Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak,2004:492)
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6
minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002).

B. Tanda dan Gejala


- Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
- Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat
- Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan
mengosongkan
- Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.
C. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Fisiologi
a. involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi lebih kecil,
disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein
dinding rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air
kencing.
b. inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat plasenta
merupakan tempat permukaan kasar tidak rata kira2 sebesar telapak
tangan,dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu
kedua,hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
c. perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks terbentuk sel2 otot
terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina teregang pada
waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang
normal.
d. perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus
mempunyai pembuluh2 darah yang besar,tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang banyak,maka
arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
e. dinding perut dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut
menjadi longgar karena teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih
kembali dalam 6 minggu.
f. saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine,dilatasi
ureter dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
g. laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada belum
mengandung susu melainkan colostrum.colostrum adalah cairan
kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:     ) Sedangkan
stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

D. Patofisiologi dan Pathway

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1.       Post partum daini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2.       Post partum intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3.       Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
Pathway
E. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4.   Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

F. Komplikasi
a.   Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d.   Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
G. Asuhan keperawatan pada ibu post partum
1. Pengkaian
Pengkajian Fisik
1. Riwayat kesehatan sebelumnya
2. Tanda-tanda Vital
3. Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4. Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
striae.
5. Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6. Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7.     Rektum: hemoroid, dll.
8.   Aktivitas sehari-hari.
  Pengkajian Psikologis
1. Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
2. Spesifik: depresi postpartum.
3. Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan
libido.

2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
g.    Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
3. Intervensi keperwatan

Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri v  Pain Level, ·  Mengetahui tingkat
§  Lakukan
fisik v  Pain control, pengalaman nyeri
pengkajian nyeri
(peregangan v  Comfort level klien dan tindakan
secara
perineum; luka Setelah dilakukan keperawatan yang
komprehensif
episiotomi; askep selama …x akan dilakukan untuk
termasuk lokasi,
involusi uteri; 24 jam, mengurangi nyeri
karakteristik,
hemoroid; diharapkan nyeri
durasi, frekuensi, ·  Reaksi terhadap
pembengkaka berkurang
kualitas dan faktor nyeri biasanya
n payudara). Kriteria Hasil :
presipitasi ditunjukkan dengan
v Mampu
(PQRST) reaksi non verbal
mengontrol nyeri
§  Observasi reaksi tanpa disengaja.
(tahu penyebab
nonverbal dari
nyeri, mampu ·  Mengetahui
ketidaknyamanan
menggunakan pengalaman nyeri
§  Gunakan teknik
tehnik
komunikasi
nonfarmakologi
terapeutik untuk
untuk mengurangi
mengetahui
nyeri, mencari
pengalaman nyeri ·  Penanganan nyeri
bantuan)
pasien tidak selamanya
v Melaporkan bahwa
§  Ajarkan tentang diberikan obat. Nafas
nyeri berkurang
teknik non dalam dapat
dengan
farmakologi membantu
menggunakan
§  Evaluasi mengurangi tingkat
manajemen nyeri
keefektifan kontrol nyeri
v Mampu mengenali
nyeri ·  Mengetahui
nyeri (skala,
§  Motivasi untuk keefektifan control
intensitas,
frekuensi dan meningkatkan nyeri
tanda nyeri) asupan nutrisi yang
·     Mengurangi rasa
v Menyatakan rasa bergizi.
nyeri Menentukan
nyaman setelah §  Tingkatkan istirahat
intervensi
nyeri berkurang §  Latih mobilisasi
keperawatan sesuai
v Tanda vital dalam miring kanan
skala nyeri.
rentang normal miring kiri jika
·     Mengidentifikasi
TD : 120-140 /80 kondisi klien mulai
penyimpangan dan
– 90 mmHg membaik
kemajuan
RR : 16 – 24 ·    Kaji kontraksi
berdasarkan involusi
x/mnt uterus, proses
uteri.
N   : 80- 100 x involusi uteri.
mnt ·    Anjurkan pasien
·     Mengurangi
   T    : 36,5o C – untuk membasahi
ketegangan pada luka
37,5 o C perineum dengan
perineum.
air hangat sebelum
berkemih.
·    Anjurkan dan
·     Melatih ibu
latih pasien cara
mengurangi
merawat payudara
bendungan ASI dan
secara teratur.
memperlancar
·    Jelaskan pada ibu
pengeluaran ASI.
tetang teknik
·     Mencegah infeksi
merawat luka
dan kontrol nyeri
perineum dan
pada luka perineum.
mengganti PAD
secara teratur
setiap 3 kali sehari
·  Mengurangi
atau setiap kali
intensitas nyeri
lochea keluar
denagn menekan
banyak.
·    Kolaborasi dokter rangsnag nyeri pada
tentang pemberian nosiseptor.
analgesic
Resiko defisitv  Fluid balance Fluid management ·      Mengidentifikasi
volume cairanv  Hydration ·    Obs Tanda-tanda penyimpangan
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. indikasi kemajuan
pengeluaran askep selama …x ·    Obs Warna urine. atau penyimpangan
yang 24 jam, Pasien ·    Status umum dari hasil yang
berlebihan; dapat setiap 8 jam. diharapkan.
perdarahan; mendemostrasika ·    Pertahankan ·                
diuresis; n status cairan catatan intake dan Memenuhi kebutuhan
keringat membaik. output yang akurat cairan tubuh klien
berlebihan. Kriteria evaluasi: ·    Monitor status ·                 Menjaga
tak ada hidrasi status balance cairan
manifestasi ( kelembaban klien
dehidrasi, resolusi membran mukosa,
oedema, haluaran nadi adekuat,
urine di atas 30 tekanan darah
ml/jam, kulit ortostatik ), jika ·                
kenyal/turgor kulit diperlukan Memenuhi kebutuhan
baik. ·    Monitor masukan cairan tubuh klien
makanan / cairan ·                
dan hitung intake Memenuhi kebutuhan
kalori harian cairan tubuh klien
·    Lakukan terapi IV
·    Berikan cairan ·      Temuan-temuan ini
·    Dorong masukan menandakan
oral hipovolemia dan
·    Beritahu dokter perlunya peningkatan
bila: haluaran urine cairan.
< 30 ml/jam, haus,
takikardia, gelisah, ·      Mencegah pasien
TD di bawah jatuh ke dalam
rentang normal, kondisi kelebihan
urine gelap atau cairan yang beresiko
encer gelap. terjadinya oedem
·    Konsultasi dokter paru.
bila manifestasi ·      Mengidentifikasi
kelebihan cairan keseimbangan cairan
terjadi. pasien secara adekuat
·    Pantau: cairan dan teratur.
masuk dan cairan
keluar setiap 8 jam.
Perubahan Setelah dilakukan ·      Kaji haluaran ·     Mengidentifikasi
pola eleminasi askep selama …x urine, keluhan serta penyimpangan dalam
BAK (disuria) 24 jam, Pola keteraturan pola pola berkemih pasien.
b/d trauma eleminasi (BAK) berkemih. ·     Ambulasi dini
perineum dan pasien teratur. ·      Anjurkan pasien memberikan
saluran kemih. Kriteria hasil: melakukan rangsangan untuk
eleminasi BAK ambulasi dini. pengeluaran urine dan
lancar, disuria ·      Anjurkan pasien pengosongan bladder.
tidak ada, bladder untuk membasahi ·     Membasahi bladder
kosong, keluhan perineum dengan dengan air hangat
kencing tidak ada. air hangat sebelum dapat mengurangi
berkemih. ketegangan akibat
·      Anjurkan pasien adanya luka pada
untuk berkemih bladder.
secara teratur. ·     Menerapkan pola
·      Anjurkan pasien berkemih secara
untuk minum teratur akan melatih
2500-3000 ml/24 pengosongan bladder
jam. secara teratur.
·      Kolaborasi untuk ·     Minum banyak
melakukan mempercepat filtrasi
kateterisasi bila pada glomerolus dan
pasien kesulitan mempercepat
berkemih. pengeluaran urine.
·     Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan Setelah dilakukan ·    Kaji pola BAB, ·      Mengidentifikasi
pola eleminasi askep selama …x kesulitan BAB, penyimpangan serta
BAB 24 jam, Pola warna, bau, kemajuan dalam pola
(konstipasi) eleminasi (BAB) konsistensi dan eleminasi (BAB).
b/d kurangnya teratur. jumlah. ·      Ambulasi dini
mobilisasi; Kriteria hasil: ·    Anjurkan merangsang
diet yang tidak pola eleminasi ambulasi dini. pengosongan rektum
seimbang; teratur, feses ·    Anjurkan pasien secara lebih cepat.
trauma lunak dan warna untuk minum ·      Cairan dalam
persalinan. khas feses, bau banyak 2500-3000 jumlah cukup
khas feses, tidak ml/24 jam. mencegah terjadinya
ada kesulitan penyerapan cairan
BAB, tidak ada ·    Kaji bising usus dalam rektum yang
feses bercampur setiap 8 jam. dapat menyebabkan
darah dan lendir, ·    Pantau berat feses menjadi keras.
konstipasi tidak badan setiap hari. ·      Bising usus
ada. ·    Anjurkan pasien mengidentifikasikan
makan banyak pencernaan dalam
serat seperti buah- kondisi baik.
buahan dan sayur- ·      Mengidentifiakis
sayuran hijau. adanya penurunan BB
secara dini.
·      Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan ·   Kaji toleransi ·   Parameter
pemenuhan askep selama …x pasien terhadap menunjukkan respon
ADL b/d 24 jam, ADL dan aktifitas fisiologis pasien
immobilisasi; kebutuhan menggunakan terhadap stres
kelemahan. beraktifitas pasien parameter berikut: aktifitas dan indikator
terpenuhi secara nadi 20/mnt di atas derajat penagruh
adekuat. frek nadi istirahat, kelebihan kerja
Kriteria hasil: catat peningaktan jnatung.
-   Menunjukkan TD, dispnea, nyeri
peningkatan dada, kelelahan
dalam beraktifitas. berat, kelemahan, ·   Menurunkan kerja
-   Kelemahan dan berkeringat, pusing miokard/komsumsi
kelelahan atau pinsan. oksigen , menurunkan
berkurang. ·   Tingkatkan resiko komplikasi.
-   Kebutuhan ADL istirahat, batasi
terpenuhi secara aktifitas pada dasar ·   Stabilitas fisiologis
mandiri atau nyeri/respon pada istirahat penting
dengan bantuan. hemodinamik, untuk menunjukkan
-   frekuensi berikan aktifitas tingkat aktifitas
jantung/irama dan senggang yang individu.
Td dalam batas tidak berat.
normal. ·   Kaji kesiapan
-   kulit hangat, untuk ·   Komsumsi oksigen
merah muda dan meningkatkan miokardia selama
kering aktifitas contoh: berbagai aktifitas
penurunan dapat meningkatkan
kelemahan/kelelah jumlah oksigen yang
an, TD stabil/frek ada. Kemajuan
nadi, peningaktan aktifitas bertahap
perhatian pada mencegah
aktifitas dan peningkatan tiba-tiba
perawatan diri. pada kerja jantung.
·   Dorong ·   Teknik penghematan
memajukan energi menurunkan
aktifitas/toleransi penggunaan energi
perawatan diri. dan membantu
keseimbangan suplai
·   Anjurkan keluarga dan kebutuhan
untuk membantu oksigen.
pemenuhan ·   Aktifitas yang maju
kebutuhan ADL memberikan kontrol
pasien. jantung,
·   Jelaskan pola meningaktkan
peningkatan regangan dan
bertahap dari mencegah aktifitas
aktifitas, contoh: berlebihan.
posisi duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar
berdiri dst.

