PENCERNAAN TERNAK
Oleh:
KELOMPOK 2
Aulya Safira
Nurzakiyah Asrawati
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul “Gejala yang
berkaitan pada Sistem Proses Pencernaan Ternak”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan semua kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang cukup memberi andil besar dalam
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat terutama protein hewan yang sangat berguna untuk
kesehatan maupun kecerdasan otak. Protein hewani yang dimaksud disini adalah yang
didapatkan dari daging sapi. Namun ketersediaan daging sapi di dalam negeri cukup terbatas
dikarenakan rendahnya populasi sapi yang dimiliki oleh para peternak sapi akibat munculnya
berbagai macam penyakit yang cukup meresahkan para peternak.
Kesehatan ternak merupakan kunci penentu keberhasilan suatu usaha peternakan. Seperti
munculnya suatu slogan dimana pencegahan lebih baik daripada pengobatan, dari hal tersebut
munculnya keinginan untuk memperbaikinya dengan tindakan-tindakan seperti sanitasi,
vaksinasi dan pelaksanaan. Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang sapi namun demikian
yang terpenting adalah Mastitis, Anthrax, Brucellosis, Septicemia Epizootica (SE), cacingan
serta beberapa yang lainnya
Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak
sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri;bebas dari penyakit yang
bersifat menular atau tidak menular, tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia
sebagai konsumen, dan mampu berproduksi secara optimum.
B.Tujuan
PEMBAHASAN
MUNTAH/VOMITING (emesis)
Muntah adalah pengeluaran pakan atau cairan dengan penuh tenaga melalui mulut dari lambung,
dan kadang-kadang dari usus halus duodenum bagian depan/proksimal. Istilah muntah juga
diberikan pada hewan-hewan yang menunjukkan tanda-tanda mengeluarkan pakan, dicirikan
dengan perut yang dikempiskan, punggung melengkung, gagging atau retching, dan
hipersalivasi. Sementara itu regurgitasi yang ditandai dengan pengeluaran pakan atau cairan dari
esofagus dan upaya pada regurgitasi bersifat pasif dibandingkan dengan pada muntah.
Catatan: batuk yang memicu gagging biasanya berkaitan dengan trakheitis atau trakheobronkhitis,
umumnya disertai dengan keluarnya lendir kental/mukus dari saluran pernapasan dan hal terebut umumnya
disertai dengan penuh tenaga
Muntah adalah refleks yang rumit karena memerlukan koordinasi antara saluran pencernaan,
sistem muskuloskeletal, dan sistem saraf. Walaupun pusat muntah pada sistem saraf pusat
adalah pemicu muntah, namun pusat tersebut memerlukan adanya suatu rangsangan. Bahkan
pada kejadian muntah yang dipicu oleh obat-obatan, perangsangan pusat muntah terjadi setelah
perangsangan chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada medulla, yang melanjutkan impuls ke
pusat muntah. Sejumlah saraf sensoris dapat berperan memerantarai impuls muntah/emetik.
Maka dari itu rasa nyeri yang teramat sangat (khususnya abdomen), saraf (psikogenik),
rangsangan aroma yang tidak menyenangkan, rasa, dan bebauan, sensasi dari labirin (telnga) dan
daerah farings, berbagai toksin dan obat, tertahannya produk sisa metabolik, semuanya itu dapat
menimbulkan muntah. Sejumlah reseptor muntah ditemukan keberadaannya di viscera
abdominal, khususnya duodenum, sedangkan saraf motorik/aferen ditemukan pada nervus vagus
dan saraf simpatik.
Muntah dapat mengakibatkan kondisi hewan melemah. Jika muntah berlangsung secara
berlebihan, dapat mengakibatkan kehilangan cairan ekstraselular yang parah, khususnya sodium
(Na), potassium (K), dan chloride (Cl), dan air. Kehilangan kandungan yang ada dalam
lambung, mengakibatkan kehilangan ion-ion hidrogen (H), mendorong kadar bikarbonat
(HCO3--) serum yang tinggi, dan alkalosis metabolik. Bahan muntahan yang berasal dari
duodenum proksimal kaya akan kandungan bikarbonat. Secara klinik muntah hendaknya bisa
dibedakan sebagai masalah yang berasal dari saluran pencernaan (penyebab primer) atau masalah
yang terjadi di luar saluran pencernaan seperti penyebab metabolik (penyebab sekunder).
Gejala-Gejala Penyerta
Gejala yang muncul sangat tergantung pada penyebabnya dan muntah umumnya disertai dengan
sejumlah gejala klinik yang penting. Penyebab primer muntah umumnya memunculkan gejala
klinik yang berkaitan dengan saluran pencernaan, seperti mencret, nyeri abdomen, dan teramati
adanya benda asing seperti benda berbentuk linier yang terperangkap pada ujung bawah lidah,
mencerna bahan yng sifatnya iritatif atau obat-obatan, hemtochezia, atau tumor abdominal yg
bisa dipalpasi. Penyebab sekunder muntah umumnya menimbulkan gejala berupa lesu, kurang
nafsu makan, dan lemah, khususnya bila muntah telah berlangsung selama beberapa hari. Pada
sejumlah anjing dapat ditemukan gejala poliuria, polidipsia, anuria, ikterus, batuk, dan anemia.
Diagnosis Banding
Rencana diagnostik
1. Lakukan verifikasi terhadap pasien muntah. Pasien mestinya tidak melakukan gagging
atau retching setelah hewan menderita penyakit trakhea. Tentukan lama penyakit telah
berlangsung, dugaan terhadap penyebab penyakit, dan obat-obatan yang telah diberikan.
Lakukan penilaian terhadap gejala yang berkaitan dengan kejadian penyakit.
2. Siapkan data dasar lab, terutama yang nantinya bisa mendasari rencana diagnostik. Data
dasar tersebut hendaknya mencakup jumlah sel darah, profil bioimiawi, urinalisis, dan
ujing apung tinja. Terhadap pasien kucing, pemeriksaan hendaknya mencakup
pemeriksaan cacing jantung, FeLV, FIV, dan hipertiroidisma. Lakukan pemeriksaan
serologi jika dipandang perlu, guna menyingkirkan penyebab yang bersifat sistemik
(seperti mikosis sistemik).
4. Pemeriksaan radiografi kontras terhadap lambung dan usus halus (seperti rangkaian
pemeriksaan dengan kontras berbahan barium).
PENUTUP
A.Kesimpulan
Muntah adalah pengeluaran pakan atau cairan dengan penuh tenaga melalui mulut dari
lambung, dan kadang-kadang dari usus halus duodenum bagian depan/proksimal. Muntah
adalah refleks yang rumit karena memerlukan koordinasi antara saluran pencernaan, sistem
muskuloskeletal, dan sistem saraf. Walaupun pusat muntah pada sistem saraf pusat adalah
pemicu muntah, namun pusat tersebut memerlukan adanya suatu rangsangan. Muntah dapat
mengakibatkan kondisi hewan melemah. Jika muntah berlangsung secara berlebihan, dapat
mengakibatkan kehilangan cairan ekstraselular yang parah, khususnya sodium (Na),
potassium (K), dan chloride (Cl), dan air.
Penyebab primer muntah umumnya memunculkan gejala klinik yang berkaitan dengan
saluran pencernaan, seperti mencret, nyeri abdomen, dan teramati adanya benda asing seperti
benda berbentuk linier yang terperangkap pada ujung bawah lidah, mencerna bahan yng
sifatnya iritatif atau obat-obatan, hemtochezia, atau tumor abdominal yg bisa dipalpasi.
Penyebab sekunder muntah umumnya menimbulkan gejala berupa lesu, kurang nafsu makan,
dan lemah, khususnya bila muntah telah berlangsung selama beberapa hari.
B.Saran
Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan.Besar harapan penulis semoga tulisan ini
bermanfaat bagi pembaca.Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. Gejala-gejala Klinik yang Berkaitan Dengan Sistem Pencernaan Pada Hewan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5004c18d9f4bb326c45677a4652d5872.
pdf. Diakses tanggal 28 Oktober 2021.
Zulfikar, 2021. Gambaran Penyakit Infeksius Pada Ternak Sapi dan Cara Pencegahan.
https://media.neliti.com/media/publications/144999-ID-gambaran-penyakit-infeksius-pada-
ternak.pdf. Diakses tanggal 28 Oktober 2021.
LAMPIRAN