Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TBC

A. Pengertian TBC
Menurut Tabrani (2018) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.Kuman ini juga mempunyai
kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat.Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terutama terjadi pada malam hari.Tuberkulosis Paru atau TB adalah
penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis.
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2019).

B. Etiologi TBC
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini
bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.(Nur arif dan
Hardhi Kusuma 2018).
C. Manifestasi Klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2019), keluhan yang dirasakan
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB
Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang
terbanyak adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang kadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama
dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali.
2. Batuk/berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus.batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.Sifat batuk
ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
3. Sesak nafas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang
infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar
keringat malam, dll.Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara tidak teratur.

D. Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit tuberculosis
terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya
berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis
sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang mengandung
basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih
1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan
kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai 9 berhari-
hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet
akan masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet
besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan
masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet
kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi
primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi,
yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk
merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada
jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil
apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya
tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka
kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paruparu dengan membentuk tuberkel (biji-
biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila
jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan
pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe) (Djojodibroto, 2014)
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjanng pada penyakit TBC :
1. Pemeriksaan diagnostic
2. Pemeriksaan sputum
3. Skin test
4. Rontgen dada
5. Pemeriksaan histology/kultur jaringan
6. Biopsi jaringan paru
7. Pemeriksaan elektrolit
8. Analisa gas darah (AGD)
9. Pemeriksaan fungsi paru

F. Penatalaksanaan medis

1. Manajemen jalan nafas

2. Pengisapan lendir

3. Terapi oksigen

4. Mengajarkan batuk efektif

5. Latihan nafas dalam


TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN TBC
A. Pengkajian
1. Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta
pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan,
apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa
garis atau bercak-bercak darah
c. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks,
anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
3. Keluhan Sistematis :
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau
pada malam hari mirip dengan influenza
b. Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan dan malaise
B. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang :
1. Keadaan pernapasan (napas pendek)
2. Nyeri dada
3. Batuk
4. Sputum

Kesehatan Dahulu :

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan

Kesehatan Keluarga :Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma,


alergi dan TB

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda–tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2. Breathing
Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru
biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya
penurunan proporsi anterior-posterior bading proporsi diameter
lateral.
Palpasi: Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan
seimbang bagian kiri dan kanan.Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
Perkusi : Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan
akumulasi cairan.
Aukultasi : Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
3. Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat.Pengkajian objektif, klien tampak
wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada
mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu,
dan ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
4. Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
5. Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
6. Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru.gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.

D. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


1. Kepala
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak
2. Rambut
Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut.
3. wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak
4. Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera ikterik/tidak )
5. Wicara dan THT
Wicara : Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia
THT : Inspeksi hidung (kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada
secret/tidak). Telinga (Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani,
ada secret/tidak) Palpasi (Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran)

E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas tidak berhubungan dengan produksi secret
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan lemah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas

F. Perencanaan Keperawatan
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam
intervensi keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memehami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri dan
tindakan kolaborasi. Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan (A. Aziz Alimul Hidayat,
2019).
1. Ketidakefektifan jalan nafas
 Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman, dan
penggunaan otot bantu)
 Catat kemampuan pasien mengeluarkan dahak, catat karakter, jumlah dahak,
adanya hemoptysis.
 Ajarkan pasien posisi semi fowler dan latihan nafas dalam

2. Intoleransi aktivitas

 Manajemen energy
 Dukungan perawatan diri
 Edukasi latihan fisik
 Manajemen lingkungan
 Pemberian obat oral
 Pemantauan tanda vital
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Catat status nutrisi pasien dan berat badan pasien
 Kaji adanya anoreksia, mual, muntah, dan catat kemungkinan hubungan
dengan obat
 Motivasi pasien untuk makan sedikit tapi sering
 Kolaborasi : pemberian injeksi ranitidine
4. Gangguan pola tidur
 Dukungan tidur
 Manajemen lingkungan
 Pengaturan posisi
 Terapi aktivitas

G. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat dan pasien yang sesuai dengan intervensi di atas. Perawat bertanggung jawab

terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan

diselesaikan.

H. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,

kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta

kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.


DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty.2019. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
Andra F.S & Yessie M.P. 2018.Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Ardiansyah, M. 2017. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta:
Diva Press
Depkes RI. 2015. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis. Jakarta:
Widya Medika
Depkes RI. 2016. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
GerdunasTB.
Doenges, Marilynn E.dkk.2017. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa :
IMadeKriasa.EGC.Jakarta
Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.Surabaya :
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas.Jakarta : Buana Ilmu Populer
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS

DI RUANGAN BUGENVILLE

RSUD UNDATA PALU

DISUSUN OLEH :
HYGAYON ALDRIK GUSTAPAN KOLALIMA
(PO 7120319001)

CI KLINIK CI AKADEMIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIV KEPERAWATAN PALU
TAHUN AJARAN 2021/2022
Perubahan
Cairan
Intrapleura

Sesak napas
Ketidakefektifan pola napas

Invasi Bakteri Tuberculosis

Infeksi primer

Sembuh dengan focus ghon

Bakteri Dorman

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/ inflamasi, kavitas dan merusak parenkim paru

Perubahan produksi secret reaksi sistematis ansietas


Cairan meningkat
Intrapleura
Batuk Produktif Anoreksia, Mual, Lemah kurang
Tidur
Sesak napas BB menurun tidak bias
tidur

Ketidakefektifan bersihan intoleransi

bersihan jalan napas keidakseimbangan aktivitas Gangguan


pola Tidur

Ketidak efektifan nutrisi kurang dari

Pola nafas kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai