Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SITEM FILSAFAT

OLEH :

NAMA : SESI MULIANI

NIM : C1G120024

KELAS : GENAP (B)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt.

atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas

makalah Mata Kuliah Umum Pancasila ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Makalah yang berjudul “pancasila sebagai system pancasila” ini

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah umum pancasila. Pancasila

merupakan dasar negara yang mencerminkan kehidupan dan kepribadian Bangsa

Indonesia dan di dalamnya terdapat segala aspek kehidupan atau pondasi bagi

Negara Indonesia. Pendidikan pancasila penting untuk diajarkan karena dapat

membantu masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal bahwa di Indonesia terdiri

dari berbagai suku bangsa, ras, dan agama.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.Saya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di

dunia ini melainkan Allah Swt., begitu pula dalam penyusunan makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk dijadikan sebagai perbaikan dari isi makalah ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………
1.4 Manfaat ……………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat dan Dasar Filsafat Pancasila……………


2.2 Arti Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia dan manfaat pancasila….
2.3 Kedudukan dan pandangan integralistik Pancasila sebagai system filsafat…
2.4 Dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem Filsafat bangsa………
2.5 Manfaat mempelajari filsafat……………………………………………
2.6 Hakikat nilai sila-sila pancasila…………………………………………
2.7 keteladanan dalam berpancasila…………………………………

BAB III PENUTUP

1.Kesimpulan ……………………………………………………..

2.saran ……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat)

tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan

kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup

bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan

masyarakat yang mendiami negara tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan

nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan

mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang

secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau

masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu

ukuran atau standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan

untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat (Prayitno,

1989:1).

Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat

masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari

segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.

Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu

masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat

kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam ruang
dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Prayitno,

1989:2).

Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti

bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama

Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Pengertian filsafat dan dasar filsafat pancasila

1.2.2 Arti Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia

1.2.3 Kedudukan dan pandangan integralistik Pancasila sebagai sistem filsafat

1.2.4 Dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem Filsafat bangsa

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui arti Pancasila dalam kedudukannya sebagai filsafat

bangsa Indonesia.

2. Untuk mengetahui kedudukan dan pandangan integralistik Pancasila sebagai

sistem filsafat.
3. Untuk mengetahui dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem Filsafat

bangsa Indonesia.

4. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap mahasiswa dalam

memahami Pancasila sebagai sistem filsafat.

5. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperoleh keterampilan dalam mela-

kukan penulisan dan pengetahuan tentang pancasila sebagai sistem filsafat.

1.4 Manfaat

Setelah menentukan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dari

makalah ini, maka saya menemukan beberapa manfaat khususnya bagi saya

pribadi dimana dapat menambah pengetahuan saya akan makna filsafat dan

dasar filsafat pancasila serta kedudukan pancasila sebagai sistem filsafat bangsa.

Dengan demikian, saya lebih mengetahui lagi akan peranan pancasila dalam

kedudukannya sebagai filsafat bangsa sehingga tidaklah salah jika pancasila

dijadikan fundamental bangsa Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila

Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia.

Kata itu terdiri dari kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta /

pecinta / mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat

kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan

atau kebenaran yang hakiki.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti

proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu

filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu,

dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila

dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan

hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi

dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan

perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,

yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya
sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila

Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat

formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar

epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila

adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan

kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok

pengertian secara mendasar dan menyeluruh.

Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari

hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis

menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan

mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan

menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian,

filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan

saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya,

misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar

filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara

Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara

sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua

kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan

pandangan hidup bangsa Indonesia.


Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa

Indonesia yaitu :

1. Landasan Ontologis Pancasila

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat

sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya

dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna

yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,

termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi. Dasar

ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis,

oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya

adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang

berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah

manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila

adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara adalah rakyat (manusia).

2. Landasan Epistemologis Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,

susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai

hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia

mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan

menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang

yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat


dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan teori

ilmu.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem

pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau

dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,

masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi

manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup

dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem

cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma

menjadi ideologi yang mengandung tiga unsur yaitu :

a. Logos (rasionalitas atau penalaran)

b. Pathos (penghayatan)

c. Ethos (kesusilaan)

3.Landasan Aksiologis Pancasila

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori.

Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki

a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,

b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,


c. Sosio politik yang berwujud ideologi.

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak

nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan

(menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan

demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber

nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika,

ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan

pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja

tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material

relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur

lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang

dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia

2.2 Arti Pancasila Sebagai Filsafat dan manfaat filsafat

Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit

dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa barat persatuan dan

kesatuan itu dipecah oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia

yang kaya raya ini. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan

mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga

negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan

sebagai filsafat bangsa Indonesia.


Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat Pancasila perlu

dikaji tantang ilmu-ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Fungsi filsafat secara umum, sebagai berikut :

1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau

mendasar dalam kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat

kaitannya dengan kehidupan masyarakat bangsa tersebut dan yang

berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara bersangkutan. Oleh

karena itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan

bernegara, haruslah memberikan jawaban yang mendasar tentang

hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan politik atau sistem

politik dari negara, bentuk negara, susunan perekonomian dan dasar-

dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Pancasila yang

dikaji dari sudut fungsinya telah mampu memberikan jawabannya.

2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang

substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.

Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya berkaitan

dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak

terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai

dasar kepada sila yang lainnya.

Tujuan negara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi

negara bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada


kecenderungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu

negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara fundamental tujuan

itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar berdirinya negara ini.

3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan

pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia.

Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu sudah berjalan

keteraturan kehidupan bernegara.

 Manfaat mempelajari filsafat

1. Memperoleh kebenaran yang hakiki.

2. Melatih kemampuan berpikir logis

3. Melatih berpikir dan bertindak bijaksana

4. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga diperoleh

keselarasan hidup

5. Menghasilkan tindakan yang bijaksana


2.3 Kedudukan Dan Pandangan Integralistik Pancasila Sebagai Sistem

Filsafat

Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing

silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di

dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia

tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama

manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya.

Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi

manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila

merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal

yang asasi tentang manusia.

Oleh karena itu, pokok-pokok Pancasila bersifat universal. Berdasarkan

hal tersebut, dapat diperoleh unsur inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak

mengalami perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Sifatnya yang

abstrak, umum dan universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya

sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan sepanjang

waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang

diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat

bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan

persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang

menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan
dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki,

susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah

sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Aspek-

aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat,

saling brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat

monopluralis, dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi

dasar persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila yang merupakan dasar filsafat

Negara Indonesia.

Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi

dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula.

Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa,

adat istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda. Dan diantara perbedaan

yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan.

Secara hakiki, bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan-

perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia berasal dari keturunan

nenek moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan darah. Dapat

diungkapkan pula bahwa bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan itu juga

mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan.

Secara bersama bangsa Indonesia pernah dijajah, berjuang

melawan penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting lagi

adalah bahwa setelah merdek, bangsa Indonesia mempunyai kesamaan tekad

yaitu mengurus kepentingannya sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka,


bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan

inilah yang menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen) untuk selalu

menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yang lebih dikenal dengan

wawasan “ bhineka tunggal ika “.

Pernyataan lebih lanjut adalah bagaimana bangsa Indonesia melaksanakan

kehidupan bersama berlandaskan kepada dasar filsafat Pancasila sebagai asas

persatuan dan kesatuan sebagai perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada saat

mendirikan

Negara Indonesia, para pendiri sepakat untuk mendirikan Negara Indonesia

yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,yaitu

Negara yang berdasar atas aliran pikiran Negara (staatsidee) negara yang

integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi

seluruh golongan dalam bidang apapun.

Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat dimana segala

golongan, segala bagian dan seluruh anggotanya berhubungan erat satu dengan

lainnya dan merupakan persatuan dan kesatuan yang organis. Kepentingan

individu dan kepentingan bersama harus diserasikan dan diseimbangkan antara

satu dengan lainnya. Hidup kenegaraan diatur dalam prinsip solidaritas,

menuntut bahwa kebersamaan dan individu tidak dapat dipertentangkan satu

dengan lainnya. Negara harus dipandang sebagai institusi seluruh rakyat yang

memberi tempat bagi semua golongan dan lapisan masyarakat dalam bidang
apapun. Sebaliknya negara juga bertanggung jawab atas kemerdekaan dan

kesejahteraan semua warga negara. Tujuan Negara adalah kesejahteraan umum.

Oleh karena itu negara tidak mempersatukan diri dengan golongan

terbesar, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat,

melainkan Negara mengusahakan tujuannya dengan memperhatikan semuua

golongan dan semua perseorangan. Negara mempersatukan diri dengan seluruh

lapisan masyarakat.

2.4 Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan

kehidupan bernegaranya dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila.

Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh serta tidak mungkin diubah.

Mengubah fundamen, dasar, atau ideologi berarti mengubah eksistensi dan sifat

negara. Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya

bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya.Alasan pancasila sebagai filsafat

bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-

kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan

hidup yang dipraktekkan.


2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila

dalah dasar negara (filsafat negara) RI.

3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat

dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia

sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi

sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang

diwarisi dalam budaya Indonesia.

4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika

budaya; filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya

konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat

Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam

kepustakaan dan peradaban modern

 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

2.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Titus, Smith dan Nolan memberikan definisi filsafat berdasarkan watak dan

fungsinya. Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap

kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).

Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan

dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (arti formal). Ketiga, filsafat adalah usaha

untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti komprehensif). Keempat,

filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep (arti analisis linguistik). Kelima, filsafat adalah sekumpulan problematik

yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-

ahli filsafat (arti aktual-fundamental).

Beberapa alasan Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat.

Pertama, dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul

pidatonya dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka.

Adapun pidatonya sebagai berikut: “Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya

mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta

Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-

muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas

mana kita mendirikan negara Indonesia itu”.

Kedua, menurut Noor Bakry, Pancasila adalah hasil permenungan

mendalam para tokoh kenegaraan Indonesia, melalui suatu diskusi dan dialog

panjang dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI. Hasil permenungan itu

sesuai dengan ciri-ciri pemikiran filsafat, yakni koheren, logis, inklusif,

mendasar, dan spekulatif.

2.6 hakikat nilai-nilai sila pancasila

Pancasila sebagai sistem filsafat dan hakikat-hakikat sila-silanya,

"Pancasila adalah dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan

arsitektural yang bernama Indonesia" kalimat tersebut saya kutip dari pidato

Presiden ketiga RI alm B.J. Habiebie pada tanggal 1 Juni 2011.


 Nilai- nilai pancasila

Menurut Notonegoro dalam buku (Sunoto, 1991:50) berpendapat bahwa

pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup dan alat

pemersatu bangsa. Nilai yang tertera pada lima sila tersebut merupakan ideologi

yang digunakan sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi

seluruh rakyat Indonesia. Lima dasar utama Pancasila adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Di dalam sila pertama ini, kita harus

percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, saling

menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama, saling

menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan

kepercayaan masing-masing, tidak memaksakan satu agama dan

kepercayaan kepadaorang lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap. Di dalam sila kedua, kita harus

mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban, saling

mencintai sesame manusia, mengembangkan sikap tenggang rasa,

tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia. Di dalam sila ketiga ini, kita harus menempatkan

persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara

Indonesia di atas kepentingan pribadi atau golongan, rela berkorban

untuk kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah air dan bangsa,

memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-

Bhineka Tunggal Ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Di dalam sila ke empat, berarti

mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, mengutamakan

musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama,

musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat

kekeluargaan, dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima

dan melaksanakan hasil keputusan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam sila kelima

berarti perbuatan –perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap

dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan, bersikap adil,

menghormati hak-hak orang lain, tidak melakukan perbuatan yang

merugikan kepentingan umum, bersama-sama berusaha mewujudkan

kemajuan yang merata dan berkeadilan social. (Kaelan, 1993:187-

189).

Nilai-nilai Pancasila yang terdiri dari lima sila itu memiliki

banyak sumber pengetahuan yang sudah seharusnya mampu diimplementasikan


dalam kehidupan manusia dan dijadikan petunjuk dalam berperilaku.

Pengetahuan yang terkandung di dalam Pancasila sesungguhnya sudah cukup

untuk mengatasi persoalan kebangsaan dan membawa kemajuan jika ia

diterapkan secara genuine di dalam menjalankan semua aktivitas, tugas negara

maupun tugas akademik.

Beberapa tahun terakhir persoalan persatuan kebangsaan terasa

mengalami tantangan yang tidak ringan, yang tampak pada munculnya

peristiwa-peristiwa kerusuhan yang tak sedikit (Sutrisno, 2006:142). Apalagi

merebaknya praktek korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dan pejabat

daerah membuat peradapan bangsa Indonesia semakin hancur. Ketika korupsi

menjadi budaya bangsa Indonesia, maka negara Indonesia akan mengalami

kesulitan untuk maju dan bersaing dengan negara lain. Menguatnya praktek

korupsi, disebabkan para pejabat negara yang tidak mampu mengamalkan nilai-

nilai Pancasila. Bahkan mereka apatis dan tidak peduli dengan Pancasila,

Pancasila dijadikan sebagai sebuah identitas saja, tetapi tidak pernah

diimplementasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk mengatasi persoalan kebangsaan dalam upaya pengembangan

Pancasila diperlukan beberapa faktor,

 pertama, harus ada proses penyadaran terhadap nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila yang memiliki banyak makna bagi

kehidupan umat manusia, penyadaran dapat dilakukan kepada

masyarakat dan pejabat dengan memberikan pengetahuan bahwa


Pancasila sebagai pandangan hidup harus selalu diikut sertakan

dalam setiap pengambilan kebijakan pemerintah, sehingga

perilaku menyimpang dna korupsi dapat direduksi.

 Kedua, memperbaiki mental pejabat negara agar tidak selalu

melakukan korupsi yaitu dengan selalu menanamkan nilai-nilai

Pancasila. Sehingga akan menambah pengalaman dan peresapan

pengetahuan seseorang tentang Pancasila ke dalam mentalitasnya

dan hati-budi-nuraninya.

Pengetahuan Pancasila, dimulai saat seseorang mulai mengerti keberadaan

cipta, rasa dan karsa yang dimilikinya, saat ketiga unsur tersebut mulai bekerja

sama dalam kesatuan yang bulat dan menyeluruh meliputi perinciannya dalam

memandang, menilai dan menyelesaikan masalah yang dihadapiya, saat itulah

Pancasila (sebagai pengetahuan ) mulai terbentuk dalam dirinya (Edwin dkk.,

2006:144).

Lalu, bagaimana sikap pemerintah untuk penduduk Indonesia yang

tinggal di daerah terluar Indonesia ? contohnya seperti penduduk yang tinggal di

perbatasan negara Indonesia dan Malaysia, hampir seluruh perekonomian

mereka berbaur dengan orang-orang Malaysia, apakah pemerintah tidak adil ?

justru pemerintah memberikan kebebasan bagi mereka untuk jual-beli dengan

orang-orang Malaysia merupakan sikap bijak pemerintah, karena dengan

diberikannya kebebasan seperti itu berarti pemerintah mengutamakan


kesejahteraan rakyatnya, selama mereka masih tetap memegang identitasnya

sebagai warga negara Indonesia tindakan tersebut tidaklah buruk.

1.7 Keteladanan dalam berpancasila

Pancasila dikenal sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi memiliki makna bahwa Pancasila merupakan

keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin diwujudkan

dalam kenyataan kehidupan nyata sebagai identitas atau ciri kelompok atau

bangsa, sedangkan Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna Pancasila

sebagai landasan kehidupan bernegara sehingga memiliki arah dan tujuan yang

jelas yang didalam nya penuh dengan nilai nilai keteladanan .

Penegasan tentang Pancasila sebagai dasar negara telah disebutkan dalam

Undang-Undang Dasar tahun 1945 alinea IV. Untuk itu, sudah menjadi

kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia untuk menjunjung tinggi

Pancasila dan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-

hari. Namun, saat ini muncul kekhawatiran terhadap eksistensi Pancasila.

Pancasila yang semula menjadi pedoman kini telah mulai ditinggalkan dan terus

tergerus.. habis atau hilang sedikit demi sedikit..... Pancasila yang semula harus

diamalkan kini tidak lebih dari sekedar hafalan.

Akibatnya, tak heran jika pada akhirnya terjadi degradasi moral masyarakat

Indonesia. Banyak kasus hukum yang menimpa pejabat publik serta


meningkatnya angka kriminalitas mengindikasikan terjadinya pelemahan

terhadap nilai-nilai Pancasila. Kurangnya penerapan nilai Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari juga mengakibatkan masyarakat miskin akan keteladanan,

ditambah lagi dihapuskannya mata pelajaran budi pekerti luhur dari kurikulum

pembelajaran sekolah.

Tidak ada lagi Ke-suri-tauladanan yang bisa dipetik dari sejumlah tokoh

masyarakat di Indonesia ini yang bisa di contoh. Sebut saja kasus hukum yang

menimpa Setya Novanto dan puluhan pejabat lainnya sungguh jauh dari nilai

keteladanan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh siapapun yang mengaku

sebagai warga negara Indonesia. Jika kelalaian ini kita teruskan bisa kita

bayangkan apa yang akan terjadi dalam beberapa puluh tahun ke depan.

Mungkin saja Pancasila hanya menjadi kenangan dan bukan tidak mungkin

Indonesia menjadi negara tanpa aturan, tanpa etika Untuk itu, agar tidak jatuh ke

jurang yang lebih dalam, sebagai rakyat Indonesia kita harus segera bertindak.

Dibutuhkan kesadaran setiap elemen masyarakat Indonesia untuk menanamkan

nilai-nilai Pancasila dalam diri masing-masing

Selain pembinaan formal, termasuk kepada aparatur negara dan

anggota legislatif, perlu juga diperkuat pembinaan nonformal kepada masyarakat

luas. Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) bidang Pembinaan Ideologi Pancasila/

Yudi Latief mengatakan masyarakat perlu diberi contoh keteladanan melalui

sikap teladan pimpinan yang akan mudah dicontoh masyarakat. Implementasi

kehidupan berpancasila harus dilakukan berdasarkan nilai kebangsaan dan


moralitas yang dilihat dari keteladanan Kita sepakat dengan itu seraya

berharap, dalam konteks ini, UKP Pancasila harus bisa mencetak ribuan kader

Pancasila di akar rumput, yang bertugas menguatkan ideologi bangsa ini di

lingkungan masing-masing.

Baik itu dari berbagai organisasi kemasyarakatan, bernuansa

pemuda, agama, profesional, maupun NGO,yang perlu digaet untuk

mempancasilakan kembali masyarakat. Jangan Biarkan Pancasila tergerus oleh

hilangnya keteladanan dalam kehidupan sehari-hari ,kita membutuhkan motivasi

bukan sekedar "Kata Motivasi" agar kita tak tergerus oleh perkembangan

zaman.
BAB III

PENUTUP

1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat

adalah cinta akankebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat

adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan

tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang

mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

2 Saran

Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran

kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita

mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan pancasila sebagai

sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat

menambah cakrawala ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

http://husrinmusiku.blogspot.com/2013/11/makalah-mata-kuliah-filsafat-

pancasila.htmlhttp://febisilvia48.wordpress.com/2013/05/07/pancasila-

sebagai-sistem-filsafat/http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

http://mashariyanto.wordpress.com/2011/05/05/pancasila-sebagai-sistem-

filsafat/http://iezzaenem.blogspot.com/2013/01/makalah-pancasila-

pancasila-sebagai.html

Anda mungkin juga menyukai