Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG RAWAT INAP ANGGREK


RSD BALUNG

oleh
Dela Soviatul Umaroh
NIM 152310101272

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Fisiologi


Menurut Syaifuddin ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
A. Mulut Terdiri dari 2 bagian :
1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi.
a) Bibir
b) Pipi
c) Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun
atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang
yang terdiri dari 2 palatum. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas
jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu :
Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek
Lingua + ujung lidah.
c) Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar
submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah,
kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah
depan di bawah lidah. Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar
ludah bawah lidah di sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya
berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah
kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga
di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus
stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut
melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah
rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di rongga
mulut bermuara di dasar rongga mulut.Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf
tak sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan
prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung
dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah.
B. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
C. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna
vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan,
menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam
lambung adalah kardia.
D. Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan
limpa, menempel di sebelah kiri fudus uteri.
E. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada seikum, panjang + 6 meter.
Lapisan usus halus terdiri dari :
1) lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
2) otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
1) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan kimus
2) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.Aktifitas
peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke dalam
duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh
peregangan lambung terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari
lambung turun sepanjang dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon
terdapat katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus
halus. Intestinum minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru.Pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lendir yang membuktikan di sebut papila vateri .Pada papila veteri ini
bermuara saluran empedu (duktus koledukus) dan saluran pankreas (duktus
pankreatikus).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter.Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas
yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan seikum
dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini di
perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula
seikalis atau valvula baukini.
B. Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam
keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan
ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
1) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
2) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari
ileum ke bawah hati.Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini di sebut
Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
3) Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
4) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens
berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah
kiri terdapat fleksura linealis.
5) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke
bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
6) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan
rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan
feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam :
1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan
longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol
keluar menjadi seperti kantong.
2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang
mendorong feses ke arah anus.
C. Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak di antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh
3 sfingter :
1) Sfingter Ani Internus
2) Sfingter Levator Ani
3) Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement. Mekanisme :
1) Kontraksi kolon desenden
2) Kontraksi reflek rectum
3) Kontraksi reflek signoid
4) Relaksasi sfingter ani

1.2 Definisi
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh
virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis adalah
peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari
saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).

1.3 Epidemiologi
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5
tahun. Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap tahun. Di Indonesia
merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak – anak. Rotavirus
adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut, antara 7- 17 %
disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih
jarang menderita gastroenteritis akut dari bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007
dalam Winarsih, 2011). Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka
kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua
golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita.
Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita (Ratnawati,
2008).
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%
terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24 bulan
(Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia diperkirakan diare menyebabkan
1 milyar episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar setahunnya. Pada tahun 1995
Depkes RI memperkirakan terjadi episode diare sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak
balita 3,2 juta setiap tahunnya (Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Data statistik
menunjukkan bahwa setiap tahunnya diare menyerang 50 juta jiwa penduduk Indonesia, dan
dua pertiganya adalah dari balita dengan angka kematian tidak kurang dari 600.000 jiwa. Di
beberapa rumah sakit di Indonesia, data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi
menempati peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke
rumah sakit. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu berhubungan
dengan hal-hal berikut: adanya travelling (domestik atau internasional), kontak personal dan
adanya sangkaan food-borne dengan masa inkubasi pendek. Jika tidak ada demam,
menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin (Zein dkk., 2004).
1.4 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
a. Faktor infeksi :
1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V.
Cholera, dan clostridium).
2) Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus.
Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
3) Jamur : kandida
4) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
b. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
1) Alergi makanan, misal susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
Menurut Suharyono dkk., dalam Wicaksono, 2011, ditinjau dari sudut
patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
A. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
1. Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
2. Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
3. Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi.
B. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir
1.5 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi
sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa
intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air
dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga
dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi
agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
1.6 Pathway

Faktor mal absorbsi (karbohidrat, Fak. Makanan (Makn. Basi, Fak. Psikologi (Rasa
lemak, protein) Beracun, Alergi makanan takut & cemas)

Penyerapan sari-sari makanan

Sal. Pencernaan tidak adekuat

Isi rongga usus berlebihan

Terdapatnya zat2 makanan tdk dpt di Gangguan sekresi ↑ motalitas usus


serap

↑aktivitas sekresi air &


tekanan osmotik ↑ Terdapatnya zat2
elektrolit
makanan tdk dpt di
serap
Rebsorbsi di dlm usus terganggu
Mengeluarkan isinya

BAB sering, komsistensi cair Inflamasi saluran pencernaan

Kulit disekitar anus lecet ↑kehilangan cairan Tubuh bereaksi terhadap invasi mual
& teriritasi, muntah & elektrolit mikroorganisme
kemerahan & gatal
anoreksia

hipertermi ↑ suhu tubuh


Kerusakan integritas kulit Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Devisit volume cairan hipertermi
1.7 Manifestasi klinis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare dan Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
e. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
f. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
g. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
h. Berat badan menurun
i. Pucat, lemah

1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan tinja.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
b. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

1.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


Menurut Arif Mansjoer (2007), penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri
atas :

a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan
b. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
c. Terapi simtomatik
Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan WGO Guideline
(2012), yaitu :
1. Melakukan penilaian awal
2. Tangani dehidrasi
3. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat sendiri atau larutan oralit.
4. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit, dan pasien
dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang sesuai
5. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral
6. Atasi gejala-gejala lain
7. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis
8. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
I. Data/identitas klien
Dalam tahap ini perawat perlu mengetahui nama, umur, alamat, agama, jenis kelamin,
nama ibu, nama ayah, pendidikan, pekerjaan, diagnose medis, pengkajian tanggal, dan
keluhan utama.
II. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Tekanan darah : terjadi penurunan tekanan darah
Suhu : suhu tubuh meningkat
Nadi : takikardi
RR : RR turun cepat ( biasanya dalam kompensasi asidosis)
a. Kepala dan leher
1. Wajah
Simestris, terdapat sianosis
2. Mata
Konjungtiva anemis, mata cekung
3. Hidung
Kemungkinan terdapat pernafasan cuping hidung
4. Bibir dan mulut
Mukosa bibir kering
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
6. Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : jantung teraba cepat
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
7. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah
Perkusi : sonor
Auskultasi : bising usus
8. Kulit
Turgor kurang, pucat, jaundice
9. Ekstremitas
Tidak terdapat edema
III. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama dalam penyakit ini feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang,
selaput kadirmulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten
encerbilirubin.
b. Riwayat penyakit sekarang
gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamas.
d. Pola fungsi kesehatan
IV. Pengkajian Keperawatan
1) Pola aktivitas/ istirahat
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
2) Pola sirkulasi
Takikardi, keringat berlebihan, ikterik pada sclera kulit dan membrane mukosa.
3) Pola eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari.
4) Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BAB.
5) Pola kognitif dan persepsi sensori
Pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita.
6) Pola konsep diri
Bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
7) Pola hubungan-peran
Perang keluarga dangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati penyakit yang
dideria pasien
8) Pola seksual-seksualitas
Tahap ini mengkaji selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan
dengan reproduksi.
9) Pola mekanisme koping
Pasien membutuhkan dukungan keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan
10) Pola nilai dan kepercayaan
Pasien selalu optimis dan berdoa agar penyakit yang diderita dapat sembuh dengan
cepat.
V. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah : Ht meningkat, leukosit menurun
2) Feses : Bakteri atau parasit
3) Elektrolit : Natrium dan Kalium menurun
4) Urinalisa : Urin pekat, BJ meningkat
5) Analisa Gas Darah :Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Defisit volume cairan b.d peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit


b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan intake tidak
adekuat
c. Hipertermia b.d inflamasi ( reaksi tubuh terhadap invasi patogen).
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. NOC: NIC :
Defisit volume
Keseimbangan cairan (0601) Manajemen cairan
cairan b.d
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
peningkatan
Tergan tergang tergang tergang tergang Pertahankan catatan intake dan output
kehilangan
ggu gu gu gu gu yang akurat
cairan dan Skala outcome 1 2 3 4 5
 Monitor status hidrasi ( kelembaban
elektrolit keseluruhan
060101 1 2 3 4 5 membran mukosa, nadi adekuat, tekanan

