Anda di halaman 1dari 14

LEGENDA SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI DAN

PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT BANJAR


(The Legend of Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari and the Impact
on Banjar Society)

Dede Hidayatullah
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan
Jalan A. Yani km. 32,2 Loktabat Banjarbaru Kalimantan Selatan
08125026715, Pos-el: dayatdh@gmail.com

Diterima 1 Oktober 2020 Direvisi 7 Oktober 2020 Disetujui 13 Oktober 2020


https://doi.org/10.26499/und.v16i2.2838

Abstrak. Cerita para datu merupakan cerita dalam bentuk legenda yang menceritakan kiprah
para datu dalam membina masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam. Legenda Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan cerita yang terdapat di Martapura yang mempunyai
peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Penelitian ini akan
membahas tentang legenda salah seorang datu yang menyebarkan agama Islam di Kabupaten
Banjar, yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Penelitian ini bertujuan menguraikan
tentang mitos Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, mendeskripsikan perjalanan hidupnya
dan keramat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah etnografi deskritif. Dengan metode akan diuraikan pengaruh yang muncul dari
legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari pada budaya dan kehidupan masyarakat Banjar.
Dengan menggunakan metode ini ditemukan bahwa legenda Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari telah membentuk karakter orang Martapura menjadi suka akan ilmu, peduli pada
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu pesantren dan memandang keramat
sebagai pelengkap keilmuan, bukan menjadi fokus dalam menuntut ilmu dan ibadah.
Kata kunci: Kata Kunci: legenda, karakter, pesantren, dan ilmu.

Abstract. The story of the datu is a story in the form of a legend that tells the role of the datu in developing
society and spreading Islamic teachings. The legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari is a story from
Martapura, which has an important role in the spread of Islam in South Kalimantan. This study will discuss the
legend of one of the datu who spread Islam in Banjar Regency, namely Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
The objective of this study is to describe the myth of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, the story of his life,
and the sacredness of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Using the ethnographic descriptive method, it will
reveal the influence that emerged from the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari in the Banjar society.
This method has shown that the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari has shaped the character of the
Martapura people. They like studying and care about the development of educational facilities and infrastructure,
such as Islamic boarding schools, and view of sacredness as a part of science, not as a focus in studying and
worship.
Keywords: legend, character, Islamic boarding school, and knowledge.

1. PENDAHULUAN zaman awal Sriwijaya. Di daerah ini


Suku Banjar mulanya bermukim terjadi perpaduan jenis dan akulturasi
di hulu aliran sungai Tabalong, yaitu budaya antara orang-orang Melayu,
daerah Tanjung Puri. Daerah ini suku Maanyan, Lawangan, dan Dayak
merupakan koloni orang Melayu dari Bukit, ditambah suku Ngaju atau Biaju
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

serta pedagang-pedagang dari Jawa sering disebut aksara Arab Melayu.


pantai Utara yang melarikan diri karena Oleh karena itu, sangat jarang ditemukan
adanya penaklukan oleh Mataram. cerita-cerita rakyat, pantun, dan sastra
Ketika kerajaan Banjar lahir tahun 1526, lisan lainnya yang sudah dalam bentuk
penduduknya merupakan campuran tulisan, kecuali sebagian dari naskah-
dari Ngaju, Melayu, Maanyan, Jawa, naskah lama peninggalan Syekh
suku Bukit, dan suku lainnya yang diikat Muhammad Arsyad al-Banjari, dan
oleh agama Islam, menggunakan bahasa naskah syair, serta beberapa naskah
dan adat istiadat Banjar. Masyarakat ini mantra-mantra yang masih disimpan
kemudian berkembang membentuk tiga oleh masyarakat Banjar.
kelompok subsuku, yaitu (Banjar) Cerita para datu merupakan
pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, (Banjar) cerita dalam bentuk legenda yang
Kuala. Banjar Pahuluan berasal dari menceritakan kiprah para datu dalam
kesatuan etnik Bukit, Banjar Kuala dari membina masyarakat dan menyebarkan
kesatuan Etnik Ngaju, dan Banjar Batang ajaran Islam. Setiap daerah memiliki
Banyu, dari kesatuan etnik Maanyan. cerita para datu yang yang diyakini
(Sam`ani et al., 2004: 19, lihat juga Daud, keberadaannya, seperti cerita Datu Kabul
1997: 3) Dengan demikian, bentuk yang menyebarkan Islam dan
keislaman urang Banjar terdiri atas membangun masjid di Sungai Banar
konsepsi-konsepsi yang berasal Melayu, Amuntai kabupaten Hulu Sungai Utara,
pengaruh kepercayaan Hindu, dan cerita Datu Abbas di Wasah Kandangan
warisan kepercayaan Dayak, yang Kabupaten Hulu Sungai Selatan, cerita
menjadi pembentuk suku Banjar. Islam Datu Sanggul di Kabupaten Tapin, cerita
menjadi ciri dan identitas orang Banjar. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di
Masyarakat Banjar merupakan Martapura Kabupaten Banjar, cerita datu
masyarakat agamis. Masyarakat yang Jamaluddin Sungai Jingah di
memegang teguh keyakinan agamanya. Banjarmasin, dan lain-lain.
Religiusitas urang Banjar ini tercermin Para datu itu menyebarkan
dalam sastra lisannya seperti pantun, agama Islam di daerahnya dengan
papadah, madihin, mantra, dan juga cerita menggunakan metode dakwah yang
rakyat. Cerita rakyat yang bercerita berbeda-beda menyesuaikan dengan
tetang Islam dan penyebar Islam pada kondisi dan keadaan daerah tempat
masa lalu tesebar dalam legenda datu. mereka berdakwah. Oleh karena itu,
Legenda Datu ini tersebar dari mulut ke legenda para datu ini mengandung
mulut, dari generasi ke generasi falsafah hidup dan kehidupan manusia
sehingga mengakar kuat pada dan serta nilai-nilai, seperti adat istiadat,
masyarakat Banjar. kearifan lokal masyarakat, dan moral.
Penyebaran legenda ini dan Selain itu, para datu tersebut
sastra lisan lainnya yang dilakukan masing-masing mempunyai karamah
secara lisan karena masyarakat Banjar yang muncul sebagai solusi dalam
merupakan masyarakat yang tidak menghadapi berbagai persoalan.
mengenal aksara, kecuali sesudah abad Karamah ini muncul bukan sebagai
ke-16. Pada abad ini, urang Banjar mulai bentuk pamer, tetapi sebagai jawaban
mengenal aksara Arab yang digunakan atas persoalan yang sedang dihadapi
untuk menuliskan bahasa Banjar yang oleh para datu. Karamah para datu itu

170
Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya
pada Masyarakat Banjar (Dede Hidayatullah)

berbeda-beda. Perbedaan itu muncul menyebarkan agama Islam di Kabupaten


karena perbedaan persoalan yang Banjar, yaitu Legenda Syekh Muhammad
dihadapi dan perbedaan kondisi sosial Arsyad al-Banjari atau Syekh
masyarakatnya. Muhammad Arsyad al-Banjari, mitos,
Ada beberapa penelitian yang dan pengaruhnya terhadap masyarakat
memfokuskan perhatian pada legenda Banjar. Legenda Syekh Muhammad
antara lain, seperti Yulianto, Jahdiah, Arsyad al-Banjari dapat digolongkan ke
Suminar, & Hidayatullah, (2005) dalam cerita rakyat yang dalam istilah
menganalisis secara semiotik tentang Danandjaja (2002) termasuk dalam tiga
tokoh mitos dan legendaris dalam sastra golongan besar, yaitu 1) mite (myth), 2)
Banjar seperti Datu Ambulung, Datu legenda (legend), dan dongeng (foklor)
Majuranta, Datu Yujung dan Datu (hlm. 50). Penelitian ini bertujuan untuk
Taksilu. Hasil penelitian menunjukkan menguraikan tentang legenda Syekh
bahwa cerita-cerita legenda dan mite itu Muhammad Arsyad al-Banjari,
mempunyai nilai moral dalam simbol mendeskripsikan perjalanan hidupnya
dan makna cerita; Hidayatullah, (2017) dan keramat Syekh Muhammad Arsyad
meneliti tentang motif dan keramat al-Banjari. peneliti kemudian
legenda Datu Kabul, hasil penelitian menguraikan pengaruh yang muncul
menunjukkan bahwa Datu Kabul dari legenda Syekh Muhammad Arsyad
mempunyai dua motif, yaitu motif benda al-Banjari masyarakat Banjar.
berupa mesjid Sungai Banar, dan motif Penelitian ini penting dilakukan
perbuatan. Kedua motif terlihat pada karena legenda Syekh Muhammad
keramat yang ada pada Datu Kabul. Arsyad ini sudah mengakar dalam
Keramat Datu Kabul ada empat, yaitu masyarakat di Kabupaten Banjar
tubuhnya bercahaya, doanya selalu khususnya dan masyarakat di
mustajab, bisa mendatangkan tiang kayu Kalimantan pada umumnya. Dengan
Kurma dari Mekkah untuk metode etnografi deskritif akan
pembangunan mesjid Sungai Banar, dan diuraikan hubungan antara budaya
tubuhnya menghilang ketika meninggal. masyarakat dengan legenda Legenda
Motif dan keramat Datu Kabul membuat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
masyarakat sekitarnya mempercayai dan atau Syekh Muhammad Arsyad al-
memperlakukan Mesjid Sungai Banar Banjari.
seperti ka`bah, yaitu harus tawaf 7 kali Dewasa ini, dalam revolusi
ketika masuk masjid; Laila (2014) industri 4.0, semua informasi tersebar
meneliti tentang fungsi cerita riwayat luas dalam berbagai media social
Datu Sanggul bagi masyarakat Banjar berbasis online seperti facebook,
hasilnya adalah legenda Datu Sanggul instagram, youtube, dan whatsApp,
diyakini kebenarannya oleh banyak bermunculan tulisan dan video
masyarakatnya dan berfungsi sebagai yang menceritakan tentang keramat
sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan seseorang. Tulisan dan video tentang
kebudayaan dan sebagai alat penekan keramat yang masif ini membuat
berlakunya tata nilai masyarakat Banjar, pembaca dan penonton menganggap
serta sebagai alat pendidikan. bahwa seakan-akan tujuan hidup itu
Penelitian ini akan membahas adalah mempunyai keramat itu. Hal ini
tentang legenda salah satu datu yang menyebabkan ada anggapan telah terjadi

171
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

pengkultusan terhadap orang-orang Indonesia, Brunai Darussalam, Malaysia,


yang mempunyai keramat. Selain itu, Thailand dan Saudi Arabi. Dan makam
adanya segolongan umat yang tidak Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
mempercayai adanya keramat. yang dikeramatkan dan dikunjungi
Kemudian terjadilah perdebatan yang ribuan penziarah setiap harinya di
panjang antara golongan yang daerah Kalampayan Kecamatan
mempercayai dan meyakini keramat itu Astambul Kabupaten Banjar.
ada dan golongan yang tidak Meneliti sastra lisan menurut
mempunyai keramat. Hal ini bisa Endraswara (2018) tidak terlepas dari
menyebabkan perpecahan diantara umat aspek Budaya. Sastra lisan yang
Islam. Oleh karena itu, penelitian ini juga disampaikan dengan lisan, dari mulut ke
akan mengupas tentang keramat Syekh mulut, mengukir budaya tertentu.
Muhammad Arsyad al-Banjari, penyebab Budaya merupakan hasil dari peristiwa
kemunculan keramat, fungsi dan dan keadaan historis yang berbeda dan
kedudukan keramat. bukan hanya produk lingkungan atau
Selain sebagai legenda ras. Budaya atau peradaban, adalah
masyarakat Banjar, dalam hal ini keseluruhan kompleks yang mencakup
masyarakat yang berada di sekitar pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
wilayah Martapura khususnya dan moral, kebiasaan, dan kemampuan, serta
Kalimantan pada umumnya, kebiasaan lainnya yang diakuisisi oleh
menganggap bahwa cerita Syekh manusia sebagai anggota masyarakat
Muhammad Arsyad merupakan cerita (hlm. 225—229). Meneliti sastra lisan
nyata yang diwariskan sebagai bagian sama dengan meneliti budaya
tak terpisahkan dari masyarakatnya. Hal masyarakat pemilik sastra lisan. Meneliti
ini karena legenda Syekh Muhammad budaya tidak akan terlepas dari tradisi
Arsyad ada hubungannya dengan yang ada di masyarakat. Menurut
peristiwa sejarah, yaitu pembuatan Endraswara (2018), kata kunci dari
Sungai Tuan yang berfungsi sebagai tradisi adalah memori, seleksi,
irigasi untuk daerah Kalampayan dan kelanjutan, pengulangan, dan penemuan
sekitarnya, peninggalan kitab-kitab yang (hlm. 235). Pembacaan manaqib Syekh
masih tersimpan rapi seperti kitab Sabilal Muhammad Arsyad al-Banjari di
Muhtadin, Tuhfaturragibin, dan kitabun masyarakat Banjar adalah seni ingatan
Nikah. Selain itu, sesuai dengan pendapat yang secara kontinuitas terus diulang-
Danandjaja (2002) Legenda Syekh ulang, sehingga menyebabkan memori
Muhammad Arsyad ini dianggap oleh tentang Syekh Muhammad Arsyad al-
masyarakat pemilik cerita sebagai suatu Banjari tetap terpelihara dan terwariskan
kejadian yang sungguh-sungguh pernah pada generasi berikutnya.
terjadi (hlm. 66). Sebagaimana cerita
Legenda para datu lainnya, legenda Datu 2. LANDASAN TEORI
Kabul juga mempunyai wujud berupa 2.2 Pengertian Legenda
peninggalan, seperti kitab-kitab tulisan Sastra lisan adalah karya sastra
tangan Syekh Muhammad Arsyad al- yang disebarkan secara lisan dari
Banjari, keturunan Syekh Muhammad generasi ke generasi. Sastra lisan
Arsyad yang melanjutkan dakwahnya biasanya bercirikan mempunyai
tesebar di kawasan nusantara, mulai dari beberapa ciri, yakni: (1) sifatnya

172
Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya
pada Masyarakat Banjar (Dede Hidayatullah)

tradisonal, muncul dari masyarakat yang legenda menjadi empat macam, yaitu (1)
tidak melek huruf, dan masih polos; (2) legenda keagamaan (religious Legend), (2)
tidak mempunyai pencipta dan Legenda alam gaib (supernatural legends),
melukiskan budaya kolektif masyarakat (legenda perseorangan (personal legend),
tertentu; (3) adanya pesan yang ingin (4) legenda setempat (local legend).
disampaikan, bersifar humor dan Legenda Syekh Muhammad Arsyad
khayalan. Hal yang utama dalam sastra merupakan legenda keagamaan.
lisan adalah isi, dan pesan yang ingin
disampaikan yang biasanya tidak 2.3 Etnografi
tersurat, tetapi tersirat dalam sastra lisan Hanifah (2010) menyatakan bahwa
tersebut. Selain itu, dampak sosial karya Etnografi adalah ilmu yang digunakan
sastra itu merupakan hal terpenting untuk mendiksripsikan, memaparkan,
dalam sastra lisan. (Wellek & Warren, dan menganalisis budaya susatu suku
1995: 111). bangsa. Etnografi merupakan cabang
Teeuw (1984, hlm. 10)
dari antropologi. ( hlm. 1). menurut
mengatakan bahwa dalam sastra lisan
manusia Indonesia berusaha untuk
Koentjaraningrat (2014) etnografi
merupakan deskripsi menyeluruh
mewujudkan hakikat dirinya sendiri
bahkan sampai sekarangpun. Untuk kebudayaan etnik suku bangsa (hlm.
manusia zaman sekarang, sastra lisan itu 12).
tetap bernilai dan berfungsi apabila dia Oleh karena itu, dapat disimpulkan
berusaha mencari makna dan nilai bagi bahwa penelitian etnografi berfokus
dirinya sebagai manusia. pada aspek kebudayaan pada suatu
Danandjaya (Danadjaya, 2002, suku bangsa, yaitu dengan melihat
hlm.22--152) mengkalisfikasi enam lokalitas-lokalitas pada kebudayaan
jenis tradisi lisan beserta dalam berbagai tersebut.
suku di Indonesia, yaitu 1), ungkapan
tradisional, 2) bahasa rakyat 3) sajak dan 2.4 Tinjauan Definisi dan Konsep
puisi rakyat, , 4) pertanyaan tradisional Etnografi
5) nyanyian rakyat dan 6) cerita prosa Menurut Spradley (2007) etnografi
rakyat. tidak sekedar meneliti masyarakat, tetapi
Bascom (dalam Danadjaya, 2002) bahkan belajar dari masyarakat, yaitu
membagi prosa rakyat menjadi tiga dengan mengambil pelajaran hikmah
kelompok besar, yakni (1) legenda dari kebudayaan tersebut (hlm. 3).
(legend), (2) mite (myth), dan (3) dongeng Duranti (1997) menyatakan bahwa,
(folktale) (hlm.50). Berbeda dengan mite etnografi adalah penjelasan secara tertulis
yang ditokohi dewa dan dianggap suci, mengenai simbol, karaktersitik, aktivitas,
legenda merupakan cerita rakyat yang organisasi social dari masyarakat
ditokohi manusia, mempunyai sifat-sifat tertentu. (hlm. 85). Pada dasarnya
luar biasa, kelebihan dan juga peristiwa perhatian utama penelitian etnografi
luar biasa. Tempat terjadi legenda adalah adalah tentang the way of life suatu
tempat seperti yang dikenal sekarang. masyarakat. Esensi penelitian etnografi
(Djamaris, 1990, hlm. 99--100). tidak hanya mengambil simpulan dari
Bruvard (dalam (Danadjaya, kebudayaan masyarakat saja, tetapi juga
2002, hlm. 67) mengklasifikasikan

173
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

mengambil hikmah dan pelajaran sosial menggunakan pendekatan induktif,


dari kebudayaan tersebut. artinya kesimpulan yang didapat
Etnografi merupakan metode didasarkan dari yang khusus menjadi
khusus yang memuat karakteristik dan umum. Keempat, dilakukan analisis data
bentuk tertentu, termasuk partisipasi dan interpretasi data tentang arti dan
etnografer (peneliti etnografi) untuk tindakan manusia (human action). Hal
melihat, mendengar, dan memahami yang paling menarik dari etnografi
kehidupan sehari-hari (Setyowati, 2006, adalah menarik simpulan atas prilaku
hlm. 36). Oleh karena itu, seorang dan sikap sosial dari suatu masyarakat
etnografer sebagai bentuk pengamatan tertentu (Atkinson & Hammersley,
dan pengambilan data di lapangan, 1994, hlm. 250).
harus terlibat langsung dalam kehidupan Menurut Ahimsa Putra telaah
keseharian etnografi di Indonesia, didasarkan
Koentjaraningrat (2014) pada gaya penulisannya, sehingga
menjelaskan tentang kerangka menyimpulkan empat tipe etnografi, di
penjelasan yang lebih rinci mengenai antaranya; etnografi awam, laci
etnografi, karena etnografi yang memuat (positivisme), analisis, dan kritis
bahan mengenai kesatuan kebudayaan (Ahimsa-Putra, 1987, hlm. 8).
suatu komunitas suku bangsa Untuk memudahkan dalam
berdasarkan geografi, ekologi, atau penagamatn fenomena social dan
wilayah administratif yang menjadi yang interpretasi data yang didapat, seorang
dibagi ke dalam bab-bab dengan urutan peneliti etnografi harus terlibat langsung
yang baku, (hlm. 2—3). dalam waktu yang lama dalam
Menurut Hanifah (2010) untuk masyarakat tersebut.
memberika penjelasan yang lengkap Dalam penelitian sastra lisan,
Crapanzano (dalam Endraswara, 2018)
dan menyeluruh, penelitian etnografi
memberikan rambu-rambu bahwa
biasanya bersifat holistik-integratif
etnografer harus mendeskripsikan aspek
(Hanifah, 2010, hlm. 2; lihat juga
budaya dalam sastra lisan, dalam hal ini
Mulyana, 2001, hlm. 161). adalag legenda Syekh Muhammad
Sebuah budaya telah dianggap Arsyad al-Banjari (hlm. 211).
holistic-integratif apabila terdiri atas
bagian-bagian yang tidak dapat
terpisahkan karena interaksi bagian- 3. METODE PENELITIAN
bagian dari kebudayaan telah menyatu Penelitian ini merupakan penelitian
(Mantja, 2007, hlm. 7). kualitatif. Metode yang digunakan
Etnografi juga memiliki karakteristik dalam penelitian ini adalah metode
seperti; pertama, menggali atau meneliti etnografi. Penelitian ini menguraikan
secara mendalam fenomena sosial Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
terjadi didalam masyarakat tertentu. mitos-mitos dan keramat yang dipercaya
Kedua, perolehan data yang tidak masyarakatnya, budaya yang ada
terstruktur akibat dari perbedaan didalamnya, dan pengaruh legenda
persepsi antar personal dan kelompok Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
sosial. Ketiga, kasus atau sampel sedikit, pada masyarakatnya. Metode etnografi
karena penelitian etnografi adalah strategi pencapaian etnigrafi

174
Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya
pada Masyarakat Banjar (Dede Hidayatullah)

dalam mendiskripsikan sesuatu dari Banjar (kurang labih 56 Km, matan


lapangan penelitian sastra lisan. Metode Banjarmasin).
etnografi adalah strategi pendiskripsian Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
adalah ulama nang sangat bawiwaba wan
pola-pola komunikasi suatu suku bangsa
bapangaruh. Sidinlah nang bausaha banar wan
di wilayah tertentu. Etnografi sastra lisan paling baparan dalam kisah sajarah
berarti pendeskripsian sastra lisan pengembangan agama Islam di Kalimantan
berdasarkan pemahaman entitas sampai ka saluruh nusantara. Syekh Muhammad
(Endraswara, 2018, hlm. 211). Dengan Arsyad Al-Banjari orang nang gigih banara
metode etnografi ini dapat diperoleh mampertahankan wan mangembangkan faham
Legenda Syekh Muhammad Arsyad al- Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu tauhid nang
bapingkut lawan faham Asy’ariah wan
Banjari, mitos dan keramat dan
Maturidiyah, wan Mazhab Imam Syafi’i biwang
pengaruhnya terhadap masyarakat Ilmu Fiqih, wan tasawuf bapingkut ajaran
Banjar. Junaidi al-Bugdadi. Sidin jua katuju manulis
Data primer penelitian ini adalah kitab sagan diajarkan lawan masyarakat.
cerita tentang Syekh Muhammad Arsyad Waktu halus, Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari didapat dari wawancara Al-Banjari bangaran Muhammad Ja’far. Sidin
dengan tokoh masyarakat, dan manaqib anak panuhanya lima bawangsanak katurunan
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Abdullah dengan Siti Aminah. Dangsanak sidin
nang lain; Haji Muhammad Arsyad; Haji Zainal
Sedangkan data sekunder dari penelitian
Abidin; Abidin; Diang Panangah; dan Normin.
ini adalah buku-buku legenda cerita Waktu baumur 7 tahunan, Muhammad
rakyat seperti buku Sastra Lisan Banjar Arsyad kacil fasih banar mambaca Al-Qur’an.
(1978) hasil penelitian Sunarti, et al. dan Sampai-sampai sultan maangkat anak lawan
buku-buku lain yang berhubungan sidin karna takjub lawan bacaan wan jua lukisan
dengan penelitian ini. sidin nang asri banar, lalu sidin dibawa ka istana
Dari semua data tersebut, peneliti sagan dilajari ilmu lainnya.
Bakat wan kapintaran Syekh Muhammad
menguraikan secara singkat cerita Syekh
Arsyad kalihatan banar. Lalu Sultan
Muhammad Arsyad al-Banjari. Setelah manulakakan sidin ka Makkah sagan mempelajari
itu, medeskripsikan perjalanan hidupnya ilmu agama pas baumur usia 30 tahun. Sultan
dan keramat Syekh Muhammad Arsyad baharap, ilmu nang didapat Syekh Muhammad
al-Banjari. peneliti kemudian Arsyad di Tanah Suci itu kawa dilajarakan lagi
menguraikan pengaruh yang muncul lawan urang Banjar nang ada di banua. Sakira
dari legenda Syekh Muhammad Arsyad urang Banjar batambah jua pengetahuan agama
al-Banjari masyarakat Banjar. wan ibadahnya.
Di Tanah Suci Makkah wan Madinah, sidin
mangaji lawan ulama masyayikh nang masyhur
4. HASIL DAN PEMBAHASAN wan terkanal waktu ngintu, nang kaya Syekh
4.2 Legenda Syekh Muhammad Athaillah bin Ahmad Al-Mishri Al-Azhar, Syekh
Arsyad al-Banjari Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, Madinah.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Sidin sampat manulis kitab nang bangaran
galar Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin fatawa Sulaiman Kurdi hasil mangaji baduaan
Abdullah Al-Banjari. Sidin lahir 15 Shafar 1122 wan batakun masalah pajak nang ada di karajaan
H atawa 19 Maret 1710 M di Kampung Lok Banjar. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-
Gabang, wan maninggal di Dalam Pagar 6 Kurdi digalari orang Syaikhul Islam Imamul
Syawwal 1227 H atawa dengan 13 Oktober 1812 Haramain nang kala itu datang matan Mesir,
M baumur 105 tahun wan dikuburakan di sidin ini yaitu Syekh Muhammad Sulaiman Al-
Kalampayan, kacamatan Astambul, kabupatin Kurdi adalah pengarang kitab Hawasyil
Mawaniyyah syarah Ba Fadal masalah fiqih,

