Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Tahap Stase Kebutuhan Dasar Profesi
Disusun oleh:
RAFA SUGIARTO
BEKASI
2021
A. DEFINISI
1. Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu
yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya
pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan
membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan
operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut
berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan dan elektrolit. Untuk itu diperlukan
perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai
dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi
streril dan kondisi khusus lainnya. Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian
tubuh. Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang
mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya
merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan.
Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya merupakan peristiwa kompleks yang
menegangkan. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan
sederhana.
2. Tujuan
a. Definisi
Fase pre operatif dimulai ketika keputusan intervensi bedah dibuat dan berakhir sampai pasien
dikirim ke meja operasi
1) Umur
3) Pengalaman pembedahan
4) Pengalaman anestesi
6) Lingkungan
8) Support system
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan fisik yang harus
dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang
biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70-1,50
mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan
kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren)
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi
antara lain :
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah
operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas
dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah
operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret
tersebut.
e. Diagnosa Keperawatan
a. Definisi
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk ruang operasi dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Tim intra operatif:
1) Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi.
2) Asisten pembedahan (1 orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau perawat, di bawah
petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
4) Circulating Nurse
Tugas :
Selama pembedahan :
a) Mengkoordinasikan aktivitas
b) Mengimplementasikan NCP
c) Membenatu anesthetic
5) Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan
peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan
prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.
Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua factor
penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out kamar operasi dan
pencegahan infeksi.
Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan
pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan bagian logistik). Alur lalu lintas
yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang bersih dan terkontaminasi,
design (protektif, bersih, steril dan kotor).
Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit. Umumnya :
a) Kamar terima
f) Scrub area.
b) Lampu operasi.
c) Anesthesia station.
e) Peralatan suction.
f) System komunikasi.
Sumber utama kontaminasi bakteri, team pembedahan yang hygiene dan kesehatan ( kulit,
rambut, saluran pernafasan).
Pencegahan kontaminasi :
a) Cuci tangan.
b) Handscoen.
c) Mandi.
d) Perhiasan (-).
3) Pakaian bedah.
Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK. Tujuan: Menurunkan kontaminasi.
4) Surgical Scrub.
Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :
a) Ahli Bedah
b) Semua asisten
c) Scrub nurse.
Alat-alat:
c. Anasthesia
1) Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak.
Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif. Stadium Anesthesia :
a) Stadium I : Relaksasi
b) Stadium II : Excitement.
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregular dan pergerakan
anggota badan tidak teratur.
Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.
d) Stadium IV : Bahaya.
Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf menuju
dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung :
a) Letak aplikasi
a) Over dosis
Tanda :
a) Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan cardio: Gelisah, pembicaraan incoherent, sakit kepala,
mata kabur, rasa metalik, mual, muntah, tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan
darah
d. Pengkajian
Chart Review :
Perawat menanyakan :
d) Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
e) Kateterisasi.
e. Diagnosis Keperawatan
a. Definisi
Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi
adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR, atau PACU.
Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR ( Post
Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan. Waktu yang diperlukan
tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post operasi.
Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke area
recovery, awal periode post operasi. Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien
dengan perawat PACU dan menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi
patologis, darah, cairan intra vena, pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa
trauma intubasi.
b. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview
catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi, sebelum
pembedahan dan alergi. Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik
1) System Pernafasan Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
b) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit, depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal, gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
d) Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi
sternal, efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
e) Thorax Drain.
2) Sistem Cardiovasculer.
a) Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x)
dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
b) Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung, depresi miocard, shock, perdarahan atau
overdistensi.
d) Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
4) Sistem Persyarafan
a) Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran, semua klien dengan anesthesia umum.
b) Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum
depresi fungsi motor.
5) Sistem Perkemihan.
a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV,
spinal. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine. Pencegahan : Inspeksi, Palpasi,
Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).
b) Dower catheter, kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam, komplikasi ginjal.
6) Sistem Gastrointestinal.
a) Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan
iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
c) Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
d) Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan
drainase lambung. Fungsinya: · Meningkatkan istirahat. · Memberi kesempatan penyembuhan
pada GI trac bawah. · Memonitor perdarahan. · Mencegah obstruksi usus. · Irigasi atau
pemberian obat. Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
7) Sistem Integumen.
a) Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat
steroid.
c) Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan : · Infeksi luka. · Diostensi dari
udema / palitik ileus. · Tekanan pada daerah luka. · Dehiscence. · Eviscerasi.
9) Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative. Kaji tanda
fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis.
Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
c. Diagnosis Keperawatan
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
Vol. 3. Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Teknis Ruang Operasi, Jakarta: Direktorat
Bina PelayananPenunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina
Upaya Kesehatan
EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2,
EGC, Jakarta Swearingen, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Ed.2, EGC,
Jakarta.