Tekanan Darah darah ortostatik ), jika diperlukan

060107 1 2 3 4 5  Monitor vital sign

Keseimbangan intake  Monitor masukan makanan / cairan dan


dan output dalam 24 hitung intake kalori harian
jam  Kolaborasikan pemberian cairan intravena
060109 1 2 3 4 5 IV
Berat badan stabil  Monitor status nutrisi
060116 1 2 3 4 5  Dorong masukan oral
Turgor kulit  Berikan penggantian nesogatrik sesuai
060115 1 2 3 4 5 output
Kehausan  Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
Kriteria Hasil :  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
urine normal, HT normal berlebih muncul meburuk
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal  Atur kemungkinan tranfusi
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,  Persiapan untuk tranfusi
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

2 NOC : NIC :
Ketidakseimba
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan (1008) Manajemen nutrisi
ngan nutrisi
Tidak Sedikit Cukup Sebagia Sepenu  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari
adekuat adekuat adekuat n besar hnya  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan
adekuat adekuat menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
tubuh b.d Skala outcome 1 2 3 4 5 dibutuhkan pasien.
anoreksia dan keseluruhan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake tidak 100801 1 2 3 4 5
intake Fe
adekuat Asupan makanan
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
secara oral
protein dan vitamin C
100802 1 2 3 4 5
 Berikan substansi gula
Asupan makan
 Yakinkan diet yang dimakan
secara tube
mengandung tinggi serat untuk mencegah
feeding
konstipasi
100803 1 2 3 4 5
 Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Asupan cairan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
secara oral  Ajarkan pasien bagaimana membuat
100804 1 2 3 4 5 catatan makanan harian.
Asupan cairan  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
intravena kalori
100805 1 2 3 4 5  Berikan informasi tentang kebutuhan
Asupan nutrisi nutrisi
parental  Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Kriteria Hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3 Hipertermia NOC : NIC :
b.d inflamasi Termoregulasi (0800) Perawatan demam
( reaksi tubuh Berat Cukup Sedang Ringan Tidak  Monitor suhu sesering mungkin
terhadap invasi berat ada  Monitor IWL
pathogen) Skala outcome 1 2 3 4 5  Monitor warna dan suhu kulit
keseluruhan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
080018 1 2 3 4 5
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
Peningkatan suhu
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
kulit
 Monitor intake dan output
080003 1 2 3 4 5
 Berikan anti piretik
Sakit kepala
 Berikan pengobatan untuk mengatasi
080004 1 2 3 4 5
penyebab demam
Sakit otot
 Kolaborasipemberian cairan
080014 1 2 3 4 5
intravena
Dehidrasi
 Kompres pasien pada lipat paha dan
080021 1 2 3 4 5
aksila
Kram panas
Kriteria Hasil :  Tingkatkan sirkulasi udara
 Suhu tubuh dalam rentang normal  Berikan pengobatan untuk mencegah
 Nadi dan RR dalam rentang normal terjadinya menggigil
 Tidak ada pusing
2.4 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 S : Klien mengatakan bahwa diare berkurang dan sudah
Defisit volume cairan b.d
tidak terlalu cair
peningkatan kehilangan
O : tanda vital dalam batas normal, tanda dehidrasi
cairan dan elektrolit
berkurang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2 S : Klien mengatakan bahwa sudah nafsu makan seperti
Ketidakseimbangan nutrisi
biasa
kurang dari kebutuhan
O : berat badan klien kembali seperti sebelum sakit
tubuh b.d anoreksia dan
A : masalah teratasi
intake tidak adekuat
P : hentikan intervensi
3 Hipertermia b.d inflamasi S : Klien mengatakan bahwa sudah tidak pusing dan
merasa badannya tidak panas lagi
O : suhu dalam rentang normal
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

2.5 Discharge Planning

1. Anjurkan pasien untuk banyak meminum air


2. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang air
besar atau kecil dan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan diare
3. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(misalkan oralit)
4. Ajarkanmengenai tanda-tanda dehidrasi, mata cekung, turgor kulit tidak elastis membran
mukosa kering
5. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaanya
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America


: Mosby.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006.Nursing Outcomes Classification.


United States of America : Mosby

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan


2009-2011. Jakarta : EGC.Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
(terjemahan). Jakarta:EGC

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal. Hepatobilier.


Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal


Bedah.Jakata : Salemba Medika.

Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses 7 Januari
2018 melalui etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).

Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan


Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. Diakses
7 Januari 2018 melalui www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 12 Desember 2011 :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).

Anda mungkin juga menyukai