Anda di halaman 1dari 11

Jurnal OPSI Vol 11 No.

1 Juni 2018 ISSN 1693-2102


http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

PERANCANGAN SISTEM KERJA UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN SISTEM SOSIOTEKNIK
(Studi kasus di Kelompok Pengrajin Kipas Bambu, Bantul)

Puryani, Intan Berlianty, Purwanto


Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Industri
Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Tambakbayan, Yogyakarta, 55281
Telp. (0274) 485363 Fak : (0274) 486256 email : jur_tiupn@telkom.net

ABSTRAK
Usaha Kecil dan Menengah telah bertumbuh dan berkembang pesat di Indonesia. Di
Kabupaten Bantul terdapat pusat kerajinan kipas yang berada di Dusun Jipangan, Kelurahan
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan. Proses produksi yang terdapat pada UKM ini masih sangat
sederhana sehingga tingkat produktivitasnya pun juga rendah. Oleh sebab itu, pemilik ingin
menaikkan kemampuan produksinya dengan mengganti proses pengiratan dengan teknologi yang
baru yang memiliki kemampuan produksi yang lebih tinggi. Dengan demikian, perlu dilakukan
pemilihan alternatif teknologi yang baru sesuai keinginan pemilik UKM. Selanjutnya dilakukan
penerapan ergonomi makro berdasarkan pendekatan sistem sosioteknik untuk merancangan sistem
kerja yang baru dengan mempertimbangkan keinginan teknologi dari pemilik UKM.
Pada penelitian ini, pemilihan alternatif teknologi menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Pemilihan alternatif yang tepat nantinya akan berdampak pada desain
sistem kerja yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain ulang sistem kerja yang
diinginkan untuk meningkatkan produktivitas dengan penerapan ergonomi makro yang
menggunakan pendekatan sistem sosioteknik dari pemilihan alternatif yang terpilih.
Berdasarkan hasil penelitian ini, telah diperoleh 6 kriteria dengan 15 sub kriteria yang
dapat digunakan untuk pemilihan alternatif teknologi. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya
keahlian operator, upah operator, biaya, peningkatan fungsi, mudah digunakan, dan kenyamanan.
Dari hasil perhitungan, didapatkan alternatif teknologi terbaik yaitu teknologi otomatis dengan
bobot sebesar 0,658. Kemudian didapatkan desain sistem kerja yang baru yaitu dengan spesifikasi
tenaga kerja dengan pendidikan minimal Diploma, melakukan pengadaan mesin irat bambu, serta
lingkungan yang dekat dengan bahan baku, supplier, dan area pemasaran dan juga dengan tingkat
produktivitas untuk penggunaan alternatif teknologi otomatis sebesar 0,019%.

Kata kunci: Sistem Sosioteknik, Sistem Kerja, Pemilihan Alternatif Teknologi, AHP

1. PENDAHULUAN undangan pernikahan. Di daerah Jipangan


terdapat kelompok industri kerajinan kipas,
Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
desa ini berada di Kabupaten Bantul. Usaha
telah bertumbuh dan berkembang dengan
kerajinan kipas di desa Jipangan ini dimulai
pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan
dari tahun 1987 dan hingga saat ini terdapat
pada sektor industri sangat berpengaruh
52 pengrajin. Saat ini terdapat sebuah UKM
langsung pada persaingan yang semakin
pengrajin kipas dari Jipangan dengan nama
meningkat. Pada kondisi tertentu, industri
Banyu Biru Craft. Kipas dari Jipangan ini
skala kecil akan tidak mampu bersaing
menggunakan bahan baku bambu yaitu untuk
dengan industri yang memiliki modal yang
membuat kerangka kipas. Proses pembuatan
lebih besar. Industri kerajinan kipas bambu
kipas ada beberapa tahapan yaitu
merupakan suatu kerajinan asli Indonesia
pemotongan bambu, pengiratan, pembuatan
yang saat ini banyak diminati banyak orang,
kontur atau pengukiran, proses pemutihan
terutama souvenir kipas pernikahan atau
bambu, proses pengeringan, dan finishing

