Anda di halaman 1dari 3

Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik merupakan pemimpin yang perannya diwarnai oleh sikap kebapakan dalam
arti bersifat melindungi, mengayomi, dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya.

Model “triad” yang dikembangkan oleh Cheng dkk (2008) mendefinisikan kepemimpinan paternalistik
sebagai gaya yang menggabungkan disiplin yang kuat dan otoritas dengan sikap kebapakan dan
integritas moral. Pemimpin ideal menurut model ini adalah seorang yang bertindak sebagai “ayah”
untuk bawahannya, dimana pemimpin menempatkan diri sebagai orang tua, bersifat melindungi dan
memberikan nasehat atau arahan sebagai orang tua. Pemimpin juga mengenal setiap bawahannya
dengan akrab dan mengetahui yang terbaik bagi bawahannya. Pengalaman dan kebijaksanaan
pemimpin juga dijadikan pedoman terbaik bagi bawahannya.

Dimensi Kepemimpinan Paternalistik

Menurut Gul dan Ayse (2008) Kepemimpinan paternalistik dibagi menjadi tiga dimensi yaitu:

1.          Paternalistik Baik Hati (Benevolence)

Adalah kepemimpinan paternalistik yang banyak memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk
berkreativitas guna perkembangan organisasi. Atasan cukup memberikan pengawasan dalam proses
kerja karyawan. Selain itu, atasan juga menunjukkan kebaikan hati dengan memperlihatkan kepedulian
(dalam taraf normal) terhadap kehidupan pribadi karyawan misalnya dengan secara rutin menanyakan
kondisi keluarga karyawan. Sebagai negara kolektif, nilai kekeluargaan menjadi penting bagi para
karyawan di Indonesia. Oleh karena itu, gaya ini menjadi berperan penting karena banyak karyawan di
Indonesia yang menginginkan atasan yang berperan seperti orang tua mereka.

2.          Paternalistik Bermoral (Moral)

Adalah kepemimpinan paternalistik yang menunjukkan teladan yang baik kepada karyawan dengan cara
mematuhi berbagai peraturan yang berlaku baik peraturan perusahaan maupun norma masyarakat.
Atasan dengan gaya ini akan bertanggung jawab dan memimpin dengan memberi contoh yang baik tidak
hanya dalam ranah pekerjaan namun juga dalam keseharian pribadi.

3.               Paternalistik Otoriter (Authoritarian)

Adalah kepemimpinan paternalistik yang berani mengambil keputusan sendiri untuk memberikan yang
terbaik bagi karyawan. Dalam hal ini, otoriter yang dimaksud adalah bersikap tegas. Sebagai negara yang
termasuk dalam kategori high power distance, gaya ini dianggap efektif karena bawahan cenderung
menuruti arahan atasannya.
Semoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca tentang kepemimpinan paternalistik.
Harapannya, gaya kepemimpinan yang khas Indonesia ini dapat semakin banyak diminati sebagai topik
penelitian di kalangan para akademisi. Selain itu, para praktisi di perusahaan pun dapat mulai
memperkenalkan berbagai pelatihan yang dapat meningkatkan kapasitas kepemimpinan paternalistik
para pemimpinnya.

menurut model tiga serangkai yang dikembangkan oleh Cheng dkk, gaya kepemimpinan paternalistik
adalah gaya kepemimpinan yang menggabungkan integritas moral dan sikap kebapakan dengan otoritas
dan disiplin yang kuat.

Pemimpin paternalistik pada dasarnya akan merasa bangga apabila orang-orang yang dipimpin olehnya
mencapai sesuatu yang baik atau sukses dalam pekerjaannya, karena ia merasa telah mengambil bagian
untuk membangun bawahannya itu.

Kelemahan Pemimpin dengan Gaya Paternalistik


Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan paternalistik sangat baik dan seakan tidak memiliki celah,
mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh pemimpin.

Namun kenyataannya, dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh gaya paternalistik, disitu pula lah
terletak sumber kelemahannya.

Berikut pembahasannya.

#1 Berlaku Layaknya Seorang Ayah

Dengan berlaku layaknya seorang ayah, pemimpin memang mampu memberi dampak yang cukup besar.
Dan tentunya, pemimpin akan disukai oleh para bawahannya karena ia mau membangun hubungan
yang baik serta mengusahakan yang terbaik buat mereka.

Hanya saja, ini pun akan memiliki dampak yang kurang baik, yaitu pengikut akhirnya tidak memiliki
inisiatif sendiri untuk bertindak, dan terlalu bergantung kepada pemimpinnya.

Selain itu, terkadang karena terlalu menekankan perannya sebagai seorang ayah, pemimpin akhirnya
terlalu bersifat melindungi, yang akibatnya para pengikut menjadi kurang leluasa dalam berkarya.

#2 Pengambilan Keputusan

Pemimpin paternalistik selalu memutuskan berbagai hal secara sepihak, tanpa memberikan kesempatan
kepada para pengikutnya.

Hal ini sebenarnya masih dipengaruhi oleh poin sebelumnya, yang mana pemimpin berlaku layaknya
seorang ayah.
Dengan begitu, pemimpin merasa bahwa para pengikutnya belum memiliki kemampuan atau
kematangan untuk turut serta dalam pengambilan keputusan.

Pemimpin merasa bahwa orang-orang yang dia pimpin hanya perlu mendengar dan melakukan apa yang
telah menjadi keputusan pribadinya.

Hal ini tentu saja kurang baik bagi perkembangan perusahaan atau organisasi, begitu pula bagi para
bawahannya, karena daya imajinasi dan kreativitas mereka tidak akan terasah.

#3 Bersikap Maha Tahu dan Maha Benar

Untuk menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas, seseorang memang perlu memiliki banyak
kelebihan yang tidak dimiliki oleh para bawahannya, atau selangkah – dua langkah lebih maju dari pada
mereka.

Pemimpin perlu memiliki skill yang mumpuni, dan memiliki kecerdasan yang baik.

Namun hal ini bukan berarti pemimpin bisa mengesampingkan kemampuan orang-orang yang ia pimpin.

Malah sebaiknya, pemimpin perlu mengatur, mengembangkan, serta memanfaatkan kelebihan yang
dimiliki oleh para pengikutnya, sehingga mereka dapat menjadi asset yang bernilai bagi perusahaan.

Hal ini juga berlaku dalam hal-hal penting seperti pengambilan keputusan dan sebagainya.

Pemimpin terkadang sangat memerlukan masukan-masukan yang berguna dari para pengikutnya,
sehingga keputusan ataupun strategi yang dibuat adalah strategi dan keputusan yang baik.

Sayangnya, pemimpin paternalistik memiliki sifat yang seakan-akan maha tahu dan maha benar,
sehingga sering sekali mereka tidak mau menerima masukan dari luar.
Tentu saja ini memiliki dampak negatif yang sangat banyak, karena bisa saja ia mengambil sebuah
keputusan yang salah, atau membuat strategi yang kurang tepat.

https://buletin.k-pin.org/index.php/daftar-artikel/655-mengenal-kepemimpinan-paternalistik

https://www.finansialku.com/gaya-kepemimpinan-paternalistik/

Anda mungkin juga menyukai