhitis, Rokok dan polusi


kronis, emfisema).

Mengandung zat-zat berbahaya, radikal


Perubahan anatomis bebas
parenkim paru

Merangsang aktivitas makrofag dan


Pembesaran alveoli leukosit

Hiperatropi kelenjar
mukosa Peningkatan Peningkatan
pelepasan elastase pelepasan
enzim proteolitik oksidan
Penyempitan saluran udara
secara periodik
Cedera sel

Ekspansi paru menurun MK : Respon inflamasi


gangguan
pertukaran gas

Hipersekresi mukus Kompensasi


Suplay O2 tidak Hiperventilasi tubuh dengan
adekuat keseluruh peningkatan RR
tubuh Bronkitis
Pergerakan dada cepat

Ansietas Sesak napas


Sesak
Penumpukan lendir dan
menggunakan otot –otot sekresi berlebih
bantu pernafasan Anoreksisa
Lemah
Merangsang refleks batuk
MK :
MK : intoleransi Inatake nutrisi
ketidakefektifan
aktivitas turun
pola nafas MK :
ketidakefektifaan
bersihan jalan
MK :
nafas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2.8 Masalah keperawatan prioritas
Berdasarkan maslow :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan,
batuk yang tidak efektif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan anoreksia
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan,
penggunaan otot bantu pernafasan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

2.9 Askep Teoritis


2.9.1 Pengkajian
1. Identitas.
a. Identitas klien
Nama (inisial), jenis kelamin, tanggal pengkajian, umur, No.RM,
pekerjaan, agama, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara
masuk RS, bahasa yang digunakan, diagnosa medis, dan penanggung
jawab. Pada klien penderita PPOK diantaranya usia >40 tahun.
(Nursalam, 2013).
b. Identitas penanggung jawab
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
alamat, hubungan (kandung atau adopsi) (S. Suarli dan Bachtia,
2009:102)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sesak, batuk, nyeri dada,
kesulitan bernafas, demam, terjadinya kelemahan (Rohmad dan Walid,
2009:35).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST
P : Palliative/provokatif, Pada pasien PPOK tanyakan tentang keluhan
sesak napas, hal yang memperberat sesak, hal yang memperingan sesak.
Q : Qualitatif/Quantitatif (gangguan atau keluhan). Tanyakan tentang
akibat sesak, dapat mempengaruhi aktivitas klien, pola tidur klien dan
seberapa berat sesak yang terjadi.
R : Region/radiasi, lokasi gangguan atauTanyakan apakah keluhan
mengalami penyebaran.
S : Skala, yaitu (tingkat atau keadaan yang dirasakan) Tanyakan tingkat
sesak yang dialami klien.
T : Timing (waktu gangguan) dirasakan apakah terus menerus atau
tidak. Sesak yang dialami klien sering atau tidak. (Rohmad dan Walid,
2009:36).
c. Riwayat penyakit dahulu
adanya penyakit asma, alergi, sinusitis atau polip hidung, infeksi
pernafasan pada masa anak-anak dan penyakit nafas lainya. Perlu
ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami PPOK atau
penyakit menular yang lain (Nursalam, 2013)
d. Riwayat penyakit keluarga
perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit
yang lain yang ada didalam keluarga (Nursalam, 2013).
3. Pola perkembangan gejala
PPOK biasanya terjadi pada orang dewasa dan sebagian besar pasien
menyadari terjadinya peningkatan sesak nafas, peningkatan frekuensi
“pilek” musim dingin dan beberapa keterbatasan sosial selama beberapa
tahun sebelum mencari pertolongan medis atau biasanya bekerja sebagai
karyawan pabrik rokok dan karyawan pabrik furniture. Pejanan faktor resiko
okupasional atau lingkungan (Nursalam, 2013).
4. Pola fungi kesehatan
pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
Pola fungsi kesehatan menurut Gordon antara lain :
a. Persepsi terhadap kesehatan
adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan (Nursalam, 2013).
b. Pola aktivitas dan latihan
pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan PPOK mengalami
keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas karena adanya
dispnea yang dialami (Nursalam, 2013).
c. Pola istirahat dan tidur
gangguan yang terjadi pada pasien dengan PPOK salah satunya adalah
gangguan pertukaran gas, karena pasien terlalu sering menghirup udara
yang tidah bersih sehingga mengakibatkan dyspnea (Nursalam, 2013).
d. Pola nutrisi-metabolik
adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada
pasien dengan PPOK akan mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh
yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan massa otot
(Nursalam, 2013).
e. Pola eliminasi
f. pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan
pada kebiasaan BAB dan BAK sebelum dan selama dirawat (Nursalam,
2013).
g. Pola kebersihan diri
mandi, oral Hygiene, cuci rambut dan berpakaian.
h. Pola hubungan dengan orang lain
Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan
mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal
(Nursalam, 2013).
i. Pola persepsi dan konsep diri
akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi
(body Image, identitas diri, peran diri, ideal diri dan harga diri)
(Nursalam, 2013).
5. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
1. Nilai composmentis, apatis, samnolen, sopor
2. melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan aspek
membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan respons motorik
yaitu nilai 6 (Aziz Alimul, 2009:116).
b. Tanda - Tanda Vital
yang paling sering di lakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi
pernafasan (Mutaqqin, 2010:35).
c. Sistem neurologi
Kaji tingkat kesadaran dan refleks (Rohman dan Walid, 2009:51).
d. Sistem pendengaran
Kaji tingkat ketajaman klien dalam mendengarkan kata kata, palpasi
bentuk telinga, adanya cairan atau tidak, adanya tekan ataupun lesi kulit
(Mutaqqin, 2010: 117-119).
e. Sistem pernafasan
Kaji bentuk dada, gerakan pernafasan, adanya nyeri tekan atau tidak,
adanya penumpukan cairan atu tidak dan bunyi khas nafas serta
bunyi paru-paru (Mutaqqin, 2010:149-155).
f. Sistem kardiovaskular
Kaji adanya sianosis atau tidak, oedema pada ektremitas, adanya
peningkatan JVP atau tidak, bunyi jantung (Mutaqqin, 2010:173).
g. Sistem gastrointestinal
Kaji bentuk abdomen, frekuensi bising usus, adanya nyeri tekan atau
tidak, adanya masa benjolan atau tidak, bunyi yang dihasilkan saat
melakuka perkusi (Rohman dan Walid, 2009:50).
h. Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri atau tidak adanya keluhan saat miksi, adanya oedema
atau tidak, adanya masa atau tidak pada ginjal (Mutaqqin, 2010: 269).
i. Sistem integumen
Pada sistem integumen dilakukan secara anamnesis pada klien untuk
menemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh klien meliputi: warna
kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu tubuh, apakah ada oedema atau
adanya trauma kulit (Mutaqqin, 2010:77).
j. Sistem musculoskeletal
Kaji adnya deformitas atau tidak,adanya keterbatasan gerak atau tidak
(Mutaqqin, 2010:287)
2.9.2 Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan, batuk yang tidak efektif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan
anoreksia
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

2.9.3 Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
Definisi: keperawatan diharapakan • Posisikan pasien untuk
Ketidakmampuan manajemen diri : penyakit paru memaksimalkan ventilasi
membersihkan sekresi atau obstruktif kronis dengan kriteria • Lakukan fisioterapi dada
obstruksi dari saluran nafas hasil : sebagai mana mestinya
untuk mempertahankan a. Secara konsisten menunjukkan • Buang secret dengan
bersihan jalan nafas menerima diagnosis memotivasi pasien untuk
Batasan karakteristik : b. Secara konsisten mencari melakukan batuk atau
1. Batuk yang tidak efektif informasi tentang cara menyedot lender
2. Dyspnea mecegah komplikasi • Instruksikan bagaimana
3. Gelisah c. Secara konsisten menunjukkan agar bias melakukan batuk
4. Kesulitan verbalisasi menjalankan aturan efektif
5. Penurunan bunyi nafas pengobatan sesuai resep • Auskultasi suara nafas
6. Perubahan frekensi d. Secara konsisten menunjukkan • Posisikan untuk
nafas berpartisipasi dalam aturan meringankan sesak nafas
7. Perubahan pola nafas berhenti merokok Penghisapan lendir pada jalan
8. Sputum dalam jumlah
e. Secara konsisten menunjukkan nafas
yang berlebihan
memantau perburukan gejala • Gunakan alat pelindung
9. Suara nafas tambahan
Setelah dilakukan tindakan • Tentukan perlunya suksion
Faktor yang berhubungan
keperawatan diharapakan status mulut atau trachea
:
pernafasan : kepatenan jalan • Auskultasi suara naafs
1. Lingkungan
nafas dengan kriteria hasil : sebelum dans etelah
a. Perokok a. Frekuensi pernafasan tidak ada tindakan suction
b. Perokok pasif deviasi dari kisaran normal • Innstruksikan kepada
c. Terpajan asap b. Irama pernafasan tidak ada pasien untuk menarik nafas
2. Obstruksi jalan nafas deviasi dari kisaran normal dalam sebelum dilakukan
a. Adanya jalan nafas c. Kemampuan untuk suction
buatan mengeluarkan secret tidak ada • Monitor adanya nyeri
b. Benda asing dalam deviasi dari kisaran normal • Monitor status oksigenasi
jalan nafas d. Suara nafas tambahan tidak ada pasien
c. Eksudat dalam e. Dispnea dengan aktifitas ringan • Monitor dan catat warna,
alveoli tidak ada jumlah dan konsistensi
d. Hyperplasia pada f. Penggunaan otot bantu secret
dinding bronus pernafasan tidak ada Monitor pernafasan
e. Mucus berlebihan Setelah dilakukan tindakan • Monitor kecepatan, irama,
f. PPOK keperawatan diharapkan status kedalaman dan kesulitan
pernafasan : ventilasi dengan
g. Spasme jalan nafas bernafas
kriteria hasil : • Catat pergerakan dada,
3. Fisiologis
a. Frekuensi pernafasan tidak ada catat ketidaksimetrisan,
a. Asma
deviasi dari kisaran normal
b. Disfungsi b. Irama pernafasan tidak ada penggunaan otot bantu
neuromuscular deviasi dari kisaran normal pernafasan dan retraksi otot
c. Infeksi c. Suara perkusi nafas tidak ada • Monitor suara nafas
d. Jalan nafas alergik deviasi dari kisaran normal tambahan
d. Kapasitas vital tidak ada • Monitor pola nafas
deviasi dari dari kisaran normal • Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
• Kaji perlunya penyedotan
pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronki
di paru
• Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
• Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
2 Ketidakseimbangan nutrisi ❖ Nutritional status : food and Nutrition management
kurang dari kebutuhan tubuh fluid Intake • Kaji adanya alergi
❖ Nutritional status : nutrient makanan.
intake Weight kontrol • Kolaborasi dengan ahli gizi
Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
• Adanya peningkatan berat kalori dan nutrisi yang di
badan sesuai dengan tujuan. butuhkan pasien.
• Berat badan ideal dengan • Anjurkan pasien untuk
tinggi badan. meningkatkan intake.
• Mampu mengidentifikasi • Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi. dimakan mengandung
• Tidak ada tanda-tanda tinggi serat untuk
malnutrisi. mencegah konstipasi.
• Menunjukan peningkatan • Berikan makanan yang
fungsi pengecapan dari terpilih (sudah di
menelan. konsultasikan dengan ahli
• Tidak terjadi penurunan berat gizi).
badan yang berarti • Ajarkan pasien bagaiamna
membuat catatan makanan
harian. badan yang berarti.
• Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
• Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
• Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition monitoring :
• BB pasien dalam batas
normal
• Monitor adanya penurunan
berat badan
• Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor lingkungan selama
makan
• Jadwalkan pengobatan dan
Tindakan tidak selama jam
makan
• Monitor turgor kulit
• Monitor mual muntah
• Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
3 Gangguan pertukaran gas keseimbangan elektrolit dan Manajemen Asam Basa
Definisi : Kelebihan atau asam basa dengan kriteria hasil : • Pertahankan kepatenan
deficit oksigenasi dan/atau a. frekuensi pernafasan tidak ada jalan nafas
eliminasi karbondioksida deviasi dari kisaran normal • Posisikan klien untuk
pada membrane alveolar b. irama pernafasan tidak ada mendapatkan ventilasi yang
kapiler deviasi dari kisaran normal adekuat
Batasan karakteristik c. serum pH tidak ada deviasi dari • Monitor kecenderungan pH
1. Diaphoresis kisaran normal arteri, PaCO2 dan HCO3
2. Dyspnea d. serum karbondioksida tidak dalam rangka
3. Gangguan penglihatan ada deviasi dari kisaran normal mempertimbangkan jenis
4. Gas darah arteri status pernafasan : pertukaran ketidakseimbangan yang
abnormal gas dengan kriteria hasil : terjadi ( misalnya,
5. Gelisah a. Tekanan parsal oksigen di respiratorik atau metabolic)
6. Hiperkapnia darah arteri (PaO2) tidak ada dan kompensasi mekanisme
7. Hipoksemia deviasi dari kisaran normal fisiologis yang terjadi
8. Hipoksia b. Tekanan parsial karbondioksisa (misalnya, kompensasi paru
9. pH arteri abnormal di darah arteri (PaCO2) tidak atau ginjal dan penyangga
10. pola pernafasan ada deviasi dari kisaran normal fisiologis)
abnormal c. Saturasi oksigen tidak ada • Pertahankan pemeriksaan
11. sianosis deviasi dari kisaran normal pH arteri dan plasma
factor berhubungan d. Keseimbangan ventilasi dan elektrolit untuk membuat
1. ketidakseimbangan perfusi tidak ada deviasi dari perencanan perawatan yang
ventilasi-perfusi kisaran normal akurat
2. perubahan membrane tanda-tanda vital dengan kriteria • Monitor gas darah arteri,
alveolar-kapiler hasil : level serum serta urin
a. Suhu tubuh tidak ada deviasi elektrolit jika diperlukan
dari kisaran normal • Monitor pola pernafasan
b. Denyut nadi radial tidak ada • Monitor penentuan
deviasi dari kisaran normal pengangkutan oksigen ke
c. Tingkat pernafasan tidak ada jarinagn (misalnya
deviasi dari kisaran normal rendahnya PaO2)
d. Irama pernafasan tidak ada
• Monitor intake dan output
deviasi dari kisaran normal
• Monitor status
e. Tekanan darah sistolik tidak
hemodinamik, meliputi
ada deviasi dari kisaran normal
level CVP, MAP, PAP dan
f. Tekanan darah diastolik tidak
PCWP jika tersedia
ada deviasi dari kisaran normal
Terapi oksigen
• Pertahankan kepatenan
jalan nafas
• Siapkan peralatan oksigen
dan berikan melalui system
humidifier
• Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
• Monitor aliran oksigen
• Monitor efektifitas terapi
oksigen
• Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
• Konsultasi dengan tenaga
kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan
dan atau tidur
Monitor pernafasan
• Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
• Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi otot
• Monitor suara nafas
tambahan
• Monitor pola nafas
• Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
• Kaji perlunya penyedotan
pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas
ronki di paru
• Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
• Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
4 Ketidakefektifan pola nafas Status pernafasan : ventilasi Terapi oksigen
Definisi : dengan kriteria hasil : • Pertahankan kepatenan
Batasan karakteristik : a. Frekuensi pernafasan tidak ada jalan nafas
1. Bradipnea deviasi dari kisaran normal • Siapkan peralatan oksigen
2. Dyspnea b. Irama pernafasan tidak ada dan berikan melalui system
3. Penggunaan otot bantu deviasi dari kisaran normal humidifier
pernafasan c. Suara perkusi nafas tidak ada • Berikan oksigen tambahan
4. Penurunan kapasitas deviasi dari kisaran normal seperti yang diperintahkan
kapasitas vital d. Kapasitas vital tidak ada • Monitor aliran oksigen
5. Penurunan tekanan deviasi dari dari kisaran normal • Monitor efektifitas terapi
ekspirasi Status pernafasan : pertukaran oksigen
6. Penurunan tekanan gas dengan kriteria hasil : • Amati tanda-tanda
inspirasi a. Tekanan parsal oksigen di hipoventialsi induksi
7. Pernafasan bibir darah arteri (PaO2) tidak ada oksigen
8. Pernafasan cuping deviasi dari kisaran normal • Konsultasi dengan tenaga
hidung b. Tekanan parsial karbondioksisa kesehatan lain mengenai
9. Takipnea di darah arteri (PaCO2) tidak
penggunaan oksigen
Factor yang berhubungan ada deviasi dari kisaran normal tambahan selama kegiatan
1. Ansietas c. Saturasi oksigen tidak ada dan atau tidur
2. Cedera medulla spinalis deviasi dari kisaran normal Monitor tanda-tanda vital
3. Hiperventilasi d. Keseimbangan ventilasi dan
• Monitor tekanan darah,
4. Keletihan perfusi tidak ada deviasi dari
nadi, suhu dan status
5. Keletihan otot kisaran normal.
pernafasan dengan tepat
pernafasan
• Monitor tekanan darah saat
6. Nyeri
pasien berbaring, duduk
7. Obesitas
dan berdiri sebelum dan
setelah perubahan posisi
8. Posisi tubuh yang • Monitor dan laporkan tanda
menghambat ekspansi dan gejala hipotermia dan
paru hipertermia
• Monitor keberadaan
nadi dan kualitas nadi
• Monitor irama dan tekanan
jantung
• Monitor suara paru-paru
• Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
• Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital
5 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : Ketidakcukupan ❖ Energy conservation Activity Therapy
energi psikologis atau ❖ Activaty tolerance • Kolaborasikan dengan
fisiologis untuk melanjutkan ❖ Self Care : ADLs tenaga rehabilitas medik
atau menyelesaikan aktifitas Kriteria Hasl: dalam merencanakan
kehidupan sehari-hari yang ❖ Berpartisipasi dalam aktivitas progran terapi yang tepat
harus atau yang ingin fisik tanpa disertai peningkatan • Bantu klien untuk
dilakukan. tekaran darah, nadi dan RR mengidentifikasi aktivitas
Batasan karakteristik : ❖ Mampu melakukam aktivitas yang mampu dilakukan
• Respon tekanan darah sehari han (ADLs) secara • Bantu untuk memilih
abnormal terhadap mandiri aktivitas konsisten yang
aktivitas ❖ Tanda Tanda vital norma sesuai dengan kemampuan
• Respon frekwensi ❖ lEnergy psikometorLevel fisik, psikologi, dan sosial
jantung abnormal kelemahan • Bantu untuk
terhadap aktivitas ❖ Mampu berpindah : dengan mengidentifikasi dan
• Ketidaknyamanan atau tanpa bantuan alat mendapatkan sumber yang