Resiko infeksi Setelah dilakukan · Pantau: vital sign, ·     Mengidentifikasi


b/d trauma askep selama …x tanda infeksi. penyimpangan dan
jalan lahir. 24 jam, Infeksi kemajuan sesuai
tidak terjadi. · Kaji pengeluaran intervensi yang
Kriteria hasil: lochea, warna, bau dilakukan.
tanda infeksi tidak dan jumlah. ·     Mengidentifikasi
ada, luka · Kaji luka kelainan pengeluaran
episiotomi kering perineum, keadaan lochea secara dini.
dan bersih, takut jahitan. ·     Keadaan luka
berkemih dan perineum berdekatan
BAB tidak ada. dengan daerah basah
· Anjurkan pasien mengakibatkan
membasuh vulva kecenderunagn luka
setiap habis untuk selalu kotor
berkemih dengan dan mudah terkena
cara yang benar infeksi.
dan mengganti ·     Mencegah infeksi
PAD setiap 3 kali secara dini.
perhari atau setiap
kali pengeluaran
lochea banyak.
· Pertahnakan teknik
septik aseptik ·     Mencegah
dalam merawat kontaminasi silang
pasien (merawat terhadap infeksi.
luka perineum,
merawat payudara,
merawat bayi).

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi
keperawatan.
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
– Rasa nyeri teratasi
– Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
– Pemenuhan ADL terpenuhi.
– Resiko cidera tidak terjadi
– Infeksi tidak terjadi.

Daftar Pustaka

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka


Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi


VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II,
EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai