Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TN.

DENGAN NEFROLITIASIS

OLEH

KHOIRUNNISA NA

(201801055)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA

TAHUN AJARAN 2021


LAPORAN PENDAHULUAN

NEPHROLITIASIS

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Nefrolitiasis biasa dikenal dengan sebutan batu ginjal atau kalkulus renal. Menurut
kowalak, wels, & mayer(2017) nefrolitiasis adalah pembentukan dan penumpukan batu
maupun kalkuli dalam saluran kemih mulai dari ginjal hingga ke kandung kemih oleh
kristalisasi dari subtansi ekskresi di dalam urine.
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi kristal atau mineral dalam urine mencapai
nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada tubulus ginjal
atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan
metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam
kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi juga
jarang terjadi (nurqoriah, 2012).
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya
pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini
memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakt
batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempar
bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih ( nurqoriah
dkk, 2012).
2. Etiologi
Kowalak, welsh, & mayer (2017) mengatakan bahwa nefrolitiasis belum memiliki
penyebab yang pasti (idiopatik), nemun terdapat beberapa faktor presdiposisi yang dapat
menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi:
1) Dehidrasi
2) Infeksi
3) Penurunan ph urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada ph yang tinggi,
dan batu asam urat banyaj terdapat padaph yang rendah).
4) Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius
5) Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah yang tersaring di
ginjal
6) Faktor metabolik
7) Faktor makanan yang dikonsumsi
8) Penyakit renal
9) Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau penurunan
ekskeresinya).
10) Faktor herediler

Brunner & suddarth. (2013) juga mengatakan terdapat beberapa penyebab lain dari terjadinya
nefrolitiasis yang meliputi:

1) Terbentukanya batiu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang
dapat membentuk batu
2) Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu ginjal yang normal. Sekitar 8-
% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat,
sistin dan mineral struvit.
3) Batu struvit ( campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran
batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai
yang sebesar 2,5 cm atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu yang
mengisi hampir seluruh pelvis renalis dan kalises ranlis.
3. Manifestasi klinis
Kowalak, welsh, & mayer (2017) mengatakan bahwa beberapa tanda dan gejala yang
dapat muncul pada nefrolitiasis meliputi:
a) Nyeri hebat yang dialami akibat obstruksi
b) Nausea dan vomitus 4
c) Demam dan menggigil karena infeksi
d) Hematuria jika batu tersebut menyebabkan abrasi ureter
e) Distensi abdomen
f) Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal yang
berfungsi
4. Patofisiologi
Subtansi kristal yang normalnya larut dan eksresikan ke dalam urine membentuk
endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asma urat. Komponen
yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam
urat atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan
ph urine( misalnya batu kalsium bikarbonat atau penurunan ph urine (misalnya batu
asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan
urine serta kebiasaan makan atau minum obat tertentu, juga dapat merangsang
pembentukan batu. Segala sesuati yang menghambat aliran urine dan menyebabkan
stasis ( tidak ada pergerakan ) urine urin dibagian mana saja di saluran kemih,
meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium yang biasanya
terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang
menyebabkan resopsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat
sering disertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan eksresi
asam urat.
Asuhan keperawatan kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan resiko batu
ginjal akibat peningkatan sekresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan.
Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi cairan karena kemampuan ginjal
memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi disekitar kapiler
pertibulus. Komplikasinya obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari baru di
bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kanddung kemih dapat
menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang
tidak diatasi atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dpat
menyebabkan hidonefritis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus
pengumpul. Hidronefritis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine
sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi
dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadinya iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal
terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat sehingga dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan
cedera tulang.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut kowalak dkk (2017) hasil pemeriksaan berikut ini dapat digunakan untuk
menegakan diagnosis nefrolitiasis.
1) Foto rongen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
2) Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan
ukuran serta lokasi batu
3) Pemeriksaan USG ginjak untuk mendeteksi perubahan obstruksi, seperti
hidronefritis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak
tampak pada foto BNO
4) Kultur urin yang memperlihatkan piuria yaitu tanda infeksi saluran kemih
5) Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor,
dan asam dalam urine
6) Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya
7) Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum normal
8) Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang
tidak terikat dengan protein
6. Penatalksanaan

Kowalak dkk (2017) mengatakan beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan


meliputi:

1) Penambahan asupan cairan hingga lebih 3 L per hari untuk meningkatkan


hidrasi
2) Preparat anti mikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih
menurut hasil kultur mikroorganisme
3) Obat-obat analgesik seperti meperidin (demerol) atau morfin untuk
meredakan nyeri
4) Obta-obat golongan diuretik untuk mencegah stasis urin dan pembentukan
batu. Preparat tiazida untuk menurunkan eksresi kalsium ke dalam urin.
5) Methenamin untuk menekankan pembentukan batu jika terdapat infeksi
6) Diet rendah kalsium untuk mencegak rekurensi
7) Kolestiramin yang dapat mengikat fosfat untuk hiperkalsiuria absorbtif
8) Paratiroidiktomi untuk hiperparatiroidisme
9) Allo[urinol untuk batu asam urat
10) Pemberian askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan urin
11) Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluakan batu ginjal yang
tidak dapat keluar sendiri karena ukurannya yang terlalu besar
12) Lithotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL ( ektracorporeal shock wave
lithotripsy) atau terapi laser untuk memecahkan batu ginjal menjadi ukuran
yang lebih kecil agar dapat keluar sendiri atau dikeluarkan dengan
melakukan pengisapan
13) Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat
pengalih aluran urin disekitar kalkulus untuk menghilangkan obstruksi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Identitas
Nama,umur,jenis kelamin,pendidikan,agama,pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
dan ruangan tempat klien dirawat.
2. Riwayat kesahatan
a. Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.biasa
klien dengan batu ginjal mengeluh nyeri pada pinggang
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai
dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu:
P: paliatif/ propokatif : merupakan hal atau faktor yang mencetus terjadinya
penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan
urolitiasis biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang menjalar
kesaluran kemih.
Q: Qualitas: kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Pada
klien dengan urolitiasis biasanya nyeri yang dirasakan seperti menusuk-
nusuk.
R: Region: daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien
dengan urolitiasis biasanya nyeri dirasakan pada daerah pinggang.
S: Severity : derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Skala
nyeri biasanya.
T: Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya
atau kekerapan. Keluhan nyeri pada klien dengan urolitiasis biasanya
dirasakan kadang-kadang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian
pinggang, adanya stress psikologi, riwayar minum-minuman kaleng.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM,hipertensi.
3. Riwayat psikososial
a) Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau mengganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.
b) Koping mekanisme
Suara cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan
stress yang dihadapi.
c) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan perlu dikaji agar
tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
d) Data spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan yang
maha esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta
harapan klien akan kesembuhan penyakitnya.
e) Konsep diri tediri atas lima komponen:
a. citra tubuh
sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh mana
yang disukai dan tidak disukai.
b. ideal diri
persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan
terhadap penyakitnya
c. harga diri
penilaian /penghargaan orang lain, hbungan klien dengan orang lain
d. identitas diri
status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status
dan posisinya
e. peran seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarag dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
4. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantaangan
dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan batu ginjak
biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena adanya lupa pada
ginjal
b. Pola eliminasi
Dikaji mengenai BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan ssaat berkemih,
sedangkan BAB dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna, bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut
c. Pola istirahat dan tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan batu
ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat karena adanya nyeri
d. Pola aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjak klien
mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena
adanya luka pada ginjal
e. Pola personal hygine
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan pesonal hygene
( mandi, oral hygine, gunting kuku, keramas dll). Pada klien dengan batu
ginjal biasanya ia jarang mandi karena nyeri di bagian pinggang.
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
1) Rambut pada klien dengan batu ginjak biasanya pemeriksaan pada rambut
akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut
karena keterbatasan gerak klien
2) Mata pada klen batu ginjal pada pemeriksaan mata penglihatan klien baik,
mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik
3) Telinga pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak
adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di
palpasi
4) Hidung klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih,
tidak ada sekret, tdak ada pembengkakan .
5) Mulu klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering
b) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c) Thorak
1) Paru-paru
Indpeksi : klien dengan batu ginjak dadanya simetris kanan kiri.
Palpasi : tidak ada teraba massa
Perkusi : pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi diatas lapang paru
normal
Auskultasi : suara nafas normal
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba
Perkusi : suara jantung normal
Auskultasi : reguler, apakah ada bunyi tambhan atau tidak
d) Abdomen
Inspeksi : abdomen tidak membesar atau menonjol tidak terdapat luka op tertutup
perban dan terdapat stretmarc
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara abdomen normal tympani
e) Ekstermitas
Klien biasanya dengan batu ginjal ekstermitasnya dalam keadaan normal
f) Genetalia pada klien dengan batu ginjak klien ada mengalami gangguan pada
genetalia.
II. Diagnosis keperawatan
SDKI (2018) diagnosis yang mungkin muncul dengan masalah keperawatan :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik fisiologi
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutien
3. Defisit pengetahuan b.d proses penyakitnya
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
5. Resiko terjadinya kekurangan cairan b.d intake peroralko
III. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


(SDKI) hasil (SIKI)
(SLKI)
1 D.0077 L.08066 I . 08238
Nyeri akut Tingkat nyeri Managemen nyeri
Tujuan : setelah Observasi
Definisi: pengalaman sensorik dilakukan asuhan 1. identifikasi lokasi,
atau emosional yang berkaitan keperawatan selama 1x24 karakteristik, durasi,
dengan kerusakan jaringan jam diharapkan tingkat kualitas, intensitas
aktual atau fungsional, dengan nyeri menurun dengan nyeri
anset mendadak atau lambat kriteria hasil: 2. indentifikasi skala
dan berintesitas ringan hingga 1. keluhan nyeri nyeri
berat yang berlangsung kurang menurun 3. identifikasi respon
dari 3 bulan. 2. meringis menurun nyeri non verbal
Penyebab : 3. kesulitan tidur 4. identifikasi faktor
1. Agen pencederan fisiologis 4. frekuensi nadi yang memperberat dan
(mis. membaik memperingan nyeri
Inflamasi,iskemia,neoplasm 5. pola napas membaik 5. identifikasi
a) 6. fungsi berkemih pengetahuan dan
2. Agen pencedera kimiawi membaik keyakinan tentang
(mis. Terbakar, bahan kimia 7. pola tidur membaik nyeri
iritan) 6. identifikasi pengaruh
3. Agen pencedera fisik mis. budaya terhadap
(abses,taruma, respon nyeri
amputasi,prosedur oprasi, 7. identifikasi pengaruh
terpotong, mengangkat nyeri pada kualitas
berat, latihan fisik hidup
berlebihan. 8. monitor keberhasilan
Gejala dan tanda mayor terapi komplementer
Subjektif yang susdah diberikan
1. mengeluh nyeri 9. monitor efek samping
Objektif penggunaan analgesik
1. Tanpa meringis Terapeutik
2. bersikap protektif 1. berikan teknik non
3. gelisah farmakologi untuk
4. frekuensi nadi meningkat mengurangi rasa nyeri
Sulit tidur (misal tens, hipnosis,
Gejala tanda minor akupresure, terapi
Subjektif (tidak tersedia) musik, terapi pijat,
Objektif aroma terapi, teknik
1. tekanan darah meningkat imajinasi terbimbing,
2. pola nafas berubah kompres
3. nafsu makan berubah hangat/kompres dingin
4. proses berfikir terganggu , terapi bermain)
5. menarik diri 2. kontorl lingkungan
6. berfokus pada diri sendiri yang memoerberat
7. diaforesis rasa nyeri ( suhu
Kondisi terkait ruangan, pencahayaan,
1. kondisi pembedahan kebisingan.)
2. cedera traumatis 3. fasilitasi istirahat dan
3. infeksi tidur
4. sindrome coroner akut 4. pertimbangan jenis
5. glaukoma dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
edukasi
1. jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunkan
analgesik secara tepat
5. anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
analgesik jika perlu
2 D.0019 L. 03030 I .03119
Defisit nutrisi Luaran utama Managemen nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi Observasi
untuk memenuhi kebutuhan Setelah dilakukan 1. identifikasi status
metabolisme intervensi keperawatan nutrisi
Penyebab selama 3x24 jam 2. identifikasi alergsi
1. ketidakmampuan menelan diharapkan status nutrisi dan intoleransi
makanan membaik dengan makanan
2. ketidakmampuan mencerna Kriteria hasil : 3. identifikasi makanan
makanan 1. porsi makanan yang yang disukai
3. ketidakmampuan dihabiskan meningkat 4. identifikasi
mengabsorbsi nutrient 2. berat badan membaik kebutuhan kalori dan
4. peningkatan kebutuhan 3. nefsu makan membaik jenis nutrisi
metabolisme 4. membran mukosa 5. identifikasi perlunya
5. faktor ekonomi (mis. membaik penggunaan selang
Finansial tidak cukup) nasogastric
6. faktor psikologis (mis. 6. monitor asupan
Stress keengganan untuk makanan
makan). 7. monitor berat badan
Gejala dan tanda minor 8. monitor hasil
Objektif pemeriksaan
1. berat badan menurun laboratorium
minimal 10% dibawah Terapeutik
rentang ideal 1. lakukan oral hygine
Gejala dan tanda mayor sebelum makan, jika
Subjektif perlu
1. cepat kenyang setelah 2. fasilitasi menentukan
makan pedoman diet (mis.
2. kram/nyeri abdomen Piramida makanan)
3. nafsu makan menurun 3. sajikan makanan
objektif secara menarik dan
1. bising usus hiperaktif suhu yang sesuai
2. otot pengunyah lemah 4. berikan makanan
3. otot menelan lemah tinggi serat untuk
4. membran mukosa pucat mencegah konstipasi
5. sariawan 5. berikan makanan
6. serum albumin menurun tinggi kalori dan
7. rambut rontok berlebihan protein
8. diare 6. berikan suplemen
kondisi klinis terkait makanan jika perlu
1. stroke 7. hentikan pemberian
2. parkison makanan melalui
3. monius syndrome selang nasogastrik
4. cerebral palsy jika asipan oral dapat
5. celf lip di toleransi
6. cleft palate edukasi
7. amvottropic lateral sclerosis 1. anjurkan posisi
duduk, jika memang
mampu
2. ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan, (mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika
perlu
2. kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 D. 0111 L. 12111 I . 12383
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi keperawatan
Definisi Setalh dilakukan asuhan Observasi
Ketidakmampuan atau keperawatan selama 1x24 1. identifikasi kesiapan
kurangnya informasi kognitif jam diharapkan tingkat dan kemampuan
yang berkaitan dengan topik pengetahuan pasien menerima informasi
tertentu meningkat dengan 2. identifikasi faktor-
Penyebab kriteria hasil: faktor yang dapat
1. keteratasan kognitif 1. perilaku sesuai meningkatkan dan
2. gangguan fungsi kognitif anjuran meningkat menurunkanmotivasi
3. kekeliruan mengikuti 2. kemampuan perilaku hidup bersih
anjuran menjelaskan dan sehat
4. kurang terpapar informasi pengetahuan tentang terapeutik
5. kurang minat dalam belajar suatu topik 1. sediakan materi dan
6. kurang mampu mengingat meningkat media pendidikan
7. ketidaktahuan menentukan 3. kemampuan kesehatan
sumber informasi menggabmbarkan 2. jadwalkan
Gejala dan tandda mayor pengalaman pendidikan kesehatan
Objektif sebelumnya yang sesuai pendidikan
1. menunjukan perilaku sesuai topik 3. berikan kesempatan
tidak sesuai anjuran 4. perilaku sesuai untuk bertanya
2. menunjukan persepsi dengan pengetahuan edukasi
yang keliru terhadap 5. pertanyaan yang 1. jelaskan faktor-faktor
masalah sesuai dengan ynag yang dapat
Gejala dan tanda minor dihadapi mempengaruhi
1. menjalani pemeriksaan yang 6. persepsi yang keliru kesehatan
tepat terhadap masalah 2. ajarkan perilaku
2. menunjukan perilaku yang hidup bersih dan
berlebihan (mis. Apatis, sehat
bermusuhan, agitasi, 3. ajarkan strategi yang
histeria) dapat digunakan
kondisi klinis terkait untuk meningkatkan
1. kondisi klinis yang baru perilaku hidup bersih
dihadapi oleh klien dan sehat
2. penyakit akut
3. penyakit kronis
keterangan
diagnosis ini dispesifikasi
berdasarkan topik tertentu,
yaitu:
1. gaya hidup sehat
2. keamanan diri
3. keamanan fisik anak
4. kehamilan dan persalinan
5. kesehatan maternal pasca
persalinan
6. kesehatan materal
prekonsepsi
7. keterampilan psikomotorik
8. konservasi energi
9. latihan toiletting
10. managemen arthtritis
rheumatoid
11. managemen asma
12. management berat badan
4 D. 0056 L. 05047 I . 05178
Intoleransi aktivitas Intoleransi aktifitas Managemen energi
Ketidakcukupaan energi untuk Setelah dilakukan asuhan Observasi
melakukan aktivitas sehati-hari keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi gangguan
Penyebab jam diharapkan fungsi tubuh yang
1. ketidakseimbangan antaa intoleransi aktifitas mengakibatkan
suplai dan kebutuhan pasien meningkat dengan keleahan
oksigen kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan
2. tirah baring 1. frekuensi nadi fisik dan emosional
3. kelemahan meningkat 3. Monitor pola dan jam
4. imobilitas 2. saturasi oksigen tidur
5. gaya hidup monoton meningkat 4. Monitor lokasi dan
Gejala dan tanda mayor 3. kemudahan dalam ketidaknyamanan
Subjektif melakukan aktivitas selama melakukan
1. mengeluh lelah sehari-hari meningkat aktivitas
objektif 4. kecepatan berjalan Terapeutik
1. frekuensi jantung meningkat meningkat 1. Lingkungan nyaman
>20% dari kondisi intirahat 5. jarak jalan meningkat dan rendah stimulus
Gejala dan tanda minor 6. kekuatan tubuh bagian cahaya, suara,
1. tekanan darah berubah bawah meningkat kunjungan)
>20% dari kondisi istirahat 7. kekuatan tubuh bagian 2. Lakukan rentang
2. gambaran EKG atas meningkat gerak pasif dan atau
menjunjukan aritmia saat/ 8. toleransi dalam aktif
setelah aktivitas menaiki tangga 3. Berikan aktifitas
3. gambaran EKG meningkat distraksi yang
menunjukanniskemia 9. keluhan lelah menurun menyenangkan
4. sianosis 10. dipsnea saat aktivitas 4. Fasilitasi duduk di
kondisi klinis terkait menurun sisi tempat tidur, jika
1. anemia 11. dipsnea setelah tidak dapat berpindah
2. gagal jantung kongesif aktivitas menurun atau berjalan
3. penyakit jantung koroner 12. perasaan lemah Edukasi
4. penyakit katup jantung menurun 1. Anjurkan tirah baring
5. aritmia 13. aritmia saat aktifitas 2. Anjurkan melalukan
6. penyakit paru obstruksi menurun aktivitas secara
kronik PPOK 14. aitmia setelah aktivitas bertahap
7. gangguan metabolik menurun 3. Anjurkan
8. gangguan muskuloskeletal 15. sianosis menurun menghubungi
16. warna kulit membaik perawat jika tanda
17. tekanan darah dan gejala kelelahan
membaik tidak berkurang
18. frekuensi napas 4. Ajarkan strategi
membaik koping untuk
19. EKG iskemia mengurangi
membaik kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5 D. 0034 I.03028 I. 03116
Resiko hipovolemia Status cairan Managemen hipovolemi
Beresiko mengalami penurunan Setelah dilakukannasuhan Observasi
volume cairan intravascular, keperawatan selama 1x24 1. Perikasa tanda gejala
interstisial dan atau intraselular jam diharapkan status hipovolemia (mis.
cairan membaik, dengan Frekuensi nadi
Faktor resiko kriteria hasil meningkat, nadi teraba
1. Kehilangan cairan aktif 1. Frekuensi nadi lemah, tekanan darah
2. Gangguan absobrsi cairan membaik menurun, tekanan nadi
3. Usia lanjut 2. Tekanan darah menyempit, turgor
4. Kelebihan berat badan membaik kulit menurun,
5. Status metabolik 3. Membran mukosa membran mukosa
6. Kegagalan mekanisme membaik kering, volume urin
regulasi 4. Jugular venouse menurun, hematokrit
7. Evaporasi presure (JVP) meningkat, haus,
8. Gangguan intake cairan membaik lemah )
9. Efek agen farmakologis 2. Monitor intake output
cairan
Kondisi klinis terkait Terapeutik
1. Penyakit addison 1. Hitung kebutuhan
2. Trauma/perdarahan cairan
3. Luka bakar 2. Berikan posisi
4. AIDS modified
5. Penyakit crohn trendelenburg
6. Muntah 3. Berikan asupan
7. Diare cairan oral
8. Colitis ulseratif Edukasi
1. Anjurkaan
memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (nacl ,RL)
2. Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis ( glukosa
2,5%, nacl 0,4%)
3. Kolaborasi
pemberian cairan
kolod (mis. Albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi
pemberian produk
darah

IV. Implementasi
Implementasi adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan
pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (nursalam:127).
Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau status atau masalah yang ada
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan baru
mengenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanan penyimpangan
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri
4. Konsuktasi dan rujuk profesional perawatan kesehatan lainnyauntuk memperoleh
arahan yang tepat
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan
6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri
V. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kamampian klien dalan mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
Tim pokja SDKI DPP PPNI, (2016), standar diagnosa keperawatan indonesia
(SDKI), edisi 1, jakarta, persatuan perawat indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI, (2018), standar luaran keperawatan indonesia (SLKI),
edisi 1, jakarta, persatuan perawat indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2018), standar intervensi keperawatan indonesia
(SIKI), edisi 1 jakarta, persatuan perawat indonesia
https://qdoc.tips/laporan-pendahuluan-nefrolitiasis-5-pdf-free.html diagkses pada
tanggal 10 januari 2022
http://repostikesperintis.ac.id/170/1/52%20LIZA%20SASMITA.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI
%20GINJAR.pdf
https://dokumen-tips.cdn.ampproject.org/v/s/dokumen.tips/amp/documents/lp-
nefrolitiasi.html?amp_js_v=a6&amp_gsa-
1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=162675096714`9&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=hrrps%3A%2F
%2Fdokumen.tips%2Fdokuments%2Flp-nefrolitiasis.html

Anda mungkin juga menyukai