setelah beraktivitas ❖ status kardiopulmurani adekuat di perlukan untuk aktivitas
• Dipsnea setelah ❖ Sirklasi satus baik yang diinginkan
beraktivitas ❖ Status respiras, pertukaran gas • Bantu untuk mendapatkan
• Menyatakan merasa dan ventilasi adekuat alat bantuan aktivitas
letih seperti kusi roda, krek
• Menyatakan merasa • Bantu untuk
lemah mengidentifikasi aktivitas
Faktor yang berhubungan : yang disukai
• Tirah Baring atau • Bantu klien untuk membuat
imobilisasi jadwal latihan diwaktu
• Kelemahan umum luang
• Imobilitas • Bantu pasien/keluarga
• Gaya hidup monoton untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
• Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
• Bantu pasien untuk
mengmbangkan motivasi
diri dan penguatan
• Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
2.9.4 implementasi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas manajemen diri : penyakit paru Manajemen jalan nafas
obstruktif kronis dengan kriteria
hasil : a. memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
a. Secara konsisten menunjukkan b. melakukan fisioterapi dada
menerima diagnosis sebagai mana mestinya
b. Secara konsisten mencari c. membuang secret dengan
informasi tentang cara memotivasi pasien untuk
mecegah komplikasi melakukan batuk atau
c. Secara konsisten menunjukkan menyedot lender
menjalankan aturan d. mengistruksikan bagaimana
pengobatan sesuai resep agar bias melakukan batuk
d. Secara konsisten menunjukkan efektif
berpartisipasi dalam aturan e. mengauskultasikan suara
berhenti merokok nafas
e. Secara konsisten menunjukkan f. memposisikan pasien untuk
memantau perburukan gejala meringankan sesak nafas
status pernafasan : kepatenan Penghisapan lendir pada jalan
jalan nafas dengan kriteria hasil : nafas
a. Frekuensi pernafasan tidak ada a. menggunakan alat
deviasi dari kisaran normal pelindung
b. Irama pernafasan tidak ada b. menentukan perlunya
deviasi dari kisaran normal suksion mulut atau trachea
c. Kemampuan untuk c. mengauskultasi suara naafs
mengeluarkan secret tidak ada sebelum dans etelah
deviasi dari kisaran normal tindakan suction
d. Suara nafas tambahan tidak ada d. menginstruksikan kepada
e. Dispnea dengan aktifitas ringan pasien untuk menarik nafas
tidak ada dalam sebelum dilakukan
f. Penggunaan otot bantu suction
pernafasan tidak ada e. Memonitor adanya nyeri
Setelah dilakukan tindakan f. Memonitor status
keperawatan diharapkan status oksigenasi pasien
pernafasan : ventilasi dengan g. Memonitor dan catat warna,
kriteria hasil : jumlah dan konsistensi
secret
a. Frekuensi pernafasan tidak ada
Monitor pernafasan
deviasi dari kisaran normal
b. Irama pernafasan tidak ada a. Memonitor kecepatan,
deviasi dari kisaran normal irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
c. Suara perkusi nafas tidak ada b. mencatat pergerakan dada,
deviasi dari kisaran normal catat ketidaksimetrisan,
d. Kapasitas vital tidak ada penggunaan otot bantu
deviasi dari dari kisaran normal pernafasan dan retraksi otot
c. Memonitor suara nafas
tambahan
d. Memonitor pola nafas
e. Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
f. mengkaji perlunya
penyedotan pada jalan
nafas dengan auskultasi
suara nafas ronki di paru
g. Memonitor kemampuan
batuk efektif pasien
h. memberikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
2 Ketidakseimbangan nutrisi ❖ Nutritional status : food and Nutrition management
kurang dari kebutuhan tubuh fluid Intake
❖ Nutritional status : nutrient 1. mengkaji adanya alergi
makanan.
intake Weight kontrol
2. berkolaborasi dengan ahli
Kriteria Hasil :
gizi untuk menentukan
• Adanya peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi
badan sesuai dengan tujuan. yang di butuhkan pasien.
• Berat badan ideal dengan 3. menganjurkan pasien untuk
tinggi badan. meningkatkan intake.
• Mampu mengidentifikasi 4. meyakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi. dimakan mengandung
• Tidak ada tanda-tanda tinggi serat untuk
malnutrisi. mencegah konstipasi.
• Menunjukan peningkatan 5. memberikan makanan yang
fungsi pengecapan dari terpilih (sudah di
menelan. konsultasikan dengan ahli
• Tidak terjadi penurunan berat gizi).
badan yang berarti 6. mengajarkan pasien
bagaiamna membuat
catatan makanan harian.
badan yang berarti.
7. Memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
8. memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi.
9. mengkaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring :
• BB pasien dalam batas
normal
• Memonitor adanya
penurunan berat badan
• Memonitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
• Memonitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
• Memonitor lingkungan
selama makan
• menjadwalkan pengobatan
dan Tindakan tidak selama
jam makan
• Memonitor turgor kulit
• Memonitor mual muntah
• Memonitor pucat,
kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
3 Gangguan pertukaran gas keseimbangan elektrolit dan Manajemen Asam Basa
asam basa dengan kriteria hasil :
a. frekuensi pernafasan tidak ada a. mempertahankan kepatenan
deviasi dari kisaran normal jalan nafas
b. irama pernafasan tidak ada b. memposisikan klien untuk
deviasi dari kisaran normal mendapatkan ventilasi yang
c. serum pH tidak ada deviasi dari adekuat
kisaran normal c. Memonitor kecenderungan
d. serum karbondioksida tidak pH arteri, PaCO2 dan
ada deviasi dari kisaran normal HCO3 dalam rangka
status pernafasan : pertukaran mempertimbangkan jenis
gas dengan kriteria hasil : ketidakseimbangan yang
a. Tekanan parsal oksigen di terjadi ( misalnya,
darah arteri (PaO2) tidak ada respiratorik atau metabolic)
deviasi dari kisaran normal dan kompensasi mekanisme
b. Tekanan parsial karbondioksisa fisiologis yang terjadi
di darah arteri (PaCO2) tidak (misalnya, kompensasi paru
ada deviasi dari kisaran normal atau ginjal dan penyangga
c. Saturasi oksigen tidak ada fisiologis)
deviasi dari kisaran normal d. mempertahankan
d. Keseimbangan ventilasi dan pemeriksaan pH arteri dan
perfusi tidak ada deviasi dari plasma elektrolit untuk
kisaran normal membuat perencanan
tanda-tanda vital dengan kriteria perawatan yang akurat
hasil : e. Memonitor gas darah arteri,
a. Suhu tubuh tidak ada deviasi level serum serta urin
dari kisaran normal elektrolit jika diperlukan
b. Denyut nadi radial tidak ada f. Memonitor pola pernafasan
deviasi dari kisaran normal g. Memonitor penentuan
c. Tingkat pernafasan tidak ada pengangkutan oksigen ke
deviasi dari kisaran normal jarinagn (misalnya
d. Irama pernafasan tidak ada rendahnya PaO2)
deviasi dari kisaran normal h. Memonitor intake dan
e. Tekanan darah sistolik tidak output
ada deviasi dari kisaran normal i. Memonitor status
f. Tekanan darah diastolik tidak hemodinamik, meliputi
ada deviasi dari kisaran normal level CVP, MAP, PAP dan
PCWP jika tersedia
Terapi oksigen
a. mempertahankan kepatenan
jalan nafas
b. menyiapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui system humidifier
c. memberikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
d. Memonitor aliran oksigen
e. Memonitor efektifitas terapi
oksigen
f. mengamati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
g. mengkonsultasikan dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama
kegiatan dan atau tidur
Monitor pernafasan

a. Memonitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
b. mencatat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi otot
c. Memonitor suara nafas
tambahan
d. Memonitor pola nafas
e. Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
f. mengkaji perlunya
penyedotan pada jalan
nafas dengan auskultasi
suara nafas ronki di paru
g. Memonitor kemampuan
batuk efektif pasien
h. memberikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
4 Ketidakefektifan pola nafas Status pernafasan : ventilasi Terapi oksigen
dengan kriteria hasil : a. mempertahankan kepatenan
jalan nafas
a. Frekuensi pernafasan tidak ada b. menyiapkan peralatan
deviasi dari kisaran normal
oksigen dan berikan
b. Irama pernafasan tidak ada
melalui system humidifier
deviasi dari kisaran normal
c. Suara perkusi nafas tidak ada c. memberikan oksigen
deviasi dari kisaran normal tambahan seperti yang
d. Kapasitas vital tidak ada diperintahkan
deviasi dari dari kisaran normal d. Memonitor aliran oksigen
Status pernafasan : pertukaran e. Memonitor efektifitas terapi
gas dengan kriteria hasil : oksigen
f. mengamati tanda-tanda
a. Tekanan parsal oksigen di hipoventialsi induksi
darah arteri (PaO2) tidak ada
oksigen
deviasi dari kisaran normal
g. mengkonsultasikan dengan
b. Tekanan parsial karbondioksisa
di darah arteri (PaCO2) tidak tenaga kesehatan lain
ada deviasi dari kisaran normal mengenai penggunaan
c. Saturasi oksigen tidak ada oksigen tambahan selama
deviasi dari kisaran normal kegiatan dan atau tidur
d. Keseimbangan ventilasi dan Monitor tanda-tanda vital
perfusi tidak ada deviasi dari
a. Memonitor tekanan darah,
kisaran normal. nadi, suhu dan status
pernafasan dengan tepat
b. Memonitor tekanan darah
saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri sebelum
dan setelah perubahan
posisi
c. Memonitor dan laporkan
tanda dan gejala hipotermia
dan hipertermia
d. Memonitor keberadaan
nadi dan kualitas nadi
e. Memonitor irama dan
tekanan jantung
f. Memonitor suara paru-paru
g. Memonitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
h. mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda vital
5 Intoleransi aktivitas NOC NIC
❖ Energy conservation Activity Therapy
❖ Activaty tolerance • mengkolaborasikan dengan
❖ Self Care : ADLs tenaga rehabilitas medik
Kriteria Hasl: dalam merencanakan
❖ Berpartisipasi dalam aktivitas progran terapi yang tepat
fisik tanpa disertai peningkatan • membantu klien untuk
tekaran darah, nadi dan RR mengidentifikasi aktivitas
❖ Mampu melakukam aktivitas yang mampu dilakukan
sehari han (ADLs) secara • membantu untuk memilih
mandiri aktivitas konsisten yang
❖ Tanda Tanda vital norma sesuai dengan kemampuan
❖ lEnergy psikometorLevel fisik, psikologi, dan sosial
kelemahan • membantu untu
❖ Mampu berpindah : dengan mengidentifikasi dan
atau tanpa bantuan alat mendapatkan sumber yang
❖ status kardiopulmurani adekuat di perlukan untuk aktivitas
❖ Sirklasi satus baik yang diinginkan
❖ Status respiras, pertukaran gas • membantu untuk
dan ventilasi adekuat mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kusi roda,
krek
• membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
• membantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
• membantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
• menyediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
• membantu pasien untuk
mengmbangkan motivasi
diri dan penguatan
• Memonitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual

2.9.5 Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang
ditetapkan sudah dicapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan sesuai
dengan kerangka waktu penetapan tujuan (evaluasi hasil), tetapi selama proses
pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu dipantau (evaluasi proses).
Untuk memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP dimana S (subyektif) berisi
data subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung pasien, O (obyektif)
berisi data analisa dan interpretasi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik
pasien, A (analisis) berdasarkan simpulan penalaran perawat terhadap hasil
tindakan dan P (planning) adalah perencanaan selanjutnya terhadap tindakan
baik asuhan mandiri, kolaboratif, diagnosis laboratorium maupun konseling
sebagai tindak lanjut (Potter and Perry, 2009).

Anda mungkin juga menyukai