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


94
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

yang meliputi pemasangan renda dan 2000). Suatu sistem akan terjadi dalam suatu
pengemasan. Dalam proses pengiratan lingkungan dan perubahan-perubahan yang
jumlah produksi yang dihasilkan masih timbul akibat lingkungan ini akan
sangat sedikit yaitu kemampuan produksi per mempengaruhi sistem serta elemen-elemen
harinya hanya 8 batang bambu. Oleh sebab sistem tersebut. Sistem itu dibagi ke dalam
itu, pemilik ingin menaikkan kemampuan sub-sistem dan seterusnya. Dalam hal ini
produksinya sehingga dalam hal ini pemilik kaitannya dengan aktivitas manusia sebagai
ingin mengganti proses pengiratannya suatu sistem akan dapat pula dibagi-bagi ke
dengan teknologi yang baru yang memiliki dalam job operations (sub-sistem), job
kemampuan produksi yang tinggi, untuk position (job sub-sistem), duties (komponen),
proses pengiratan saat ini hanya task (unit), sub task (parts), dan task elemen
menggunakan pisau. Dengan kondisi (behavioral elements). Dalam kaitannya
sekarang ini yang masih serba manual, dengan sistem manusia mesin maka dikenal
produk kerajinan kipas UKM Banyu Biru akan tiga macam hubungan yaitu : manual
Craft masih kalah bersaing dengan produk- man machine system, semi automatic
produk kipas bambu yang ada di daerah lain machine system, automatic man machine
yang sudah menggunakan mesin dalam system.
proses produksinya. Berdasarkan penjelasan Definisi ergonomi makro adalah
diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk pendekatan sistem sosioteknik secara top-
mencari prioritas teknologi mana yang down dalam menganalisis, merancang, atau
menjadi keinginan dari pemilik UKM Banyu memperbaiki sistem kerja dan organisasi
Biru Craft untuk meningkatkan kemampuan kerja kemudian mengharmonisasikan
produksi. Metode analytical hierarchy perancangan tersebut ke dalam elemen-
process (AHP) disini akan membantu dalam elemennya secara keseluruhan (Iridiastadi
penentuan alternatif teknologi yang tepat dan Yassierli, 2014). Definisi konseptual
untuk diterapkan di UKM Banyu Biru Craft. ergonomi makro adalah pendekatan top-down
Kemudian dilakukan penerapan ergonomi secara sositeknikal yang diterapkan dalam
makro dengan pendekatan sistem sosioteknik perancangan sistem kerja secara keseluruhan
untuk merancangan sistem kerja yang baru pada interaksi human-job, human-manchine,
dengan mempertimbangkan keinginan dan human-software interface (Hendrick and
teknologi dari pemilik UKM. Kleiner, 2001). Teori sosioteknik berfokus
pada interaksi antara permintaan teknis dari
2. LANDASAN TEORI pekerjaan dan permintaan sosial dari orang
yang melakukan pekerjaan.
Sistem merupakan kumpulan dari
Untuk melakukan perancangan
elemen-elemen yang berinteraksi untuk
organisasi dibutuhkan analisis yang
mencapai suatu tujuan tertentu (Jogianto,
sistematis mengenai karakteristik kunci
2005). Sedangkan kerja merupakan kegiatan
teknologi, personel subsystem, dan
untuk melakukan sesuatu, sehingga sistem
lingkungan eksternal yang relevan pada
kerja merupakan suatu rangkaian tata kerja
organisasi. Perancangan organisasi dengan
dan prosedur kerja yang kemudian
konsep ergonomi makro harus
membentuk suatu pola tertentu dalam rangka
memperhatikan hal-hal berikut (Iridiastadi
melakukan suatu pekerjaan. Keberhasilan
dan Yassierli, 2014).
sistem kerja dapat dilihat dari efisiensi dan
1. Harus berbasis pada manusia (human
produktivitas yang tinggi (Sutalaksana,
centered).
1979).
2. Harus menggunakan pendekatan
Secara umum sistem manusia mesin
manusiawi dalam perancangan
didefinisikan sebagai “set of object together
alokasi tugas dan fungsi.
eith relationship between the object and
between their attributes” (Wignjosoebroto, 3. Harus mempertimbangkan variabel
sistem sosioteknik yang relevan

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


95
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

dalam implikasinya pada 2. Data Kriteria


perancangan organisasi dan sistem Untuk mengidentifikasi kriteria dilakukan
kerja serta perancangan pekerjaan, dengan melakukan wawancara terhadap
proses kerja yang spesisfik, dan pemilik dari UKM dengan menyesuaikan
interface manusia-sistem. kondisi yang ada.
Produktivitas secara bahasa berasal 3. Data Bobot Kriteria
dari kata “produktiv” artinya yaitu sesuatu Data bobot kriteria diperoleh
yang mengandung potensi untuk digali berdasarkan dari penilaian oleh pihak
sehingga produktivitas dapat dikaitkan suatu UKM. Bobot kriteria ini
proses kegiatan yang terstruktur guna menunjukkan seberapa pentingkah
menggali potensi yang ada dalam sebuah kriteria tersebut menurut pihak
objek. Dilihat dari filosofi produktivitas UKM. Semakin tinggi bobot kriteria,
sebenarnya dapat mengandung arti keinginan maka semakin penting pula kriteria
dan usaha dari setiap individu atau kelompok tersebut bagi UKM. Begitu juga
untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan dengan semakin rendahnya bobot
dan penghidupannya. kriteria, maka semakin tidak penting
Metode analytical hierrarchy kriteria tersebut bagi pihak UKM
process (AHP) dikembangkan oleh Prof. 4. Data Alternatif Ditinjau dari Masing-
Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business Masing Kriteria
School diawal tahun 1970, yang digunakan Data ini merupakan data yang
untuk mencari rangking atau urutan prioritas berkaitan dengan penilaian pihak
dari berbagai alternatif dalam pemecahan UKM terhadap alternatif dari
suatu permasalahan. Pada dasarnya AHP teknologi yang akan diterapkan
adalah suatu teori umum tentang pengukuran ditinjau dari masing-masing kriteria.
yang digunakan untuk menemukan skala Sehingga dari data ini nantinya akan
rasio, baik dari perbandingan berpasangan dilakukan perhitungan dan penentuan
yang diskrit maupun kontinyu. AHP dapat teknologi.
menyederhanakan masalah yang kompleks
3.3 Pengolahan Data
dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik
menjadi bagiannya, serta menjadikan Langkah yang dilakukan dalam
variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). pengolahan data dapat dilihat pada
gambar 1.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sentra
kerajinan kipas bambu yang berada di
Jipangan, Kasihan, Bantul. Pada penelitian
ini, batasan sistem penelitian berada pada
lingkungan kerja yang mencakup teknologi
yang digunakan, tenaga kerja, dan
lingkungan fisik.
3.2 Data yang Digunakan
Adapun data yang digunakan untuk
pemilihan pemasok adalah sebagai berikut:
1. Data Alternatif
Alternatif dalam penelitian ini adalah
teknologi yang akan dipilih oleh
pihak pemilik dan pekerja dari UKM
kerjinan kipas bambu.

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


96
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Pengolahan Data 6. Kenyamanan  Menyesuaikan


postur tubuh
Mulai
 Aman
digunakan
Pengambilan keputusan untuk memilih teknologi
yang dibutuhkan dengan metode analytic hierarchy
process (AHP)
Teknik AHP
2. Data Bobot Kriteria
1. Pembuatan Struktur Hierarki
2. Pendefinisian kriteria, sub kriteria, dan
identifikasi alternatif
Tabel 2. Data bobot kriteria
3. Perhitungan prioritas dan bobot kriteria untuk
tiap alternatif
a. Pembuatan perbandingan berpasangan
b. Perhitungan bobot tiap elemen
c. Uji konsistensi
TIDAK

Peningkatan Fungsi

Mudah Digunakan
Keahlian Operator
CR<0,1

Upah Operator

Kenyamanan
IYA

4. Penentuan alternatif teknologi yang


diinginkan

Biaya
Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk
membahas alternatif teknologi yang terpilih Keahlian Operator 1 1/8 1/5 1/7 1/5 1/3
Upah Operator 8 1 2 3 5 3
Selesai Biaya 5 1/2 1 1/3 6 2
Peningkatan Fungsi 7 1/3 3 1 5 4
Mudah Digunakan 5 1/5 1/6 1/5 1 1/3

Gambar 1. Diagram alir pengolahan data Kenyamanan 3 1/3 1/2 1/4 3 1

4. PENGOLAHAN DATA DAN 3. Data bobot sub kriteria ditinjau dari


ANALISIS HASIL masing-masing kriteria
Berikut adalah rekap hasil kuesioner
4.1 Pengumpulan Data
yang dilakukan kepada pengambil
1. Data Kriteria keputusan (PK) pada pemilik UKM
Tabel 1. Data kriteria Banyu Biru Craft berdasarkan
No. Kriteria Sub kriteria
kuesioner AHP yang sesuai dengan
1. Keahlian  Keahlian Tinggi pertimbangan pengambil keputusan.
operator  Keahlian
Sedang Tabel 3. Perbandingan berpasangan antar sub
 Keahlian kriteria untuk kriteria keahlian operator
Rendah
2. Upah Operator  Upah Tinggi
 Upah Sedang
 Upah Rendah
Keahlian Rendah
Keahlian Sedang
Keahlian Tinggi

3. Biaya  Terjangkau
 Mahal
4. Peningkatan  Lebih presisi
fungsi dan cepat
 Bisa mengatur
tebal dan tipis
Keahlian Tinggi 1 5 2
 Lebih efisien
5. Mudah  Mempunyai Keahlian Sedang 1/5 1 1
Digunakan buku panduan Keahlian Rendah 1/2 1 1
 Tidak memiliki
banyak tombol

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


97
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

4. Data bobot alternatif ditinjau dari melakukan pemecahan masalah penentuan


masing-masing sub kriteria teknologi mana yang akan diterapkan.
Berikut adalah rekap hasil kuesioner
yang dilakukan kepada pengambil Alternatif
Teknologi

keputusan (PK) pada pemilik UKM


Banyu Biru Craft berdasarkan Keahlian Upah Operator
Biaya (B)
Peningkatan
Mudah
Digunakan
Kenyamanan
operator (KO (UO) Fungsi (PF) (KN)
kuesioner AHP yang sesuai dengan Keahlian Tinggi Upah Tinggi
Lebih presis dan
cepat (PF1)
(MD)
Mempunyai Menyesuaikan
(KO1) (UO1) Buku Panduan Postur Tubuh
pertimbangan pengambil keputusan. Keahlian
Sedang (KO2)
Upah Sedang
(UO2)
Terjangkau (B1)
Bisa mengatur
tebal dan tipis
(PF2)
(MD1) (KN1)

Tidak Memiliki Aman


Keahlian Upah Rendah Lebih Efisien Banyak Tombol Digunakan

Tabel 4. Perbandingan berpasangan antar Rendah (KO3) (UO3) Mahal (B2) (PF3) MD2) (KN2)

alternatif ditinjau dari sub kriteria keahlian


tinggi Teknologi Teknologi Semi- Teknologi
Otomatis (TAT) Otomatis (TST) Manual (TM)

Gambar 2. Struktur Hierarki


Teknologi Semi-Otomatis

4.2.3 Uji Konsistensi Kuesioner


Teknologi Otomatis

Teknologi Manual

Perbandingan Berpasangan
Tabel 5. Matriks perbandingan berpasangan
antar kriteria hasil normalisasi

KO UO B PF MD KN
KO 1 0,125 0,2 0,143 0,2 0,333
Teknologi Otomatis 1 3 7
UO 8 1 2 3 5 3

Teknologi Semi-Otomatis 1/3 1 5 B 5 0,5 1 0,333 6 2


PF 7 0,333 3 1 5 4
Teknologi Manual 1/7 1/5 1 MD 5 0,2 0,167 0,2 1 0,333
KN 3 0,333 0,500 0,25 3 1
Total 29 2,492 6,867 4,926 20,2 10,667
4.2 Pengolahan Data
Tabel 6. Matriks perhitungan prioritas kriteria
4.2.1 Menentukan Kriteria, Sub Kriteria,
dan Alternatif KO UO B PF MD KN ∑ Bbt
Berdasarkan hasil dari wawancara 0,03 0,05 0,02 0,02 0,01 0,03 0,18 0,03
KO 4 0 9 9 0 1 4 1
dengan pemilik dan pekerja di UKM 0,27 0,40 0,29 0,60 0,24 0,28 2,10 0,35
kerajinan kipas didapatkan kriteria dan sub UO 6 1 1 9 8 1 6 1
0,17 0,20 0,14 0,06 0,29 0,18 1,07 0,17
kriteria untuk memilih teknologi yang akan B 2 1 6 8 7 8 1 8
diterapkan pada UKM tersebut agar bisa 0,24 0,13 0,43 0,20 0,24 0,37 1,63 0,27
PF 1 4 7 3 8 5 8 3
meningkatkan produktivitas dalam bekerja. 0,17 0,08 0,02 0,04 0,05 0,03 0,39 0,06
Kriteria dan sub kriteria yang digunakan MD 2 0 4 1 0 1 8 6
0,10 0,13 0,07 0,05 0,14 0,09 0,60 0,10
dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada KN 3 4 3 1 9 4 3 1
tabel 1. Adapun untuk alternatif penerapan
tot 1 1 1 1 1 1 6 1
teknologi yang digunakan yaitu teknologi
manual, teknologi semi-otomatis, dan Tabel 7. Nilai CR pengambilan keputusan
teknologi otomatis. Eigen Vector λ CI CR
0,031
4.2.2 Struktur Hierarki
0,351
Membuat struktur hierarki masalah 0,178
berdasarkan tujuan pemilihan, kriteria, 6,598 0,12 0,097
0,273
danalternatif yang sudah terkumpul. 0,066
Pembuatan hirarki permasalahan ini 0,101
bertujuan untuk memudahkan dalam

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


98
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Perhitungan consistency ratio (CR) oleh terbesar sampai nilai terkecil sehingga
pengambil keputusan (PK). hasilnya dapat digunakan untuk melakukan
analisis teknologi mana yang tepat bagi
Kriteria = 6 UKM Banyu Biru Craft yang nantinya akan
0,196 2,405 1,198 1,874 0,408 0,066
D = [ ] = disesuaikan dengan sistem kerja yang baru
0,031 0,351 0,178 0,273 0,066 0,101
⌈6,394 6,852 6,710 6,866 6,141 6,627⌉ yang bisa meningkatkan produktivitas.
Penentuan nilai prioritas alternatif teknologi
6,394+6,852+6,710+6,866+6,141+6,627
λmax = = 6,598 akhir dengan mengalikan proporsi tiap
6
λmax = 6,598 kriteria, untuk hasil perhitungan penentuan
CI 0,12
Consistency ratio = CR =
RI
=
1,24
= 0,097 kriteria bisa dilihat pada tabel 9.
Karena CR ≤ 0,1 maka penilaian konsisten Tabel 9. Nilai prioritas alternatif teknologi
dan data dapat dilanjutkan ke perhitungan akhir TAT, TST, dan TMT
selanjutnya. Bobot
Bobot Kriteria Kriter
4.2.4 Menghitung besarnya bobot prioritas ia *
KO UO B PF MD KN
alternatif terhadap sub kriteria Bobot
Bobot 0,0 0,3 0,1 0,2 0,0 0,1 Altern
Menghitung bobot prioritas alternatif Alt 31 51 78 73 66 01 atif
terhadap sub kriteria digunakan untuk 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7
mengetahui prioritas alternatif teknologi TAT 15 51 40 50 76 37 0,658
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1
dengan masing-masing sub kriteria yang TSA 72 69 83 77 43 69 0,262
nantinya akan dipilih oleh pemilik UKM 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
dalam mengembangkan usahanya. Bobot TM 14 80 77 73 81 94 0,080
prioritas alternatif teknologi tiap sub kriteria
Tabel 10. Ranking alternatif teknologi
dapat dihitung dengan melakukan perkalian
antara bobot sub kriteria dengan bobot Alternatif Teknologi Nilai Prioritas Ranking
alternatif teknologi dengan sub kriteria. Teknologi Otomatis 0,658 1
Teknologi Semi-Otomatis 0, 262 2
Selanjutnya pada tiap alternatif teknologi
Teknologi Manual 0,080 3
secara horizontal dijumlahkan. Untuk hasil
perhitungan bobot prioritas alternatif
terhadap sub kriteria keahlian operator dapat 4.2.6 Melakukan Focus Group Discussion
dilihat pada tabel 8. (FGD)
Setelah melakukan perhitungan
Tabel 8. Perhitungan bobot prioritas alternatif
Analytical Hierarchy Process (AHP)
untuk sub kriteria keahlian operator
didapatkan suatu alterantif teknologi yang
Sub Kriteria
Bobot mempunyai prioritas tertinggi yaitu teknologi
KO sub otomatis. Dengan terpilihnya alternatif
KO1 KO2 KO3 kriteria
Bobot x bobot
teknologi otomatis, UKM membutuhkan
Alternatif 0,601 0,170 0,229 alternatif perancangan sistem kerja yang baru untuk
TAT 0,643 0,602 0,548 0,615
mentindaklanjuti alternatif teknologi tersebut.
Perubahan untuk sistem kerja di UKM
TST 0,283 0,315 0,211 0,272
apabila teknologi otomatis tersebut
TM 0,074 0,082 0,241 0,114 diterapkan yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan akan tenaga kerja.
Teknologi otomatis membutuhkan
4.2.5 Penentuan prioritas alternatif tenaga kerja yang memiliki tingkat
teknologi yang terpilih pendidikan yang tinggi minimal
Diploma. Dengan kebutuhan tenaga
Penentuan prioritas alternatif kerja yang spesifikasi memiliki
teknologi akhir digunakan untuk menentukan keahlian tinggi, tentunya untuk upah
peringkat alternatif teknologi dari nilai

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


99
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

akan semakin besar dengan dalam melakukan komunikasi


menyesuaikan UMR di daerah dengan calon konsumen.
tersebut. Berdasarakan diskusi tentang sistem
2. Teknologi yang digunakan kerja yang baru untuk alternatif teknologi
Berdasarkan permintaan dari pemilik otomatis, dihasilkan bahwa untuk penerapan
UKM Banyu Biru Craft, untuk sistem kerja tersebut pada saat ini masih
teknologi yang digunakan yaitu kurang tepat karena kondisi UKM masih
mesin irat bambu. Mesin irat bambu dalam tahap berkembang. Keinginan dari
yang diartikan disini sudah full pemilik UKM untuk memajukan produksinya
otomatis jadi manusia hanya masih belum bisa direalisasikan. Solusi yang
melakukan monitor saja. Namun bisa diterapkan dengan kondisi saat ini
pada saat ini untuk mesin irat bambu adalah memilih alternatif teknologi semi-
hanya ada yang semi-otomatis, otomatis dengan sistem kerja yang tidak jauh
manusia masih memiliki peran berbeda dengan kondisi saat ini, hanya ada
penting dalam pengoperasian mesin penggunaan mesin irat semi-otomatis utuk
tersebut. Berikut gambar mesin irat menggantikan pisau irat yang manual. Jadi
bambu semi-otomatis yang sudah ada untuk hasil dari focus group disscusion kali
dipasaran. ini menghasilkan keputusan bahwa UKM
tetap masih menggunakan sistem kerja yang
lama untuk menjalankan produksinya karena
untuk melakukan pengadaan mesin pemilik
UKM belum bisa merealisasikan.

4.3 Analisis Hasil


4.3.1 Analisis perhitungan AHP
Gambar 3. Mesin irat bambu Pengolahan data dalam penelitian ini
(Sumber: anekamesinsemarang.com)
menggunakan metode AHP diperoleh bobot
untuk masing-masing kriteria, sub kriteria,
3. Lingkungan Eksternal
dan ranking alternatif akhir. Hasil
a. Sosio-ekonomi, untuk
perhitungan bobot dari masing-masing
lingkungan sosio-ekonomi pada
kriteria didapatkan urutan prioritas yaitu
daerah Jipangan cukup baik.
upah operator, peningkatan fungsi, biaya,
Perlu ditambahkan pekerja
kenyamanan, mudah digunakan, dan keahlian
dibagian finishing supaya tingkat
operator. Kemudian untuk hasil perhitungan
produksi kerangka kipas dan
bobot dari masing-masing sub kriteria pada
finishing seimbang.
kriteria yang ada dihasilkan prioritas paling
b. Edukasi, tingkat pendidikan di
tinggi yaitu upah rendah, lebih efisien,
daerah Jipangan perlu
terjangkau, menyesuaikan bentuk tubuh,
ditingkatkan dengan dilakukan
mempunyai buku panduan, dan keahlian
pelatihan kerja dan manajemen
tinggi. Sedangkan hasil ranking alternatif
produksi, serta perlu
akhir didapatkan prioritas pertama yaitu
ditambahkan fasilitas penunjang
teknologi otomatis dengan nilai prioritas
produksi. Fasilitas tambahan
sebesar 0,658.
untuk pemasaran yaitu
pemasangan jaringan internet. 4.3.2 Analisis Sosioteknik
Jaringan internet nantinya akan Berdasarkan pemilihan alternatif
memudahkan pemilik UKM teknologi dengan menggunakan metode AHP
untuk melakukan pemasaran di didapatkan prioritas tertinggi adalah
dunia maya dan lebih mudah

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


100
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

teknologi otomatis. Dengan terpilihnya produksi dan pemasangan


teknologi otomatis ini, maka diperlukan suatu jaringan internet.
sistem kerja yang baru. Sistem kerja yang Strategi yang lebih bisa diterapkan
baru ini dirancang berdasarkan sistem dalam kondisi UKM saat ini yaitu Alternatif
sosioteknik yang mempertimbangkan aspek Teknologi Semi-Otomatis. Dengan
personil atau tenaga kerja, aspek teknologi, Teknologi Semi-Otomatis UKM hanya
dan aspek lingkungan. Sistem kerja yang melakukan perubahan sedikit untuk sistem
baru adalah sebagai berikut. kerjanya. Hanya ada beberapa perubahan,
1. Kebutuhan akan tenaga kerja. seperti.
Berbeda dengan kondisi tenaga kerja 1. Kebutuhan Tenaga Kerja
sekarang, dalam sistem kerja dengan Dalam alternatif teknologi semi-
teknologi otomatis membutuhkan otomatis untuk kebutuhan tenaga
tenaga kerja yang memiliki tingkat kerja membutuhkan tingkat
pendidikan yang tinggi minimal pendidikan yang sedang yaitu
Diploma. Dengan kebutuhan tenaga SMP/SMA.
kerja yang spesifikasi memiliki 2. Teknologi yang digunakan
keahlian tinggi, tentunya untuk upah Terknologi yang digunakan yaitu
akan semakin besar dengan mesin irat semi-otomatis, karena
menyesuaikan Upah Minimum untuk mesin irat yang otomatis masih
Kabupaten di daerah tersebut. belum ada. Jadi untuk mesin yang
2. Teknologi yang digunakan bisa digunakan saat ini dan sudah ada
Berdasarkan permintaan dari pemilik dipasaran yaitu mesin irat semi-
UKM Banyu Biru Craft, untuk otomatis.
teknologi yang digunakan yaitu 3. Lingkungan Ekternal
mesin irat bambu. Mesin irat bambu Pada alternatif teknologi semi-
yang diartikan disini sudah full otomatis lingkungan eksternal yang
otomatis jadi manusia hanya dibutuhkan tidak jauh beda dengan
melakukan monitor saja. Namun kondisi saat ini. Penambahan
pada saat ini untuk mesin irat bambu lingkungan eksternal adalah pada
hanya ada yang semi-otomatis, penambahan jaringan internet, karena
manusia masih memiliki peran dengan adanya jaringan internet
penting dalam pengoperasian mesin pemilik UKM bisa berkomunikasi
tersebut. secara langsung dengan calon
3. Lingkungan Eksternal konsumen.
a. Sosio-ekonomi, untuk
lingkungan sosio-ekonomi pada 4.3.3 Analisis Produktivitas
daerah Jipangan cukup baik,
Dari hasil perhitungan kemampuan
karena dekat dengan bahan baku,
produksi dan produktivitas antara teknologi
supplier, dan dekat dengan area
otomatis dengan kondisi sekarang ini hanya
pemasaran. Namun masih perlu
memiliki perbedaan pada tingkat
ditambahkan pekerja dibagian
produktivitas dan kemampuan produksi.
finishing supaya tingkat produksi
Dilihat dari kemampuan produksi yang
kerangka kipas dan finishing
dihasilkan oleh teknologi otomatis memiliki
seimbang.
kemampuan produksi yang besar yaitu 1920
b. Edukasi, tingkat pendidikan di
bambu/bulan dibandingkan dengan
daerah Jipangan perlu
kemampuan produksi sekarang ini sebanyak
ditingkatkan dengan dilakukan
192 bambu/bulan, namun untuk tingkat
pelatihan kerja dan manajemen
produktivitasnya masih rendah yaitu 0,019%
produksi, serta perlu
dibandingkan dengan kondisi sekarang ini
ditambahkan fasilitas penunjang

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


101
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

yang sebesar 0,026%. Dalam hal ini UKM perhitungan tingkat produktivitas untuk
tidak mengalami peningkatan produktivitas teknologi otomatis yaitu sebesar 0,019 %.
yang signifikan, hanya mengalami Hasil produktivitas teknologi otomatis tidak
peningkatan pada kuantitas saja. Selain hanya jauh berbeda dengan produktivitas kondisi
menambah kuantitas, UKM juga akan sekarang ini yaitu sebesar 0,026%. Teknologi
mengeluarkan biaya yang besar karena untuk otomatis dan sistem kerja yang baru belum
membayar upah pekerja sebesar Rp. bisa diterapkan pada UKM Banyu Biru Craft.
1.163.800,- per bulan serta biaya pengadaan Solusi untuk hal ini yaitu menjalankan
mesin sebesar Rp. 9.750.000,-. Sehingga strategi alternatif teknologi semi-otomatis
untuk strategi penggunaan teknologi otomatis yang dalam sistem kerjanya tidak mengalami
ini belum tepat diterapkan pada UKM Banyu perbedaan dengan sistem kerja yang
Biru Craft karena kondisi UKM saat ini diterapkan sekarang. Sehingga alternatif
masih dalam tingkatan berkembang. Namun teknologi semi-otomatis bisa dijadikan
strategi ini bisa diterapkan saat UKM Banyu pertimbangan untuk diterapkan pada UKM
Biru Craft usahanya sudah maju. Sehingga Banyu Biru Craft. Namun hasil dari focus
untuk saat ini sistem kerja yang digunakan group disscusion kali ini menghasilkan
pada UKM Banyu Biru Craft masih keputusan bahwa UKM Banyu Biru Craft
menggunakan sistem kerja yang lama. tetap masih menggunakan sistem kerja yang
Strategi yang baik digunakan pada UKM lama untuk menjalankan produksinya.
Banyu Biru Craft adalah alternatif teknologi
5.2 Saran
semi-otomatis, dengan sistem kerja pada
alternatif teknologi ini perubahan yang Untuk perbaikan selanjutnya, ada
terjadi tidak terlalu signifikan hanya beberapa saran yang dapat dijadikan
melakukan perbaikan pada teknologi yang pertimbangan bagi UKM dan penelitian
digunakan yaitu dengan mesin irat semi- selanjutnya. Saran-saran yang dapat
otomatis. diberikan penulis sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
5 KESIMPULAN DAN SARAN digunakan UKM kerajinan kipas
untuk memperoleh informasi dalam
5.1 Kesimpulan
penentuan teknologi yang akan
Berdasarkan pengolahan data dan digunakan.
analisis data yang telah dilakukan didapatkan 2. Saran bagi UKM adalah pengambil
hasil dari pembobotan pada alternatif keputusan untuk penentuan teknologi
teknologi dengan menggunakan metode AHP harus lebih memperhatikan dan
yaitu teknologi otomatis yang memiliki bobot mempertimbangkan keahlian
paling tinggi sebesar 0,658, perlu operator, upah operator, biaya,
perancangan sistem kerja yang baru peningkatan fungsi, mudah
berdasarakan pendekatan sistem sosioteknik digunakan, dan kenyamanan.
yaitu tenaga kerja yang digunakan memiliki 3. Untuk penelitian selanjutnya
tingkat keahlian tinggi dengan tingkat diharapkan untuk melakukan
pendidikan minimal Diploma. Teknologi simulasi tentang produktivitas dari
yang digunakan yaitu mesin irat, disesuaikan strategi yang telah dipilih.
dengan kebutuhan proses produksi. Aspek
lingkungan eksternal diperlukan lingkungan
sosio-ekonomi yang dekat dengan bahan 6. DAFTAR PUSTAKA
baku, supplier, area pemasaran, dan Afiyanti, Y., 2008, Focus Group Discussion
penambahan tenaga kerja bagian finishing. (Diskusi Kelompok Terfokus) sebagai
Lingkungan edukasi diperlukan penambahan Metode Pengumpulan Data
jaringan internet dan pelatihan kerja dan Penelitian Kualitatif, Jurnal
manajemen produksi. Berdasarkan

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


102
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. Behavior And Management,


1, Hal 58-62, Universitas Indonesia, Erlangga, Indonesia.
Depok. Jogiyanto, H.M., 2005, Sistem Teknologi
Anggraini, I., 2010, Pemilihan Alternatif Informasi,
Sistem Manufaktur Industri Cor http://www.sarjanaku.com/2012/11/p
Logam Menggunakan Analytical engertian-sistem-menurut-para-
Hierarchy Process (AHP), Skripsi, ahli.html, diakses pada 27 September
Universitas Pembangunan “Veteran” 2015.
Yogyakarta, Yogyakarta. Manuaba, A., 2003, Penerapan Ergonomi
Astuti, A.T., 2010, Intervensi Ergonomi Meningkatkan Produktivitas.
Total Untuk Mengevaluasi Sistem Makalah.
Kerja pada Pengrajin Perak dengan Denpasar : Bagian Ilmu Faal
Pendekatan Systemic, Holistic, Fakultas Kedokteran Universitas
Interdiciplinary, Participatorty Udayana.
(SHIP), Skripsi, Universitas Maringan, Y., 2015, Penentuan Prioritas
Pembangunan “Veteran” Supplier dengan pendekatan Fuzzy
Yogyakarta, Yogyakarta. AHP dan Fuzzy Topsis, Skripsi,
David, Fred R., 2002. Strategic Management. Universitas Pembangunan “Veteran”
Person Education Asia Pte.Ltd, Edisi Yogyakarta, Yogyakarta.
Bahasa Indonesia. Jakarta : Marquez, C.A., 2007, The Maintenance
PT.Prenhallindo. Management Framework Models
Farabi, S.A., 2014, Analisis Perawatan And Methods For Complex Systems
Dengan Pendekatan Reliability Maintenance, Springer-Verlag,
Centered Maintenance (RCM) Dan London.
Analytical Hierarchy Process (AHP) Nurmianto, E., 2004, Ergonomi, Konsep
Pada Mesin Tenover Dan morticer, Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua,
Skripsi, Universitas Pembangunan Prima Printing, Surabaya.
“Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta. Nuryanto, A., Rahmawaty, P., Sutopo, dan
Gitaya, V.H., 2014, Analisis Ergonomi Paryono, 2010, Peningkatan
Makro terhadap Tingkat Produktivitas Kelompok Pengrajin
Produktivitas Pekerja, Skripsi, Kipas di Jipangan Melalui Konsep
Universitas Pembangunan “Veteran” Produksi Terpadu, Artikel,
Yogyakarta, Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta,
Hartanto, A., 2004, Strategi Clustering Yogyakarta.
dalam Industrialisasi Indonesia, Sinaga, J., 2009, Penerapan dan Pengertian
Andi. Yogyakarta. Analytical Hierarchy Process (AHP),
Hendrick, H.W., 1987, Macro Ergonomics: A http://female.store.co.id/images/medi
Concept Whose Time Has Come, a/matematika%20full%20lagi.pdf,
Human Factor Society Bulletin, diakses pada 9 Agustus 2015.
Februari 1987. Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., dan
Hendrick, H.W., dan Kleiner, B.M., 2001, Tjakraatmadja, J. H., 1979, Teknik
Macroergonomics An Introduction Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik
To Work System Design, Human Industri, ITB, Bandung.
Factors and Ergonomics Society, Untari, R., 2005, Pola Pertumbuhan Klaster
Santa Monica, USA. Industri Kecil Indonesia, Disertasi
Iridiastadi, H., dan Yassierli, 2014, Ergonomi Program Studi Teknik dan Manajemen
Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT Industri Institut Teknologi Bandung,
Remaja Rosdakarya, Bandung. Bandung.
Ivancevich, J.M., Konopaske R., dan Wardhana, R., 2013, Pengaruh Lingkungan
Matteson M.T., 2006, Organizational Kerja Terhadap Produktifitas

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


103
Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Pekerja (Studi Kasus: Industri


Kerajinan Gerabah Kasongan
Bantul), Skripsi, UGM, Yogyakarta.
Wignjosoebroto, S., 2000, Ergonomi Studi
Gerak dan Waktu, Guna Widya,
Jakarta.

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta


104

Anda mungkin juga menyukai