Askep KMB 1 Aids Kel 10 Okeee
Askep KMB 1 Aids Kel 10 Okeee
Disusun Oleh :
KELAS :
2A Keperawatan
DOSEN PEMBIMBING :
Indah Dwi Astuti, S.Kep., Ners., M.Kep
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta
nikmat yang tidak terhingga seperti nikmat iman dan islam, nikmat sehat wal’afiat sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Tujuan makalah ini dibuat agar kita tahu tentang
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)”
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, Ibu Indah Dwi Astuti, S.Kep., Ners., M.Kep selaku
pembimbing dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Kami juga berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
3
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 51
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 52
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, baik
bakteri, virus, maupun jamur, yang bisa ditularkan dari satu orang penderita kepada orang sehat
hingga menyebabkan sakit seperti sumber penularan (Irianto, 2014). Berbagai macam penyakit
menular dikaitkan dengan buruknya kesehatan seksual. Kesehatan seksual merupakan keadaan
fisik, mental, emosional, dan social yang mengekpresikan seksualitas tanpa memiliki sakit,
disfungsi, dan disabilitas (Irianto, 2014). Kesehatan seksual yang buruk menyebabkan bakteri,
virus, maupun jamur dapat menginfeksi melalui hubungan seksual, salah satunya terinfeksi
HIV/AIDS (Bhetsy, 2015).
HIV/AIDS merupakan penyakit yang mendunia, karena hampir semua Negara terserang
penyakit ini (Organization, 2018). Menurut data dari UNAIDS (2018), penyakit HIV/AIDS di
dunia pada tahun 2017 yaitu sebanyak 36,9 juta orang. Dari data penderita, sebanyak 1,8 juta
orang adalah anak-anak dibawah umur 15 tahun dan sebanyak 35,1 juta penderita yaitu orang
dewasa. Penderita HIV/AIDS lebih banyak di derita oleh perempuan yaitu sebanyak 18,2 juta
orang sedangkan laki-laki sebanyak 16,9 juta orang. Pada tahun 2017 tercatat jumlah kematian
yang disebabkan oleh HIV/AIDS sebanyak 940.000 kasus di seluruh dunia, angka tersebut
terdiri dari kematian di usia dewasa sebanyak 830.000 orang dan sisanya sebanyak 110.000
orang anak di bawah usia 15 tahun (UNAIDS, 2018).
Indonesia menjadi salah satu negara yang termasuk dalam Kawasan Asia Pasifik. Kawasan
ini menduduki peringkat ketiga sebagai wilayah dengan pengidap HIV/AIDS terbanyak di
seluruh dunia dengan total penderita sebanyak 5,2 juta jiwa (UNAIDS, 2018). Indonesia
menyumbang angka 620.000 orang dari total 5,2 juta orang di Asia Pasifik yang terjangkit
HIV/AIDS. Jika dikelompokkan penderita HIV/AIDS datang dari kalangan pekerja seks
komersial (5,3 %), homoseksual (25,8 %), pengguna narkoba suntik (28,76 %), transgender
(24,8 %), dan mereka yang ada di tahanan (2,6 %) (UNAIDS, 2018). Bersumber dari data dapat
dilihat bahwa jumlah terbanyak kasus HIV/AIDS terdapat pada golongan usia 25-49 tahun,
dimana golongan usia ini adalah golongan usia produktif. Penyebaran kasus HIV/AIDS di Bali
saat ini lebih banyak ditularkan melalui hubungan seksual. Jumlah kematian akibat AIDS tahun
5
2015 sebanyak 36 orang, yaitu laki-laki sebanyak 24 orang dan perempuan sebanyak 12 orang
(Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017).
Infeksi HIV merupakan masalah yang cukup serius, adapun masalah keperawatan yang
muncul pada pasien HIV/AIDS adalah defisit nutrisi, risiko hipovolemia, hivopolemia,
keletihan, defisit kesehatan komunitas, isolasi sosial (PPNI, 2017). HIV menyebabkan
hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan zat gizi, menurunnya atau habisnya
cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Prinsip gizi pada pasien HIV/AIDS adalah tinggi
kalori protein, kaya dengan vitamin dan mineral serta cukup air.
Defisiensi vitamin dan mineral biasa dijumpai pada orang HIV dan sudah terjadi sejak
stadium awal defisiensi ini menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorpsi zat
gizi (Nursalam, et al 2009). Status gizi yang buruk pada pasien HIV/AIDS disebabkan karena
asupan gizi yang tidak adekuat, adanya perubahan laju metabolisme tubuh, perubahan
mekanisme kerja traktus digestivus, interaksi obat dengan zat gizi (Stambullian, et al 2007).
Dampak yang terjadi akibat defisit nutrisi pada pasien HIV/AIDS yaitu malnutrisi.
Malnutrisi yang berkepanjangan dapat mempengaruhi berat badan, kehilangan otot dan
jaringan lemak, mengurangi fungsi kekebalan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah defisit nutrisi yaitu memonitoring nutrisi
pasien serta memanajemen nutrisi dari pasien HIV/AIDS tersebut yaitu dengan kebutuhan zat
gizi ditambah 10-25% lebih banyak dari kebutuhan minimum yang dianjurkan, bila pasien
mendapat terapi ARV pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat, berikan
makanan rendah serat, tinggi protein dan makanan lunak atau cair jika ada masalah pencernaan,
hindari rokok, alcohol dan kafein, rendah latosa dan rendah lemak jika ada diare, disesuaikan
dengan penyakit infeksi yang menyertai (Nursalam et al., 2009).
6
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien
penderita Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
7
3. Bagi Klien dan Keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit "Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS)”
4. Bagi Penulis
Untuk pemenuhan tugas praktik keperawatan medikal bedah I. Serta menjadi
bahan acuan dan menambah pengetahuan.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
9
dikendalikan oleh unsur- unsur system kekebalan tubuh yang dirusak HIV
(Sunaryati, 2011).
Pencegahan AIDS difokuskan terhadap tiga cara penularan utama, yaitu
kontak seks, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Upaya untuk menguji
calon-calon donor darah sebelum mendonorkan darahnya telah dilakukan, namun
upaya untuk mengurangi infeksi melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum
suntik masih belum memberikan hasil yang meyakinkan (Hutapea, 2011).
HIV/AIDS bisa dicegah dengan cara memberi pengetahuan dasar pada
remaja tentang penyakit menular seksual HIV/AIDS karena informasi yang salah
dapat menjerumuskan remaja ke pergaulan bebas atau ke hal lain yang dapat
mengarah terhadap penularan penyakit menular HIV/AIDS. Pengetahuan dasar
tentang HIV/AIDS bisa membantu agar memahami dan menyadari seberapa
berbahayanya HIV/AIDS sehingga remaja bisa memiliki sikap dan perilaku yang
sehat untuk menghindari HIV/AIDS (Lestari, 2014).
10
2) Sel memori B adalah sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap
merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya
dengan respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.
2. Sel T
Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika
adaantigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi. Sel T mengenali dan
berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel
yang terikat membran dan analog dengan antibodi. Sel T memproduksi zat aktif
secara imulogis yang disebut limfokin. Sub typelimfosit T berfungsi untuk
membantu limfosit B merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan
mengatur respons imun.
Respons sel T adalah : Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor
dalam sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera
setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya
berproliferasi, berdiferensiasi dan mendapatkan kemampuan untuk mengenali
diri.
Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju
organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel dikhususkan untuk melawan
sel yang mengandung organisme intraseluler.
a. Sel T sittotoksik (sel T pembuluh)
Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen
asing pada permukaannya.
b. Sel T pembantu
Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi
oleh makrofag antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sintesis
antibody normal, untuk pengenalan benda asing sel T pembantu
melepas interleukin-2 yang menginduksi prolifefasi sel T sitotoksik,
menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dapat
memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi
(hipersensitivitas).
11
c. Sel T supresor
Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan T.
d. Makrofag
Makrofag memprose antigen terfagositosis melalui
denaturasi atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan
fragmen yang mengandung determinan antigenic. Makrofag akan
melakukan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga
terpapar untuk limfosit T tertentu.
12
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
2.1.4 Patofisiologi
Apabila virus HIV masuk kedalam tubuh seseorang dan bagaimana caranya
virus itu masuk kedalam tubuh sesorang, bisa melalui darah, jadi bisa karena
transfuse atau penggunaan jarum suntik yang bekas pakai yang bergantian misalnya
dan tidak steril kemudian jarumnya bekas dipakai orang yang terinfeksi HIV maka
akan menular. Jadi menularnya melalui kontak lewat darah/cairan bukan kontak
fisik maka ketika sudah tertular virus akan masuk kedalam system peredaran
darah/tubuh seseorang.
Kemudian setelah virus masuk kedalam peredaran darah organ atau target
yang akan diserang pertama kali oleh virus ini adalah sel darah putih manusia atau
sel CD4 jadi sel darah putih itu ada limfosit, leukosit virus ini menyerang CD4 dari
sel darah putih limfosit. Virus ini nanti akan terikat. Jadi di CD4 diluar dari
permukaan CD4 itu ada reseptor dimana reseptor ini cocok dengan sereptor yang
di miliki oleh virus HIV jadi mereka bisa bergabung. Karena sudah tergabung maka
virus ini akan terikat kemudian virus ini akan mengalami fusion setelah itu virus
HIV akan masuk kedalam sel CD4. Jadi virus HIV itu hanya memiliki RNA tidak
mempunyai DNA agar virus HIV tetap bertahan atau berkembang biak atau
reprekasi virus HIV harus memiliki DNA oleh karena itu HIV memanfaatkan enzim
reverse trancriptase untuk membantu mensintesa DNA dari RNA. Lalu
terbentuklah DNA dari virus HIV.
Kemudian DNA dari virus HIV akan memasuki nucleus dari sel CD4 dan
akan bergabung disana, dan berintegrasi dengan DNA manusia tujuannya untuk
bereplekasi karena ketika sel CD4 bereplekasi otomatis dia akan ikut bereplikasi.
Setelah itu virus HIV akan assembly atau menyusun virus baru kemudian setelah
virus barunya tersusun dan protein – protein lainnya maka virus HIV akan
bereplekasi dan menyusun dirinya menjadi bakal/diaimatur, virus ini non infeksius.
Untuk proses pematangannya setelah sel ini meninggalkan sel CD4. Selanjutnya
akan merilis protease sehingga menjadi sel yang matur atau infeksius. Karena itu
13
sel CD4 ini akan menjadi parameter ketika penegakan diagnose dari HIV
disebabkan CD4 adalah target dari HIV. (Martens.et al,2014, Kummar.et al,2015).
Dengan berbagai proses kematian limfost T yang terjadi penurunan jumlah
lmfosit T CD4 serta dramatis dari normal yang berkisar 600-1200/mm3 menjadi
200/mm3 atau lebih rendah lagi, sehigga pada fase awal jumlah virus akan
meningkat lebih pesat hal ini diikuti oleh penurunan dari jumlah sel CD4, kemudian
muncul reaksi imunitas yang akan menekan atau mengurangi virus HIV. Pada fase
ini jumlah virus akan menurun dan diikuti dengan kenaikan dari jumlah sel CD4,
pada fase ini muncul gejala akut dan berlangsung dalam hitungan minggu sampai
bulan setelah pertama kali virus HIV masuk. Karena penekanan bersifat parsial atau
sebagian jumlah virus akan kembali meningkat secara perlahan yang diikuti dengan
penurunan secara perlahan dari jumlah CD4, selama jumlah CD4 lebih dari 400/500
maka biasanya tidak ada gejala, fase ini dinamakan fase infeksi kronik.
Apabila jumlah sel CD4 terus menurun maka pertahan tubuh akan sangat
melemah sehingga muncul infeksi oportunistik, munculnya infeksi oportunistik ini
berlangsung dalam periode tahunan dan jika sudah terjadi maka dinamakan sebagai
AIDS (Aquarid Immunodeficiency Sindrome) (Sterling dan Chaisson, 2010).
14
2.1.5 WOC
Protein virus
Tunas virus
AIDS
15
Humoral Seluler
Penurunan Interleukin 12
IgM dan IgG menurun
Penurunan aktivitas
Lawan CD4+ yang terinfeksi
Keletihan
Peingkatan
sitokinin
16
Menginfeksi Saluran pencernaan
paaru-paru
Pirogen endigen
Mukosa teriritasi
Aksudat
↑Set suhu tubuh oleh
hipotalamus anterior Pelepasan asam
amino
Ketidakseimbangan nutrisi
Hipoksia kurang dari kebutuhan tubuh
absorbsi air↓
absorbsi nutrisi ↓
MK : Resiko
17 ketidakseimbangan
elektrolit
2.1.6 Manifestasi Klinis AIDS
Manifestasi klinis infeksi HIV terdiri dari tiga fase tergantung perjalanan
infeksi HIV itu sendiri, yaitu: Serokonversi, Penyakit HIV asimtomatik, Infeksi
HIV simtomatik atau AIDS
1. Serokonversi
Pertama kali saat tubuh terinfeksi virus HIV misalnya setelah melakukan
hubungan seks dengan pekerja seks komersial yang menderita HIV dan
beberapa minggu kemudian menderita penyakit yang gejalanya mirip seperti
flu masa ini disebut tahap serokonfersi. Jadi gejalannya seperti tenggorokan
sakit, demam, muncul ruam – ruam kemerahan pada kulit, pembengkakan
kelenjar, penurunan berat badan, diare, kelelahan, nyeri persendian, nyeri otot,
biasanya gejala – gejala ini akan bertahan 1 minggu/2 bulan. Pada tahap ini
dimana tanda – tanda tubuh berusaha melawan infeksi HIV.
18
Definisi ini mencerminkan peningkatan kecenderungan timbulnya masalah
yang berkaitan dengan HIV yang menyertai rendahnya jumlah sel CD4+ secara
progresif. Setelah AIDS terjadi, maka sistem imun sudah sedemikian
terkompensasi sehingga pasien tidak mampu lagi mengontrol infeksi oleh
patogen oportunis yang pada kondisi normal tidak berproliferasi, serta menjadi
rentan terhadap terjadinya beberapa keganasan. Pasien dengan AIDS yang tidak
diobati rata-rata meninggal dalam jangka waktu satu hingga tiga tahun.Terapi
yang telah tersedia saat ini telah memperbaiki prognosis pasien infeksi HIV
secara signifikan (Price & Wislon, 2006; Ameltzr & Bare, 2010).
2. Kandidiasis Kandidiasis
Komplikasi HIV yang terbilang umum. Kondisi Ini menyebabkan peradangan
dan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan, atau vagina.
3. Tuberkulosis (TB)
Di beberapa negara, TB adalah infeksi oportunistik paling umum yang terkait
dengan HIV. Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian di antara orang-
orang dengan AIDS.
19
4. Sitomegalovirus
Virus herpes yang umum ini ditularkan melalui cairan tubuh seperti air liur,
darah, urine, air mani dan ASI. Sistem imun yang sehat akan menonaktifkan
virus, sehingga virus tetap tidak aktif di tubuh.
Namun, ketika sistem kekebalan tubuh melemah (akibat AIDS), virus dapat
muncul kembali. Hati-hati, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada mata,
saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya.
5. Meningitis kriptokokus
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang (meninges). Sedangkan meningitis kriptokokus
adalah infeksi sistem saraf pusat yang umum terkait dengan HIV. Penyakit ini
disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah.
20
1) Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor (NRTI) Jenis – jenis obat
HIV berdasarkan nama generic:
a. Zidovudine
b. Didanosine
c. Zalzitabine
d. Stavudine
e. Lamivudne
f. Abacavir Tenofovir
21
kebutuhan gizi tentunya akan meningkat. Jika peningkatan kebutuhan gizi
tdak di imbangi dengan konsumsi makanan yang di tambahkan atau gizi
yang ditambah maka kekurangan gizi akan terus memburuk, akhirnya akan
menghasilkan sebuah kondisi yang tidak menguntungkan bagi dengan
positif HIV. Yang harus dilakukan adalah mengatasi kekurangan gizi
2) Mengkonsumsi makanan dengan kepadatan gizi yang lebih tinggi dari
makan biasanya.
3) Minuman yang di konsumsi upayakan adalah mi numan yang berenergi
(Desmawati, 2013). Selain mengkonsumsi jumlah nutrisi yang tinggi,
penderita HIV/AIDS juga harus mengkonsumsi suplementasi atau nutrisi
tambahan.Tujuan nutrisi agar tidak terjadi defisiensi vitamin dan mineral.
22
Pasien mengatakan belum mendapatkan informasi yang spesifik
tentang nfeksi oportunistik (Desmawati, 2013).
23
Biasanya penderita HIV/AIDS tetap berbicara dan berinteraksi
denga baik, kepada keluarga maupun kepada perawat.
4) PolaPertahanan
Biasanya pasien HIV/AIDS tidak langsung membicarakan
penyakitnya dengan keluarga
24
Biasanya pada pasien HIV/AIDS mengalami perubahan pada pola
aktivitasnya, tidak dapat melakukan aktivitas dkarenakan menarik diri di
lingkungan kerja, bisa juga karena depresi atau kondisi tubuh yang lemah.
e. Personal Hygiene
Pada pasien dengan HIV/AIDS akan mengalami perubahan/gangguan
pada personal hygiene, misalnya kebersihan mandi, ganti pakaian, BAB dan
BAK diakibatkan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan
kegiatan dan dibantu oleh keluarga atau perawat.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah
b. Kesadaran : composmetis kooperatif, sampai terjadi penurunan kesadaran,
apatis, somnolen, stupor bahkan koma.
c. Vital Sign
1) TD : biasanya ditemukan dalam batas normal
2) Nadi : frekuansi nadi meningkat
3) Pernapasan : frekuensi pernapasan meningkat
4) Suhu : suhu biasanya meningkat karena demam
d. Kepala
- Inspeksi : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
seboreika.
- Palpasi : terdapat nyeri tekan
e. Muka
- Inspeksi : simetris, tidak sembab/oedema, kulitnya kering, Palpasi tidak
ada benjolan, biasanya terdapat nyeri tekan
f. Mata
- Inspeksi : Biasanya konjungtifa anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, reflek pupil terganggu, cytomegalovirus (CMV) restinitis
termasuk komplikasi AIDS, floaters, penglihatan kabur atau kehilangan
penglihatan.
- Palpasi : tidak terdapat odema palpebra, tidak ada nyeri tekan
25
g. Hidung
- Inspeksi : simetris, Biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping
hidung, tidak ada secret, tidak ada polip, terdapat alat bantu pernapasan
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada defisiasi septumnasi
h. Gigi dan Mulut
- Inspeki : mukosa bibir kering, Biasanya dtemukan ulserasi dan adanya
bercak – bercak putih seperti krim yang menunjukan kandidiasis,
infeksi jamur, tidak ada karies.
i. Telinga
- Inspeksi : Kehilangan pendengaran, nyeri akibat mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi – reaksi otot (Bararah & Jauhar, 2013, p.
303)
- Palpasi : tvdak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal
j. Leher
- Inspeksi : Kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena nfeksi
jamur criptococus neofarmns), pembesaran kelenjar getah bening
(lmfadenopati), Gallan, 2010.
- Palpasi : terdapat pembesran klenjar linfe, tidak ada bendungan vena
juguralis, terdapat pembesaran kenlenjar tiroid.
k. Jantung
- Inspeksi : pulsai ictus cordis tidak tampak, Biasanya terjadi hipotensi,
edema perifer (wijayanngsih, 2013, hal 248)
- Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavikula sinistra
- Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal, tidak ada suara tambahan
seperti murmur dan gallop ( BJ 1 katup mtral dan katup trikuspidalis /
MITRI ics V), (BJ 2 katup aorta dan pulmonal / APU ics ll )
- Perkusi : pekak ics 3 – 5 sinistra
l. Paru – Paru
- Inspeksi : inspirasi dan ekspirasi sama
- Palpasi : biasanya vocal premitus getaran dextra dan sinistra itu berbeda
26
- Auskultasi : terdapat suara tambahan seperti ronchi pada pasien yang
HIV dengan TB yang mengalami sumbatan jalan napas.
- Perkusi : resonan dseluruh lapang paru
m. Abdomen
- Inspeksi : Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukan hati yang
membesar (hepatomegali) atau pembesaran limpa (splenomegali).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau mungkin
menunjukan kanker.
- Auskultasi : bising usus 6 – 8 x/mnt
- Perkusi : tympani / hypertympani (kembung / terdapat gas) Palpasi :
hati teraba, nyeri tekan pada abdomen (Muttaqin & Sari, 2011, p.491)
n. Kulit
- Inspeksi : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda –
tanda lesi (lesi sarcoma kaposi), terdapat herpes, dermatitis seboroik,
terdapat bercak – bercak gatal di seluruh tubuh (Katiandagho, 2015, hal.
30)
- Palpasi : CRT >2 detik
o. Ekstremitas
- Inspeksi : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
pergerakan tangan lemah.
- Perkusi : reflek bisep, trisep, brachoradialis.
- Palpasi : akral dingin, terdapat nyeri otot ekstremitas (Muttaqin,2011,
hal 249)
27
5. Harga diri rendah situasional b.d isolasi sosial
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d penurunan absorbsi air dan nutrisi
2.4 Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kritesia Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas Respiratory status : Airway suction
Definisi: ventilation 1. Pastikan kebutuhan
Ketidakmampuan untuk Respiratory status : oral/tracheal suctioning
membersihkansekresi atau Airway patency 2. Auskultasi suara nafas
obstruksi dari saluran Respiration control sebelum dan sesudah
pernafasan untuk Setelah dilakukan tindakan suctioning.
mempertahankan keperawatan selama klien 3. Informasikan pada klien
kebersihan jalan nafas menunjukkan keefektifan dan keluarga tentang
Batasan Karakteristik : jalan nafas dengan suctioning
- Tidak ada batuk Kriteria Hasil : 4. Minta klien nafas dalam
- Suara nafas tambahan Mendemonstrasikan sebelum suction dilakukan
- Perubahan frekuensi batuk efektif dan suara 5. Berikan O2 dengan
nafas nafas yang bersih, tidak menggunakan nasal untuk
- Perubahan irama nafas ada sianosisdan dyspneu memfasilitasi suksion
- Sianosis (mampu mengeluarkan nasotrakeal
- Kesulitan berbicara atau sputum, bernafas dengan 6. Gunakan alat yang steril
mengeluarkan suara mudah, tidak ada pursed sitiap melakukan tindakan
- Penurunan bunyi nafas lips) 7. Anjurkan pasien untuk
- Dispneu Menunjukkan jalan nafas istirahat dan napas dalam
- Sputum dalam jumlah yang paten (klien tidak setelahkateter dikeluarkan
yang berlebihan merasa tercekik, irama dari nasotrakeal
- Batuk yang tidak efektif nafas, frekuensi 8. Monitor status oksigen
- Orthopneu pernafasan dalam pasien
28
- Gelisah rentang normal, tidak 9. Ajarkan keluarga
- Data terbuka lebar ada suara nafas bagaimana cara melakukan
Faktor yang abnormal). suction
berhubungan dengan : Mampu 10. Hentikan suksion dan
- Lingkungan : perokok mengidentifikasikan dan berikan oksigen apabila
pasif, mengisap asap , mencegah faktor yang pasien menunjukkan
merokok penyebab. bradikardi, peningkatan
- Obstruksi jalan nafas : saturasi O2
spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya
mucus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di
alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas
- Fisiologis: Jalan napas
alergik, asma, penyakit
paru obstruktif kronik,
hiperplasi dinding
bronchial, infeksi,
disfungsi neuromuskular
2. Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas Respiratory status : Airway Management
Definisi: Ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan
Inspirasi dan atau ekspirasi Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
yang tidak memberi Airway patency bila perlu
ventilasi Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik: Setelah dilakukan Tindakan memaksimalkan ventilasi
- Perubahan kedalaman keperawatan selama klien 3. Identifikasi pasien
pernafasan menunjukkan keefektifan perlunya pemasangan alat
- Perubahan ekskursi dada pola nafas, dengan jalan nafas buatan
29
- Mengambil posisi tiga Kriteria hasil: 4. Pasang mayo bila perlu
titik Mendemonstrasikan 5. Lakukan fisioterapi dada
- Penurunan ventilasi batuk efektif dan suara jika perlu
semenit nafas yang bersih, tidak 6. Keluarkan secret dengan
- Penurunan tekanan ada sianosis dan batuk atau suction
inspirasi/ekspirasi dyspneu (mampu 7. Auskultasi suara nafas,
