65-Article Text-620-1-10-20201117
65-Article Text-620-1-10-20201117
Kisah dalam Al-Qur’an (Studi Kitab Madkhal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah di
Ila Al-Quran al-Karim Karya Mohammed Kepulauan Riau Berdasarkan Kitab Kaifiyah Al-
Abed Al-Jabiri) Dzikir ‘Ala Tha-Rīqah An-Naqsabandiyah Al-
Edi Hermanto, Nurfajriyan, Afriadi Putra, Mujaddidiyah Al-Ahmadiyah
Ali Akbari Muhammad Faisal
Islamic Branding dan Religiusitas Serta Peranan Persatuan Muballigh Batam (PMB)
Pengaruhnya Terhadap Keputusan Terhadap Toleransi Beragama di Kota
Pembelian oleh Konsumen pada Swalayan Batam Kepulaun Riau
Al-Baik Kota Tanjungpinang Fauzi
Muhammad Ilham dan Firdaus
Kajian Terhadap Tafsir: Metode, Manuskrip Al-Quran Pulau Penyengat Sebagai
Pendekatan dan Corak Dalam Mitra Khazanah Mushaf Al-Quran di Kepulauan
Penafsiran Al-Qur’an Riau
Ummi Kalsum Hasibuan Dian Rahmawati
Pemetaan Konflik Sosial dan Paham Religiusitas Masyarakat Tanjung Sebauk
Radikal Sebagai Suatu Keniscayan Menurut Islam (Perspektif Sosiologi
di Batam Provinsi Kepulauan Agama)
Khairuddin Said dan Pauzi Joko Wibowo
03 01 2020
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
ABSTRAK
Tulisan ini fokus membahas tentang penyebaran tarekat Naqsabandiyah yang berada di kerajaan
Riau-Lingga berdasarkan kitab Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah
al-Ahmadiyah (KZTN) karya Syekh Muhamad Shalih az-Zawawi. Dengan pendekatan sejarah
sosial-intelektual, terungkap bahwa penyebaran tarekat Naqsabandiyah tidak lepas dari pengaruh
hubungan Penyengat dan Haramain. Hubungan ini bermula dari perjalanan rihlah dan menunaikan
ibadah haji yang dilakukan oleh Raja Ahmad dan Raja Ali Haji beserta rombongannya. Hubungan
keilmuan yang kuat antara Haramaian dan nusantara, khususnya untuk Kepulauan Riau
menguatkan dasar bagi pembangunan ajaran dan pemahaman keagamaan di Kepulauan Riau. Ciri
paling penting dalam jaringan tersebut adalah hubungan keilmuan tersebut membentuk salāsilaḥ
dan ijāzah yang berkesinambungan sebagai bukti berterusnya ajaran dan muktabarah. Selain
memuat jalur sisilah, kitab KZTN termuat tata cara zikir yang berlaku pada tarekat Naqsabandiayah
al-Ahmadiyah. Sedangkan sosok yang cukup berpengaruh dalam perkembangan selanjutnya ialah
Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, sebagai orang yang mendapatkan bai’ah
dari Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi sebagai khalifah tarekat untuk Riau-Lingga.
ABSTRAC: This paper focuses on discussing the distribution of the Naqsabandiyah order in the
Riau-Lingga kingdom based on the book Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-
Mujaddidiyah al-Ahmadiyah (KZTN) by Syekh Muhamad Shalih az-Zawawi. With a socio-intellectual
historical approach, it was revealed that the spread of the Naqsabandiyah Order could not be
separated from the influence of Penyengat and Haramain relationship. This relationship stems from
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 11
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
the journey of rihlah and performing the pilgrimage performed by Raja Ahmad and Raja Ali Haji and
their entourage. The strong scientific relationship between Har Peace and the Archipelago,
especially for the Riau Islands, strengthens the basis for the development of religious teachings and
understanding in the Riau Islands. The most important feature in this network is that the scientific
relationship forms a continuous salāsilaḥ and ijāzah as evidence of continuity of teachings and
muktabarah. Apart from containing the side paths, the KZTN book contains the dhikr procedures
that apply to the Naqsabandiyah al-Ahmadiyah order. Meanwhile, a figure who was quite influential
in further developments was Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, as a person
who received bai'ah from Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi as caliph of the tarekat for Riau-
Lingga.
Kata kunci: Tarekat Naqsabandiyah al-Ahmadiyah, Kerajaan Riau-Lingga, Pulau Penyengat, Haramain
banyak murid di Nusantara dari keluarga Lingga, lihat Hafiz Zakariya and Wiwin Oktasari,
kerajaan, seperti Raja Muhammad Yusuf al- ‘Print Culture in the Sultanate of Riau-Lingga during
the Late Nineteenth and Early Twentieth Centuries’,
Ahmadi di kerajaan Riau Lingga dan di Asian Research Journal of Arts & Social Sciences, 2019, 1–
9; Jan Van der Putten, ‘Printing in Riau; Two Steps
1 Muhammad Shaleh Az-Zawawi, Kaifiyah Al- toward Modernity’, Bijdragen Tot de Taal-, Land-En
Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah Volkenkunde/Journal of the Humanities and Social Sciences
al-Ahmadiyah (Penyengat: Al-Ahmadi, 1891). of Southeast Asia, 153.4 (1997), 717–736.
12 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 13
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
kehidupan serta menjadi salah satu faktor jaringan ulama tarekat Naqsabandi ini
penentu perjalanan sejarah masyarakat didukung dengan berdirinya institusi pendi-
Kepulauan Riau itu sendiri. dikan bercorak sufi yang dibangunkan oleh
para Syekh tarekat Naqsabandi. 7 Haramain
JARINGAN TAREKAT NAQSABAN- menjadi pusat kebangkitan jaringan keil-
DIYAH HARAMAIAN DAN RIAU- muan tarekat Naqsabandiyah pada abad ke
LINGGA sembilan belas karena di sini tempat paling
Haramain atau juga dikenal dengan efektif bertemunya umat muslim di seluruh
Mekkah dan Madinah merupakan tempat dunia. Para jamaah tarekat ini mempunyai
yang istimewa dalam pandangan Islam. tempat khusus untuk berkumpul, yaitu
Hubungan ulama Haramaian kepada kedua terletak di sekitar bukit Abu Qubais atau
masjid suci yang menjadi bagian memperta- dikenal dengan zawīyah jabal qubais. 8 Pada
hankan pengajaran mereka dengan madrasah perkembangan selanjutnya, banyak pelajar
dan ribāt, merupakan salah satu ciri utama dari Nusantara berlajar dan berguru kepada
jaringan ulama di Mekkah dan Madinah. ulama tarekat, baik itu dalam pelajaran
Kajian Hurgronje, memberi informasi tarekat, ulumul Quran, ulumul Hadis, fikih,
bahwa hubungan ini dibuktikan dengan dan lainnya.
sampai abad ke-19, guru yang mengajar di Terbentuknya jaringan ulama tarekat
Haramain jumlahnya mencapai 50 hingga 60 Naqsabandi di Kepulauan Riau berhubung-
orang. 6 Beberapa tarekat yang masyhur an erat dengan perkembangan jaringan
seperti tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh tersebut di Haramain. Tuhfāt al-Nafis karya
Syekh Abdul Qadir al-Jailani (w.587H/ Raja Ali Haji juga menjelaskan bahwa
1166M), tarekat Syaziliyah yang didirikan Kepulauan Riau pada masa kerajaan Riau
oleh Syekh Nuruddin Ahmad ibn Abdul asy- Lingga, dimana hubungan keilmuan dengan
Syadhili (w.649H/1228M), tarekat Rifa'iyah ulama Haramaian terjadi pada tahun
yang didirikan oleh Syekh Ahmad Rifa'i 1826M. 9 Sebelumnya rombongan dari
(w.603H/1182M), juga tarekat Naqsa- kerajaan yang dipimpin oleh Raja Ahmad
bandiyah yang didirikan oleh Syekh mengadakan misi diplomasi politik ke
Muhammad Bahauddin al-Bukhara an- Betawi (sekarang Jakarta) bertemu Gubernur
Naqsabandi (w.810H/1389M) serta tarekat Jenderal Hindia Belanda Godart Alexander
Sammaniyah yang ditubuhkan oleh Gerald Phillip Baron Van deer Caplen untuk
Muhammad bin Abdul Karim al-Madani membica-rakan tentang masalah Riau Lingga
atau dikenal dengan Syekh Samman (1130- akibat Perjanjian London tahun 1824M.
1189/1718-1775M), semuanya mempunyai Pengaruh langsung dari adanya perjanjian ini
jaringan keilmuan yang bersambung melalui ialah kerajaan ini yang dulunya bernama
silsilaḥ guru-murid. Riau Johor berubah menjadi Riau Lingga, di
Tarekat Naqsabandiya merupakan mana wilayah Pahang, Terengganu, Johor
salah satu daripada tarekat yang mengalami (sekara-ng Malaysia) dan Singapura dibawah
perkembangan pesat di Haramaian sekitar
abad kesembilan. Pesatnya perkembangan 7 Itzchak Weismann, The Naqshbandiyya:
Orthodoxy and Activism in a Worldwide Sufi Tradition
(Routledge, 2007).
6 Christiaan Snouck Hurgronje, Mekka in the 8 Raja Ali Haji, Tuhfat Al-Nafis, ed. by Virgina
Latter Part of the 19th Century: Daily Life, Customs and Metheson Hooker (Kuala Lumpur: Fajar Bhakti,
Learning; the Moslims of the East-Indian Archipelago (Brill, 1982).
2007). 9 Ibid.
14 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
pengaruh Inggeris dan wilayah Riau (Bintan, bukan hanya sekedar menunaikan ibadah
Penyengat), Daik Lingga, Karimun, Kepu- haji dan menunaikan nazarnya, tetapi juga
lauan Natuna dan Anambas dibawah menjalin silaturrahim dan rihlah (perjalanan)
pengaruh Belanda. 10 Perjanjian London ini keilmuan kepada para ulama dan jemaah haji
juga sangat berpengaruh dalam kehidupan di Haramain. Hal ini penting karena
masyarakat secara sosial, ekonomi dan Haramain di samping pusat peribadatan
politik di Riau Lingga, di mana gaya muslim, juga pusat intelektual, di mana
kehidupan dan aturan ekonomi politik ulama dan masyarakat muslim bertemu dan
Eropa yang sekular mula memasuki sendi menjalin hubungan keilmuan dari penjuru
kehidupan masyarakat. Di Betawi beliau juga tempat di dunia. Raja Ahmad (1779-1889M)
bertemu dengan Sayyid Abdurrahman al- ialah salah seorang kerabat kerajaan yang
Masri dan belajar tentang ilmu falak. Sayyid menjadi penasihat Sultan Abdurrahman
Abdurrahman al-Masri merupakan murid Shah dan YDMR VI Raja Jaafar.
dari Syekh Muhammad Samman atau Silaturrahim dan rihlah (perjalanan) keilmuan
dikenali dengan Syekh Samman (w.1189/ ini pada masa akan datang memberikan
1775M), teman seperguruan Abdul Wahab pengaruh yang luas dalam jaringan ulama
Bugis, Muhammad Arsyad al-Banjari tarekat Naqsabandi Kepulauan Riau. Dalam
(w.1227H/1812M), Abdul Samad al- Tuhfāt al-Nafis disebutkan:
Palimbangi (w.1203H/1789M) serta Daud ....Shahdan didalam tiada berapa antaranya maka
al-Fatani (w.1265H/1847M). Mereka ialah Raja Ahmad pun bermohonlah kepada paduka
anakanda baginda Sultan Ab-durrahman pergi haji.
sebagian dari guru-guru dari kalangan ulama Maka dibenarkan oleh baginda itu.......... sebermula
nusantara yang pernah mendapat reputasi ialah yang pergi bersama-sama (dengan) Raja
menjadi guru di Mekkah. Hubungan antara Ahmad itu, iaitu (seorang) anaknya (bernama) Raja
Abdurrahman al-Masri dengan Raja Ahmad Ali.........Shahdan kata sahib al-hikayat (ialah)
(1779-1889M) dan anaknya Raja Ali (setelah Raja Ahmad inilah anak raja Riau dan Lingga
yang pergi haji. Tiada seorang (yang) dahulu
menunaikan ibadah haji dikenal dengan Raja daripadanya seolah-olah ialah yang (mula-mula)
Ali Haji) (1808-1872M) sangat erat sehingga membuka pintu raja-raja Riau pergi haji adanya....11
perbagai informasi tentang bagaimana
pembelajaran dan jaringan ulama di Beberapa ulama yang terkenal dalam
Haramain beliau dapatkan darinya. Namun jaringan tarekat Naqsabandi di Mekkah dan
kerana sakit, beliau pulang ke Riau dan Madinah seperti Syekh Ismail dan Syekh
bernazar, seandainya sembuh akan menu- Muhammad Shalih Az-Zawawi mempunyai
naikan ibadah haji. banyak murid dari kalangan muslim nusan-
Raja Ahmad (1779-1889M) dan Raja tara. Pertemuan antara syekh tarekat
Ali Haji (1808-1872M) merupakan anggota Naqsabandi ini dengan ulama Kepulauan
kerajaan Riau pertama yang mempunyai Riau terjadi ketika rombongan Riau
peran strategis dalam jaringan ini dan menunaikan ibadah haji ke Mekkah melalui
tercatat dalam sejarah Melayu di Kepulauan Jeddah yang dipimpin oleh Raja Ahmad
Riau sebagai orang pertama yang berangkat pada tahun 1243H/1826M, mendapat
ke tanah suci dan bersamanya ada dua belas sambutan khusus dari para ulama tarekat
orang dalam satu rombongan. Izin yang Naqsabandi. Dalam Tuhfāt al-Nafis
diberikan Sultan Abdurrahman Shah dikatakan:
kepadanya bermakna bahwa perjalanan ini
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 15
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
.....Shahdan tiada berapa lamanya (dilaut maka) Sihabuddin al-Banjari adalah anak Syekh
sampailah ia ke Jeddah maka pada lapan hari bulan Muhammad Arsyad al-Banjari (w.1227H/
(sya'ban) (pada hijriah) sanat 1243. Maka naiklah
Raja Ahmad (itu) ke darat, maka datanglah segala 1812M) salah seorang ulama Banjar
Syekh-Syekh (orang) mengalu-alukan/akan/Raja Kalimantan yang menjadi gu-ru di Mekkah.
Ahmad itu (datang kerana mereka itu sudah tahu Silaturrahim dan rihlah (perjalanan)
akan Raja Ahmad itu hendak pergi haji pada tahun keilmuan yang di lakukan oleh Raja Ahmad
itu. Dan ialah yang datang itu Syekh Ismail dan dan Raja Ali Haji beserta kontijen kerajaan
Syekh Ahmad Musyafi dan suruhan Syekh
Daud.....12 Riau Lingga ke Mekkah tahun 1826M serta
dilan-jutkan dengan sepupunya yang
Hubungan yang terjalin tersebut bernama Raja Abdullah pada tahun 1840M,
kemudian diteruskan dengan pembelian dua memberi pengaruh lebih jauh pada keda-
buah rumah oleh kerabat kerajaan Riau yang tangan Syekh Ismail al-Khalidi (w.1275H
kemudian diwakafkan dalam pembangunan /1858M) ke Riau, tepatnya pulau Penyengat.
institusi pendidikan dan jemaah haji Syekh Ismail merupakan ulama tarekat
umumnya di Haramaian. Adanya pembelian Naqsabandi yang berasal dari Simabur
rumah untuk diwakafkan ini menunjukkan Minangkabau dan telah menjalani hampir
bahwa ulama Kepulauan Riau mempunyai kesemua paroh pertama abad ke-19 untuk
perhatian yang besar terhadap perkem- belajar dan mengajar di Mekkah. Beliau
bangan pendidikan keagamaan di Haramaian merupakan ahli fikih dan tasawuf. Sebelum
sebagai pusat keilmuan Islam dunia. Raja mengadakan perjalanan ke Asia Tenggara,
Ahmad membeli rumah untuk diwakafkan beliau telah lama menjadi guru dan pengajar
bagi kepentingan pendidikan agama dan tarekat Naqsabandi Khalidi di Mekkah.
jamaah haji lainnya kepada Syekh tarekat Singapura merupakan tempat transit kapal-
Naqsabandi. Dalam Tuhfāt al-Nafis kapal yang berasal dari daerah timur tengah,
dikatakan: India dan seterusnya menuju daerah timur
..........maka apabila sampai ke Mekkah al- nusantara, demikian juga pelayaran haji.
Musyarrafah, maka Raja Ahmad pun membeli pula Singapura merupakan tempat awal
rumah dua buah yang sebuah di wakafkan kepada kedatangannya yang disambut oleh
Syekh Ismail. Kemudian akhir-akhirnya berpin-dah Temenggung Johor Daeng Ibrahim di
kepada mufti syafii. Dan sebuah diwakilkannya
kepada She-ikh Muhammad Sholih. Kemudian Singapura. Syekh Ismail kemudian meng-
akhir-akhirnya berpindah juga kepada mufti syafii hantar surat kepada Yang Dipertuan Muda
(akan) nazirnya....13 Riau (Selanjutnya disebut YDMR) VII Raja
Ali (1845-1857M) tentang keinginannya
Pada masa seterusnya, sepupu Raja Ali mengunjungi Riau. Raja Ali langsung men-
Haji iaitu Raja Abdullah pada tahun 1840M jemput dengan perahunya ke Singapura
juga berangkat ke Mekkah dan tinggal untuk dibawa ke pulau Penyengat. Beliau
selama satu tahun untuk belajar agama di kemudian dibai'at dalam tarekat Naqsabandi
sana dan pulang ke Riau membawa dua oleh Syekh Ismail bersama dengan ahli
orang ulama dari jaringan jabal qubais ini kerajaaan Riau Lingga lain dan mengajarkan
untuk mengajar setahun di Riau, tepatnya amalan wirid tarekat Naqsabandiyah. Syekh
pu-lau Penyengat, yaitu Syekh Sihabuddin al- Ismail juga membai'at dan mengangkat Raja
Banjari dan Syekh Ahmad Al-Jabrati. Syekh Abdullah menjadi mursyidnya. Dengan telah
dibai'atnya Raja Ali, Raja Abdullah dan ahli
12 Ibid, p. 548. kerajaan lain, maka dengan sendirinya
13 Ibid, p. 568. hubungan ini berkembang menjadi hubung-
16 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 17
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
dasar yang kuat bagi pem-bangunan ajaran berat sebagai kriteria seorang berhak disebut
dan pemahaman keaga-maan di Kepulauan mursyid. Setidaknya ada dua puluh empat
Riau. persyaratan yang ditentukan yang pada
intinya menggambarkan betapa beratnya
BENTUK DAN CORAK AJARAN untuk menjadi seorang syekh atau mursyid
TAREKAT NAQSABANDIYAH dalam tarekat Naqsabandiyah. Sebab, dalam
DALAM NASKAH KZTN keyakinan para pengikut tarekat Naqsaban-
Secara umum naskah KZTN berisi diyah guru mursyid yang memiliki kualifikasi
tentang ajaran tarekat Naqsabandiyah seperti yang disebutkan akan dapat menjadi
Muzhariyah. Di antaranya adalah rābiṭah, wasīlah dan mengantarkan mereka untuk
dhikr ism al-dzāt, dzikr nafyi isbat, dzikr al- berhubungan atau mencapai kedekatan yang
laṭā’if, khatam, tawassul, tawajjuh, bagian- sempurna dengan Allah.
bagian laṭīfah dan sebagainya.
2. Rābitah, Wasīlah dan Tawajjuh
1. Guru Mursyid Rābiṭah dalam pengertian bahasa
Syekh atau guru mursyid mempunyai artinya bertali, berkait atau berhubungan.
kedudukan penting dalam tarekat, termasuk Sedangkan dalam pengertian istilah tarekat,
dalam tarekat Naqsabandiyah. Ia tidak saja rābiṭah adalah menghubungkan ruhaniah
merupakan seorang pemimpin yang meng- murid dengan ruhaniyah guru dengan cara
awasi murid-muridnya dalam kehidupan menghadirkan rupa/wajah guru mursyid
lahir dan pergaulan sehari-hari, agar tidak atau syekh ke hati sanubari murid ketika ber-
menyimpang daripada ajaran-ajaran Islam zikir atau beribadah guna mendapatkan
dan terjerumus ke dalam maksiat, berbuat wasīlah (jalan/jembatan) dalam rangka perja-
dosa besar atau dosa kecil yang segera harus lanan murid menuju Allah atau terkabulnya
ditegurnya, tetapi dia merupakan pemimpin doa. Hal ini dilakukan karena pada ruhani-
kerohanian yang tinggi sekali kedudukan- yah Syekh mursyid itu terdapat al-arwāḥ al-
nya. Dia sekaligus juga merupakan perantara muqaddasah Rasulullah saw. atau nūr
dalam ibadah dan hubungan antara murid Muḥammad. Syekh mursyid adalah kha-lifah
dan Tuhan. Demikian keyakinan yang Allah dan khalifah Rasulullah saw. Mereka
terdapat di kalangan ahli-ahli tarekat adalah wasīlah atau pengantar menuju Allah.
termasuk tarekat Naqsabandiyah.17 Jadi tujuan rābiṭah adalah memperoleh
Disebabkan begitu pentingnya peran wasīlah (jalan atau pengantar) menuju Allah
seorang mursyid dalam mengantarkan
ya-ng Maha Suci. Ketika rābiṭah sudah
seorang murid berhubungan dengan Tuhan,
mewarnai dan menjiwai seorang murid atau
maka jabatan ini tidaklah dapat dipangku
sālik, maka ia akan dapat melihat guru
oleh sembarang orang, meskipun ia mempu-
mursyidnya pada segala sesuatu, bahkan
nyai pengetahuan yang lengkap tentang
dalam setiap tarikan nafasnya.
seluk beluk tarekat. Hal yang terpenting dari
Kalau rābiṭah antara murid dengan
seorang guru mursyid adalah bahwa ia harus
guru biasa adalah transfer of knowledge, yakni
mempunyai kebersihan rohani dan kehidu-
pan batin yang murni. Muhammad Amīn al- mentransfer ilmu pengetahuan, maka rābiṭah
Kurdī memberikan syarat yang banyak dan antara murid dengan guru mursyid adalah
transfer of spiritual, yakni mentransfer
masalah-masalah keruhanian. Kalau transfer of
17 Atjeh Aboebakar, Pengantar Ilmu Tarekat knowledge tidak bisa sempurna tanpa guru,
(Uraian Tentang Mistik) (Solo: Ramadhani, 1985).
18 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
apalagi transfer of spiritual yang jauh lebih Ini dapat berlangsung sewaktu perte-
halus dan tinggi perkaranya, maka tidak akan muan pribadi atau empat mata antara syekh
bisa terjadi tanpa bimbingan guru mursyid. dan murid-bai’at merupakan kesempatan
Dasar-dasar utamanya adalah penunjukan pertama dari tawajjuh-tetapi tawajjuh pun
yang dilakukan oleh Tuhan lewat guru dapat terjadi ketika sang Syekh secara fisik
mursyid atau ilham dari Allah Swt. Karena tidak hadir. Hubungan dapat dilakukan
itu tidak semua orang bisa menjadi guru melalui rābiṭah seperti telah dijelaskan. Na-
mursyid. Seorang mursyid adalah seorang mun, yang paling biasa tawajjuh berlangsung
yang ruhani-nya sudah bertemu Allah dan selama pertemuan zikir berjama‘ah di mana
berpangkat waliyan mursyidan, yakni kekasih Syekh ikut serta hadir bersama muridnya.
Allah yang layak menunjuki umat sesuai Namun, di beberapa wilayah di Indonesia,
dengan hidayah Allah yang diterimanya. pertemuan zikir itu sendiri yang disebut
sebagaimana disebutkan dalam naskah tawajjuh.
KZTN: Tawajjuh juga berarti meninggalkan
“…dinamakan dia dengan rabitah artinya bertemu pikiran-pikiran selain hanya kepada Allah.
batin murid dengan gurunya syahdan jika Kegiatan tawajjuh biasanya dilakukan dengan
mengajarkan dia oleh syeikh akan segala lathaif”18
cara: pertama, terus menyebut ism al-dzat
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam qalb (hati). Kedua, memejamkan mata.
Syekh atau mursyid memegang peranan Ketiga, Menahan nafas sekuatnya dan
sangat penting demi kemajuan spritual diulang terus menerus. Dan keempat, Ber-
murid. Syekh membantu murid-muridnya upaya meninggalkan pikiran-pikiran kecuali
dengan ber-bagai cara salah satunya adalah kepada Allah. Namun, untuk fokusnya
melalui proses yang disebut tawajjuh. Secara fikiran biasanya seorang murid dituntut
sederhana istilah ini berarti “temu muka”. untuk menghadirkan rupa guru mursyidnya.
Namun, dalam lingkungan tarekat Naqsa- Ketika bertawajjuh awalnya mata terpejam,
bandiyah tawajjuh memiliki arti khusus. dalam pandangannya dia akan melihat
Tawajjuh merupakan perjumpaan seseorang berbagai hal, misalnya padang rumput yang
yang membuka hatinya dan membayangkan luas, laut yang luas, cahaya, tulisan “Allah”
hatinya disirami berkah sang Syekh. Sang dan lain-lain. Semua penglihatan tersebut
Syekh akhirnya membawa hati tersebut ke adalah penglihatan yang masih baur (belum
hadapan nabi Muhammad saw, selanjutnya terfokus). Pada tahap tertentu, dimana
atas bantuan rohani nabi Muhammad saw. pikiran berhasil difokuskan, maka yang
rohani seorang murid dibawa ke hadapan nampak adalah “sesuatu yang bermakna”
Allah sehingga dia akan merasakan limpahan yang tidak bisa diceritakan karena bersifat
rahasia dan itulah yang menjadi sasaran akhir
karunia-Nya (al-fuyūḍ). Pemusatan konsen-
dari tawajjuh.
trasi timbal balik antara murid dan syekh “…dan lazim atas murid itu…suci pada sekalian
akan menghasilkan penyatuan rohani, waktu karena ada-lah jika suci yang zhohir itu
penyempurnaan keyakinan dan sejumlah memberi bekas yang amat besar pada menyucikan
gejala kebatinan lainnya yang tidak bisa //4///
diceritakan dan digambarkan dengan kata- Yang bathin seyogyanya bagi murid itu bahwa ia
mengambil wa-silah kepada Allah Taala
kata. dengan segala syehnya yang mulia lagi yang telah
memberi sah Allah Taala akan segala ruh yang
mereka itu di dalam waktu yang sah daripada
malam dan siang dan ter-lebih utamanya. Kemudian
18 Az-Zawawi, p. 3.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 19
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
selesainya daripada sembahyang taha-jud dan jikalau sendiri. Secara umum zikir ada lima
berbuah ia akan dia di dalam dua waktu maka yai- tingkatan dalam ajaran tarekat Naqsaban-
tu terlebih afdhol bermula demikian ayat bahwa
membaca fatihah sekali dan qulhuwallahuahad diyah Khalidiyah dan seorang murid belum
3kali, kemudian baca Allahumma Aushola hingga boleh pindah tingkat dari satu zikir ke zikir
Ajmain kemudian baca illahi bi jihati subhana wa yang lain tanpa ada izin dari guru mur-shid.
Taala wa bi jihati saidina abibakri assidiq Kelima tingkat itu adalah; zikir ism al-dzāt,
radiallahu ‘anhu…”19 zikir al-la-ṭā’if, zikir nafyi wa-isbat, zikir r wuqūf
dan zikir murāqabah.
3. Zikir, Tata Cara, Adab dan Pertama, zikir isim al-dzat dalam laṭīfah
Ritualnya al-qalb, letaknya dua jari di bawah susu kiri
Teknik dasar zikir dalam tarekat agak ke kiri. Di sini si murid berzikir 5000
Naqsabandiyah relatif sama seperti menyebut Allah, Allah dengan hati sanubari
kebanyakan tarekat lainnya. Prinsip dasarnya da-lam sehari semalam, lengkap dengan
adalah zikir berulang-ulang menyebut nama segala adab dan syarat-syaratnya. Selesai zikir
Allah ataupun kalimat lā ilaha illallāh. Namun 5000 maka dikerjakannya zikir Allāh, Allāh
demikian, tarekat Naqsa-bandiyah memiliki dengan tidak beradab dan bersyarat, akan
karakter tersendiri dalam hal zikir dengan tetapi digera-kannya saja telunjuknya yang
praktek zikir diam atau hanya di dalam hati kanan berkekalan dan berke-panjangan dan
(khafī). Berbeda dengan tarekat lainnya diikutinya gerakan telunjuk itu dengan hati.
seperti Qadiriyah yang identik dengan zikir Ji-ka si murid setelah mengerjakan zikir isim
keras (jahar) atau bahkan ada yang sampai al-dzat tersebut, tidak juga terbuka hijab atau
ekstasi (ma-buk atau hilang kesadaran) dinding antaranya dengan Allah, maka murid
seperti dalam tarekat Samman. Spesifikasi itu meminta kepada guru mursyid agar
yang lain dari zikir tarekat Naqsabandiyah masuk sulūk atau khalwat. Di dalam khalwat
adalah jumlah hitungan zikir yang jauh lebih guru mursyid menyuruh murid mengerjakan
banyak dibandingkan kebanyakan tarekat zikir isim al-dzat 70.000 siang dan 70.000
lain. malam dengan mencukupi adab-adab dan
Zikir dalam tarekat Naqsabandiyah syarat-syaratnya serta dikerjakannya pula
dapat dilakukan baik secara berjama‘ah adab-adab khalwat dan syarat-syarat rukun
maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut khalwat. Zikir ini bertujuan untuk menjaga
Naqsabandiyah lebih sering melakukan zikir hati agar tetap selalu bertawajuh dengan
secara sen-diri-sendiri, tetapi mereka yang Tuhannya. Inilah zikir tahap awal, yang
tinggal dekat seseorang syekh cenderung bertujuan melatih hati dan pikiran selalu
ikut serta secara teratur dalam pertemuan- hadir bersama Tuhan.
pertemuan di mana dilakukan zikir
Kedua, zikir Laṭā’if, yaitu bilik darah
berjama‘ah. Di banyak tempat pertemuan
pada tujuh tempat dalam diri yang sangat
semacam itu dilakukan dua kali seminggu,
vital sekali. Laṭā’if (bentuk tunggalnya laṭīfah),
pada malam Jumat dan malam Selasa.
yaitu bahagian yang halus dalam diri tempat
Dalam ajaran tarekat Naqsabandiyah,
berpusatnya semua kehidupan manusia.
zikir adalah ama-lan yang paling pokok dan
Zikirnya sama dengan zikir isim al-dhāt,
merupakan inti ritualnya. Di dalam praktek
Allāh-Allāh-Allāh yang hanya diingat dalam
sulūk biasanya dilakukan beberapa tingkatan
hati tanpa suara, dengan jumlah 11.000 kali.
zi-kir disesuaikan dengan maqām si sālik
Tujuh tempat itu ialah; laṭīfah al-qalb
sebanyak 5000 kali, laṭīfah al-rūḥ sebanyak
19 Az-Zawawi, pp. 4–5.
20 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
1000 kali, laṭīfah al- sirr sebanyak 1000 kali, aḥadiyyah al-dzat, mu-rāqabah dhāt al- baḥt wa
laṭīfah al-khafī sebanyak 1000 kali, laṭīfah al- al-ṣarf, dan zikir taḥlīl lisān.
akhfá sebanyak 1000 kali, laṭīfah al-nafs al- Zikir laṭā’if merupakan jenis zikir yang
naṭīqah, banyak-nya 1000 kali, laṭīfah kull al- lebih rumit da-lam prakteknya dibandingkan
jasad, banyaknya 1000 kali. yang lain. Dalam zikir ini se-orang sālik
Ketiga, zikir nafyi wa-isbāt, yaitu memusatkan kesadarannya dan membayang-
membaca kalimah lā ilaha illallāh di dalam kan nama Allah itu bergetar dan meman-
hati. Penamaan zikir nafyi wa-isbāt didasarkan carkan panas berturut-turut pada tujuh titik
pada kalimah zikir itu yang mengandung halus pada tubuh. Titik-titik ini adalah laṭīfah
penger-tian nafyi (meniadakan) dan isbat al-qalb (hati) yang terletak selebar dua jari di
(menetapkan). Tata cara zikir ini ialah bawah puting susu kiri. Laṭīfah al-rūh (jiwa)
memejamkan mata dan mengatupkan mulut, yang berada selebar dua jari di atas susu
gigi atas merapat ke gigi bawah, lidah kanan. Laṭīfah al-sirr (nurani terdalam) ber-
melekat ke langit-langit, nafas ditahan, lalu ada selebar dua jari di atas putting susu
mulai berzikir di dalam hati, dengan me- kanan. Laṭīfah al-khafī (kedalaman tersem-
ngucapkan kalimah “lā ilaha” dengan tarikan bunyi) berada dua jari di atas puting susu
nafas dari ba-wah pusat, lalu diteruskan ke kanan. Laṭīfah al-akhfá (kedalaman paling
atas sampai ke otak, kemudian ditarik ke tersembunyi) berada di tengah dada. Laṭīfah
bahu kanan. Kemudian dilanjutkan dengan al-nafs al-naṭīqah (akal budi) berada di otak
kalimah “illallahu” yang disertai dengan
belahan pertama. Laṭīfah kull al-jasad sebe-
hempasan nafas dan dihentakkan serta
tulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya
dipalukan ke hati sanubari, sehingga terasa
meliputi seluruh tu-buh. Dan jika seorang
pa-nasnya keseluruh badan. Ketika sampai di
murid telah mencapai tingkat zikir pa-da
hati di sebelah kiri lalu diucapakan kalimah
tingkat Laṭīfah terakhir ini, seluruh tubuh
“Muḥammad Rasūlullāh”. Ini di ula-ng sekuat
akan bergetar dalam nama Allah.
nafas serta menghadirkan arti kalimah
Persoalan zikir dalam tarekat Naqsa-
tersebut dalam pikiran.
bandiyah dijelaskan dalam naskah KZTN
Kelima, zikir wuqūf, yaitu zikir dengan
seperti kutipan berikut:
cara mengum-pulkan laṭīfah al-qalb, laṭīfah al- ….zikir hati yang telah mengajar akan dia oleh
rūḥ, laṭīfah al-sirr, laṭīfah al-khafī,al-akhfá, laṭīfah syeikh dan yaitu asma Allah artinya nama Allah itu
al-nafs al-naṭīqah, laṭīfah kull al-jasad nya satu nama zat Allah yang tiada bandingan dan tiada
serupa dengan bahwa berkat dengan fakir dengan
dan dihadapkan kepada Allah. Sehingga
tiada berkurang lidah daripada hati yaitu dibawah
muncullah tajjalī nūr Tuhan yang tak susu yang sebelah kiri dengan pancaran dua jari yaitu
terhinggakan. Zikir wuqūf adalah inti sari dari jantung sete-ngah dikenakan hati sanubari padahal
ibadah haji ketika wuquf di Arafah. Maka, jantung kepada lambung itu akan lafaz Allah
jika seorang murid sudah mendapat natijah Allah maka bacaalah dengan hati sanubari itu
Allah Allah bersungguh-sungguh serta ingatkan
dari zikir wuqūf ini, dia dianjurkan untuk
maknanya zat semata-mata yang tiada seumpamanya
memakai pakaian haji. suatu jua pun dan hendak-lah berkata kemudian
Keenam, zikir Murāqabah, yaitu meng- daripada tiap-tiap 100 kali daripada zikir itu
ucapkan kalimah “lā ilaha illallāhu” di dalam dengan fakir lagi dengan sempurna merendah akan
hati secara berulang-ulang. Dan zikir murāqa- diri kepada Allah akan kalimah *ilahai anta
maksudi wa ridhoka mathlubi a'tini mahabbataka
bah pun terdiri dari tujuh bagian, yaitu zikir
wa ma'rifataka *. artinya hai Tuhanku engkau jua
murā-qabah iṭlāq, murāqabah al-af‘āl, murāqabah //3//
ma‘iyyah, mu-rāqabah al- aqrabiyyah, murāqabah
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 21
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
22 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 23
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
24 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
mengambil nama Allah dan meletakkannya dibuktikan dengan disamping sebagai Yam-
dalam dirinya sehingga akan memunculkan tuan Muda X Riau Lingga, Raja Muhammad
apa yang disebut dengan al-Takhālluq bi Yusuf juga sebagai khalifah dalam tarekat
akhlāki Allah (berakhlak dengan akh-lak Naqsabandi. Perpaduan antara pemimpin
Allah). Takhālluq berarti menerima atau agama dan pemimpin negara menggambar-
mengambil nama Allah pada diri manusia kan suatu perkembangan tarekat dan dina-
tetapi masih berbentuk potensi, kemudian mika ajaran tarekat yang menarik dimana
menafikan sifat-sifat yang ada pada diri unsur-unsur kearifan lokal mulai diadaptasi,
seorang hamba dan menegaskan hanya sifat- seperti tata cara bai’at, seperti pembai’atan
sifat Allah yang ada pada diri seorang hamba tidak lagi memakai pakaian serba putih,
tersebut. Dengan bertakhālluq akan terjadi tetapi memakai pakaian lengkap bangsawan
penyatuan jiwa ke dalam akhlak Allah yang Melayu. Demikian juga dengan pemakaian
melahirkan akhlak yang mulia. Konsep ini qirkah (serban) sebagai bukti telah mengikuti
disebut wahdatus shuhūd, tujuannya ialah rangkaian kegiatan pembaiatan. Bahkan
mencapai kesempurnaan jiwa untuk ber- qirqah menjadi pakaian kebesaran para raja
taqarrub kepada Allah dengan tidak mening- dan pemimpin Riau Lingga, seperti Sultan
galkan syari’at. Dengan demikian wahdatus juga memakai serban. Demikian juga halnya
shuhūd merupakan pemahaman baru dalam dengan khatam tawajjuh yang diikuti dengan
ajaran Naqsabandi di mana seorang manusia amalan tarekat dalam komunitas bangsawan
dalam berzikir kepada Allah tidak akan dan pemerintahan yang dibalut dengan
meninggalkan syari’at, dibuktikan dengan unsur-unsur kemelayuan, sebagai ciri khas
adanya kesadaran ‘ubūdiyah (penghambaan) kesultanan Melayu, dimana kegiatan dilaksa-
kepada Allah. Pemahaman ini dimaknai nakan di istana Raja. Yamtuan Muda Raja
dalam amalan Naqsyabandi zikir nafi isbāt, Muhammad Yusuf al-Ahmadi langsung
yaitu lafaz: Lā Ilāha Illā Allāh (tiada ada memimpin khatam tawajjuh ini setiap malam
tuhan yang disembah melainkan Allah). Selasa dan malam Jumat di istananya di daik
Kesadaran ‘ubū-diah tampak dari makna Lingga dan di pulau Penyengat.
kalimat tersebut bahwa adanya penghamba- Demikian juga apabila dilihat bentuk
an kepada Allah. Penghambaan dimaksud- dan corak naskah KZTN, dimana masuknya
kan adanya unsur makhluk dan Khaliq, unsur teknologi mesin cetak dalam konteks
adanya perbedaan antara ma-nusia dan perkembangan tarekat Naqsabandiyah di
Tuhan. Kesadaran ‘ubūdiah tersebut diwujud- Kepulauan Riau. Ini merupakan sesuatu
kan dengan melaksanakan segala hukum yang penting apalagi melibatkan unsur
syari’at yang telah ditetapkan. Inilah yang pemerintah sehingga bersifat massif, meng-
menurutnya berbeda dari ajaran sebelum- ingat ketika itu kebanyakan naskah tarekat
nya, bahwa wahdatus shuhūd ialah penyatuan ditulis tangan dan bersifat pribadi apabila
jiwa bukan penyatuan ontologi manusia sudah diberikan ijazah kepada murid. Ini
dengan Tuhan. menunjukkan bahwa ajaran tarekat merupa-
Hubungan antara tarekat dengan kan ajaran resmi Kesultanan Riau Lingga
penguasa ketika itu sangat erat sekali 23 , ini
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 25
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
sebagai penguat unsur keagamaan masyara- Az-Zawawi, Muhammad Shaleh, Kaifiyah Al-
kat. Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah
al-Mujaddidiyah al-Ahmadiyah
KESIMPULAN (Penyengat: Al-Ahmadi, 1891)
Naskah KZTN merupakan naskah
tunggal yang memuat ajaran tasawuf tarekat Fathurahman, Oman, Tarekat Syattariyah Di
Naqsabandiyah al-muzhariyah al-ahmadiyah, Minangkabau (Prenadamedia Group,
yang ditulis oleh Sayyid Muhammad Sholih 2008)
az-Zawawi, guru kepada Yamtuan Muda
Riau X, Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi. Lubis, Nabilah, ‘Teori, Metode Penelitian
Bentuk dan corak ajaran yang terkandung Filologi’, Jakarta: UIN Syarif
dalam naskah KZTN seperti: zikir isim zat, Hidayatullah Publish, 2006
guru/mursyid, rabitah, tawajjuh, kewalian
dan bercorak Muzhari. Jaringan ulama Putten, Jan Van der, ‘Printing in Riau; Two
tarekat Naqsabandiyah pada naskah KZTN Steps toward Modernity’, Bijdragen
di Kesultanan Riau Lingga bersifat Tot de Taal-, Land-En
kosmopolit dan memiliki dasar yang kuat Volkenkunde/Journal of the Humanities
dalam bentuk silsilah dan sanad yang jelas and Social Sciences of Southeast Asia,
bersambung sampai ke Nabi Muhammad 153.4 (1997), 717–736
saw. Oleh karena itu bisa dikatakan
Raja Ali Haji, Tuhfat Al-Nafis, ed. by Virgina
muktabarah. Dinamika perkembangan
Metheson Hooker (Kuala Lumpur:
tarekat Naqsabandiyah sebagaimana dalam
Fajar Bhakti, 1982)
naskah KZTN memiliki tata cara zikir isim
zat yang unik, berorientasi syariat dan
Snouck Hurgronje, Christiaan, Mekka in the
memiliki kekhususan karena dipimpin oleh
Latter Part of the 19th Century: Daily
khalifah yang juga merangkap sebagai
Life, Customs and Learning; the Moslims
pemimpin negeri. Kondisi ini kemudian
of the East-Indian Archipelago (Brill,
mengakibatkan perkembangan tarekat
2007)
menjadi lebih massif dan mulai masuknya
teknologi mesin cetak.[] Sri, Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Syahid, Achmad, ‘Sufistikasi Kekuasaan
Aboebakar, Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Pada Kesultanan Riau-Lingga Abad
(Uraian Tentang Mistik) (Solo: XVIII-XIX M’, Ulumuna, 9.2 (2005),
Ramadhani, 1985) 295–312
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama: Timur Thohir, Ajid, Gerakan Politik Kaum Tarekat:
Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Telaah Historis Gerakan Politik
XVII Dan XVIII: Melacak Akar- Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-
Akar Pembaruan Pemikiran Islam Di Naqsyabandiyah Di Pulau Jawa
Indonesia (Mizan, 1994) (Pustaka Hidayah, 2002)
26 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 27
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada