Anda di halaman 1dari 32

BAHAN AJAR

IRIGASI & BANGUNAN AIR (IRBANG)

( NILAI KREDIT 3 SKS)

DISUSUN OLEH :
IR. SETIYADI, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2019

I -1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN IRIGASI

BAB II : MERENCANAKAN TRASE JARINGAN IRIGASI DI PETA SKALA 1:


25000

BAB III : STANDAR SISTEM TATANAMA UNTUK SKEMA IRIGASI.

BAB IV : PERHITUNGAN PERHITUNGAN PERENCANAAN PETAK IRIGASI

4.1.PERHITUNGAN LUAS PETAK SAWAH (A hektar Ha

4.2.KEBUTUHAN AIR DI SAWAH DIVERSION REQIREMENT (DR)

4.3. DEBIT PETAK SAWAH Qsawah = DR*A

BAB V : MERENCANAKAN DEBIT Q SALURAN IRIGASI.

BAB VI : MERENCANAKAN DIMENSI SALURAN IRIGASI (h, b, 1: m,B, H,S)

BAB VII : MERENCANAKAN GAMBAR LONG PROFIL SALURAN IRIGASI,


DENGAN KERTAS MILIMETER BLOCK (MANUAL TANGAN), ATAU DG. AUTOCAD

BAB I
PENDAHULUAN

I -2
I. 1. Irigasi

I. 1. 1 Pengertian Irigasi

Pengertian irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa
dan irigasi tambak (PP No. 77 2001).Saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia.Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempatnya dekat dengan sungai
atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan membawa air menggunakan wadah
kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu.Untuk irigasi dengan model seperti ini disebut
menyiram.

I. 1. 2 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, penggunaan, dan pembuangannya.Jaringan irigasi tersendiri dari jaringan utama dan
jaringan tersier.Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu system irigasi,
mulai dari bangunan utama, saluran induk/Primer, saluran sekunder, dan bagunan sadap serta
bangunan pelengkapnya. Sedangkan jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi
sebagai prasarana pelayanan air didalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang
disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran quarter dan saluran pembuang
berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa yang luas
areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.

I. 2 Tujuan Irigasi

Irigasi dilakukan diadakan dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan air yang


menyeluruh, terpadi dan berwawasan lingkungan , serta untuk menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani (PP No. 77 tahun 2001). Sedangkan irigasi sendiri berfungsi untuk
mempertahankan dan meningkatkan produktifitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang
optimal tanpa mengabaikan kepentingan yang lainnya.

I. 2. 1 Jenis-jenis Saluran Irigasi

Saluran irigasi terbagi atas beberapa bagian antara lain saluran primer, saluran sekunder
dan saluran tersier.

a. Saluran Primer
Adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama ke saluran sekunder atau petak-
petak tersier dialiri.Batas ujung saluran primer adalah banguna bagi yang paling terakhir.
I -3
b. Saluran Sekunder
Adalah saluran yang membagi saluran primer menjadi beberapa saluran yang lebih kecil.

c. Saluran Tersier
Adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadapa tersier dalam petak tersier.

