oleh
Dela Soviatul Umaroh
NIM 152310101272
1.2 Definisi
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh
virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis adalah
peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari
saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
1.3 Epidemiologi
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5
tahun. Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap tahun. Di Indonesia
merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak – anak. Rotavirus
adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut, antara 7- 17 %
disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih
jarang menderita gastroenteritis akut dari bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007
dalam Winarsih, 2011). Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka
kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua
golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita.
Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita (Ratnawati,
2008).
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%
terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24 bulan
(Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia diperkirakan diare menyebabkan
1 milyar episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar setahunnya. Pada tahun 1995
Depkes RI memperkirakan terjadi episode diare sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak
balita 3,2 juta setiap tahunnya (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Data statistik
menunjukkan bahwa setiap tahunnya diare menyerang 50 juta jiwa penduduk Indonesia, dan
dua pertiganya adalah dari balita dengan angka kematian tidak kurang dari 600.000 jiwa. Di
beberapa rumah sakit di Indonesia, data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi
menempati peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke
rumah sakit. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu berhubungan
dengan hal-hal berikut: adanya travelling (domestik atau internasional), kontak personal dan
adanya sangkaan food-borne dengan masa inkubasi pendek. Jika tidak ada demam,
menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin (Zein dkk., 2004).
1.4 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
a. Faktor infeksi :
1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V.
Cholera, dan clostridium).
2) Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus.
Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
3) Jamur : kandida
4) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
b. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
1) Alergi makanan, misal susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
Menurut Suharyono dkk., dalam Wicaksono, 2011, ditinjau dari sudut
patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
A. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
1. Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
2. Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
3. Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi.
B. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir
1.5 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi
sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa
intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air
dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga
dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi
agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
1.6 Pathway
Faktor mal absorbsi (karbohidrat, Fak. Makanan (Makn. Basi, Fak. Psikologi (Rasa
lemak, protein) Beracun, Alergi makanan takut & cemas)
Kulit disekitar anus lecet ↑kehilangan cairan Tubuh bereaksi terhadap invasi mual
& teriritasi, muntah & elektrolit mikroorganisme
kemerahan & gatal
anoreksia
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan
b. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
c. Terapi simtomatik
Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan WGO Guideline
(2012), yaitu :
1. Melakukan penilaian awal
2. Tangani dehidrasi
3. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat sendiri atau larutan oralit.
4. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit, dan pasien
dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang sesuai
5. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral
6. Atasi gejala-gejala lain
7. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis
8. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
I. Data/identitas klien
Dalam tahap ini perawat perlu mengetahui nama, umur, alamat, agama, jenis kelamin,
nama ibu, nama ayah, pendidikan, pekerjaan, diagnose medis, pengkajian tanggal, dan
keluhan utama.
II. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Tekanan darah : terjadi penurunan tekanan darah
Suhu : suhu tubuh meningkat
Nadi : takikardi
RR : RR turun cepat ( biasanya dalam kompensasi asidosis)
a. Kepala dan leher
1. Wajah
Simestris, terdapat sianosis
2. Mata
Konjungtiva anemis, mata cekung
3. Hidung
Kemungkinan terdapat pernafasan cuping hidung
4. Bibir dan mulut
Mukosa bibir kering
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
6. Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : jantung teraba cepat
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
7. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah
Perkusi : sonor
Auskultasi : bising usus
8. Kulit
Turgor kurang, pucat, jaundice
9. Ekstremitas
Tidak terdapat edema
III. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama dalam penyakit ini feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang,
selaput kadirmulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten
encerbilirubin.
b. Riwayat penyakit sekarang
gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamas.
d. Pola fungsi kesehatan
IV. Pengkajian Keperawatan
1) Pola aktivitas/ istirahat
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
2) Pola sirkulasi
Takikardi, keringat berlebihan, ikterik pada sclera kulit dan membrane mukosa.
3) Pola eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari.
4) Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BAB.
5) Pola kognitif dan persepsi sensori
Pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita.
6) Pola konsep diri
Bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
7) Pola hubungan-peran
Perang keluarga dangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati penyakit yang
dideria pasien
8) Pola seksual-seksualitas
Tahap ini mengkaji selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan
dengan reproduksi.
9) Pola mekanisme koping
Pasien membutuhkan dukungan keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan
10) Pola nilai dan kepercayaan
Pasien selalu optimis dan berdoa agar penyakit yang diderita dapat sembuh dengan
cepat.
V. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah : Ht meningkat, leukosit menurun
2) Feses : Bakteri atau parasit
3) Elektrolit : Natrium dan Kalium menurun
4) Urinalisa : Urin pekat, BJ meningkat
5) Analisa Gas Darah :Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
2 NOC : NIC :
Ketidakseimba
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan (1008) Manajemen nutrisi
ngan nutrisi
Tidak Sedikit Cukup Sebagia Sepenu Kaji adanya alergi makanan
kurang dari
adekuat adekuat adekuat n besar hnya Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan
adekuat adekuat menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
tubuh b.d Skala outcome 1 2 3 4 5 dibutuhkan pasien.
anoreksia dan keseluruhan Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake tidak 100801 1 2 3 4 5
intake Fe
adekuat Asupan makanan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
secara oral
protein dan vitamin C
100802 1 2 3 4 5
Berikan substansi gula
Asupan makan
Yakinkan diet yang dimakan
secara tube
mengandung tinggi serat untuk mencegah
feeding
konstipasi
100803 1 2 3 4 5
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Asupan cairan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
secara oral Ajarkan pasien bagaimana membuat
100804 1 2 3 4 5 catatan makanan harian.
Asupan cairan Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
intravena kalori
100805 1 2 3 4 5 Berikan informasi tentang kebutuhan
Asupan nutrisi nutrisi
parental Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3 Hipertermia NOC : NIC :
b.d inflamasi Termoregulasi (0800) Perawatan demam
( reaksi tubuh Berat Cukup Sedang Ringan Tidak Monitor suhu sesering mungkin
terhadap invasi berat ada Monitor IWL
pathogen) Skala outcome 1 2 3 4 5 Monitor warna dan suhu kulit
keseluruhan Monitor tekanan darah, nadi dan RR
080018 1 2 3 4 5
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Peningkatan suhu
Monitor WBC, Hb, dan Hct
kulit
Monitor intake dan output
080003 1 2 3 4 5
Berikan anti piretik
Sakit kepala
Berikan pengobatan untuk mengatasi
080004 1 2 3 4 5
penyebab demam
Sakit otot
Kolaborasipemberian cairan
080014 1 2 3 4 5
intravena
Dehidrasi
Kompres pasien pada lipat paha dan
080021 1 2 3 4 5
aksila
Kram panas
Kriteria Hasil : Tingkatkan sirkulasi udara
Suhu tubuh dalam rentang normal Berikan pengobatan untuk mencegah
Nadi dan RR dalam rentang normal terjadinya menggigil
Tidak ada pusing
2.4 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 S : Klien mengatakan bahwa diare berkurang dan sudah
Defisit volume cairan b.d
tidak terlalu cair
peningkatan kehilangan
O : tanda vital dalam batas normal, tanda dehidrasi
cairan dan elektrolit
berkurang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2 S : Klien mengatakan bahwa sudah nafsu makan seperti
Ketidakseimbangan nutrisi
biasa
kurang dari kebutuhan
O : berat badan klien kembali seperti sebelum sakit
tubuh b.d anoreksia dan
A : masalah teratasi
intake tidak adekuat
P : hentikan intervensi
3 Hipertermia b.d inflamasi S : Klien mengatakan bahwa sudah tidak pusing dan
merasa badannya tidak panas lagi
O : suhu dalam rentang normal
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses 7 Januari
2018 melalui etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 12 Desember 2011 :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).