- Penurunan kapasitas vital mengeluarkan sputum), catat adanya suara tambahan
- Peningkatan diameter bernafas dengan mudah, 8. Lakukan suction pada
anterior=posterior tidak ada pursed lips) mayo
- Pernafasan cuping Menunjukkan jalan 9. Berikan bronkodilator bila
hidung nafas yang paten (klien perlu
- Menggunakan otot tidak merasa tercekik, 10. Berikan pelembab udara
pernafasan tambahan irama nafas, frekuensi Kassa basah NaCl Lembab
- Bradipneu pernafasan dalam 11. Atur intake untuk cairan
- Takipneu rentang normal, tidak mengoptimalkan
- Dispneu ada suara nafas keseimbangan
- Orthopnea abnormal) 12. Monitor respirasi dan
Faktor yang Tanda-tanda vital dalam status O2
berhubungan: rentang normal (tekanan Oxygen Therapy
- Ansietas darah, nadi, pernafasan) 1. Bersihkan mulut, hidung
- Posisi tubuh dan secret trakea
- Deformitas tulang 2. Pertahankan jalan nafas
- Deformitas dinding dada yang paten
- Keletihan 3. Atur peralatan oksigenisasi
- Hiperventilasi, 4. Monitor aliran oksigen
Hipoventilasi sindrom 5. Pertahankan posisi pasien
- Perusakan/pelemahan 6. Observasi adanya tanda-
muskulo-skeletal tanda hipoventilasi
- Kelelahan otot 7. Monitor adanya kecemasan
pernafasan pasien terhadap oksigenisasi
- Nyeri Vital sign Monitoring
30
- Disfungsi neuromuskuler 1. Monitor TD, nadi, suhu,
- Obesitas dan RR
- Injuri tulang belakang 2. Catat adanya fluktuasi
- Dyspnea tekanan darah
- Nafas pendek 3. Monitor VS saat pasien
- Penurunan tekanan berbaring, duduk, atau berdiri
inspirasi/ekspirasi 4. Auksultasi TD pada kedua
- Penurunan pertukaran lengan dan bandingkan
udara 0 menit 5. Monitor TD, nadi, RR,
- Menggunakan otot sebelum, selama, dan setelah
pernafasan tambahan aktivitas
- Orthopnea 6. Monitor kualitas dari nadi
- Pernafasan pursed=lip 7. Monitor frekuensi dan
- Tahap ekspirasi irama pernapasan
berlangsung sangat lama 8. Monitor suara paru
- Penurunan kapasitas vital 9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasikan penyebab
dari perubahan vital sign
31
Batasan karakteristik: Suhu tubuh dalam - Monitor IWL
- Konvulsi rentang normal - Monitor warna dan suhu
- Kulit kemerahan Nadi dan RR dalam kulit
- Peningkatan suhu tubuh rentang normal - Monitor tekanan darah, nadi
diatas kisaran normal Tidak ada perubahan dan RR
- Kejang warna kulit dan tidak - Monitor penurunan tingkat
- Takikardi ada pusing kesadaran
- Takipnea - Monitor WBC, Hb, dan Hct
- Kulit terasa hangat - Monitor intake dan output
Faktor yang - Berikan anti piretik
berhubungan: - Berikan pengobatan untuk
- Anastesia mengatasi penyebab demam
- Penurunan respirasi - Selimuti pasien
- Dehidrasi - Lakukan tapid sponge
- Pemajanan lingkungan - Kolaborasi pemberian
yang panas cairan intravena
- Penyakit - Kompres pasien pada lipat
- Pemakaian pakaian yang paha dan aksila
tidak sesuai dengan suhu - Tingkatkan sirkulasi udara
lingkungan - Berikan pengobatan untuk
- Peningkatan laju mencegah terjadinya
metabolisme menggigil
- Medikasi - Temperature regulation
- Trauma - Monitor suhu minimal tiap 2
- Aktivitas berlebihan jam
- Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
- Monitor warna dan suhu
kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
32
- Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
33
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan Vital sign
4. Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : ketidakcukupan Self Care : ADL Activity Therapy
energi secara fisiologis Toleransi aktivitas 1. Kolaborasikan dengan
atau psikologis pada Konservasi energi Tenaga Rehabilitasi Medik
seseorang untuk bertahan Setelah dilakukan Tindakan dalam merencanakan
atau menyelesaikan keperawatan selama klien program terapi yang tepat
aktivitas sehari-hari yang bertoleransi terhadap 2. Bantu klien untuk
harus atau ingin dilakukan aktivitas dengan mengidentifikasi aktivitas
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: yang mampu dilakukan
- Respon tekanan darah Berpartisipasi dalam 3. Bantu untuk memilih
abnormal terhadap aktivitas fisik tanpa aktivitas konsisten yang
aktivitas disertai dengan sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
34
- Respon frekuensi jantung peningkatan tekanan 4. Bantu untuk
abnormal terhadap darah, nadi dan RR mengidentifikasi dan
aktivitas Mampu melakukan mendapatkan sumber yang
- Perubahan EKG yang aaktivitas sehari-hari diperlukan untuk aktivitas
mencerminkan (ADL’s) secara mandiri yang diinginkan
aritmia/iskemia Keseimbangan aktivitas 5. Bantu untuk mendapatkan
- Ketidaknyamanan setelah dan istirahat alat bantuan aktivitas seperti
beraktivitas Mampu berpindah kursi roda, krek
- Menyatakan merasa letih dengan atau tanpa 6. Bantu untuk
- Menyatakan merasa bantuan alat mengidentifikasi aktivitas
lemah Level kelemahan yang disukai
Faktor yang Energy psikomotor 7. Bantu klien untuk
berhubungan: Status kardiopulmonary membuat jadwal latihan
- Tirah Baring atau adekuat diwaktu luang
imobilisasi 8. Bantu pasien/keluarga
Sirkulasi status baik
- Kelemahan umum untuk mengidentifikasi
Status respirasi :
- Ketidakseimbangan kekurangan dalam
pertukaran gas dan
antara suplai dan beraktivitas
ventilasi adekuat
kebutuhan oksigen 9. Sediakan penguatan positif
- Immobilisasi bagi yang aktif beraktivitas
- Gaya hidup yang 10. Bantu pasien untuk
dipertahankan (monoton) mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
Energy Management
1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
35
2. Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat
5. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
6. Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
5. Harga diri rendah NOC NIC
situasional Body Image, disiturbed Self Esteem Enhancement
Definisi : perkembangan Coping, ineffective 1. Tunjukan rasa percaya diri
persepsi negative tentang Personal identity, terhadap kemampuan pasien
harga diri sebagai respons disturbed untuk mengatasi situasi
terhadap situasi saat ini Health behavior, risk 2. Dorong pasien
Batasan karakteristik: Self esteem situasional, mengidentifikasi kekuatan
- Evaluasi diri bahwa low dirinya
individu tidak mampu Kriteria Hasil : 3. Ajarkan keterampilan
menghadapi peristiwa Adaptasi terhadap perilaku yang positif melalui
- Evaluasi diri bahwa ketunadayaan fisik : bermain peran, model peran,
individu tidak mampu respon adaptif klien diskusi
menghadapai situasi terhadap tantangan 4. Dukung peningkatan
- Perilaku bimbang fungsional penting tanggung jawab diri, jika
- Perilaku tidak asertif akibat ketunadayaan diperlukan
fisik
36
- Secara verbal Resolusi berduka : 5. Buat statement positif
melaporkan tantangan penyesuaian dengan terhadap pasien
situasional saat ini kehilangan aktual atau 6. Monitor frekuensi
tenhadap harga diri kehilangan yang akan komunikasi verbal pasien
- Ekspresi terjadi yang negative
ketidakberdayaan Penyesuaian 7. Dukung pasien untuk
- Ekspresi psikososial : perubahan menerima tantangan baru
ketidakbergunaan hidup : respon 8. Kaji alasan-alasan untuk
- Verbalisasi meniadakan psikososial adaptiv mengkritik atau menyalahkan
diri individu terhadap diri sendiri
Faktor Yang perubahan bermakna 9. Kolaborasi dengan sumber-
Berhubungan: dalam hidup sumber lain (petugas dinas
- Perilaku tidak selaras Menunjukkan Penilaian social, perawat spesialis
dengan nilai pribadi tentang harga klinis, dan layanan
- Perubahan diri keagamaan)
perkembangan Mengungkapkan Counseling
- Gangguan citra tubuh penerimaan diri 1. Menggunakan proses
- Kegagalan Komunikasi terbuka pertolongan interakftif yang
- Gangguan fungsional Mengatakan optimisme berfokus pada kebutuhan,
- Kurang penghargaan tentang masa depan masalah, atau perasaan pasien
- Kehilangan dan orang terdekat untuk
Menggunakan strategi
- Penolakan meningkatkan atau
koping efektif
- Perubahan peran sosial mendukung koping
pemecahan masalah
6. Resiko NOC NIC
ketidakseimbangan Fluid balance Fluid management
elektrolit Hydration 1. Timbang popok/pembalut
Definisi : beresiko Nutritional Status : Food jika diperlukan
mengalami perubahan and Fluid 2. Pertahankan catatan intake
kadar elektrolit serum Intake dan output yang akurat
Kriteria Hasil :
37
yang dapat mengganggu Mempertahankan urine 3. Monitor status hidrasi
kesehatan output sesuai dengan (kelembaban membran
Faktor risiko: usia dan BB, BJ urine mukosa, nadi adekuat,
- Defisiensi volume cairan normal, HT normal tekanan darah ortostatik ),
- Diare Tekanan darah, nadi, jika diperlukan
- Disfungsi endokrin suhu tubuh dalam batas 4. Monitor vital sign
- Kelebihan volume cairan normal 5. Monitor masukan makanan
- Gangguan mekanisme Tidak ada tanda tanda / cairan dan hitung intake
regulasi (mis.,diabetes, dehidrasi kalori harian
isipidus, sindrom Elastisitas turgor kulit 6. Kolaborasikan pemberian
ketidaktepatan sekresi baik, membran mukosa cairan IV
hormon antidiuretik) lembab, tidak ada rasa 7. Monitor status nutrisi
- Disfungsi ginjal haus yang berlebihan 8. Berikan cairan IV pada
- Efek samping obat (mis, suhu ruangan
medikasi, drain) 9. Dorong masukan oral
- Muntah 10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
13. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
memburuk
14. Atur kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
38
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan lV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
39
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien :
a. Nama : Tn.A
b. No. MR : 969457
c. Tempat/ Tgl Lahir : Lubuk Basung, 13 Februari 1988
d. Umur : 29 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki – Laki
f. Status Kawin : Belum Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
i. Pekerjaan : Guru honorer
j. Tanggal Masuk : 19 Mei 2017
k. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
l. Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP SIDA putus obat, susp
TB, condidiasis oral, Diare kronis, Gangguan Faal hepar
a. Nama : Ny. R
b. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
c. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
d. Hubungan : Ibu Kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dirujuk dari RSUD
Lubuk Basung pada tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB, dengan keluhan
40
demam tinggi terus menerus sejak 1 minggu yang lalu, diare, badan terasa
lemah dan letih, nafsu makan menurun, sariawan, bibir kering dan pecah-pecah
serta kehilangan berat badan yang signifikan.
2) Keluhan Saat Dikaji
Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB didapatkan pasien
dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak lemah dan
letih. Pasien mengatakan demam tidak ada lagi, pasien mengatakan masih
diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari konsistensi cair, bewarna
kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah kanan bagian bawah dan
punggung kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri
berkirasar antara 6 sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga
mengatakan nafsu makan menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah
pecah. Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada paru.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien
mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual saat makan
obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan tahun 2012, pasien mengaku
sejak tinggal di Riau untuk kuliah terpengaruh dengan lingkungan, pasien
mengaku sering keluar malam, pasien berhubungan seksual dengan sesama jenis
atau yang di sebut dengan homoseksual. Pasien mengatakan tidak minum alkohol,
merokok, ataupun narkoba.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit HIV AIDS.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta penyakit TBC.
4. Pola aktivitas sehari – hari (ADL)
a. Pola Nutrisi
1) Sehat
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari pasien mengkonsumsi nasi ditambah
lauk pauk, sayur dan kadang kadang juga mengkonsumsi buah dan makanan
tambahan seperti snack. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan.
41
Pasien minum air putih 6-7 gelas/hari. Pasien mengatakan berat badan
sebelum sakit (2 bulan yang lalu) yaitu 43 kg dan berat badan sekarnag 31 kg.
2) Sakit
Porsi makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit 3-5 sendok dalam 1 kali
makan.Pasien mengatakan sudah mengalami penurunan nafsu makan sejak
lebih kurang 3 bulan yang lalu, saat di rawat di rumah pasien lebih sering
mengkonsumsi bubur kacang hijau dan susu. Pasien sulit untuk makan karena
sariawan dan bibir kering serta ada mual dan muntah. Saat dirawat dirumah
pasien minum 5-6 gelas dan minum susu 3 x 200 ml. Pasien mengatakan saat
dirawat di rumah sakit hanya menghabiskan 2-4 sendok dari porsi makanan
yang disediakan di rumah sakit Pasien mendapatkan diet ML rendah serat +
ekstra ikan gabus tiga kali sehari. Saat sakit pasien minum air putih 2 sampai
3 gelas ±600 cc perhari.
b. Pola Eliminasi
1) Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak
bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 5 kali
sehari, pasien BAK dengan lancer
2) Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari, bewarna
kuning, konsistensi cair.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sehat
Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan tidur siang 1-
2 jam.
2) Sakit
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak
digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang ditemukan pasien saat
tidur yaitu pada malam hari terbangun karena BAB, demam serta
berkeringat malam.
42
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri.
2) Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan bergerak di
dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua untuk aktivitas
makan dan minum, mandi serta toileting.
e. Pola Bekerja
1) Sehat
Saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn selama 6 kali
dalam seminggu
2) Sakit
Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa lemah dan letih,
pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi mengajar.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tinggi badan : 157 cm
2) Berat badan : 31 kg
3) IMT : 12,91 ( Berat badan kurang )
4) Lingkar lengan : 19 cm
5) Kesadaran : Composmentis Coperatif
6) Tekanan darah : 80/60 mmHg
7) Nadi : 89 x/i
8) Pernafasan : 19 x/i
9) Suhu : 36,0 oC
b. Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada udema.
c. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d. Rambut
43
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut mudah rontok,
berketombe.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor, ukuran pupil
2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat sariawan,
terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat serumen di
kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak
terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
- Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat retraks dinding
dada
- Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi :Bronko vasikuler
k. Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi :Ikhtus kordis teraba
- Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : reguler
l. Abdomen
- Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema dan juga lesi
44
- Ausklutasi : bising usus 20 x/m
- Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
- Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
m. Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi)
terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
- Atas : Pasien terpasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di tangan sebelah
kanan, akral teraba dingin, tidak ada udema, CRT > 3 detik, tonus otot melemah
- Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, tonus otot
melemah
6. Data Psikologis
a. Status Emosional
Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan lesu. Pasien
mengatakan badan terasa leamah dan letih.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk dan
belum merasakan perubahan dari kesehatannya.
c. Pola Koping
Pola koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat dalam
menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang di deritanya.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih banyak
merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran, identitas, dan
ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki – laki yang berusia 29 tahun, belum menikah dan
merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan merasa malu dengan
kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu
45
jika bertemu dengan orang lain. Pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang
di deritanya saat ini..
7. Data Sosial Ekonomi
Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih banyak dan sering menyendiri di
kamar.Pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn pasien mengatakan mendapatkan gaji
1.350.000 per bulanya. gajinya pas pasan untuk membiayai kehidupannya sendiri, pasien
masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien memakai kartu BPJS kelas III untuk
membiayai rumah sakit.
8. Data Spiritual
Klien mengatakan berdoa untuk kesembuhannya. Saat sehat pasien rajin melaksanakan
shalat namun saat sakit klien tidak tampak melaksanakan shalat.
9. Lingkungan tempat tinggal
a. Tempat pembuangan kotoran : WC + sepctic tang
b. Tempat pembuangan sampah : dikumpulkan lalu dibakar
c. Pekarangan : pasien mengatakan perkarangan rumah cukup luas
d. Sumber air minum : klien minum dengan air galon dan kadang- kadang air sumur
dengan di masak terlebih dahulu
e. Pembuangan air limbah : klien buang air limbah diselokan belakang rumah
10. Program dan Rencana Peengobatan
Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2017 sampai 29 mei 2017 adalah
sebagai berikut :
IVFD NaCl 0,9% 8J/kolf
Caeftazidime 2x1g (IV)
Paracetamol 3 x 500 g (PO)
Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)
Flukonazole 1 x 150 g (PO)
Cotrimoxazole 1 x 960 g (PO)
Ciprofloxacin 2 x 120 (IV)
Tranfusi albumin 20% 100 cc (IV)
KCL 400 mg (IV)
WIDA KN-2 1 kolf
46
3.2 Analisa Data Keperawatan
Data Masalah Penyebab
DS :
- Klien mengatakan sulit untuk Intoleransi Aktivitas Keletihan
beraktivitas sendiri
- Klien mengatakan badan terasa letih
dan lemas jika beraktivitas
DO :
- Klien tampak susah beraktivitas
- Klien tampak tidak bersemangat
- Klien tampak terbaring
- Klien tampak tidak mampu untuk
beraktivitas secara mandiri
DS :
- Klien mengatakan merasa malu dengan Harga Diri Rendah Isolasi Sosial
kondisinya saat ini Situasional
- Klien mengatakan tidak percaya diri
dengan tubuhnya saat ini dan malu
bertemu dengan orang lain
- Klien mengataan pasrah dengan
penyakit yang dideritanya saat ini
- Ibu klien mengatakan saat sakit pasien
lebih banyak diam dan sering menyendiri
di kamar
DO :
- Klien tampak murung
- Klien tampak kurang bersemangat
dalam menjalani pengobatannya
- Saat berkomunikasi, klien lebih banyak
menunduk
- Saat berbicara pasien sesekali menatap
ke lawan bicara
47
untuk bertahan atau Konservasi energi dalam merencanakan
program terapi yang tepat
menyelesaikan aktivitas Setelah dilakukan Tindakan
2. Bantu klien untuk
sehari-hari yang harus atau keperawatan selama klien mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
ingin dilakukan bertoleransi terhadap
3. Bantu untuk memilih
Batasan karakteristik: aktivitas dengan aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
- Respon tekanan darah Kriteria hasil:
fisik, psikologi dan sosial
abnormal terhadap aktivitas Berpartisipasi dalam 4. Bantu untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi dan
- Respon frekuensi jantung
disertai dengan mendapatkan sumber yang
abnormal terhadap aktivitas peningkatan tekanan diperlukan untuk aktivitas
darah, nadi dan RR yang diinginkan
- Perubahan EKG yang
Mampu melakukan 5. Bantu untuk
mencerminkan aaktivitas sehari-hari mendapatkan alat bantuan
aritmia/iskemia (ADL’s) secara mandiri aktivitas seperti kursi roda,
Keseimbangan aktivitas krek
- Ketidaknyamanan setelah dan istirahat 6. Bantu untuk
beraktivitas Mampu berpindah mengidentifikasi aktivitas
dengan atau tanpa yang disukai
- Menyatakan merasa letih bantuan alat 7. Bantu klien untuk
Level kelemahan membuat jadwal latihan
- Menyatakan merasa lemah
Energy psikomotor diwaktu luang
Faktor yang 8. Bantu pasien/keluarga
Status kardiopulmonary
untuk mengidentifikasi
berhubungan: adekuat
kekurangan dalam
Sirkulasi status baik
- Tirah Baring atau beraktivitas
Status respirasi :
9. Sediakan penguatan
imobilisasi pertukaran gas dan
positif bagi yang aktif
ventilasi adekuat
- Kelemahan umum beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
- Ketidakseimbangan antara
mengembangkan motivasi
suplai dan kebutuhan diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
oksigen
emosi, sosial dan spiritual
- Immobilisasi Energy Managemen :
1. Observasi adanya
- Gaya hidup yang
pembatasan klien dalam
dipertahankan (monoton)
melakukan aktivitas
2. Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
48
4. Monitor nutrisi dan
sumber energi yang adekuat
5. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
6. Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
Harga Diri Rendah NOC NIC
Situasional Body Image,
Self Esteem Enhancement
Definisi : Perkembangan disiturbed
persepsi negative tentang Coping, ineffective 1. Tunjukan rasa percaya
harga diri sebagai respons Personal identity,
diri terhadap kemampuan
terhadap situasi saat ini disturbed
Batasan karakteristik : Health behavior, risk pasien untuk mengatasi
- Evaluasi diri bahwa Self esteem situasional,
situasi
individu tidak mampu low
menghadapi peristiwa Kriteria Hasil : 2. Dorong pasien
- Evaluasi diri bahwa Adaptasi terhadap
mengidentifikasi kekuatan
individu tidak mampu ketunadayaan fisik :
menghadapai situasi respon adaptif klien dirinya
- Perilaku bimbang terhadap tantangan
3. Ajarkan keterampilan
- Perilaku tidak asertif fungsional penting
- Secara verbal melaporkan akibat ketunadayaan perilaku yang positif
tantangan situasional saat fisik
melalui bermain peran,
ini tenhadap harga diri Resolusi berduka :
- Ekspresi ketidakberdayaan penyesuaian dengan model peran, diskusi
- Ekspresi ketidakbergunaan kehilangan aktual atau 4. Dukung peningkatan
- Verbalisasi meniadakan kehilangan yang akan
diri terjadi tanggung jawab diri, jika
Faktor Yang Penyesuaian psikososial diperlukan
Berhubungan : : perubahan hidup :
- Perilaku tidak selaras respon psikososial 5. Buat statement positif
dengan nilai adaptiv individu terhadap pasien
- Perubahan perkembangan terhadap perubahan
- Gangguan citra tubuh bermakna dalam hidup 6. Monitor frekuensi
- Kegagalan Menunjukkan Penilaian komunikasi verbal pasien
- Gangguan fungsional pribadi tentang harga
- Kurang penghargaan diri yang negative
- Kehilangan Mengungkapkan 7. Dukung pasien untuk
- Penolakan penerimaan diri
- Perubahan peran sosial Komunikasi terbuka menerima tantangan baru
Mengatakan optimisme
tentang masa depan
49
Menggunakan strategi 8. Kaji alasan-alasan untuk
koping efektif
mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri
9. Kolaborasi dengan
sumber-sumber lain
(petugas dinas social,
perawat spesialis klinis, dan
layanan keagamaan)
Counseling
1. Menggunakan proses
pertolongan interakftif yang
berfokus pada kebutuhan,
masalah, atau perasaan
pasien dan orang terdekat
untuk meningkatkan atau
mendukung koping
pemecahan masalah
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virus HIV/AIDS merupakan virus yang memperlemah kekebalan tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini rentan terhadap infeksi oportunistik dan mudah
terken oleh tumor. Infeksi oportunistik atau yang disebut dengan penyakit penyerta ini
merupakan infeksi yang timbul akibat adanya penurunan kekebalan tubuh, hal ini dapat
timbul karena mikroba yang berasal dari luar maupun dalam tubuh. Penularan virus HIV
dan virus sejenis lainnya dapat ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membrane mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV
(seperti darah, air mani, cairan preseminal, dan air susu ibu).
Tanda gejala AIDS, menurut Robert P Masland dan David Estridge (2000), mengatakan
bahwa akan terlihat gejala berupa demam, dingin, keringat malam, diare dan kehilangan
berat badan. Gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik, kebanyakan kondisi tersebut ialah akibat infeksi oleh bakteri,
virus, jamur dan parasit yang biasanya dikendalikan oleh unsur- unsur system kekebalan
tubuh yang dirusak HIV (Sunaryati, 2011).
Pencegahan AIDS difokuskan terhadap tiga cara penularan utama, yaitu kontak seks,
penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Upaya untuk menguji calon-calon donor
darah sebelum mendonorkan darahnya telah dilakukan, namun upaya untuk mengurangi
infeksi melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik masih belum memberikan
hasil yang meyakinkan (Hutapea, 2011).
4.2 Saran
Dalam penulisan makalah askep ini tidak lepas dari kesalahan. Maka dari itu
mengharapkan kritik dan saran yg bersifat membangun guna menyempurna penulisan
askep yang akan datang.
51
DAFTAR PUSTAKA
Iswandi, F. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS diirna non bedah
penyakit dalam RSUP Dr.Djamil padang.
Makarim, F. R. (2020, November 08). Waspada, Inilah 5 Komplikasi yang Disebabkan HIV dan
AIDS. Retrieved from halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/waspada-inilah-5-
komplikasi-yang-disebabkan-hiv-dan-aids
Saputra, F. (2018). Asuhan keperawatan pada Tn.R dengan hiv/aids di ruang rawat inap ambun
suri lantai III RSUD Dr.Achmad Mochtar bukit tinggi tahun 2018.
Unknown. (n.d.). Konsep Penyakit HIV/AIDS. 7-30.
52