Anda di halaman 1dari 20

KEWIRAUSAHAAN

“Jenis Kewirausahaan Dalam Bidang Keperawatan/Kesehatan”

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Desy Rahmadani 1814301013


M Iqbal Asseghaf 1814301021
Listiani Nur Chafifah 1814301026

Dosen Pengampu :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “Jenis Kewirausahaan
Dalam Bidang Keperawatan/Kesehatan”.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok, karena atas kerjasama
yang dilakukan sangat membantu dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini
merupakan hasil diskusi kelompok kami. Pembahasan didalamnya kami dapatkan dari buku,
browsing internet, diskusi anggota, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan “Jenis
Kewirausahaan Dalam Bidang Keperawatan/Kesehatan”.
Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman.

Bandarlampung, Agustus 2021

Kelompok

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 1

Daftar Isi.................................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bidang Keperawatan ..................................................................................................... 4
2.2 Bidang Penelitian ........................................................................................................... 6
2.3 Bidang Pendidikan....................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 18
3.2 Saran ............................................................................................................................ 18

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 19

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi perawat yang baik seharusnya sudah
mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai bergerak ke arah Entrepreneurship, dimana
setiap anak bangsa harus memulai menjual kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya.
Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang tanpa
harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut
membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya
Entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual – pembeli, namun ke arah
pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan kerja
sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide – ide dan peristiwa sehari-hari, dan
mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling point
and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan tindakan dan
asuhan keperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya untuk menyiapkan kasa dan
kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk perawatan klien harian dan hal-hal minor
yang lain. Boleh menjadi bayangan bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga
bernilai jual. Contoh lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami peningkatan dari
segi kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika dirawat di rumah sakit dalam jangka
waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah sakit dan cost inefective. Jika
peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu meningkatkan peranannya di
rumah sakit. Oleh karena itu, pengembangan Entrepreneurship perlu ditanamkan agar
kreatifitas pelaku keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri
bagi pemiliknya kelak sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kewirausahaan dalam keperawatan?
2. Bagaimana konsep kewirausahaan di bidang keperawatan?
3. Bagaimana konsep kewirausahaan di bidang penelitian?
4. Bagaimana konsep kewirausahaan di bidang pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian kewirausahaan dalam keperawatan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep kewirausahaan di bidang keperawatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui konsep kewirausahaan di bidang penelitian.
4. Mahasiswa dapat mengetahui konsep kewirausahaan di bidang pendidikan.

3
BAB 1I
PEMBAHASAN

Kewirausahaan dalam keperawatan biasa disebut dengan “nursepreneur” yang


terdiri dari dua kata yaitu dan entrepreneur. Entrepreneur adalah seorang individu yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan, mencari dan memanfaatkan peluang untuk
menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang diidealkan.

Lima ciri entrepeneur unggulan adalah sebagai berikut:


1. Berani mengambil resiko
2. Menyukai tantangan
3. Punya daya tahan yang tinggi
4. Punya visi yang jauh ke depan
5. Selalu berusaha memberikan yang terbaik

Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan entrepreneurship yang


dikaitkan dengan perawat atau dunia keperawatan. Khusus untuk para mahasiswa ilmu
keperawatan, maka isistilah nursepreneur dipakai untuk mengenalkan dan memberi
pengetahuan dasar tentang kewirausahaan. Hal ini diupayakan sebagai sebuah upaya
lompatan pola berpikir menanggulangi pengangguran melalui dunia pendidikan. Lebih
jauh lagi memang ditujukan agar dapat membentuk jiwa-jiwa wirausaha baru yang dapat
berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat, di samping memiliki softkill dan
keterampilan yang kompeten dalam bidang profesi keperawatan sesuai dengan disiplin
studi yang dijalankan.

2.1 Kewirausahaan di Bidang Keperawatan


Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide, pengelola, pemilik
modal, pemilik saham ataupun sebagai owner.
1) Home care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang bekesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit. Selain itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh suatu unit
atau sara ataupun institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan
mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional
di bidang kesehatan maupun non kesehatan.
2) Konsultan Keperawatan
Konsultan adalah seorang tenaga professional yang menyediakan jasa nasehat
ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli
biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan, melainkan

4
seseorang yang menjalankan usahanya sendiri serta berurusan dengan berbagai
klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa, konsultan juga bisa
memberikan layanan konsultasi atau konseling secara langsung pada klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana
di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Konseling dapat membantu dan memotivasi klien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya. Konseling
diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar
dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman
yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya “know about” tetapi juga belajar
“how to” sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
3) Nursing Care Center
Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang memberikan akses
langsung pada klien dalam pelayanan keperawatan profesional yang berorientasi
pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat.
Nursing care center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan,
pendidikan dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi yang
ada secara optimal. Dalam nursing care center pun selalu diupayakan untuk
memandang keperawatan sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga nursing care
center memiliki karakteristik tertentu.
4) Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pelayanan kesehatan untuk
mengembalikan fungsi organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam
fisioterapi, tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin,
massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi
penderita sehingga didapatkan efek pengobatan. Perawat yang dibekali ilmu dan
kompetensi terkait fisioterapi memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan
kesehatan tersebut kepada klien yang membutuhkannya. Salah satu uapaya
fisioterapi yang dapat dilakukan perawata yaitu fisioterapi dada. Fisioterapi dada itu
merupakan prosedur keperawatan atau metode pemenuhan kebutuhan oksigen.
5) Klinik Praktik Bersama
Perawat dapat berkolerasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, apoteker,
atau bidan dalam membuka klinik praktik bersama sebagai kolega. Pada kolaborasi
tersebut terjadi proses komplek yang membutuhkan saling satu sama lain dalam
bersama-sama membangun bisnis di bidang kesehatan. Prinsip yang sama mengenai
kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan tanggung
gugat juga menjadi awal terbentuk kolaborasi yang baik untuk menuju kesuksesan
bersama.

5
2.2 Kewirausahaan di Bidang Penelitian
Penelitian/riset pada umumnya sering diasosiasikan dengan lembaga pendidikan
karena riset yang bergerak di pendidikan atau kesehatan banyak dilakukan oleh dunia
pendidikan. Padahal, area ini merupakan lahan bisnis yang memanfaatkan inteletualitas,
pengelolaan pengetahuan, serta sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama yang dihadapi
oleh lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga membuka peluang usaha
tersendiri bagi perawat.
Oleh karena itu, perawat yang senang mengembangkan dan memiliki relasi yang terjun
di dunia penelitian, tidak ada salahnya mencoba menekuni area cakupan bidang usaha
ini, seperti membentuk tim riset profesional terkait permasalahan kesehatan pada
umumnya dan keperawatan pada khususnya, atau sebagai jasa pengolah data dan
promosi suatu produk. Berikut ini 3 hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
lahan bisnis ini antara lain:
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
1. Metodologi riset yang sudah baku
2. Ruang lingkup bidang yang menjadi sasaran riset
3. Program aplikasi pengolahan data riset.
4. Kemampuan untuk berkoordinasi dan bekerjasama dengan ahli di bidang riset
dan lainnya
b. Modal yang diperlukan
1. Ruangan yang nyaman untuk pertemuan, diskusi kelompok (metode kualitatif),
dan kerja
2. Komputer untuk mengolah data dan pekerjaan administratif
3. Biaya operasional untuk lisrik, telepon, alat tulis kantor, dan karyawan
c. Kiat menjalankan usaha
1. Rancang bidang riset yang akan ditawarkan. Pemilihan bidang sebaiknya harus
sesuai dengan kemampuan SDM yang kitamiliki, sebab lahan bisnis ini
merupakan pekerjaan inteletual. Misalnya, perusahaan kita memutuskan
bergerak di riset kualitatif atau kuantitatif atau keduanya.
2. Kerja sama dengan ahli riset, baik sebagai karyawan atau joint venture untuk
menjalankan usaha ini.
3. Rekrut orang-orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya, misalnya
pengolah data (riset kuantitatif) dan ahli interview (riset kualitatif).
4. Lengkapi peralatan kantor, misalnya meja bundar untuk diskusi panel dan
komputer dengan program pengolahan data.
5. Pasarkan usaha ke perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki divisi riset
khusus.
Banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama yang dihadapi oleh

6
lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga membuka peluang usaha
tersendiri bagi perawat. Dengan membentuk tim riset profesional seperti:
1. Teknik Perawatan Luka
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat besar untuk menunjang
praktik perawatan luka. Penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin
banyak ditemukan, sehingga perawat dituntut untuk berinovasi dan kreatif
dalam menggunakan peluang tersebut. Selain itu yang harus dipahami adalah
berkaitan dengan cost effectiveness yang dikedepankan oleh manajemen
perawatan luka modern. Sehingga kedepannya, status kesehatan masyarakat
dapat meningkat dengan adanya usaha perawatan luka yang mudah dijangkau
oleh masyarakat.
a. Tujuan
Tujuan apabila usaha mandiri perawatan luka dilaksanakan:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang perawatan luka dengan
tenaga professional
2. Mengurangi resiko terjadinya komplikasi akibat kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam perawatan luka.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam perawatan luka di
rumah
4. Menerapkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
5. Menciptakan lapangan pekerjaan khusunya untuk tenaga medis.

b. Manfaat
Dapat memberikan pelayanan perawatan luka yang optimal dalam
pencegahan komplikasi yang mungkin saja terjadi, untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat serta dapat menambah wawasan bagi
masyarakat dalam melakukan perawatan luka secara mandiri di rumah.

c. Dampak Usaha
1. Ekonomi: Meningkatkan pendapatan tenaga keperawatan dan
masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah mampu
memberikan perawatan luka bagi keluarganya
2. Sosial: Kesadaran kesehatan masyarakat akan pentingnya perawatan
pada luka mereka menjadi tinggi
3. Budaya: Usaha ini akan memberikan pengaruh kebudayaan atau
kebiasaan seorang jika mengalami luka untuk segera mendapatkan
penanganan atau perawatan.

7
d. Contoh Jasa yang Ditawarkan
1. Perawatan luka : kegiatan ini akan dilakukan oleh perawat yang
berkompeten dengan menggunakan prinsip perawatan luka yang benar
dan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh:
Perawatan luka bersih, luka kotor dan luka gangren.
2. Layanan kunjungan rumah : bagi klien yang tidak dapat datang ke
rumah perawatan luka dan menginginkan perawatan luka dirumah
maka dapat memesan melalui aplikasi online atau media sosial yang
akan kami validasi melalui telfon.
3. Konsultasi perawatan luka : bagi klien atau keluarga klien yang
menginginkan penjelasan lebih lanjut mengenai perawatan luka pada
klien maka dapat melakukan konsultasi. Hal-hal yang kurang jelas
dapat dikonsulkan dengan perawat yang melakukan tindakan.

2. Terapi Modalitas
Terapi modalitas berasal dari kata modality yang berarti modal, kekuatan,
atau potensi. Terapi modalitas menurut Perko dan Kreigh (1998) merupakan
suatu tindakan terapi dimana memiliki pendekatan tertentu baik secara
langsung dan fasilitatif sesuai dengan teoir dan kiat terapis dengan menjadikan
kekuatan klien sebagai modal utama untuk berubah (Susana S.A. et al., 2007).
Terapi modalitas ini juga dikenal sebagai upaya alternatif terapi yang
digunakan untuk menyembukan klien dengan gangguan jiwa. Akan tetapi
seiring perkembangan ilmu dan teknologi di kesehatan, terapi ini banyak juga
dilakukan untuk terapi alternatif pada klien dengan gangguan fisik serta banyak
digunakan dalam berbagai penelitian-penelitian.
Meningkatnya penyakit-penyakit di kalangan masyarakat disebabkan oleh
faktor biologis, psikologis, dan sosial. Terapi modalitas adalah salah satu terapi
alternatif yang dapat menangani permasalahan secara holistik baik
permasalahan fisik, psikologis, maupun sosial.

Gambar 1. Terapi Modalitas

8
Terapi modalitas saat ini yang berkembang mencakup terapi
psikofarmakologi, terapi perubahan perilaku dan kognitif, terapi manajemen
agresi, terapi somatik, terapi komplementer dan alternatif, terapi kelompok
terapeutik, dan terapi keluarga (Videbeck S.L, 2008; Fontaine K.L, 2009;
Stuart, 2013; Halter M.J, Pollard C.L, Ray S.L., Haase M, 2014; Stuart G.W.,
Keliat B.A & Pasaribu J., 2016)
a) Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif atau yang dikenal dengan Cognitive
Behavioural Therapy (CBT) merupakan salah satu terapi yang digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan teruatama pada mental dalam
jangkauan yang lebih luas, misalnya saja seperti fobia, depresi, OCD, dan
masih banyak lainnya. Teori ini memang lebih memfokuskan pada pasien
agar dapat melihat diri anda sendiri dari sudut pandang yang berbeda
dibandingkan sebelumnya. Teori ini memang cukup efektif untuk
mengatasi gangguan mental yang sehari hari terjadi dan membuatnya lebih
baik dibandingkan sebelumnya.
Terapi perilaku kognitif atau CBT sebenarnya memiliki prinsip yaitu
permasalahan yang dialami oleh pasien bukanlah berawal dari sebuah
situasi melainkan bagaiamana orang tersebut menginterpretasikan
masalah yang ada ke dalam pikirannya. Hal ini yang akhirnya akan
berpengaruh pada perasaan serta tindakan yang dilakukannya. Di dalam
terapi ini, bertujuan untuk dapat menghentikan pola pikiran pikiran
negatif tdengan cara mengidentifikasi reaksi negatif yang nantinya
diproses oleh otak pasien.
Pada terapi perilaku kognitif, ada dua aspek yang akan ditawarkan
kepada pasien yaitu aspek kognitif dan aspek behavioral. Tentunya kedua
hal ini memiliki tujuan yang berbeda, namun intinya adalah untuk
membuat pasien menjadi lebih baik dari sebelumnya.
1. Aspek Kognitif
Dalam aspek kognitif ini, akan lebih ditekankan pada
bagaimana pasien dapat memiliki pola pemikiran yang berbeda.
Tak hanya pada pola pikir saja, namun juga pada sikap, imajinasi,
serta asumsi yang berbeda. Pasien juga diharapkan untuk mampu
memfasilitasi diri dalam hal belajar untuk mengetahui kesalahan
kesalahan dalam aspek kognitif sehingga membuat pasien dapat
memperbaiki kesalahannya tersebut.
2. Aspek Behavioral
Aspek behavioral dalam terapi perilaku kognitif akan menjadi
sebuah jembatan untuk pasien yang digunakan untuk mengubah

9
hubungan yang sudah menjadi kebiasaan yang salah dalam
memperlihatkan reaksi permaslaahan dengan realita yang ada dari
kondisi tersebut. Pasien juga akan dibimbing untuk belajar
mengubah tingkah lakunya sendiri agar menjadi lebih positif dari
sebelumnya. Terapi ini dapat menjadikan pasien menjadi lebih
tenang serta mampu mengendalikan tubuh serta pemikirannya
sendiri. Sehingga lebih mudah untuk menghindari resiko stress
karena pasien akan mampu berpikir secara realistis.

b) Terapi komplementer dan alternatif


Terapi komplementer dan alternative atau Complementary and
alternative medicine (CAM) merupakan salah satu terapi yang saat ini
banyak diminati oleh masyarakat. Terapi komplementer dan alternatif
(CAM) menurut The National Center for Complementary and alternative
Medicine (NCCAM) di AS adalah suatu pengobatan secara integratif
sebagai sebagai upaya menggabungan terapi medis utama dan terapi
komplementer serta alternatif (CAM) (Stuart G.W., Keliat B.A, Pasaribu
J., 2016). Terapi komplementer dan alternatif sebagai upaya
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan
terapi modern yang dapat mempengaruhi keseimbangan diri individu dari
aspek biologis, psikologis, dan spiritual (Widyatuti W, 2008).
The National Center for Complementary and Alternative Medicine
(NCCAM) dalam Stuart G.W., Keliat B.A, Pasaribu J., (2016) di AS
telah mengembangkan sistem klasifikasi lima domain utama terapi
komplementer dan alternatif seperti berikut:
1. Sistem Medikal Keseluruhan, contoh terapi Ayurveda, naturopati,
pengobatan tradisional cina, homeopati.
2. Tindakan pikiran-tubuh, contoh meditasi, hipnotis, doa, yoga,
petunjuk gambar, biofeedback, seni, music dan terapi dansa.
3. Terapi biologis, contoh terapi herbal, diet khusus, orthomolecular
dan terapi biologis individu
4. Metode manipulative tubuh, contoh chiropractic, pijat dan kerja
tubuh, refleksologi.
5. Terapi Energi, contoh Qigong, Reiki, terapi sentuhan, elektromagnet

c) Hipnoterapi
Terapi hipnotis atau Hipnoterapi adalah salah satu terapi yang dapat
merelaksasikan pikiran dan perasaan dalam membantu klien mengatasi
permasalahan yang dialaminya seperti nyeri, stress, cemas maupun
depresi. Hipnoterapi berfokus pada relaksasi yang dalam, konsentrasi

10
yang tinggi serta adanya sugesti yang tinggi. Hal ini tentu saja menuntut
perawat memiliki kemampuan dan keahlian khusus untuk dapat
melakukannya. Salah satu teknik hipnoterapi yang dapat dilakukan dan
mudah dilakukan oleh perawat maupun klien adalah hipnotis 5 jari.

d) Terapi Relaksasi Otot Progresif


Terapi Relaksasi Otot Progresif merupakan terapi yang menggabungkan
tindakan pikiran dan tubuh dimana terapi itu dilakukan dengan proses
mengencangkan dan merelaksasikan sekelompok otot untuk mendapatkan
kontrol atas masalah yang diatasinya yang dapat merangsang pikiran dan
ketegangan otot. Terapi ini juga menerapkan tehnik imajinasi terpimpin,
latihan napas berulang, latihan autogenenik dan biofeedback.

e) Terapi Kelompok Terapeutik


Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
mengubah perilaku maladaptif. Tahapannya meliputi: tahap permulaan,
fase kerja, diakhiri tahap terminasi. Terapi kelompok dimulai fase
permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase ini
klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan
yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan.
Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara
mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di
awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara
anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja. Di fase
kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus
pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing
anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan
untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok
di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai
target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama
lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah
ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan
dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat
adalah mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik,
dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir

11
dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani
dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.

f) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga
adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak
bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Dalam
terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya
masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing
anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa
kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian
mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang
seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian),
fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien
mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi,
dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase
kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,
eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang
selama ini ada.
Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan
melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,
dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

2.3 Kewirausahaan di Bidang Pendidikan


Semakin meningkatnya permintaan masyarakat tentang layanan kesehatan
dirumah dapat membuka peluang perawat untuk mendirikan lembaga pelatihan ataupun
konsultan yang bergerak dibidang pendidikan seperti :

1. Lembaga pelatihan baby sitter


Baby sitter merupakan suatu profesi yang memerlukan kompetensi tertentu.
Untuk menjadi baby sitter yang berkompeten harus memiliki kemampuan, sikap

12
dan keterampilan dalam merawat, mengasuh serta mendidik anak. Oleh karena itu
kemampuan dan keterampilan itu tidak bisa didapat dengan mudah walaupun
seorang wanita memiliki insting tetapi kemampuan tersebut tidak akan berjalan
dengan baik jika semuanya tidak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup.
Kebutuhan masyarakat akan jasa perorangan yang melayani rumah tangga tidak
akan pernah berhenti karena hal itu merupakan tuntutan kebutuhan keluarga dalam
ikatan rumah tangga yang berkecukupan di negara berkembang atau dinegara maju
di seluruh dunia, yang senantiasa terikat dengan tata laksana rumah tangga.
Keadaan ini akan memberi manfaat yang sangat besar kepada para pekerja
perorangan yang melayani rumah tangga di Indonesia dan/atau di luar negeri.
Dalam aturan ILO telah diatur dalam Trade Union on Domestic Worker of Report
ofILO Geneva, 100.IV.2A.2011 (pekerjaan yang layak bagi pekerja yang melayani
rumah tangga). Maka dalam rangka peningkatan kualifikasi dan kualitas tenaga
kerja yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan, dengan nilai tawar pada posisi
yang benar dalam hirarki bidang pekerjaan bagi Indonesian domesctic worker of
ILO tersebut yang dibutuhkan suatu kerja sama dan kemitraan yang saling
menguntungkan antara pekerja perorangan yang melayani rumah tangga dengan
penggunaannya didalam negeri dan/atau di luar negeri.
Pelatihan adalah pendidikan dalam jangka waktu pendek yang dilakukan oleh
instruktur secara sistematis dan terorganisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan individu melalui tugas dan latihan sehingga pelaksanaan
kerja meningkat. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan agar alumni yang telah mengikuti pelatihan memiliki kebermanfaatan
dalam kecakapan dan keahlian secara profesional dalam melaksanakan peran dan
tugas seorang Baby Sitter. Hasil pelatihan dapat diketahui dari peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan
dibandingkan dengan sebelum mengikuti pelatihan. Hasil pelatihan akan
menambah pengetahuan dan atau keterampilan peserta dalam bidang-bidang
tertentu. Pengetahuan dan keterampilan pengasuhan anak dilakukan dengan
menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu memberikan
sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk perilaku sosial pada
anak. Dalam mengasuh anak, orang tua/ pengasuh bukan hanya mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu
menumbuh kembangkan kepribadian anak.
Upaya peningkatan SDM tenaga Baby Sitter yang memiliki kualitas terstandar
dan kompeten diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, regional
dan internasional. Oleh karena itu Kursus dan Pelatihan Baby Sitter sangat
dibutuhkan untuk memenuhi kegiatan tersebut di atas.

a Tujuan umum

13
Tujuan umum penyelenggaraan kursus dan pelatihan Baby Sitter yunior
ini adalah agar peserta didik mampu melaksanakan kegiatan merawat, mengasuh
dan menjaga bayi dengan aman dan bertanggung jawab berdasarkan standar
kesehatan, standar keperawatan bayi di rumah tangga dan standar pendidikan
anak usia dini.

b Tujuan Khusus
Secara khusus standar kompetensi lulusan Kursus dan pelatihan Baby
Sitter yunior ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1) Melaksanakan serangkaian tugas pengasuhan dan perawatan sesuai dengan
tahapan perkembangan bayi dan standar perawatan dengan memilih prosedur
kerja tertentu berdasarkan informasi/permintaan dari pengguna jasa
2) Merawat kebersihan bayi dan lingkungannya dengan melaksanakan prinsip
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, memenuhi program gizi sehat, menerapkan
peraturan K3 dan penyesuaian sikap diri termasuk bertanggung jawab dalam
memelihara kualitas pekerjaan, serta kemampuan berkomunikasi dengan
baik dan benar
3) Memiliki kemampuan kerja, pengetahuan yang dikuasai dan kemampuan
managerial sesuai dengan level II KKNI
4) Bekerjasama dengan rekan kerja dan pengguna jasa serta bertanggung jawab
pada pekerjaannya
Sesuai dengan tujuan di atas, keahlian seorang Baby Sitter adalah mampu
merawat, mengasuh dan menjaga bayi sehat sehingga memiliki tumbuh kembang
yang optimal sesuai dengan tahapan perkembangan bayi. Pelatihan Baby Sitter
Yunior ini dapat diikuti setiap warga negara Indonesia atau setiap warga negara
lain yang bisa berbahasa Indonesia dengan persyaratan pendidikan minimal
SMP/sederajat atau SD/sederajat yang lolos dalam seleksi yang terstandar dan
berusia minimal 18 tahun. Lulusan pelatihan baby sitter ini diakui setara dengan
level II KKNI. Lama Kursus dan pelatihan Baby Sitter Yunior adalah 200 jam
pelajaran @45 menit dengan metode pembelajaran.
a Presentasi audio visual
b Ceramah
c Demonstrasi/simulasi
d Pemecahan masalah
e Praktik
Setiap peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan Baby Sitter Yunior
ini, akan diberikan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur capaian
pembelajaran peserta pelatihan dalam memahami dan mempraktikkan materi
yang sudah diberikan pengajar/instruktur, melalui ujian tertulis dan ujian

14
praktik.
c Uji Kompetensi
Uji kompetensi diperlukan peserta didik dalam rangka mendapat
pengakuan kompetensi bidang tertentu secara nasional. Uji kompetensi diatur
dalam Petunjuk Teknis Uji Kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga
Sertifikasi Kompetensi (LSK) Baby Sitter dan Kemdikbud, dilaksanakan di
tempat uji yang disebut Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang telah diverifikasi
dan ditetapkan oleh LSK Baby Sitter.
d Sertifikasi
Peserta yang dinyatakan kompeten setelah mengikuti Uji Kompetensi akan
mendapatkan Sertifikat Kompetensi. Blanko Sertifikat Kompetensi diterbitkan
oleh Kemdikbud. Pengisian blanko Sertifikat Kompetensi dilakukan oleh LSK
Baby Sitter, maka Sertifikat berlaku sebagai pengakuan Kompeten di bidang
Baby Sitter Yunior.
e Profil Lulusan
Terampil membersihkan lingkungan kamar tidur bayi, memelihara
kebersihan tubuh bayi, merawat pakaian dan lena bayi, memberikan ASI melalui
botol. Terampil memberikan makan/minum bayi, menerapkan P3K pada bayi,
mengasuh bayi dan mencegah kecelakaan pada bayi. Wajib berkomunikasi dan
menjalin hubungan kerja dengan pengguna jasa, meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga dan memiliki motivasi dan etika kerja
yang tinggi.
f Jabatan Kerja
Lulusan kursus dan pelatihan Baby Sitter ini mendapat sebutan: Baby
Sitter Yunior. Baby Sitter Yunior yang baru lulus dari pelatihan ini, dapat
mengawali karir kerja Baby Sitter Yunior di rumah tangga atau di Tempat
Penitipan Anak (TPA). Dengan berjalannya waktu, pengalaman kerja dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut memungkinan peningkatan kualitas/level ke
Baby Sitter Senior (Level II).

2. Pelatihan perawatan anak


Dengan semakin majunya teknologi dan pengetahuan dari masyarakat tentang
kesehatan, maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat untuk mendapatkan
kesehatan yang sesuai dengan standar prosedur keperawatan. Dengan demikian
keberadaan sumber daya manusia yang profesional, terampil dan bermutu dalam
pelayanan keperawatan anak sangatlah dibutuhkan, maka melalui pelatihan
Ketrampilan Dasar Keperawatan Anak akan diajarkan pemahaman dasar dasar
tindakan keperawatan anak, melakukan suatu tindakan sesuai standar keperawatan
anak dan bersifat komprehensif.

15
a Tujuan Pelatihan
1) Umum
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar peserta pelatihan di bidang
keperawatan anak secara komprehensif.
2) Khusus
a) Peserta memahami dasar dasar tindakan keperawatan Anak di Rumah
Sakit.
b) Peserta mampu melakukan ketrampilan sesuai dengan standart
pelayanan keperawatan pada anak.
c) Peserta mampu bekerja dalam tim dan melaksanakan tindakan tindakan
yang biasa dilakukan Ruang Anak.
b Garis Besar Materi
1) Introduction Keperawatan Anak.
2) Komunikasi Therapeutik.
3) Universal Precaution.
4) Pengendalian Infeksi Nosokomial.
5) Teknik pelaksanaan injeksi yg benar pada anak.
6) Teknik pemberian obat melalui syringe Pump dan Infus Pump.
7) Teknik pemasangan cateter pada anak dan pemantauannya.
8) Teknik pemasangan NG Tube dan pemantauannya.
9) Pelaksanaan Gastric Cooling.
10) Cara pengukuran Antropometri
11) Tehnik Sampling yang benar.
12) Transfusi Komponen darah pada anak.
13) Tatalaksana Prosedur Tindakan kasus Hematologi
14) Persiapan & Perawatan Anak yang dilakukan tindakan Hematologi. (IT,
BM,dll).
15) Persiapan & Perawatan Anak yang dilakukan tindakan Hematologi. ( IT,
BM, dll )
16) Perawatan pasien anak dengan Pre dan Post pemberian sitostatika pada
anak.
17) Pengenalan tentang obat & tatalaksana pemberian obat sitostatika pada anak.
18) Tatalaksana Gangguan Keseimbangan Cairan.
19) Pemberian Nebulazer pada anak.
20) Perawatan WSD. & CVP.
21) Tehnik Pengambilan darah arteri dan vena yang benar.
22) Perawatan luka bersih.
23) Tata cara pemasangan Transfusi darah pada anak.
24) Cara pemberian cairan yang tepat pada anak dengan dehidrasi.

16
3. Pelatihan perawatan lansia
a Tujuan Pelatihan
Setelah mengikut program pelatihan ini, peserta pelatihan mampu :
1) Membuat daftar menu
2) Menyiapkan dan memberi makan minum lansia
3) Merapikan Tempat tidur/ kamar tidur lansia.
4) Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan lansia
5) Mengurus lingkungan lansia
6) Menjaga/melayani lansia cacat jasmani
7) Menjaga/melayani lansia sakit mental/stres
8) Menjaga/melayani lansia sakit
9) Menjaga/ melayani lansia sehat
10) Menjaga/ melayani lansia berbadan gemuk
11) Menemani lansia
12) Membuat laporan penjagaan/asuhan lansia
13) Memelihara kebersihan lansia
14) Memelihara kesehatan lansia
15) Menggosok gigi dan membersihkan gigi palsu
16) Mencegah kecelakaan dan P3K Lansia
17) Membuat catatan kondisi lansia
18) Memoblisasi lansia
19) Membantu lansia gerak badan
20) Memberikan transportasi kepada lansia
21) Melaksanakan program rekreasi bagi lansia
22) Melakukan pendampingan lansia

17
BAB 1II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
Nursepreneur adalah seorang pemilik bisnis yang menawarkan pelayanan keperawatan
meliputi perawatan langsung, pendidikan, penelitian, administratif atau konsultasi.
Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik untuk perawat professional dan perusahaan
pelayanan kesehatan, karena akan menciptakan kemandirian dan termotivasi untuk
berpikir, lebih produktif, kreatif, dan lebih dapat bersaing dalam pemasarannya.

3.2 Saran
Diharapkan bagi setiap mahasiswa khususnya di jurusan keperawatan memahami
makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan mengenai
kewirausahaan dalam keperawatan guna untuk meningkatkan mutu kualitas perawatan
kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Mia. 2013. Analisis Kompetensi Caretaker Berdasarkan SKKNI pada Program
Pelatihan Perawat Lanjut Usia. (Online). Available :
http://repository.upi.edu/4889/4/S_PKK_0805750_Chapter1.pdf. Diakses Pada 28 Juli
2021 Pukul 19.55 WIB.
Astuti, Retna. 2017. Penggunaan Terapi Modalitas dan Komplementer Berbasis Evidence-
Based.
https://www.researchgate.net/publication/319929971_PENGGUNAAN_TERAPI_MODA
LITAS_DAN_KOMPLEMENTER_DALAM_PRAKTEK_KEPERAWATAN_BERBASI
S_EVIDENCE_BASED. Diakses Pada 28 Juli 2021 Pukul 19.00 WIB.
Febrian, Rio. 2015. Bidang-bidang Cakupan Usaha Nursepreneur.
https://www.kompasiana.com/riodeners/566779f793fdfd65048b456e/bidang-bidang-
cakupan-usaha-nursepreneur-bagian-1?page=all. Diakses Pada 28 Juli 2021 Pukul 18.53
WIB.
Rendhut. 2012. Kewirausahaan. (Online) Available
https://www.scribd.com/doc/84101003/nursepreneur-2. Diakses Pada 28 Juli 2021 Pukul
19.35 WIB.
Wida, Musthika, dkk. 2016. Kewirausahaan. https://docuri.com/download/nurse-
preneur_59bf3908f581716e46c3ae51_pdf. Diakses Pada 28 Juli 2021 Pukul 20.13 WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai