DENGAN NEFROLITIASIS
OLEH
KHOIRUNNISA NA
(201801055)
NEPHROLITIASIS
1. Definisi
Nefrolitiasis biasa dikenal dengan sebutan batu ginjal atau kalkulus renal. Menurut
kowalak, wels, & mayer(2017) nefrolitiasis adalah pembentukan dan penumpukan batu
maupun kalkuli dalam saluran kemih mulai dari ginjal hingga ke kandung kemih oleh
kristalisasi dari subtansi ekskresi di dalam urine.
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi kristal atau mineral dalam urine mencapai
nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada tubulus ginjal
atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan
metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam
kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi juga
jarang terjadi (nurqoriah, 2012).
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya
pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini
memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakt
batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempar
bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih ( nurqoriah
dkk, 2012).
2. Etiologi
Kowalak, welsh, & mayer (2017) mengatakan bahwa nefrolitiasis belum memiliki
penyebab yang pasti (idiopatik), nemun terdapat beberapa faktor presdiposisi yang dapat
menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi:
1) Dehidrasi
2) Infeksi
3) Penurunan ph urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada ph yang tinggi,
dan batu asam urat banyaj terdapat padaph yang rendah).
4) Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius
5) Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah yang tersaring di
ginjal
6) Faktor metabolik
7) Faktor makanan yang dikonsumsi
8) Penyakit renal
9) Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau penurunan
ekskeresinya).
10) Faktor herediler
Brunner & suddarth. (2013) juga mengatakan terdapat beberapa penyebab lain dari terjadinya
nefrolitiasis yang meliputi:
1) Terbentukanya batiu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang
dapat membentuk batu
2) Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu ginjal yang normal. Sekitar 8-
% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat,
sistin dan mineral struvit.
3) Batu struvit ( campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran
batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai
yang sebesar 2,5 cm atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu yang
mengisi hampir seluruh pelvis renalis dan kalises ranlis.
3. Manifestasi klinis
Kowalak, welsh, & mayer (2017) mengatakan bahwa beberapa tanda dan gejala yang
dapat muncul pada nefrolitiasis meliputi:
a) Nyeri hebat yang dialami akibat obstruksi
b) Nausea dan vomitus 4
c) Demam dan menggigil karena infeksi
d) Hematuria jika batu tersebut menyebabkan abrasi ureter
e) Distensi abdomen
f) Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal yang
berfungsi
4. Patofisiologi
Subtansi kristal yang normalnya larut dan eksresikan ke dalam urine membentuk
endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asma urat. Komponen
yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam
urat atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan
ph urine( misalnya batu kalsium bikarbonat atau penurunan ph urine (misalnya batu
asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan
urine serta kebiasaan makan atau minum obat tertentu, juga dapat merangsang
pembentukan batu. Segala sesuati yang menghambat aliran urine dan menyebabkan
stasis ( tidak ada pergerakan ) urine urin dibagian mana saja di saluran kemih,
meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium yang biasanya
terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang
menyebabkan resopsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat
sering disertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan eksresi
asam urat.
Asuhan keperawatan kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan resiko batu
ginjal akibat peningkatan sekresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan.
Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi cairan karena kemampuan ginjal
memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi disekitar kapiler
pertibulus. Komplikasinya obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari baru di
bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kanddung kemih dapat
menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang
tidak diatasi atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dpat
menyebabkan hidonefritis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus
pengumpul. Hidronefritis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine
sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi
dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadinya iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal
terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat sehingga dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan
cedera tulang.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut kowalak dkk (2017) hasil pemeriksaan berikut ini dapat digunakan untuk
menegakan diagnosis nefrolitiasis.
1) Foto rongen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
2) Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan
ukuran serta lokasi batu
3) Pemeriksaan USG ginjak untuk mendeteksi perubahan obstruksi, seperti
hidronefritis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak
tampak pada foto BNO
4) Kultur urin yang memperlihatkan piuria yaitu tanda infeksi saluran kemih
5) Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor,
dan asam dalam urine
6) Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya
7) Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum normal
8) Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang
tidak terikat dengan protein
6. Penatalksanaan
I. Pengkajian
1. Identitas
Nama,umur,jenis kelamin,pendidikan,agama,pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
dan ruangan tempat klien dirawat.
2. Riwayat kesahatan
a. Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.biasa
klien dengan batu ginjal mengeluh nyeri pada pinggang
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai
dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu:
P: paliatif/ propokatif : merupakan hal atau faktor yang mencetus terjadinya
penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan
urolitiasis biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang menjalar
kesaluran kemih.
Q: Qualitas: kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Pada
klien dengan urolitiasis biasanya nyeri yang dirasakan seperti menusuk-
nusuk.
R: Region: daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien
dengan urolitiasis biasanya nyeri dirasakan pada daerah pinggang.
S: Severity : derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Skala
nyeri biasanya.
T: Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya
atau kekerapan. Keluhan nyeri pada klien dengan urolitiasis biasanya
dirasakan kadang-kadang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian
pinggang, adanya stress psikologi, riwayar minum-minuman kaleng.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM,hipertensi.
3. Riwayat psikososial
a) Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau mengganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.
b) Koping mekanisme
Suara cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan
stress yang dihadapi.
c) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan perlu dikaji agar
tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
d) Data spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan yang
maha esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta
harapan klien akan kesembuhan penyakitnya.
e) Konsep diri tediri atas lima komponen:
a. citra tubuh
sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh mana
yang disukai dan tidak disukai.
b. ideal diri
persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan
terhadap penyakitnya
c. harga diri
penilaian /penghargaan orang lain, hbungan klien dengan orang lain
d. identitas diri
status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status
dan posisinya
e. peran seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarag dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
4. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantaangan
dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan batu ginjak
biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena adanya lupa pada
ginjal
b. Pola eliminasi
Dikaji mengenai BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan ssaat berkemih,
sedangkan BAB dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna, bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut
c. Pola istirahat dan tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan batu
ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat karena adanya nyeri
d. Pola aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjak klien
mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena
adanya luka pada ginjal
e. Pola personal hygine
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan pesonal hygene
( mandi, oral hygine, gunting kuku, keramas dll). Pada klien dengan batu
ginjal biasanya ia jarang mandi karena nyeri di bagian pinggang.
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
1) Rambut pada klien dengan batu ginjak biasanya pemeriksaan pada rambut
akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut
karena keterbatasan gerak klien
2) Mata pada klen batu ginjal pada pemeriksaan mata penglihatan klien baik,
mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik
3) Telinga pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak
adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di
palpasi
4) Hidung klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih,
tidak ada sekret, tdak ada pembengkakan .
5) Mulu klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering
b) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c) Thorak
1) Paru-paru
Indpeksi : klien dengan batu ginjak dadanya simetris kanan kiri.
Palpasi : tidak ada teraba massa
Perkusi : pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi diatas lapang paru
normal
Auskultasi : suara nafas normal
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba
Perkusi : suara jantung normal
Auskultasi : reguler, apakah ada bunyi tambhan atau tidak
d) Abdomen
Inspeksi : abdomen tidak membesar atau menonjol tidak terdapat luka op tertutup
perban dan terdapat stretmarc
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara abdomen normal tympani
e) Ekstermitas
Klien biasanya dengan batu ginjal ekstermitasnya dalam keadaan normal
f) Genetalia pada klien dengan batu ginjak klien ada mengalami gangguan pada
genetalia.
II. Diagnosis keperawatan
SDKI (2018) diagnosis yang mungkin muncul dengan masalah keperawatan :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik fisiologi
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutien
3. Defisit pengetahuan b.d proses penyakitnya
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
5. Resiko terjadinya kekurangan cairan b.d intake peroralko
III. Intervensi keperawatan
IV. Implementasi
Implementasi adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan
pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (nursalam:127).
Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau status atau masalah yang ada
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan baru
mengenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanan penyimpangan
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri
4. Konsuktasi dan rujuk profesional perawatan kesehatan lainnyauntuk memperoleh
arahan yang tepat
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan
6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri
V. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kamampian klien dalan mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim pokja SDKI DPP PPNI, (2016), standar diagnosa keperawatan indonesia
(SDKI), edisi 1, jakarta, persatuan perawat indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI, (2018), standar luaran keperawatan indonesia (SLKI),
edisi 1, jakarta, persatuan perawat indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI, (2018), standar intervensi keperawatan indonesia
(SIKI), edisi 1 jakarta, persatuan perawat indonesia
https://qdoc.tips/laporan-pendahuluan-nefrolitiasis-5-pdf-free.html diagkses pada
tanggal 10 januari 2022
http://repostikesperintis.ac.id/170/1/52%20LIZA%20SASMITA.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI
%20GINJAR.pdf
https://dokumen-tips.cdn.ampproject.org/v/s/dokumen.tips/amp/documents/lp-
nefrolitiasi.html?amp_js_v=a6&_gsa-
1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=162675096714`9&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=hrrps%3A%2F
%2Fdokumen.tips%2Fdokuments%2Flp-nefrolitiasis.html