Untuk tiap-tiap salran baik itu primer, sekunder ataupun tersier, mempunyai ukuran yang
berbeda dan debit yang berbeda-beda pula tergantung pada luas area yang diairi.
Sektor pertanian adalah sector yang menguasai hajat hidup orang banyak di Indonesia,
baik sebagai profesi maupun dalam pemanfaatan hasil pertanian terutama beras yagn menjadi
makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Untuk itu berbagai usaha dilakukan untuk
mencapai produksi pertanian yang baik dan mencukupi kebutuhan nasional.Pertama-tama
dilakunkan dengan peningkatan produksi hasil usaha pertanian dengan intensifikasi seperti
membudidayakan beberapa komoditas unggulan dan varietas unggulan baik terhadap kuantitas
dan kualitas, dan juga perluasan areal tanam.
Dalam pengembangan komoditas unggulan, air merupakan faktor determinan
keberhasilan system budidaya. Argumennya, air merupakan komponen utama (lebuh dari 80%)
penyusun tanaman sekaligus berperan penting dalam proses pertumbuhan. Itulah sebabnya
mengapa kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat berdampak negative terhadap
pertumbuhan dan atau perkembangan tanaman bahkan berdampak langsung terhadap kualitas
produk yang dihasilkan.
Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik iklim khususnya jumlah
curah hujan, hari hujan dan penyebarannya yang dilakukan belakangan ini umumnya kurang
efektif dan efisien, karena intensitas, frekuensi dan durasi anomali iklim cenderung meningkat.
Apalagi pola penyebaran produksi biasanya akan seirama denga pola curah hujan (musiman)
tetapi seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang relatif tetap sepanjang tahun.
Untuk dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat
disesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka pelaksanaan pengelolaan air melalui
irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk memenuhi kebutuhan air dimusim kemarau atau di
luar musim.
Perluasan areal tanaman hanya dimungkinkan dengan adanya perbaikan dan perluasan
system irigasi karena dapat menjamin pengadaan air secara tepat, teratur dan cukup.
Irigasi adalah usaha penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan
air irigasi untuk mneunjang pertanian.Suatu jaringan irigasi yang meliputi saluran, bangunan dan
bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesayuan dan diperlukan untuk pengaturan air
irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan dan
pembuangannya.
Beberapa istilah dan defenisi dalam ruang lingkup irigasi sebagai berikut :
1. Bangunan boks bagi adalah bangunan yang terletak disaluran tersier atau kwarter yang
berfungsi untuk membagi aliran air ke cabangnya.
I -4
2. Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat agar aliran air irigasi tidak terhambat
akibat dari kondisi topografi yang terlewati oleh saluran irigasi.
3. Bangunan terjun adalah bangunan yang berfungsi menurunkan muka air dan tinggi
energy yang dipusatkan di satu tempat.
4. Bangunan utama adalah bangunan yang dipergunakan untuk menangkap atau mengambil
air dari sumbernya seperti sungai atau muka air lainnya.
5. Bendungan adalah usaha untuk menaikan tinggi permukaan air, mengarahkan air sungai
dengan cara membendung sunagi tanpa seservoar. Jumlah dan tinggi permukaan
dipengaruhi oleh debit sungai musim hujan dan kemarau.
6. Bendungan adalah usaha untuk menaikkan tinggi permukaan air, mengarahkan air sungai
dengan cara membendung sungai mengumpulkannya dengan reservoir sebelum dialirkan
ke saluran pembawa dengan demikian pada musim hujan air dapat disimpan dan pada
musim kemarau, selain untuk air pengairan digunakan juga untuk air minum dan energi.
7. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari satu jaringan irigasi
yang bisa disingkat dengan DI.
8. Gorong-gorong adalah bangunan fisik yang dibangun memotong jalan/galengan yang
berfungsi untuk penyaluran air (memotong lewat bawah).
9. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
10. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelola irigasi, dan sumber daya manusia.
11. Jaringan irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakupp penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.
12. Jaringan irigasi desa (JIDES) adalah jaringan irigasi berskala kecil yang terdiri dari
bangunan pengangkap air (bending, bangunan pengambilan), saluran dan bangunan
pelengkap lainnya. JIDES dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa atau pemerintah
desa baik dengan atau tanpa bantuan pemerintah.
13. Jaringan irigasi pemerintah adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah atau jaringan irigasi yang dibangun oleh pemerintah tetapi pengelolaannya
telah diserahkan kepada masyarakat tani.
14. Jaringan irigasi tersier/tingkat usaha tani (JITUT) adalah jaringan irigasi yang berfungsi
sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan
pelengkapnya pada jaringan irigasi pemerintah. Sesuai dengan ketentuan dalam PP no. 20
th 2006 tentang irigasi, pembangunan dan pengelolaan JITUT menjadi wewenang dan
tanggung jawab petani pemakai air.
15. Jaringan Utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu system irigasi, mulai dari
bangunan utama (bendung/bendungan) saluran induk/primer, saluran sekunder dan
bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.
I -5
16. Jembatan adalah bangunan penyeberangan saluran air bahan kayu yang minimal dapat
dilalui hand traktor, motor.
17. Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata
tanam, menyusun system golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
18. Pemeliharaan Jaringan Irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi
agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
19. Pengembangan Jaringan Irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
20. Partisipatif adalah peran serta petani dan pemerintah atas prinsip kesetaraan dalam setiap
tahapan kegiatan sejak perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
serta pemanfaatan hasil termasuk pembiayaan.
21. Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air
sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai.
22. Perkumpulan Petani Pemakai Air adalah istilah umum untuk kelembagaan pengelola
irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang menjadi wadah petani pemakai
air dalam suatu daerah pelayanan irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa
yang dibentuk secara demokratis.
23. Petani Pemakai Air adalah semua petani yang mendapatkan nikmat dan manfaat secara
langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi
rawa yang meliputi pemilik sawah, pemilik penggarap sawah, penggarap/penyakap,
pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan irigasi/reklamasi rawa, dan pemakai
air irigasi lainnya.
24. Pintu Air adalah bangunan fisik yang dapat mengatur keluar masuk air sesuai dengan
kebutuhan tanaman yang diusahakan.
25. Produktivitas adalah tingkat hasil/produksi yang didapatkan per hektar tanam dalam satu
kali penanaman.
26. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES)/Tingkat Usaha Tani (JITUT) adalah kegiatan
perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi desa (JIDES)/tingkat usaha tani (JITUT) guna
mengembalikan/meningkatkan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula atau
menambah luas areal pelayanan.
27. Saluran Kwarter adalah saluran yang membawa air dari boks tersier ke petak-petak
sawah.
28. Saluran Sekunder adalah saluran pembawa air irigasi yang mengambil air dari bangunan
bagi di saluran primer yang berada dalam jaringan irigasi.
29. Saluran Tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak
tersier.
30. Siphon adalah bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan
menggunakan gravitasi melalui bagian bawah sungai.
I -6
31. Sumber air adalah tempat/wadah air baik yang terdapat pada, diatas, maupun dibawah
permukaan tanah (dalam penjelasan termasuk dalam pengertian; sungai, danau, mata air,
aquifer, situ, waduk, rawa dan muara serta dijelaskan sifat wadah air yang kering
permanen).
32. Stimulan adalah bantuan dalam bentuk rangsangan pengadaan bahan dan alat untuk
mempercepat, mempermudah, atau menyempurnakan kegiatan fisik.
33. Talang adalah bangunan air yang melintas diatas saluran/sungai atau jalan untuk
mengalirkan air irigasi ke seberangnya.

BANGUNAN PENANGKAP AIR : BENDUNG


1. Penangkap Air Bebas
2. Bendung Bronjong
3. Bendung Kayu
4. Type-Type Bendung :
- Vlugter
- Schohlitsch
I -7
5. Lebar dan Tinggi Bendung

1. Penangkap Air Bebas


Apabila keadaan jalur tanah sepanjang jalur memungkinkan pembikinan saluran. Dalam hal
demikian dipakai diterapkan sistem saluran muka, disini mulai dari saluran penyadap dengan
bantuan bending panjang atau tembok samping diperpanjang ke arah hulu sepanjang sungai
sehingga mencapai level air sungai seperti masuk ke sungai atau saluran. Bagian perpanjangan
saluran ini dinamakan saluran muka.

I -8
I -9
I -10
I -11
Pada pintu saluran muka ada pintu balik dengan maksud untuk menghindarkan masuknya air
pasir dan batu-batu dalam keadaan banjir dan memasukkan air permukaan pada saat air normal.
Tembok sekat antar sungai dan saluran muka biasanya tidak, di buat setinggi air banjir sebab
mahal, kecuali jika bahannya dari tanah. Ekor dari pada saluran muka harus dibuat apabila
sungai bebas banjir dan selain itu pada jarak 100 m atau 200m. Di sebelah hilir dibuat pintu air
penguras atau pintu air pembersih. Hal ini perlu guna membersihkan endapan yang mengendap
sebagai catatan dalam pencarian ini adalah :

1. Kepala pintu air balok dibangun lebih tinggi dari air banjir, tidak diizinkan air banjir
melimpah di atasnya
2. Sekat saluran muka, dibuat dari tembok dengan tebal 0,8m muka air atau 2,5 dibagian
atas ø 1,00 atau h= 50m pada bagian bawahnya.
Tembok tersebut tak banyak mengalami tekanan air dari sebelah. Maka dari itu, tembok
tidak perlu tebal.

BENDUNG BIKINAN PENDUDUK


Yang dimaksud bendung bikinan penduduk adalah bendung yang cukup memenuhi
kebutuhan pada musim kemarau tetapi seringkali hancur pada waktu musim hujan bendung
tersebut biasanya dibuat dari bahan setempat.

Di daerah pegunungan sering dijumpai kolam batu kali yang di tumpuk-tumpuk dengan
cara sederhana untuk konstruksi yang lebih kuat digunakan bronjong.

I -12
Untuk mengurangi bocoran-bocoran pada musim kemarau, bagian luas bronjong tersebut
dapat ditutup dengan tanah liat atau daun-daunan. Jenis bronjong yang lebih kuat dengan
menggunakan material dari yang diambil dan di isi dengan batu.

I -13
Hitungan anyaman per m2 dengan kawat tebal :

3 mm – 1,5kg (mudah berkarat)

4 mm – 2,65 kg (kawat telpon)

5 mm – 4,20 kg (kawat telpon)

Bendung bikinan penduduk ada yang terbuat dari kayu (kayu lias, kayu kelapa) bamboo atau
kombinasi kayu dan batu.

I -14
BENDUNG KAYU

I -15
PENEMPATAN BENDUNG TETAP TERHADAP ARUS AIR

I -16
Susunan Umum Bendung Tetap ;

Suatu bending terdiri atas :

Kepala atau badan bending dengan lantai terjunan atau badan bendung dengan kolam
pematahan.bangunan bilas dengan satu atau beberapa bilas dan lantai pembilas. Pada kanan dan
kirinya terdapat dinding-dinding tegak, dilengkapi dengan sayap-sayap seperlunya. Kepala
bendung baik di sebelah kanan atau kiri sungai, tentang kebutuhan dibiasakan berupa bangunan
untuk masuknya air ke dalam masing-masing in-load.

Syarat – syarat Umum :

(syarat detail bab berikutnya)

I -17
1. Lobang pembilas dan lobang pemasukan dapat terdiri atas lobang-lobang atau saluran
terbuka.
2. Dinding-dinding sayap pada umum nya dibuat sedemikian rupa dan pannjang, sehingga
kepala bagian tebing yang tak mungkin tergerus atau longsor.
3. Lobang-lobang dari pintu pemasukan harus seimbang dengan lobang-lobang pintu
pembilas dengan maksud agar pada jumlah lobang pemasukan yang seimbang untuk
dapat menggontok waled yang mengendap di muka pintu-pintu pemasukan
4. Vt pintu pemasukan dan pembilas dibuka lantai pembilas dari pasangan untuk menggali
agar dasar sungai tidak tergerus disebabkan terjadinya kecepatan pada waktu diadakan
pembilasan atau penggotoran.
5. Tempat pintu pemasukkan harus dipilih sedemikian rupa sehingga semaksimal mungkin
beban-beban dari agregat, pasir dan walled berat tidak masuk ke dalam saluran.akan
tetapi tidak berlaku bagi walled yang sedikit berguna dan dapat menyebabkan saluran
disawah-sawah yang di airi.
6. Untuk kepentingan eksploitasi hubungan tepi kiri dan kanan perlu diadakan jembatan
penghubung dari kayu, baja atau plat beton.
7. Apabila di tepi sebelah kiri bendung di pandangnya tidak memenuhi syarat maka
membuat suatu saluran. Maka tepi anak irigasi sepenuhnya dimasukkan melalui pintu
pemasukan yang sebelah kanan untuk kemudian ditempatkan yang sebelah agak ke kiri
terbagi dengan bangunan baru.
8. Apabilka di sebelah kiri bendung bawah < bagian sawah sebelah kanan sungai, maka kita
cukup membuat sebuah pintu pembilas saja. Tepi kiri dan kanan tidak diperlukan.
9. Apabila kita hanya memiliki satu pintu pemasukan, maka pada tepi sungai yang lain
dinding tegak tepi yang lain dapat diganti dengan saluran pasangan samping. Akan tetapi
kalau cara ini hanya boleh di anut bila sungainya tidak mengalirkan bahan dari kali yang
nantinya dapat merusak pasangan samping tersebut.
10. Dalam merencanakan sebuah dibuat harus diusahakan agak tinggi terjunan yang >
memerlukan pengamanan dai tepi dan batas sungai sebelah kiri yang sangat mahal
harganya.
11. Panjang dari bendung dibuat sesuai dengan tebal bata-bata normal dari sungainya
sehingga debit mungkin merubah atau mempengaruhi debit sungai. Apabila panjang
bendung dibuat jauh lebih panjang dari lebar sungainya, maka tidak aka nada artinya,
sebelah bagian bendung yang terletak di luar lebar sungai normalnya akan berada
diluarnya arah pergalian. Problem nya adalah penyerapan-penyerapan yang terjadi dan
menutup atau mengganggu bagian in take sungainnya.

I -18
I -19
TIPE-TIPE BENDUNG

Beberapa tipe bendung yang dikenal antara lain sebagai berikut

I. Tipe VLUGTER

I -20
Disebut tipe VLUGTER
dipakai pada tanah dasar alluvial dengan sungai yang tak banyak membawa batu-batu besar, tipe
yang banyak digunakan di Indonesia , dan dari beberapa instruksi yang telah membangun
menunjukan hasil yang baik.

2. Tipe “SCHOHLITSCH”

Dipakai tipe ini dar

Tipe ini sama sifat dengan tipe VLUGTER dan dipakai apabila pada VLUGTER harga R & D
terlalu besar, sehingga penggalian untuk lantai kolam olakan dan koperannya terlalu
dalamApabila R kira-kira sekitar 8m atau lebih dipakai tipe ini.

Tipe ini digunakan pada tanah dasar yang lebih baik dari pada tanah alluria

Agar tidak cepat tenggelam , maka koperannya harus masuk kedalam tanah dasar yang
kedalamannya minimal 4m. Pada umumnya , setelah bendung yang dipakai dan ternyata terjadi
gangguan sehingga koperannya yang tinggal didalam tanah hanya 1/3nya maka dibelakang

I -21
koperan tersebut harus dibuat koperan lagi/baru sedalam 4m lagi dengan bidang koperan 1/2nya
atau 1/3nya.

Tipe IV.

Diguanakan di wduk-waduk sebagai spillway dari high dengan terjunan yang tinggi dan dengan
air yang bersih.

Tipe tersebut tidak baik dipakai di terjunan yang membawa batu-batu besar sebab lantai terjunan
akan pecah dan patah. Untuk itu perlu dibuatkan bentuk tersendiri yang cocok dan tahan
terhadap benturan batu. Maka pada sudut bawah lantai terjunan dibuatkan terjunan lagi yang
diberi peluncur batu dari baja.

a. Peninjauan pada bagian atas tanah pada bangunan /bendung


b. Peninjauan pada bagian bawah tanah

I -22
A.
● Beff = B-Σb – Σf + 0,8 Σb
● Beff = lebar efektif
● Σf = jumlah lebar milas
● B’ = Lebar selisih bendung n
● Σb = jumlah lebar pilihan
● 0,8b = kiri pengaliran air diatas

Lebar bendung yang lebar-lebar normal sungai rata-rata. Apabila disatukan banyak
timbul kiri saluran B < 6/5 B normal.

A. Pilar-pilar yang terdapat pada bendung kemungkinan : pilar jembatan dan pilar
pintu pembilas.
Lebar pintu pembilas ditentukan oleh volume endapan dan Q yang diperlukan.
Lebar pilar ditentukan oleh beban yang diterima /ditanggung
Sebagai pegangan dalam perencanaan bendung.
Pilar dapat diambil pasangan batu kali : 2-3meter

I -23
Betonan : 1-2 meter
Pada pilar pintu bilas dari lebar pintu bilasnya.
Jika ada pengambilan lewat pintu bilas maka : lihat gambar !
Lebar infake lewat dibawah (didalam) bendung supaya lebih murah

B. Lebar pintu pembilas


Berhubung pintu-pintu pembilas berfungsi untuk mengulas bahan-bahan endapan dan
pintunya berdiri harus diangkat waktu pembilasan maka lebar pintu tidak boleh
terlalu kecil atau terlalu besar. Kalau kecil pintu pengtairannya maka hasil debit kecil
maka pembilasannya juga akan sedikit dan kalau besar pintu pengurasannya maka
akan lebih mahal.

Untuk dinces-dinces dapat diambil ½ lebar pintu intake atau 1/10lb

C. Koefisien debit
Faktor – faktor yang mempengaruhi debit

1. Bentuk ketajaman pelimpah

2. Ambang lebar

I -24
3. Alirannya sempurna atau tak sempurna

4. Bentuk keliling bersihnya

5. Kontsaktion samping (steam line)

I -25
6. Lebar pelimpah

D. Jenis-jenis pelimpah

I -26
Jika syarat b ≠B sungai

0,003 2
(
B izin : m = 0,45+
h )¿

Pada pelimpah sempurna ambang sempit dan pada pelimpah tak sempurna ambang

I -27
Pada pelimpah tidak sempurna ambang tipis, pengaruh ai bawah demikian kecil, maka rumus
pelimpah sempurna berlaku :

1. Bila h’ ≤ 2h maka Q = m. bh √ 2 gh
2. Bila h’ = 2/3h maka Q = 0,9. m.bh.√ 2 gh
3. Bila h’ = 4/5h maka Q = 0,8 m.bh.√ 2 gh
4. Menurut VAN KooTER

Semula rumus-rumus tersebut tidak memperhitungkan kontraksi samping dari pancaran air
akibat aadanya pilar-pilar dan tembok. Pengairannya kecil.

RENCANA BANGUNAN AIR

1. PERENCANA LEBAR DAN TINGGI BENDUNG

-
Q= m.bh √ 2 gh arah h=z

I -28
Q= m.bh √ 2 gh

I -29
Prinsip perhitungan
Vo2
Ef1 = + h+ y
2g
1 2
= 1 dc + Hc+ y makadc = h
2 3
2
V2
Ef2 = +d 2
2g

HL = Ef1 - Ef2
v1
F= → F = periode number
√ fgα

S = bila K tidak diperhitungkan


Z = bila K diperhitungkan

I -30
DAFTAR PUSTAKA

1. ISBN : 979-8392-463 (1997) , Irigasi dan Bangunan Air, UPT Penerbit Universitas
Gunadarma Jakarta.
2. KP-02 Kriteria Perencanaan – Bagian Bangunan Utama (1986), Direktorat Jendral
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Repuplik Indonesia

I -31
3. KP-03 Kriteria Perencanaan – Bagian Saluran (1986), Direktorat Jendral Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum Repuplik Indonesia
4. KP-04 Kriteria Perencanaan – Bagian Bangunan (1986), Direktorat Jendral Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum Repuplik Indonesia
5. KP-05 Kriteria Perencanaan – Bagian Petak Tersier (1986), Direktorat Jendral Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum Repuplik Indonesia.
6. KP-06 Kriteria Perencanaan – Bagian Parameter Bangunan (1986), Direktorat Jendral
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Repuplik Indonesia.
7. KP-07 Kriteria Perencanaan – Bagian Standar Penggambaran (1986), Direktorat Jendral
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Repuplik Indonesia

I -32

Anda mungkin juga menyukai