D3 – Budidaya Ternak
Kelas 1i
Latar Belakang
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara secara khusus
untuk diambil telurnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ayam ras petelur merupakan strain
unggul yang mempunyai daya produktifitas yang tinggi, baik jumlah maupun bobot
telurnya sehingga apabila diusahakan dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat
(Prihatman, 2000). Raysaf (2002), menyatakan bahwa pada umumnya ayam ras petelur
memiliki ciri-ciri; ukuran tubuh relatif kecil dan ramping, cepat dewasa kelamin, tingkah
laku linca, mudah terkejut, sensitif terhadap stres dan efisiensi dalam mengolah zat-zat
makanan menjadi sebutir telur. Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena
mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup. Keunggulan
telur sebagai produk peternakan yang kaya gizi juga mempunyai suatu kendala karena
termasuk bahan pangan yang mudah rusak. Kerusakannya dapat berupa kerusakan fisik,
kerusakan kimia, dan kerusakan yang disebabkan oleh serangan mikroba melalui pori-pori
kerabang telur. Kualitas merupakan ciri-ciri dari suatu produk yang menentukan derajat
kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen (North dan Bell, 1990).
Artinya semakin tinggi nilai kualitas suatu produk maka respon penerimaan konsumen
terhadap produk tersebut semakin baik. Kualitas telur dapat dilihat secara eksternal dan
internal. Kualitas eksternal telur difokuskan pada bobot telur, indeks telur, tebal kerabang.
Sedangkan kualitas internal telur difokuskan pada warna kuning telur dan Haugh Unit.
Tujuan Penelitian
1.) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas telur ayam petelur yang dipelihara
menggunakan sistem perkandangan litter atau baterai
2.) Mengetahui kelebihan dan kekurangan jenis kendang yang digunakan
3.) Mengetahui produksi telur perhari
4.) Mengetahui pencegahan penyakit dan pengobatan
5.) Mengetahui pemberian ransum dan air minum pada ternak unggas petelur
6.) Mengetahui cara pemasaran hasil dari ternak unggas petelur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASPEK TEKNIS
Penggunaan minyak limbah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) dalam ransum ayam ras
petelur MB 402 pada taraf 1 - 4% memberikan hasil yang sama tehadap konsumsi ransum,
produksi telur dan konversi ransum.
Formula mineral lokal dengan komponen utama tepung batu Bukit Kamang, tepung kulit
pensi dan tepung tulang yang diperkaya dengan mineral mikro Cu, Zn dan I dapat digunakan
sebagai sumber mineral tunggal dalam ransum ayam petelur. Nilai nutrisi tepung batu Bukit
Kamang terbukti lebih baik daripada tepung kulit pensi.
Pengendalian kecacingan pada peternakan ayam layer tradisional tidak efektif untuk cacing
pita. Hal ini lebih disebabkan karena masalah sanitasi kandang, kurang tepatnya
anthelmintik yang digunakan, serta tidak optimalnya pengendalian lalat yang merupakan
inang antaracestoda. Saran yang dapat disampaikan adalah perbaikan sanitasi kandang,
penggunaan antelmintik berspektrum luas atau kombinasi dan rotasi anthelmintik serta rotasi
insektisida. Studi yang dapat dilakukan selanjutnya adalah uji kerentanan/resistensi serangga
pengganggu (terutama lalat) di sekitar kandang terhadap insektisida.
Karantina merupakan suatu upaya pemindahan ayam ke tempat khusus (kandang karantina)
untuk diobati untuk sementara waktu (Muslim, 2006). Karantina adalah memisahkan suatu
ayam dari kelompoknya untuk beberapa waktu yang jika ayam dirasa sudah membaik dapat
dikembalikan kembali ke kelompoknya (Trubus, 2016). Obat dan vitamin merupakan hal
yang sangat dibutuhkan, terutama saat ayam terkena penyakit (Krista dan Harianto, 2010).
Obat dan vitamin berperan dalam pencegahan penyakit. Pemberian obat dan vitamin
umumnya dicampurkan dengan air minum ayam dan diberikan saat ayam baru tiba, sebelum
dan sesudah vaksinasi, dan dalam keadaan cuaca buruk.
5.) Vaksin Kombinasi Newcastle Disease dengan Avian Influenza Memicu Imunitas
Protektif pada Ayam Petelur terhadap Penyakit Tetelo dan Flu Burung
Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No. 2
Hasil analisis titer antibodi ayam petelur pascavaksinasi ND-AI pada kondisi lapang, dapat
disimpulkan bahwa secara serologi vaksin GA. Yuniati Kencana, et al Jurnal Veteriner 263
yang digunakan telah mampu memicu pembentukan respons imun protektif (titer antibodi
berada di atas ambang protektif) yang ditandai dengan terjadinya peningkatan titer antibodi
ND maupun AI setiap minggu. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa waktu pengambilan
serum sangat berpengaruh terhadap tingginya titer antibodi yang terbentuk.
6.) Performa Produksi dan Kualitas Telur Ayam Petelur pada Sistem Litter dan Cage
dengan Suhu Kandang Berbeda
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 04 No. 1 Januari 2016
Ayam petelur memiliki performa produksi lebih baik dan kualitas interior telur yang tinggi
pada kandang cage dengan suhu netral (18o C ). Abnormalitas, bentuk telur, keutuhan
kerabang, dan kebersihan kerabang tidak dipengaruhi oleh suhu tetapi lebih dipengaruhi oleh
genetik dan sistem perkandangan.
7.) Penentuan Komposisi Pakan Ternak untuk Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam
Petelur dengan Biaya Minimum Menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO)
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e- Vol. 1, No. 12, Desember
2017
Berdasarkan hasil analisis pengujian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai
berikut:
2. Pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini berfokus pada pengujian parameter
PSO dan konvergensi. Dari hasil pengujian tersebut, didapatkan parameter PSO yang paling
optimal diantaranya, ukuran swarm = 350, jumlah iterasi = 500, ωmax = 0.9 dan ωmin = 0.4,
c1i & c1f = 2.5 & 0.5, serta c2i & c2f = 0.5 & 2.5. Untuk pengujian konvergensi, digunakan
untuk mengetahui iterasi terbaik yang telah mencapai konvergen (optimum global). Dimana
dalam penelitian ini terjadi konvergen pada saat iterasi mencapai 330 dengan nilai fitness
sebesar 4.02190223 dan dapat menghemat biaya pakan hingga 42% atau setara dengan Rp
226.7,- serta
2. Kepadatan kandang 6, 9, 12, dan 15 ekor m-2 memberikan pengaruh yang sama
baiknya terhadap performa ayam petelur fase awal grower
10.) Produktivitas Ayam Petelur Fase Layer II dengan Pemberian Pakan Free
Choice Feeding
Tropical Animal Science, November 2020, 2(2):57-65
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ayam petelur fase layer II yang
diberi pakan secara free choice feeding lebih banyak mengonsumsi energi guna mencapai
produksi yang maksimal. Meskipun demikian, kebutuhan nutrient yang lain juga dapat terpenuhi
dengan baik. Hal tersebut dapat diketahui dari jumlah produksi telur per hari yang tinggi dan
kualitas telur, meliputi berat cangkang, tebal cangkang, dan indeks telur (putih telur, kuning telur,
dan haugh) yang baik
B. ASPEK PEMASARAN
1.) Analisis Strategi Pemasaran Peternakan Ayam CV Intan Jaya Abadi Sukabumi
Marketing Strategy Analysis Chicken Farm CV Intan Jaya Abadi Sukabumi
Rizwan Nazaruddin*1 , Suryahadi2 dan Ma’mun Sarma, Manajemen IKM, September
2011 (125-132)
CV IJA memiliki faktor keberhasilan, sehingga tetap stabil dan berkembang di antaranya;
penawaran dan permintaan masih tinggi, pangsa pasar masih lingkup lokal DKI (90%) dan
Jawa Barat (10%), namun tetap dapat meningkatkan omset penjualan, nilai tambah berupa
rencana perusahan ke depan dengan membangun RPA, kondisi struktur keuangan yang
baik (likuid, solvable dan profitable), perusahaan sudah melakukan efisiensi, DOC
diperoleh dari perusahaan sendiri (swasembada), perusahaan terus melakukan investasi
untuk perluasan kapasitas produksi. Teknis pemasaran meliputi harga jual yang dilakukan
oleh CV IJA berdasarkan GPPU yang sama dengan pesaing, produk yang ditawarkan
kepada konsumen bersaing dan bermutu, distribusi jaringan produk dipasarkan langsung
ke pelanggan (bandar ayam dan telur). Promosi dilakukan sederhana dari mulut ke mulut.
Strategi dengan matriks IE, posisi pengembangan pemasaran produk ayam dan telur pada
CV IJA Sukabumi berada pada kuadran II (grow and build) dan strategi di masa
mendatang adalah strategi intensif atau pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy).
2.) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI CV.CIPTA
AKSARA KELURAHAN KASTELA KECAMATAN KOTA TERNATE
SELATAN
H a m k a Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate
Saluran pemasaran yang terjadi dalam penjualan telur ayan ras pada CV. Cipta Aksara
terdiri dari 4 jalur pemasaran, dimana tiap-tiap jalur menunjukkan tingkat efisiensi
pemasaran yang baik hal ini ditunjukkan dengan nilai share harga lebih dari 50%,
dimana setiap penambahan Rp.1,- oleh produsen telur ayam ras akan memberikan
keuntungan kepada produsen memberikan keuntungan pada saluran II sebesar Rp. 1,5,-,
saluran III sebesar Rp. 4,7,- dan saluran III sebesar Rp. 9,- , dengan demikian proses
pemasaran yang terjadi pada CV.cipta Aksara dapat dikatanan efisien.
4.) Analisis Model Jaringan Sosial Rantai Pemasaran Telur Ayam Ras di
Yogyakarta
K. R. Purba, S. P. Syahlani, F. T. Haryadi, S. Andarwati, dan A. R. S. Putra*
Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
jaringan emosi (sentiment) yang lebih kuat dibandingkan jaringan interest dan jaringan
power. Hal itu disebabkan karena kedekatan antara peternak dengan pedagang
perantara dipengaruhi oleh hubungan kekerabatan, pertemanan dan ketetanggaan.
Dominasi jaringan sentiment (emosi) yang terbentuk mengakibatkan tingginya
hubungan sosial, kepercayaan, kepedulian, kontrol, dan kerjasama yang terjalin antar
pelaku pemasaran telur ayam di Desa Triwidadi