175
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

Syekh Muhammad bin Abdu Karim As-Sammany gembira. Kurang labih 60 hari bamadam di
Al-Mawanny dalam ilmu tasawuf sidin Betawi (Jakarta), sidin bajalanan ka babarapa
mendapat ijazah tammah sagan maajarakan wan masigi. Berkat beberapa karamah (kaahlian) nang
maijazahakan tareqat sammanaiyah wan manjadi sidin miliki, sidin dapat membetulkan arah kiblat
Khalifah tammah jua dari Syekh Muhammad bin masjid nang kurang pas arahnya. Mesjid nang
Abdu Karim As-Sammany Al-Mawanny, Syekh sidin baiki arah kiblatnya antaranya Mesjid
Ahmad bin Abdul Mun’im Ad-Damanhuri, Jembatan Lima, Mesjid Luar Batang, wan Mesjid
Syekh Sayyid Abdul Faydh Muhammad Pekojan.
Murtadha’Az-Zabidi, Syekh Hasan bin Pada bulan Ramadhan 1186 H (1772 M)
Ahmad’Akisy Al-Yamani, Syekh Salim bin sampai sidin di tanah Banjar. Kadatangannya
Abdullah Al-Bashri, Syekh Shiddiq bin Umar disambut mariah oleh karajaan wan seluruh
Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi bin Asy- rakyat Banjar.
Syarqawi, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz Syekh Muhammad Arsyad dianggap raja
AlMaghrabi, Syekh Sayyid Abdurrahman bin matan bahari sudah jadi kulawarga karajaan, jadi
Sulayman Al-Ahdal, Syekh Abdurrahman bin sidin dapat jua tanah pambagian Sultan
Abdul Mubin Al-Fathani, Syekh Abdul Ghani bin Tahmidullah II di luar kota Martapura, di higa
Syekh Muhammad Hilal, Syekh’Abid As-Sindi, sungai martapura. Tanah ngini sidin ulah jadi
Syekh bdul Wahab Ath-Thanthawi, Syekh kampung wan jadi majlis jua madrasah sagan
Maulana Sayyid Abdullah Mirghani, Syekh maajar ilmu nang sidin dapat di Makkah
Muhammad bin Ahmad Al-Jawahir, Syekh Madinah.
Muhammad Zayn bin Faqih Jalaluddin Aceh. Syekh Muhammad Arsyad banyak jua
Waktu di Makkah, Syekh Muhammad manulis kitab. Ada nang ringkas ngarannya
Arsyad Al-Banjari bakawal wan baangkatan risalah. Ada jua nang panjang ngarannya kitab.
dingsanak lawan panuntut-panuntut ilmu Awanang gasan umum, ada jua gasan khusus
setanah air lainnya, nang kaya : Abdul Wahhhab (urang nang sidin liat sudah pas dapat ilmu
Bugis Sailikin matan Makassar, Abdus Samad ngintu). Ada nang sagan lalakian wan bibinian,
matan Palembang (pengarang kitab Siyarus ada jua nang khusus sagan bibinian haja. Kitab
Salikin wan Hidayatus Salikin) wan Abdur karangan sidin ni ada nang mamadahakan labih
Rahman Masri matan Betawi (Jawa). Konon dri 35 kitab, tapi nang masyhur wan
manurut kisah di Makkah itu, sidin sawat jua mu’ntabarah wan ada kitabnya sampai wahini,
bakawan wan Datu Sanggul (Abdus Samad), nang kaya:
sidin diberi kitab nang masyhur bangaran Kitab 1. Sabilal Muhtadin. Baisi fiqih.
Barencong olih Datu Sanggul. 2. Risalah Ushuluddin. Kitab tauhid bahasa
Tiga puluh tahunan labih mangaji di melayu tulisan Arab nang ditulis tahun
makkah wan madinah, Syekh Muhammad Arsyad 1188 H.
Al-Banjari kawa manguasai banyak biwang ilmu 3. Tuhfatur Raghibin. Baisi tentang tauhid
agama, nang kaya: ilmu fiqih, ilmu tasawuf, usul nang ditulis tahun 1188 H.
fiqih, Bahasa Arab, nahwu, sharaf, balaghah, wan 4. Kanzul Ma’rifah. Baisi tentang ilmu
lain-lain, lalu ilmu falak (astronomi), matematika, tasawufwan Nur Muhammad.
wan ilmu umum nang kaya seperti ilmu politik 5. Luqthatul’Aljan. Kitab khusus sagan
serta pamarintahan. Kada awas imbah ngintu babinina nang membahas fiqih bibinan.
sidin bapadah wan guru sidin nangbangaran 6. Kitab Faraid. Baisi cara babagi waris.
Syekh Sulaiman Kursi handak manyambung 7. Al-Qawlul Mukhtashar nang mabahasa
mangaji lagi di Mesir. Tapi jar guru sidin, baik kisah Imam Mahdi. Ditulis tahun 1196 H.
bulik haja maajar di nusantara maamalakan ilmu. 8. Kitab Ilmu Falak. Baisi ilmu falaq atawa
Akhinya empat sekawan matan tanah Jawi bulik astronomi.
ka kampung halamannya masing-masing. 9. Fatawa Sulayman Kurdi. Baisi tentang
Imbah lawas di jalan, buhannya ngintu fatwa-fatwa guru sidin Sulayman Kurdi
sapai di tanah Betawi (Jakarta.) Syekh bakaitan lawan pajak nang dipungut olih
Muhammad Arsyad wan kawan-kawan disambut kerajaan Banjar.
oleh para ulama wan orang banyak dengan

176
Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya
pada Masyarakat Banjar (Dede Hidayatullah)

10. Kitabun Nikah. Baisi cara bakakawinan sidin wan jua sidin dapat kaistimiwaan
dalam hukum Islam. nang liwar di istana.
Selain itu, pula karya tulis sidin berupa
mushaf Al-Qur’an tulisan tangan sidin dalam ‘Pada suatu malam ketika beliau
ukuran besar wan khat nang sangat indah,t erdiri sedang tidur, badan beliau terangkat
dari 3 jilid. Satiap jilidnya sapuluh juz haja. kira-kira sehasta dan tempat tidur di
sampai wahini quran ini masih kawa dilihat nang Istana. Pengawal dan para menteri di
sajilid di Museum Nasional Lambung Mangkurat Istana pada malam itu sangat terkejut
Banjarbaru Kalimantan Selatan. sekali melihatnya dan kemudian
Kitab-kitab karangan Syekh Muhammad memeganglah oleh menteri akan badan
Arsyad sampai wahini masih dijadiakan kajian Tuan Syekh Muhammad Arsyad,
wan dilajarakan, serta dijadikan kitab rujukan beliau pun terbangun dan menangis.
dalam baibadah, nang utama kitab Sabilal Kemudian pengawal Istana pun
Muhtadin. Kitab Sabilal Muhtadin ini menceritakan hal itu kepada beliau,
dilajarakan luas di Asia Tenggara bahkan sampai beliau pun menjawab bahwa beliau
ka Makkah wan Mesir. Ini merupakan salah satu sedang bermimpi bertemu dengan
karamah (kemuliaan) sidin. seorang tua yang hendak membawa
beliau ke atas langit. Maka dengan
4.3 Karamah Syekh Muhammad terjadinya keajaiban tadi Sulthan pun
Arsyad al-Banjari bertambah sayang terhadap beliau dan
Syekh Muhammad Arsyad al- mendapat keistimewaan luar biasa di
Banjari mempunyai beberapa karamah Istana.’
seperti.
1. Ketika masih kecil, sewaktu beliau Peristiwa terangkatnya tubuh
tidur di istana, badannya terangkat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
kurang lebih sehasta. kecil ini sama dengan yang terjadi pada
Diceritakan bahwa ketika Syekh Sunan Giri kecil yang waktu itu masih
Muhammad Arsyad al-Banjari sudah bergelar Raden Samudera, di Padepokan
tinggal di istana kerajaan Banjar, Syekh Ampel Denta Ampel. Peristiwa ini
Muhammad Arsyad al-Banjari menunjukkan bahwa beliau merupakan
mempunyai karamah pada waktu kecil, orang yang terpilih, dipilih dan diberi
yaitu badannya terangkat kira-kira kemuliaan oleh Allah sejak kecil hingga
sehasta atau kurang lebih 1,5 meter dari masa tuanya. Dengan peristiwa ini juga
tempat tidur. membuat Sultan Tahmidullah semakin
Wayah suatu malam awak Muhammad sayang kepada Syekh Muhammad
Arsyad halus taangkat pas waktu guring Arsyad al-Banjari.
kira-kira sahasta matan wadah kaguringan
di istana.
Pangawal wan buhan menteri di istana 2. Membetulkan arah kiblat di Masjid
pada malam itu takejut banar melihatnya, Jembatan Lima Jakarta.
imbahtu dipingkutilah oleh menteri akan Setelah belajar beberapa tahun di
bawan Tuan Syekh Muhammad Arsyad, istana, pada usia 30 tahun Syekh
sidin pun terbangun manangis. Lalu Muhammad Arsyad al-Banjari berangkat
pangawal istana bakisah hal itu kepada ke Haramain, yaitu Mekkah dan
sidin. Sidin pun menjawab bahwa sidin
Madinah untuk menuntut ilmu. Di
tadi rahatan bamimpi batemu lawan orang
tuha nang handak membawa sidin ka atas
Haramain ini Syekh Muhammad Arsyad
langit. Imbah kajadian nang luar biasa al-Banjari menghabiskan waktu selama
nagintu Sultan batambah sayang lawan 30 puluh tahun untuk belajar, 25 tahun

177
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

di Mekkah dan 5 tahun di Madinah. Jembatan Lima, Mesjid Luar Batang, dan
Selama 30 tahun itu beliau banyak Mesjid Pekojan.
belajar tentang berbagai macam ilmu,
‘Di Betawi ini, Syekh Muhammad
seperti fiqih, tauhid, tasawuf, ilmu
Arsyad al-Banjari melihat masjid yang
pendidikan, matematika, geografi dan
arah kiblat belum pas menurut ilmu
astronomi. Bahkan beliau menguasai 33 falaq atau astronomi. Akan tetapi,
macam ilmu tersebut. Ilmu yang biasa masyarakat di sana tidak menerima
beliau ajarkan kepada anak cucunya kalau masjid itu salah arah kiblat,
adalah fiqih, tauhid, astronomi, dan setelah dijelaskan dengan
tasawuf untuk golongan terbatas. menggunakan ilmu falak, tetapi tidak
Setelah 30 tahun belajar di menerima juga, belia kemudian
Haramain, beliau kemudian pulang, mengangkat telapak tangannya. Dari
dengan mengambil rute persinggahan situ terlihat secara nyata ka’bah di
Mekkah yang merupakan arah kiblat
yang cukup banyak seperti Pattani
dan melencengnya arah kiblat masjid
(Tahiland), Aceh, Riau, Palembang,dan itu.
Betawi. Di Betawi ini beliau menemukan Berkat beberapa karamah (keahlian)
beberapa masjid yang arah kiblatnya yang Syekh Arsyad miliki, beliau dapat
kurang tepat menurut perhitungan ilmu membetukan arah kiblat masjid yang
falaq atau astronomi. Namun, kurang tepat. Adapun Mesjid yang
masyarakat setempat tidak bisa diperbaiki arah kiblatnya adalah Mesjid
menerima bahwa mesjid mereka tidak Jembatan Lima, Mesjid Pekojan, dan
tepat arah kiblatnya. Akhirnya setelah Mesjid Luar Batang.’
berdebat dengan ilmu pengetahuan Karamat memperlihatkan ka’bah
belum bisa meyakinkan masyarakat dari tapak tangan ini muncul setelah
setempat bahwa arah kiblatnya kurang beliau menjelaskan secara rinci terlebih
tepat, Syekh Muhammad Arsyad al- dahulu dengan menggunakan ilmu
Banjari kemudian mengangkat tapak astronomi tentang ketidaktepatan arah
tangannya, dari situ terlihat jelas ka’bah kiblat masjid.
yang berada di Mekkah dan merupakan
arah kiblat, dan ketidaktepatan arah 3. Mengetahui kedalaman lautan dari
kiblat masjid tersebut. melihat warna permukaannya.
Di Betawi ngini sidin malihat ada Karamah ini sebetulnya adalah
masigit nang arah kiblatnya kurang pas kemampuan dan kepandaian, serta
manurut hitungan ilmu falaq atau kecerdikan Syekh Muhammad Arsyad
astronomi. Lamun, masyarakat situ kada al-Banjari dalam melihat fenomena alam,
mau manarima mesjid buhannya salah yang didukung dengan pengetahuannya
arah kiblatnya alias kada pas ka kiblat
yang luas dalam bidang geografi,
arahnya. Lawas kalawasan bapandir ilmu
falaq, lalu ai sidin maangkat talapak matematika, dan astronomi. Karamah
tangan, matan situ kalihatan banar ka’bah Mengetahui kedalaman lautan dari
nang berada di Mekkah wan merupakan melihat warna permukaannya ini bisa
arah kiblat, wan kada pasnya arah kiblat dilakukan oleh semua orang, asal orang
masjid nangintu. tersebut sudah bisa mengenal fenomena
Barkat karamah (keahlian) nang sidin alam dan menguasai paling tidak dua
miliki, sidin kawa mambujurakan arah ilmu, yaitu ilmu astronomi dan ilmu
kiblat masigit nang kada pas. Masigit yang
geografi. Dalam karamah ini, ada hal lain
sidin baiki arah kiblatnya adalah Mesjid

178
Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya
pada Masyarakat Banjar (Dede Hidayatullah)

yang menyebabkan bahwa pengetahuan, disampaikan dengan lisan, dari mulut ke


kemampuan, dan kepandaian, serta mulut, mengukir budaya tertentu.
kecerdikan Syekh Muhammad Arsyad Demikian juga dengan legenda Syekh
al-Banjari dalam melihat fenomena alam Muhammad Arsyad al-Banjari. Legenda
ini dimasukan dalam karamah ini. Hal Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
itu adalah bahwasanya setiap ucapan adalah memori masyarakat Banjar yang
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari ini terus diulang-ulang terutama pada saat
dibuktikan dengan bukti empiris yaitu pembacaan manaqib yang dilakukan
diukur langsung dengan menggunakan setiap tahun secara rutin pada waktu
alat ukur, sehingga ketepatannya sangat wafatnya pada setial tanggal 6 Syawal.
akurat. Hal ini menunjukkan bahwa Selain itu, pembacaan manaqib ini juga
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dilakukan pada waktu yang lain yang
tidak sekedar mengira-ngira saja, tetapi tidak terikat dengan hari wafatnya.
memang mengetahui kedalaman lautan Pengulangan pembacaan manaqib secara
itu dengan anugerah Allah yang kontinuitas ini membawa pengaruh
didukung dengan kemampuan dan yang kuat terhadap pembentukan
kepandaian, serta kecerdikan Syekh budaya dan karakter orang Banjar
Muhammad Arsyad al-Banjari dalam khususnya orang Martapura dan garis
melihat fenomena alam, serta keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-
pengetahuannya yang luas dalam bidang Banjari.
geografi, matematika, dan astronomi. Ada beberapa hal yang bisa
Karamat yang ketiga ini disimpulkan dari legenda Syekh
merupakan karamat yang muncul ketika Muhammad Arsyad al-Banjari yang
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mempengaruhi terhadap budaya dan
berhadapan dengan orang Belanda, dan karakter orang Banjar dan zurriyatnya.
beliau dicoba dengan berbagai hal yang Pertama, belajar dan mengajar
tidak masuk diakal. Namun, dengan sepanjang umur seperti yang diceritakan
kemampuan dan karamat serta qudrat dalam Syekh Muhammad Arsyad al-
dari Allah, Syekh Muhammad Arsyad al- Banjari, bahwa pada umur 7 tahun beliau
Banjari bisa menghadapi orang Belanda sudah dididik di istana kerajaan Banjar.
yang menguji beliau tersebut, bahkan Kemudian pada umur 30 tahun beliau
menjadikan orang-orang Belanda itu melanjutnya pendidikannya di mekkah
menghormati dan memuliakan beliau. dan Madinah Selama 30 tahun. Hal ini
Orang Belanda memberi gelar kepada membuat masyarakat Banjar khususnya
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Martapura dan zuriyatnya menjadi
dengan gelar ‘Tuan Haji Besar’. Gelar ini terpicu dan mengikuti langkah beliau
menunjukkan rasa kagum dan hormat untuk terus belajar menuntut ilmu. Ada
orang Belanda kepada Syekh beberapa ulama besar yang merupakan
Muhammad Arsyad al-Banjari. garis keturunannya seperti Mufti
Jamaluddin, Abdurrahman Siddiq Safat
Pembahasan Mufti Kerajaan Indragiri Hilir, Kyai
Seperti yang sudah disampaikan Kasyful Anwar pendiri Pondok
oleh Endraswara (2018), meneliti sastra Pesantren Darussalam Martapura, Kyai
tidak terlepas dari aspek budaya Sya’rani Arif, seorang ahli hadis dan juga
masyarakatnya. Sastra lisan yang pimpinan pondok pesantren Darussalam

179
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

1959-1969, dan Guru Sekumpul, serta Seperti juga penelitian


masih banyak lagi ulama-ulama yang Hidayatullah, (2017) yang meneliti motif
lain. kedua, terlihat geliat pertumbuhan dan keramat legenda Datu Kabul yang
pesantren di kabupaten Banjar pada mampu membuat membuat masyarakat
khususnya dan Kalimantan Selatan pada sekitarnya mempercayai dan
umunya sebagai sarana dalam mencari memperlakukan Mesjid Sungai Banar
ilmu agama seperti yang dilakukan oleh seperti ka`bah. Maka, penelitian ini juga
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Di mempengaruhi cara urang Martapura
Kabupaten Banjar sendiri, ada pesantren menjalani kehidupan dengan lebih
pertama yang dibangun oleh Syekh mengutamakan, ilmu pengetahuan,
Muhammad Arsyad yang sekarang dalam hal ini adalah ilmu agama.
bernama Sullamul Ulum di desa Dalam
Pagar. Kemudian ada pesantren 4. PENUTUP
Darussalam yang menjadi tujuan utama Simpulan
para santri. Lalu ada pesantren tahfiz
Legenda Syekh Muhammad
Darussalam, pesantren takhasus
Arsyad al-Banjari menceritakan belajar
Darussalam, pesantren Darul Makrifah,
dan mengajar sepanjang hidup. Dimulai
pesantren Hidayatullah Bincau,
dari belajar di kerajaan Banjar sampai di
Pesantren Mangun Jaya, pesantren
Haramain, sesudah itu beliau mengajar
Annur Masykuriyah Sekumpul, dan lain-
sepanjang umurnya untuk masyarakat
lain. Yang ketiga, bahwa keramat yang
Banjar.
yang dipunyai Syekh Muhammad
Syekh Muhammad Arsyad al-
Arsyad al-Banjari merupakan keramat
Banjari mempunyai keramat yang
atau mitos yang didasari dari sumber
didasari dari sumber yang ilmiah.
yang ilmiah. Keramat ini hanya sebagai
Keramat ini bukanlah tujuan dari ilmu
penguat dari argumentasi yang
syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,
disampaikan oleh Syekh Muhammad
tetapi hanya sebagai penguat dari
Arsyad al-Banjari sehingga lebih
argumentasi yang disampaikan oleh
meyakinkan pada lawannya. Keramat
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
bukanlah yang utama, istiqamah dalam
sehingga lebih meyakinkan pada
belajar dan beribadah jauh lebih utama
lawannya. Istiqamah lebih baik dari 1000
dan bermakna.
Keramat. istiqamah dalam menuntut
Sama dengan penelitian Laila
ilmu dan beribadah lebih baik dan lebih
(2014) yang meneliti fungsi cerita
utama.
riwayat Datu Sanggul bagi masyarakat
Legenda Syekh Muhammad
Banjar, sebagai sistem proyeksi, sebagai
Arsyad al-Banjari merupakan legenda
alat pengesahan kebudayaan dan sebagai
yang mempunyai pengaruh yang besar
alat penekan berlakunya tata nilai
dalam membentuk karakter orang
masyarakat Banjar, serta sebagai alat
Banjar, terutama orang Martapura dan
pendidikan. Bahkan, legenda Syekh
keturunnya. Legenda ini sangat
Muhammad Arsyad al-Banjari bisa
membekas diingatan orang Martapura
membentuk karakter orang Banjar,
dan orang Kalimantan karena ada
terutama orang Martapura, Kabuapten
pengulangan yang kontinue yang
Banjar.
dilakukan dengan pembacaan manaqib
setiap tahunnya. legenda Syekh

180
Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya
pada Masyarakat Banjar (Dede Hidayatullah)

Muhammad Arsyad al-Banjari telah Kabul dan mesjid Sungai Banar:


membentuk karakter orang Martapura Analisis motif dan keramat. Undas,
menjadi orang yang suka menuntut ilmu 13(1), 35–47. Retrieved from
agama, bahkan menjadi rujukan dalm https://ojs.badanbahasa.kemdikbu
ilmu agama di Kalimatan Selatan. d.go.id/jurnal/index.php/undas/is
sue/archive
Koentjaraningrat. (2014). Pengantar ilmu
DAFTAR PUSTAKA antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahimsa-Putra, H. S. (1987). Etnografi
Laila. (2014). Fungsi Cerita Riwayat Datu
sebagai kritik budaya: Mungkinkan
Sanggul Bagi Masyarakat Banjar. In
di Indonesia? Jerat Budaya, 1(1), 1–9.
D. Hidayatullah, Saefuddin, W.
Atkinson, P., & Hammersley, M. (1994). Rakhman, & N. Kurniasih (Eds.),
Etnography and participant Bunga Rampai Sastra tahun 2014 (1st
observation. In Handbook of ed., pp. 20–41). Banjarbaru: Balai
Qualitative Research (pp. 249–261). Bahasa Kalimantan Selatan.
Sage: Thousand Oak.
Mantja, W. (2007). Etnografi desain
Danadjaya, J. (2002). Folklor Indonesia: penelitian kualitatif pendidikan dan
Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. manajemen pendidikan. Malang:
Jakarta: Grafiti. Elang Press.
Danandjaja, J. (2002). Folklor ilmu gosip, Mulyana, D. (2001). Metodologi penelitian
dongeng, dll. jakarta: Pusaka Utama kualitatif: Paradigma baru ilmu
Grafiti. komunikasi dan ilmu sosial lainnya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Daud, A. (1997). Islam dan masyarakat
banjar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sam`ani, M., AsmoeniA. Rachman,
Persada. Kusmartono, V. P. R., Hadijah, S.,
Kawi, D., Subaikto, B., … (ed.), W.
Djamaris, E. (1990). Menggali Khazanah
(2004). Sejarah Banjar (M. S. Ideham,
Sastra Melayu Klasik. Jakarta:
Syarifuddin, G. Usman, Z. A. Anis,
Pustaka Jaya.
& W. (ed.), Eds.). Banjarmasin:
Duranti, A. (1997). Lingusitic Badan Penelitian dan
anthropology. California: Cambridge Pengembangan Daerah Provinsi
University Press. Kalimantan Selatan.
Endraswara, S. (2018). Antropologi sastra Setyowati. (2006). Etnografi sebagai
lisan: Perspektif, teori, dan praktik metode pilihan dalam penelitian
pengkajian (I). Jakarta: Yayasan kualitatif di keperawatan. Jurnal
Pustaka Obor Indonesia. Keperawatan Indonesia, 10(1), 35–40.
Hanifah, N. (2010). Penelitian Etnografi https://doi.org/10.7454/jki.v10i1.1
dan Penelitian Grounded Theory. 71
Jakarta: Akademi Bahasa Asing Spradley, J. P. (2007). Metode Etnografi.
Borobudor. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Hidayatullah, D. (2017). Legenda Datu Yogya.

181
Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020: 169-182

Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra:


Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya – Giri Mukti Pusaka.
Wellek, R., & Warren, A. (1995). Teori
Kesusastraan (4th ed.; M. Budianta,
Ed.). Jakarta: Gramedia.
Yulianto, A., Jahdiah, Suminar, C., &
Hidayatullah, D. (2005). Tokoh Mitos
dan Legendaris dalam Sastra Daerah
Banjar: Suatu Analisis Semiotik.
Banjarbaru.

182

Anda mungkin juga menyukai