Anda di halaman 1dari 18

ISSN (O) 2655-6626

ISSN (P) 2656-7202

Volume 03 Nomor 01, Juni 2020

Kisah dalam Al-Qur’an (Studi Kitab Madkhal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah di
Ila Al-Quran al-Karim Karya Mohammed Kepulauan Riau Berdasarkan Kitab Kaifiyah Al-
Abed Al-Jabiri) Dzikir ‘Ala Tha-Rīqah An-Naqsabandiyah Al-
Edi Hermanto, Nurfajriyan, Afriadi Putra, Mujaddidiyah Al-Ahmadiyah
Ali Akbari Muhammad Faisal
Islamic Branding dan Religiusitas Serta Peranan Persatuan Muballigh Batam (PMB)
Pengaruhnya Terhadap Keputusan Terhadap Toleransi Beragama di Kota
Pembelian oleh Konsumen pada Swalayan Batam Kepulaun Riau
Al-Baik Kota Tanjungpinang Fauzi
Muhammad Ilham dan Firdaus
Kajian Terhadap Tafsir: Metode, Manuskrip Al-Quran Pulau Penyengat Sebagai
Pendekatan dan Corak Dalam Mitra Khazanah Mushaf Al-Quran di Kepulauan
Penafsiran Al-Qur’an Riau
Ummi Kalsum Hasibuan Dian Rahmawati
Pemetaan Konflik Sosial dan Paham Religiusitas Masyarakat Tanjung Sebauk
Radikal Sebagai Suatu Keniscayan Menurut Islam (Perspektif Sosiologi
di Batam Provinsi Kepulauan Agama)
Khairuddin Said dan Pauzi Joko Wibowo

03 01 2020
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu


ISSN 2656-7202 (P) ISSN 2655-6626 (O)
Volume 3 Nomor 1, Januari-Juni 2020
DOI: https://doi.org/10.35961/perada.v3i1.65

SUSUR GALUR TAREKAT NAQSABANDIYAH DI KEPULAUAN


RIAU BERDASARKAN KITAB KAIFIYAH AL-DZIKIR ‘ALA THA-
RĪQAH AN-NAQSABANDIYAH AL-MUJADDIDIYAH AL-
AHMADIYAH
Muhammad Faisal
STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau
faisal@stainkepri.ac.id

ABSTRAK
Tulisan ini fokus membahas tentang penyebaran tarekat Naqsabandiyah yang berada di kerajaan
Riau-Lingga berdasarkan kitab Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah
al-Ahmadiyah (KZTN) karya Syekh Muhamad Shalih az-Zawawi. Dengan pendekatan sejarah
sosial-intelektual, terungkap bahwa penyebaran tarekat Naqsabandiyah tidak lepas dari pengaruh
hubungan Penyengat dan Haramain. Hubungan ini bermula dari perjalanan rihlah dan menunaikan
ibadah haji yang dilakukan oleh Raja Ahmad dan Raja Ali Haji beserta rombongannya. Hubungan
keilmuan yang kuat antara Haramaian dan nusantara, khususnya untuk Kepulauan Riau
menguatkan dasar bagi pembangunan ajaran dan pemahaman keagamaan di Kepulauan Riau. Ciri
paling penting dalam jaringan tersebut adalah hubungan keilmuan tersebut membentuk salāsilaḥ
dan ijāzah yang berkesinambungan sebagai bukti berterusnya ajaran dan muktabarah. Selain
memuat jalur sisilah, kitab KZTN termuat tata cara zikir yang berlaku pada tarekat Naqsabandiayah
al-Ahmadiyah. Sedangkan sosok yang cukup berpengaruh dalam perkembangan selanjutnya ialah
Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, sebagai orang yang mendapatkan bai’ah
dari Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi sebagai khalifah tarekat untuk Riau-Lingga.

ABSTRAC: This paper focuses on discussing the distribution of the Naqsabandiyah order in the
Riau-Lingga kingdom based on the book Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-
Mujaddidiyah al-Ahmadiyah (KZTN) by Syekh Muhamad Shalih az-Zawawi. With a socio-intellectual
historical approach, it was revealed that the spread of the Naqsabandiyah Order could not be
separated from the influence of Penyengat and Haramain relationship. This relationship stems from

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 11
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

the journey of rihlah and performing the pilgrimage performed by Raja Ahmad and Raja Ali Haji and
their entourage. The strong scientific relationship between Har Peace and the Archipelago,
especially for the Riau Islands, strengthens the basis for the development of religious teachings and
understanding in the Riau Islands. The most important feature in this network is that the scientific
relationship forms a continuous salāsilaḥ and ijāzah as evidence of continuity of teachings and
muktabarah. Apart from containing the side paths, the KZTN book contains the dhikr procedures
that apply to the Naqsabandiyah al-Ahmadiyah order. Meanwhile, a figure who was quite influential
in further developments was Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, as a person
who received bai'ah from Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi as caliph of the tarekat for Riau-
Lingga.

Kata kunci: Tarekat Naqsabandiyah al-Ahmadiyah, Kerajaan Riau-Lingga, Pulau Penyengat, Haramain

PENDAHULUAN Sayyid al-Qadri di kerajaan al-Qadriah


Di Kepulauan Riau pada masa keraja- Pontianak Kalimantan Barat.2 Secara historis
an Riau Lingga pernah menjadi pusat kajian terhadap naskah KZTN ini menjadi
aktivitas tarekat Naqsabandiyah di pulau penting untuk mengetahui secara lebih pasti
Penyengat dan Daik Lingga dan memiliki bagaimana hubungan dalam jaringan
naskah-naskah yang terkait agama. Naskah intelektual Haramain dan Kepulauan Riau
memiliki otoritas dan otentisitas kesejarahan dalam konteks keilmuan Nusantara yang
yang tinggi dalam merekam dan mencerita- belum banyak terungkap. Di antara yang
kan ragam dinamika yang pernah terjadi menarik lainnya adalah naskah KZTN ini
pada masa lampau. Sebagai sebuah teks, adalah naskah yang di cetak di percetakan
naskah bisa tampil sebagai “cermin” dari apa Al-Ahmadi kerajaan Riau Lingga.3 Masuknya
yang terjadi pada masanya. Ia dengan jujur unsur teknologi mesin cetak dalam konteks
dan objektif merekam apa yang ada tanpa perkembangan tarekat Naqsabandiyah di
tendensi apapun kecuali untuk catatan dan Kepulauan Riau ini merupakan sesuatu yang
sumber informasi bagi masa sesudahnya. penting untuk ditinjau lebih jauh. Apalagi
Di antara naskah tarekat Naqsaban- melibatkan unsur pemerintah sehingga
diyah yang berkembang di Kepulauan Riau bersifat massif, mengingat ketika itu
seperti Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an- kebanyakan naskah tarekat ditulis tangan
Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah al-Ahmadiyah dan bersifat pribadi apabila sudah diberikan
(selanjutnya disingkat: KZTN) karya Syekh ijazah kepada murid.
Muhamad Shalih az-Zawawi. Naskah ini
dicetak di percetakan al-Ahmadi kerajaan
Riau Lingga tahun 1313H atau tahun 1891 2 Martin Van Bruinessen, ‘Tarekat
M. 1 Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi Naqsyabandiyah Di Indonesia’, Bandung: Mizan, 1998,
adalah Syekh tarekat Naqsabandi yang p. 119.
tinggal di Haramain dan dikenal memiliki 3 Tenteng perkembangan percetakan di Riau

banyak murid di Nusantara dari keluarga Lingga, lihat Hafiz Zakariya and Wiwin Oktasari,
kerajaan, seperti Raja Muhammad Yusuf al- ‘Print Culture in the Sultanate of Riau-Lingga during
the Late Nineteenth and Early Twentieth Centuries’,
Ahmadi di kerajaan Riau Lingga dan di Asian Research Journal of Arts & Social Sciences, 2019, 1–
9; Jan Van der Putten, ‘Printing in Riau; Two Steps
1 Muhammad Shaleh Az-Zawawi, Kaifiyah Al- toward Modernity’, Bijdragen Tot de Taal-, Land-En
Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah Volkenkunde/Journal of the Humanities and Social Sciences
al-Ahmadiyah (Penyengat: Al-Ahmadi, 1891). of Southeast Asia, 153.4 (1997), 717–736.

12 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

Naskah KZTN ini menyimpan infor- Penyengat (2013). Sejauh penelusuran


masi dan pengetahuan yang sangat berharga penulis tidak ditemukan salinan dari naskah
sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengeta- KZTN ini, baik yang dikoleksi oleh
hui secara jelas perkembangan, silsilah, masyarakat maupun museum. Karena itu
bentuk dan corak serta dinamika tarekat naskah KZTN yang di simpan di Balai
Naqsabandiyah itu sendiri. Telaah terhadap Maklumat Melayu Pulau Penyengat ini
naskah tarekat Naqsabandiyah di Kepulauan menjadi satu-satunya sumber yang dijadikan
Riau menjadi sangat penting, apalagi bila obyek penelitian.
dikaitkan dengan perkembangan Islam di Dalam melakukan ekplorasi dan
Kepulauan Riau yang kaya dengan nilai-nilai kontekstualisasi terhadap kandungan teks
budaya Melayu, sehingga dengan sendirinya KZTN, penulis akan merujuk kepada
tarekat Naqsabandiyah telah mengalami beberapa naskah ajaran tarekat Naqsaban-
berbagai sentuhan dengan tradisi dan budaya diyah. Karena fokus pembahasan dalam
lokal, juga dengan pihak penguasa ketika itu penelitian ini adalah tarekat Naqsabandiyah
serta melibatkan tokoh-tokoh sufi Hara- di Kepulauan Riau, khususnya pada masa
maian dan Nusantara. Dinamika ini tentu naskah ini di tulis, masa kesultanan Riau
saja memberikan warna tersendiri bagi Lingga, maka penelitian ini akan ditempat-
perkembangan Islam di kepulauan Melayu. kan dalam konteks keislaman di Kepulauan
Masih minimnya eksplorasi terhadap Riau khususnya masa tersebut yang meliputi
perkembangan dan jaringan silsilah ini pembicaran tentang proses masuk dan
menyebabkan tarekat Naqsabandiyah di perkembangnya ajaran tarekat Naqshaban-
Kepulauan Riau dalam jaringan keilmuan diyah di Kepulauan Riau, jaringan ulama
intelektual ulama nusantara belum banyak tarekat Haramain-Nusantara dengan tokoh-
diketahui. Penelitian terhadap hal ini penting tokoh Naqsabandi Kepulauan Riau, peta
dilakukan, bukan saja mengisi kekosongan keislaman Kepulauan Riau yang memfokus-
literatur tentang tarekat Naqsabandiyah di kan kepada perkembangan tarekat Naqsa-
Kepulauan Riau, tetapi juga untuk melihat bandiyah di Penyengat dan Daik Lingga
sejauh mana naskah Naqsabandiyah tersebut serta hubungannya dengan kondisi pilitik,
menggambarkan dinamika dan perkem- sosial, pergulatan intelektual pada naskah
bangannya di Kepulauan Riau. tersebut ditulis. Oleh karena itu, dalam
Dalam kajian ini, penulis mengguna- melakukan analisis dan kontekstualisasi
kan metode kajian naskah.4 Naskah KZTN terhadap naskah KZTN akan digunakan
adalah karya Syekh Muhamad Shalih az- pendekatan sejarah sosial-intelektual. 5
Zawawi. Naskah ini dicetak di percetakan al- Pendekatan sosial-intelektual diharapkan
Ahmadi kerajaan Riau Lingga tahun 1313H dapat menjadi alat bantu untuk mengetahui
atau tahun 1891M, berisi tentang kandungan isi teks dengan baik dan bisa menempat-
ajaran tarekat Naqsabandiyah yang kannya sesuai konteksnya yang tepat. Sebab,
berkembang pada masa Yang Dipertuan tarekat Naqsabandiyah dengan berbagai
Muda Riau (YDMR) X Raja Muhammad dinamika yang muncul di tengah-tengah
Yusuf al-Ahmadi. Naskah ini merupakan masyarakat Kepulauan Riau tentu saja
koleksi dari Balai Maklumat Melayu Pulau menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya perubahan dalam beberapa aspek
4 Nabilah Lubis, ‘Teori, Metode Penelitian
Filologi’, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Publish, 5Oman Fathurahman, Tarekat Syattariyah Di
2006. Minangkabau (Prenadamedia Group, 2008).

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 13
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

kehidupan serta menjadi salah satu faktor jaringan ulama tarekat Naqsabandi ini
penentu perjalanan sejarah masyarakat didukung dengan berdirinya institusi pendi-
Kepulauan Riau itu sendiri. dikan bercorak sufi yang dibangunkan oleh
para Syekh tarekat Naqsabandi. 7 Haramain
JARINGAN TAREKAT NAQSABAN- menjadi pusat kebangkitan jaringan keil-
DIYAH HARAMAIAN DAN RIAU- muan tarekat Naqsabandiyah pada abad ke
LINGGA sembilan belas karena di sini tempat paling
Haramain atau juga dikenal dengan efektif bertemunya umat muslim di seluruh
Mekkah dan Madinah merupakan tempat dunia. Para jamaah tarekat ini mempunyai
yang istimewa dalam pandangan Islam. tempat khusus untuk berkumpul, yaitu
Hubungan ulama Haramaian kepada kedua terletak di sekitar bukit Abu Qubais atau
masjid suci yang menjadi bagian memperta- dikenal dengan zawīyah jabal qubais. 8 Pada
hankan pengajaran mereka dengan madrasah perkembangan selanjutnya, banyak pelajar
dan ribāt, merupakan salah satu ciri utama dari Nusantara berlajar dan berguru kepada
jaringan ulama di Mekkah dan Madinah. ulama tarekat, baik itu dalam pelajaran
Kajian Hurgronje, memberi informasi tarekat, ulumul Quran, ulumul Hadis, fikih,
bahwa hubungan ini dibuktikan dengan dan lainnya.
sampai abad ke-19, guru yang mengajar di Terbentuknya jaringan ulama tarekat
Haramain jumlahnya mencapai 50 hingga 60 Naqsabandi di Kepulauan Riau berhubung-
orang. 6 Beberapa tarekat yang masyhur an erat dengan perkembangan jaringan
seperti tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh tersebut di Haramain. Tuhfāt al-Nafis karya
Syekh Abdul Qadir al-Jailani (w.587H/ Raja Ali Haji juga menjelaskan bahwa
1166M), tarekat Syaziliyah yang didirikan Kepulauan Riau pada masa kerajaan Riau
oleh Syekh Nuruddin Ahmad ibn Abdul asy- Lingga, dimana hubungan keilmuan dengan
Syadhili (w.649H/1228M), tarekat Rifa'iyah ulama Haramaian terjadi pada tahun
yang didirikan oleh Syekh Ahmad Rifa'i 1826M. 9 Sebelumnya rombongan dari
(w.603H/1182M), juga tarekat Naqsa- kerajaan yang dipimpin oleh Raja Ahmad
bandiyah yang didirikan oleh Syekh mengadakan misi diplomasi politik ke
Muhammad Bahauddin al-Bukhara an- Betawi (sekarang Jakarta) bertemu Gubernur
Naqsabandi (w.810H/1389M) serta tarekat Jenderal Hindia Belanda Godart Alexander
Sammaniyah yang ditubuhkan oleh Gerald Phillip Baron Van deer Caplen untuk
Muhammad bin Abdul Karim al-Madani membica-rakan tentang masalah Riau Lingga
atau dikenal dengan Syekh Samman (1130- akibat Perjanjian London tahun 1824M.
1189/1718-1775M), semuanya mempunyai Pengaruh langsung dari adanya perjanjian ini
jaringan keilmuan yang bersambung melalui ialah kerajaan ini yang dulunya bernama
silsilaḥ guru-murid. Riau Johor berubah menjadi Riau Lingga, di
Tarekat Naqsabandiya merupakan mana wilayah Pahang, Terengganu, Johor
salah satu daripada tarekat yang mengalami (sekara-ng Malaysia) dan Singapura dibawah
perkembangan pesat di Haramaian sekitar
abad kesembilan. Pesatnya perkembangan 7 Itzchak Weismann, The Naqshbandiyya:
Orthodoxy and Activism in a Worldwide Sufi Tradition
(Routledge, 2007).
6 Christiaan Snouck Hurgronje, Mekka in the 8 Raja Ali Haji, Tuhfat Al-Nafis, ed. by Virgina

Latter Part of the 19th Century: Daily Life, Customs and Metheson Hooker (Kuala Lumpur: Fajar Bhakti,
Learning; the Moslims of the East-Indian Archipelago (Brill, 1982).
2007). 9 Ibid.

14 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

pengaruh Inggeris dan wilayah Riau (Bintan, bukan hanya sekedar menunaikan ibadah
Penyengat), Daik Lingga, Karimun, Kepu- haji dan menunaikan nazarnya, tetapi juga
lauan Natuna dan Anambas dibawah menjalin silaturrahim dan rihlah (perjalanan)
pengaruh Belanda. 10 Perjanjian London ini keilmuan kepada para ulama dan jemaah haji
juga sangat berpengaruh dalam kehidupan di Haramain. Hal ini penting karena
masyarakat secara sosial, ekonomi dan Haramain di samping pusat peribadatan
politik di Riau Lingga, di mana gaya muslim, juga pusat intelektual, di mana
kehidupan dan aturan ekonomi politik ulama dan masyarakat muslim bertemu dan
Eropa yang sekular mula memasuki sendi menjalin hubungan keilmuan dari penjuru
kehidupan masyarakat. Di Betawi beliau juga tempat di dunia. Raja Ahmad (1779-1889M)
bertemu dengan Sayyid Abdurrahman al- ialah salah seorang kerabat kerajaan yang
Masri dan belajar tentang ilmu falak. Sayyid menjadi penasihat Sultan Abdurrahman
Abdurrahman al-Masri merupakan murid Shah dan YDMR VI Raja Jaafar.
dari Syekh Muhammad Samman atau Silaturrahim dan rihlah (perjalanan) keilmuan
dikenali dengan Syekh Samman (w.1189/ ini pada masa akan datang memberikan
1775M), teman seperguruan Abdul Wahab pengaruh yang luas dalam jaringan ulama
Bugis, Muhammad Arsyad al-Banjari tarekat Naqsabandi Kepulauan Riau. Dalam
(w.1227H/1812M), Abdul Samad al- Tuhfāt al-Nafis disebutkan:
Palimbangi (w.1203H/1789M) serta Daud ....Shahdan didalam tiada berapa antaranya maka
al-Fatani (w.1265H/1847M). Mereka ialah Raja Ahmad pun bermohonlah kepada paduka
anakanda baginda Sultan Ab-durrahman pergi haji.
sebagian dari guru-guru dari kalangan ulama Maka dibenarkan oleh baginda itu.......... sebermula
nusantara yang pernah mendapat reputasi ialah yang pergi bersama-sama (dengan) Raja
menjadi guru di Mekkah. Hubungan antara Ahmad itu, iaitu (seorang) anaknya (bernama) Raja
Abdurrahman al-Masri dengan Raja Ahmad Ali.........Shahdan kata sahib al-hikayat (ialah)
(1779-1889M) dan anaknya Raja Ali (setelah Raja Ahmad inilah anak raja Riau dan Lingga
yang pergi haji. Tiada seorang (yang) dahulu
menunaikan ibadah haji dikenal dengan Raja daripadanya seolah-olah ialah yang (mula-mula)
Ali Haji) (1808-1872M) sangat erat sehingga membuka pintu raja-raja Riau pergi haji adanya....11
perbagai informasi tentang bagaimana
pembelajaran dan jaringan ulama di Beberapa ulama yang terkenal dalam
Haramain beliau dapatkan darinya. Namun jaringan tarekat Naqsabandi di Mekkah dan
kerana sakit, beliau pulang ke Riau dan Madinah seperti Syekh Ismail dan Syekh
bernazar, seandainya sembuh akan menu- Muhammad Shalih Az-Zawawi mempunyai
naikan ibadah haji. banyak murid dari kalangan muslim nusan-
Raja Ahmad (1779-1889M) dan Raja tara. Pertemuan antara syekh tarekat
Ali Haji (1808-1872M) merupakan anggota Naqsabandi ini dengan ulama Kepulauan
kerajaan Riau pertama yang mempunyai Riau terjadi ketika rombongan Riau
peran strategis dalam jaringan ini dan menunaikan ibadah haji ke Mekkah melalui
tercatat dalam sejarah Melayu di Kepulauan Jeddah yang dipimpin oleh Raja Ahmad
Riau sebagai orang pertama yang berangkat pada tahun 1243H/1826M, mendapat
ke tanah suci dan bersamanya ada dua belas sambutan khusus dari para ulama tarekat
orang dalam satu rombongan. Izin yang Naqsabandi. Dalam Tuhfāt al-Nafis
diberikan Sultan Abdurrahman Shah dikatakan:
kepadanya bermakna bahwa perjalanan ini

10 Ibid. 11 Ibid, p. 544.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 15
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

.....Shahdan tiada berapa lamanya (dilaut maka) Sihabuddin al-Banjari adalah anak Syekh
sampailah ia ke Jeddah maka pada lapan hari bulan Muhammad Arsyad al-Banjari (w.1227H/
(sya'ban) (pada hijriah) sanat 1243. Maka naiklah
Raja Ahmad (itu) ke darat, maka datanglah segala 1812M) salah seorang ulama Banjar
Syekh-Syekh (orang) mengalu-alukan/akan/Raja Kalimantan yang menjadi gu-ru di Mekkah.
Ahmad itu (datang kerana mereka itu sudah tahu Silaturrahim dan rihlah (perjalanan)
akan Raja Ahmad itu hendak pergi haji pada tahun keilmuan yang di lakukan oleh Raja Ahmad
itu. Dan ialah yang datang itu Syekh Ismail dan dan Raja Ali Haji beserta kontijen kerajaan
Syekh Ahmad Musyafi dan suruhan Syekh
Daud.....12 Riau Lingga ke Mekkah tahun 1826M serta
dilan-jutkan dengan sepupunya yang
Hubungan yang terjalin tersebut bernama Raja Abdullah pada tahun 1840M,
kemudian diteruskan dengan pembelian dua memberi pengaruh lebih jauh pada keda-
buah rumah oleh kerabat kerajaan Riau yang tangan Syekh Ismail al-Khalidi (w.1275H
kemudian diwakafkan dalam pembangunan /1858M) ke Riau, tepatnya pulau Penyengat.
institusi pendidikan dan jemaah haji Syekh Ismail merupakan ulama tarekat
umumnya di Haramaian. Adanya pembelian Naqsabandi yang berasal dari Simabur
rumah untuk diwakafkan ini menunjukkan Minangkabau dan telah menjalani hampir
bahwa ulama Kepulauan Riau mempunyai kesemua paroh pertama abad ke-19 untuk
perhatian yang besar terhadap perkem- belajar dan mengajar di Mekkah. Beliau
bangan pendidikan keagamaan di Haramaian merupakan ahli fikih dan tasawuf. Sebelum
sebagai pusat keilmuan Islam dunia. Raja mengadakan perjalanan ke Asia Tenggara,
Ahmad membeli rumah untuk diwakafkan beliau telah lama menjadi guru dan pengajar
bagi kepentingan pendidikan agama dan tarekat Naqsabandi Khalidi di Mekkah.
jamaah haji lainnya kepada Syekh tarekat Singapura merupakan tempat transit kapal-
Naqsabandi. Dalam Tuhfāt al-Nafis kapal yang berasal dari daerah timur tengah,
dikatakan: India dan seterusnya menuju daerah timur
..........maka apabila sampai ke Mekkah al- nusantara, demikian juga pelayaran haji.
Musyarrafah, maka Raja Ahmad pun membeli pula Singapura merupakan tempat awal
rumah dua buah yang sebuah di wakafkan kepada kedatangannya yang disambut oleh
Syekh Ismail. Kemudian akhir-akhirnya berpin-dah Temenggung Johor Daeng Ibrahim di
kepada mufti syafii. Dan sebuah diwakilkannya
kepada She-ikh Muhammad Sholih. Kemudian Singapura. Syekh Ismail kemudian meng-
akhir-akhirnya berpindah juga kepada mufti syafii hantar surat kepada Yang Dipertuan Muda
(akan) nazirnya....13 Riau (Selanjutnya disebut YDMR) VII Raja
Ali (1845-1857M) tentang keinginannya
Pada masa seterusnya, sepupu Raja Ali mengunjungi Riau. Raja Ali langsung men-
Haji iaitu Raja Abdullah pada tahun 1840M jemput dengan perahunya ke Singapura
juga berangkat ke Mekkah dan tinggal untuk dibawa ke pulau Penyengat. Beliau
selama satu tahun untuk belajar agama di kemudian dibai'at dalam tarekat Naqsabandi
sana dan pulang ke Riau membawa dua oleh Syekh Ismail bersama dengan ahli
orang ulama dari jaringan jabal qubais ini kerajaaan Riau Lingga lain dan mengajarkan
untuk mengajar setahun di Riau, tepatnya amalan wirid tarekat Naqsabandiyah. Syekh
pu-lau Penyengat, yaitu Syekh Sihabuddin al- Ismail juga membai'at dan mengangkat Raja
Banjari dan Syekh Ahmad Al-Jabrati. Syekh Abdullah menjadi mursyidnya. Dengan telah
dibai'atnya Raja Ali, Raja Abdullah dan ahli
12 Ibid, p. 548. kerajaan lain, maka dengan sendirinya
13 Ibid, p. 568. hubungan ini berkembang menjadi hubung-

16 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

an guru-murid. Dalam Tuhfāt al-Nafis khususnya tarekat Naqsabandi yang sebelum


dikatakan: ini dikaitkan sebagai tasawuf anak benua
“Maka apabila Yang Dipertuan Muda mendengar India yang nyaris tak dikenali di Haramaian,
surat tuan Syekh Ismail itu maka iapun terlalu tarekat-tarekat mengalami semacam trans-
sukanya maka mufakatlah dengan saudaranya lalu
disuruhnya ambil tuan Syekh Ismail itu dengan formasi, dimana lebih berorientasi kepada
perahu keruisnya di Teluk Belanga maka tuan syari’at.
Syekh Ismail pun datanglah ke Riau maka apabila Dari hal di atas, tampak bahwa terben-
tiba di Riau lagi di laut terkulai maka yang tuknya jaringan keilmuan ulama tarekat
Dipertuan Muda Raja Ali pun berkayuhlah pergi Naqsabandi bersesuaian dengan teori sufi ke
menyambut tuan Syekh Ismail itu. Maka apabila
berjumpa maka yang Dipertuan Muda itupun dunia Islam, 15 di mana kaum sufi sangat
bersalamlah dengan tuan Syiekh Ismail itu maka berperan dalam menyebarkan dan menjaga
lalulah dibawanya tuan Syekh Ismail itu ke darat, keutuhan masyarakat muslim. Hubungan
didiamkannya pada tempatnya yang di dalam keilmuan dalam jaringan ini juga sesuai
mahkamah itu ................kemudian Yang Dipertuan dengan teori penyebaran keilmuan Kuhn
Muda mengambillah ia tare-kat Naqsabandi, serta
segala anak-anak raja-raja yang didalam pulau (1970) yang menerangkan bahwa penye-
Penyengat itu....... kemudian daripada itu, Engku baran ilmu melalui naskah atau tulisan tidak
Haji Ali pun dan Engku Haji Muda (Raja lepas dari peranan saintis atau saintis itu
Abdullah) pun mengerjakan akan segala amal wirid sendiri, kerana setiap saintis selalu menu-lis
naksabandiyah dan ia yang sudah jadi mursyid apa yang mereka dapati dan selalu menga-
kepala tarekat itu di dalam negeri Riau
adanya...”14 itkannya dengan keadaan tempatan. Dengan
demikian, para sufi tarekat Naqsabandi
Sejauh menyangkut perkembangan sebenarnya mereka mempunyai peran yang
ajaran dan kecende-rungan tarekat Naqsa- besar penyebaran keilmuan dengan
bandi di Haramaian pada abad ke 19 dan banyaknya tulisan dan karya mereka yang
sebelumnya, ada hal yang menarik bahwa menjadi pedoman dan pegangan bagi para
beberapa ulama terkemuka pada tempo itu pengikutnya. Apabila diihat dari kajian-kajian
mempunyai hubungan dengan te-ras yang telah dilakukan, jelas bahwa jari-ngan
jaringan ulama tarekat Naqsabandi di keilmuan ulama tarekat Naqsabandiyah
Kepulauan Riau. Ini menunjukkan bahwa memberikan sumbangan yang besar bagi
ajaran dan kecenderungan ajaran yang pembangunan keilmuan Islam terutama
berkembang dalam jaringan ulama tarekat tasawuf. Dan mendukung kajian yang sudah
Naqsabandi mempunyai perbincangan ada seperti kajian Azra (1994) 16 , Othman
keilmuan dan pengaruh terhadap kandu- (2013), Arifin (2014) yang menunjukkan
ngan ajaran yang berkembang dalam adanya hubungan keilmuan yang kuat antara
jaringan ulama tarekat Naqsabandiyah di Haramaian dan nusantara, dalam hal ini
Kepulauan Riau. Keterlibatan ulama asal Kepulauan Riau yang mem-bentuk jaringan
India dalam jaringan ulama tarekat ulama tarekat Naqsaban-diyah di Kepulauan
Naqsabandi jelas memberikan sumbangan Riau. Dengan adanya jaringan ini, maka
besar bagi ajaran dan kecenderungan ajaran keilmuan yang berkem-bang mempunyai
dalam jaringan ulama tarekat di Kepulauan
Riau. Tidak kurang pentingnya, mereka 15 Van Bruinessen.
memperluaskan ranah pengaruh tarekat, 16 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur
Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan
XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam
14 Ibid, pp. 613–14. Di Indonesia (Mizan, 1994).

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 17
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

dasar yang kuat bagi pem-bangunan ajaran berat sebagai kriteria seorang berhak disebut
dan pemahaman keaga-maan di Kepulauan mursyid. Setidaknya ada dua puluh empat
Riau. persyaratan yang ditentukan yang pada
intinya menggambarkan betapa beratnya
BENTUK DAN CORAK AJARAN untuk menjadi seorang syekh atau mursyid
TAREKAT NAQSABANDIYAH dalam tarekat Naqsabandiyah. Sebab, dalam
DALAM NASKAH KZTN keyakinan para pengikut tarekat Naqsaban-
Secara umum naskah KZTN berisi diyah guru mursyid yang memiliki kualifikasi
tentang ajaran tarekat Naqsabandiyah seperti yang disebutkan akan dapat menjadi
Muzhariyah. Di antaranya adalah rābiṭah, wasīlah dan mengantarkan mereka untuk
dhikr ism al-dzāt, dzikr nafyi isbat, dzikr al- berhubungan atau mencapai kedekatan yang
laṭā’if, khatam, tawassul, tawajjuh, bagian- sempurna dengan Allah.
bagian laṭīfah dan sebagainya.
2. Rābitah, Wasīlah dan Tawajjuh
1. Guru Mursyid Rābiṭah dalam pengertian bahasa
Syekh atau guru mursyid mempunyai artinya bertali, berkait atau berhubungan.
kedudukan penting dalam tarekat, termasuk Sedangkan dalam pengertian istilah tarekat,
dalam tarekat Naqsabandiyah. Ia tidak saja rābiṭah adalah menghubungkan ruhaniah
merupakan seorang pemimpin yang meng- murid dengan ruhaniyah guru dengan cara
awasi murid-muridnya dalam kehidupan menghadirkan rupa/wajah guru mursyid
lahir dan pergaulan sehari-hari, agar tidak atau syekh ke hati sanubari murid ketika ber-
menyimpang daripada ajaran-ajaran Islam zikir atau beribadah guna mendapatkan
dan terjerumus ke dalam maksiat, berbuat wasīlah (jalan/jembatan) dalam rangka perja-
dosa besar atau dosa kecil yang segera harus lanan murid menuju Allah atau terkabulnya
ditegurnya, tetapi dia merupakan pemimpin doa. Hal ini dilakukan karena pada ruhani-
kerohanian yang tinggi sekali kedudukan- yah Syekh mursyid itu terdapat al-arwāḥ al-
nya. Dia sekaligus juga merupakan perantara muqaddasah Rasulullah saw. atau nūr
dalam ibadah dan hubungan antara murid Muḥammad. Syekh mursyid adalah kha-lifah
dan Tuhan. Demikian keyakinan yang Allah dan khalifah Rasulullah saw. Mereka
terdapat di kalangan ahli-ahli tarekat adalah wasīlah atau pengantar menuju Allah.
termasuk tarekat Naqsabandiyah.17 Jadi tujuan rābiṭah adalah memperoleh
Disebabkan begitu pentingnya peran wasīlah (jalan atau pengantar) menuju Allah
seorang mursyid dalam mengantarkan
ya-ng Maha Suci. Ketika rābiṭah sudah
seorang murid berhubungan dengan Tuhan,
mewarnai dan menjiwai seorang murid atau
maka jabatan ini tidaklah dapat dipangku
sālik, maka ia akan dapat melihat guru
oleh sembarang orang, meskipun ia mempu-
mursyidnya pada segala sesuatu, bahkan
nyai pengetahuan yang lengkap tentang
dalam setiap tarikan nafasnya.
seluk beluk tarekat. Hal yang terpenting dari
Kalau rābiṭah antara murid dengan
seorang guru mursyid adalah bahwa ia harus
guru biasa adalah transfer of knowledge, yakni
mempunyai kebersihan rohani dan kehidu-
pan batin yang murni. Muhammad Amīn al- mentransfer ilmu pengetahuan, maka rābiṭah
Kurdī memberikan syarat yang banyak dan antara murid dengan guru mursyid adalah
transfer of spiritual, yakni mentransfer
masalah-masalah keruhanian. Kalau transfer of
17 Atjeh Aboebakar, Pengantar Ilmu Tarekat knowledge tidak bisa sempurna tanpa guru,
(Uraian Tentang Mistik) (Solo: Ramadhani, 1985).

18 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

apalagi transfer of spiritual yang jauh lebih Ini dapat berlangsung sewaktu perte-
halus dan tinggi perkaranya, maka tidak akan muan pribadi atau empat mata antara syekh
bisa terjadi tanpa bimbingan guru mursyid. dan murid-bai’at merupakan kesempatan
Dasar-dasar utamanya adalah penunjukan pertama dari tawajjuh-tetapi tawajjuh pun
yang dilakukan oleh Tuhan lewat guru dapat terjadi ketika sang Syekh secara fisik
mursyid atau ilham dari Allah Swt. Karena tidak hadir. Hubungan dapat dilakukan
itu tidak semua orang bisa menjadi guru melalui rābiṭah seperti telah dijelaskan. Na-
mursyid. Seorang mursyid adalah seorang mun, yang paling biasa tawajjuh berlangsung
yang ruhani-nya sudah bertemu Allah dan selama pertemuan zikir berjama‘ah di mana
berpangkat waliyan mursyidan, yakni kekasih Syekh ikut serta hadir bersama muridnya.
Allah yang layak menunjuki umat sesuai Namun, di beberapa wilayah di Indonesia,
dengan hidayah Allah yang diterimanya. pertemuan zikir itu sendiri yang disebut
sebagaimana disebutkan dalam naskah tawajjuh.
KZTN: Tawajjuh juga berarti meninggalkan
“…dinamakan dia dengan rabitah artinya bertemu pikiran-pikiran selain hanya kepada Allah.
batin murid dengan gurunya syahdan jika Kegiatan tawajjuh biasanya dilakukan dengan
mengajarkan dia oleh syeikh akan segala lathaif”18
cara: pertama, terus menyebut ism al-dzat
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam qalb (hati). Kedua, memejamkan mata.
Syekh atau mursyid memegang peranan Ketiga, Menahan nafas sekuatnya dan
sangat penting demi kemajuan spritual diulang terus menerus. Dan keempat, Ber-
murid. Syekh membantu murid-muridnya upaya meninggalkan pikiran-pikiran kecuali
dengan ber-bagai cara salah satunya adalah kepada Allah. Namun, untuk fokusnya
melalui proses yang disebut tawajjuh. Secara fikiran biasanya seorang murid dituntut
sederhana istilah ini berarti “temu muka”. untuk menghadirkan rupa guru mursyidnya.
Namun, dalam lingkungan tarekat Naqsa- Ketika bertawajjuh awalnya mata terpejam,
bandiyah tawajjuh memiliki arti khusus. dalam pandangannya dia akan melihat
Tawajjuh merupakan perjumpaan seseorang berbagai hal, misalnya padang rumput yang
yang membuka hatinya dan membayangkan luas, laut yang luas, cahaya, tulisan “Allah”
hatinya disirami berkah sang Syekh. Sang dan lain-lain. Semua penglihatan tersebut
Syekh akhirnya membawa hati tersebut ke adalah penglihatan yang masih baur (belum
hadapan nabi Muhammad saw, selanjutnya terfokus). Pada tahap tertentu, dimana
atas bantuan rohani nabi Muhammad saw. pikiran berhasil difokuskan, maka yang
rohani seorang murid dibawa ke hadapan nampak adalah “sesuatu yang bermakna”
Allah sehingga dia akan merasakan limpahan yang tidak bisa diceritakan karena bersifat
rahasia dan itulah yang menjadi sasaran akhir
karunia-Nya (al-fuyūḍ). Pemusatan konsen-
dari tawajjuh.
trasi timbal balik antara murid dan syekh “…dan lazim atas murid itu…suci pada sekalian
akan menghasilkan penyatuan rohani, waktu karena ada-lah jika suci yang zhohir itu
penyempurnaan keyakinan dan sejumlah memberi bekas yang amat besar pada menyucikan
gejala kebatinan lainnya yang tidak bisa //4///
diceritakan dan digambarkan dengan kata- Yang bathin seyogyanya bagi murid itu bahwa ia
mengambil wa-silah kepada Allah Taala
kata. dengan segala syehnya yang mulia lagi yang telah
memberi sah Allah Taala akan segala ruh yang
mereka itu di dalam waktu yang sah daripada
malam dan siang dan ter-lebih utamanya. Kemudian
18 Az-Zawawi, p. 3.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 19
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

selesainya daripada sembahyang taha-jud dan jikalau sendiri. Secara umum zikir ada lima
berbuah ia akan dia di dalam dua waktu maka yai- tingkatan dalam ajaran tarekat Naqsaban-
tu terlebih afdhol bermula demikian ayat bahwa
membaca fatihah sekali dan qulhuwallahuahad diyah Khalidiyah dan seorang murid belum
3kali, kemudian baca Allahumma Aushola hingga boleh pindah tingkat dari satu zikir ke zikir
Ajmain kemudian baca illahi bi jihati subhana wa yang lain tanpa ada izin dari guru mur-shid.
Taala wa bi jihati saidina abibakri assidiq Kelima tingkat itu adalah; zikir ism al-dzāt,
radiallahu ‘anhu…”19 zikir al-la-ṭā’if, zikir nafyi wa-isbat, zikir r wuqūf
dan zikir murāqabah.
3. Zikir, Tata Cara, Adab dan Pertama, zikir isim al-dzat dalam laṭīfah
Ritualnya al-qalb, letaknya dua jari di bawah susu kiri
Teknik dasar zikir dalam tarekat agak ke kiri. Di sini si murid berzikir 5000
Naqsabandiyah relatif sama seperti menyebut Allah, Allah dengan hati sanubari
kebanyakan tarekat lainnya. Prinsip dasarnya da-lam sehari semalam, lengkap dengan
adalah zikir berulang-ulang menyebut nama segala adab dan syarat-syaratnya. Selesai zikir
Allah ataupun kalimat lā ilaha illallāh. Namun 5000 maka dikerjakannya zikir Allāh, Allāh
demikian, tarekat Naqsa-bandiyah memiliki dengan tidak beradab dan bersyarat, akan
karakter tersendiri dalam hal zikir dengan tetapi digera-kannya saja telunjuknya yang
praktek zikir diam atau hanya di dalam hati kanan berkekalan dan berke-panjangan dan
(khafī). Berbeda dengan tarekat lainnya diikutinya gerakan telunjuk itu dengan hati.
seperti Qadiriyah yang identik dengan zikir Ji-ka si murid setelah mengerjakan zikir isim
keras (jahar) atau bahkan ada yang sampai al-dzat tersebut, tidak juga terbuka hijab atau
ekstasi (ma-buk atau hilang kesadaran) dinding antaranya dengan Allah, maka murid
seperti dalam tarekat Samman. Spesifikasi itu meminta kepada guru mursyid agar
yang lain dari zikir tarekat Naqsabandiyah masuk sulūk atau khalwat. Di dalam khalwat
adalah jumlah hitungan zikir yang jauh lebih guru mursyid menyuruh murid mengerjakan
banyak dibandingkan kebanyakan tarekat zikir isim al-dzat 70.000 siang dan 70.000
lain. malam dengan mencukupi adab-adab dan
Zikir dalam tarekat Naqsabandiyah syarat-syaratnya serta dikerjakannya pula
dapat dilakukan baik secara berjama‘ah adab-adab khalwat dan syarat-syarat rukun
maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut khalwat. Zikir ini bertujuan untuk menjaga
Naqsabandiyah lebih sering melakukan zikir hati agar tetap selalu bertawajuh dengan
secara sen-diri-sendiri, tetapi mereka yang Tuhannya. Inilah zikir tahap awal, yang
tinggal dekat seseorang syekh cenderung bertujuan melatih hati dan pikiran selalu
ikut serta secara teratur dalam pertemuan- hadir bersama Tuhan.
pertemuan di mana dilakukan zikir
Kedua, zikir Laṭā’if, yaitu bilik darah
berjama‘ah. Di banyak tempat pertemuan
pada tujuh tempat dalam diri yang sangat
semacam itu dilakukan dua kali seminggu,
vital sekali. Laṭā’if (bentuk tunggalnya laṭīfah),
pada malam Jumat dan malam Selasa.
yaitu bahagian yang halus dalam diri tempat
Dalam ajaran tarekat Naqsabandiyah,
berpusatnya semua kehidupan manusia.
zikir adalah ama-lan yang paling pokok dan
Zikirnya sama dengan zikir isim al-dhāt,
merupakan inti ritualnya. Di dalam praktek
Allāh-Allāh-Allāh yang hanya diingat dalam
sulūk biasanya dilakukan beberapa tingkatan
hati tanpa suara, dengan jumlah 11.000 kali.
zi-kir disesuaikan dengan maqām si sālik
Tujuh tempat itu ialah; laṭīfah al-qalb
sebanyak 5000 kali, laṭīfah al-rūḥ sebanyak
19 Az-Zawawi, pp. 4–5.

20 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

1000 kali, laṭīfah al- sirr sebanyak 1000 kali, aḥadiyyah al-dzat, mu-rāqabah dhāt al- baḥt wa
laṭīfah al-khafī sebanyak 1000 kali, laṭīfah al- al-ṣarf, dan zikir taḥlīl lisān.
akhfá sebanyak 1000 kali, laṭīfah al-nafs al- Zikir laṭā’if merupakan jenis zikir yang
naṭīqah, banyak-nya 1000 kali, laṭīfah kull al- lebih rumit da-lam prakteknya dibandingkan
jasad, banyaknya 1000 kali. yang lain. Dalam zikir ini se-orang sālik
Ketiga, zikir nafyi wa-isbāt, yaitu memusatkan kesadarannya dan membayang-
membaca kalimah lā ilaha illallāh di dalam kan nama Allah itu bergetar dan meman-
hati. Penamaan zikir nafyi wa-isbāt didasarkan carkan panas berturut-turut pada tujuh titik
pada kalimah zikir itu yang mengandung halus pada tubuh. Titik-titik ini adalah laṭīfah
penger-tian nafyi (meniadakan) dan isbat al-qalb (hati) yang terletak selebar dua jari di
(menetapkan). Tata cara zikir ini ialah bawah puting susu kiri. Laṭīfah al-rūh (jiwa)
memejamkan mata dan mengatupkan mulut, yang berada selebar dua jari di atas susu
gigi atas merapat ke gigi bawah, lidah kanan. Laṭīfah al-sirr (nurani terdalam) ber-
melekat ke langit-langit, nafas ditahan, lalu ada selebar dua jari di atas putting susu
mulai berzikir di dalam hati, dengan me- kanan. Laṭīfah al-khafī (kedalaman tersem-
ngucapkan kalimah “lā ilaha” dengan tarikan bunyi) berada dua jari di atas puting susu
nafas dari ba-wah pusat, lalu diteruskan ke kanan. Laṭīfah al-akhfá (kedalaman paling
atas sampai ke otak, kemudian ditarik ke tersembunyi) berada di tengah dada. Laṭīfah
bahu kanan. Kemudian dilanjutkan dengan al-nafs al-naṭīqah (akal budi) berada di otak
kalimah “illallahu” yang disertai dengan
belahan pertama. Laṭīfah kull al-jasad sebe-
hempasan nafas dan dihentakkan serta
tulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya
dipalukan ke hati sanubari, sehingga terasa
meliputi seluruh tu-buh. Dan jika seorang
pa-nasnya keseluruh badan. Ketika sampai di
murid telah mencapai tingkat zikir pa-da
hati di sebelah kiri lalu diucapakan kalimah
tingkat Laṭīfah terakhir ini, seluruh tubuh
“Muḥammad Rasūlullāh”. Ini di ula-ng sekuat
akan bergetar dalam nama Allah.
nafas serta menghadirkan arti kalimah
Persoalan zikir dalam tarekat Naqsa-
tersebut dalam pikiran.
bandiyah dijelaskan dalam naskah KZTN
Kelima, zikir wuqūf, yaitu zikir dengan
seperti kutipan berikut:
cara mengum-pulkan laṭīfah al-qalb, laṭīfah al- ….zikir hati yang telah mengajar akan dia oleh
rūḥ, laṭīfah al-sirr, laṭīfah al-khafī,al-akhfá, laṭīfah syeikh dan yaitu asma Allah artinya nama Allah itu
al-nafs al-naṭīqah, laṭīfah kull al-jasad nya satu nama zat Allah yang tiada bandingan dan tiada
serupa dengan bahwa berkat dengan fakir dengan
dan dihadapkan kepada Allah. Sehingga
tiada berkurang lidah daripada hati yaitu dibawah
muncullah tajjalī nūr Tuhan yang tak susu yang sebelah kiri dengan pancaran dua jari yaitu
terhinggakan. Zikir wuqūf adalah inti sari dari jantung sete-ngah dikenakan hati sanubari padahal
ibadah haji ketika wuquf di Arafah. Maka, jantung kepada lambung itu akan lafaz Allah
jika seorang murid sudah mendapat natijah Allah maka bacaalah dengan hati sanubari itu
Allah Allah bersungguh-sungguh serta ingatkan
dari zikir wuqūf ini, dia dianjurkan untuk
maknanya zat semata-mata yang tiada seumpamanya
memakai pakaian haji. suatu jua pun dan hendak-lah berkata kemudian
Keenam, zikir Murāqabah, yaitu meng- daripada tiap-tiap 100 kali daripada zikir itu
ucapkan kalimah “lā ilaha illallāhu” di dalam dengan fakir lagi dengan sempurna merendah akan
hati secara berulang-ulang. Dan zikir murāqa- diri kepada Allah akan kalimah *ilahai anta
maksudi wa ridhoka mathlubi a'tini mahabbataka
bah pun terdiri dari tujuh bagian, yaitu zikir
wa ma'rifataka *. artinya hai Tuhanku engkau jua
murā-qabah iṭlāq, murāqabah al-af‘āl, murāqabah //3//
ma‘iyyah, mu-rāqabah al- aqrabiyyah, murāqabah

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 21
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

maksudku dan keridhoaan mu jua tuntutanku Penyebutan nama-nama tokoh pendiri


kurniai olehmu akan daku mengasihi akan daku tarekat lainya dalam zikir khatam khawajagan
dan mengenal akan daku kemudian maka ulang-
ulang lagi lafaz Allah Allah itu hingga berlabuhlah tarekat Naqsabandiyah setidaknya membe-
hati itu dengan ingat akan Allah artinya mahirlah rikan indikasi dan memunculkan dugaan
oleh memfakir-kan akan nama zat Allah didalam bahwa telah terjadi afilasi ajaran tarekat
hatinya dan berkekalanlah ingat itu sentiasa didalam Naqsabandiyah pada tahap awal perkem-
berdiri dan berjalan dan dimana-mana tem-pat dan bangannya di Nusantara dengan tarekat
masa janganlah dilalaikan adapun zikir qolbi itu
didalam sehari semalam 5000 sekurang-kurangnya lainnya. Paling tidak dengan ajaran tarekat
dan jika 25.000 maka yaitu terlebih elok dan yang sama-sama berorien-tasi shar‘ī atau pola
terlebih sempurna dan tatkala datang bebe-rapa tasawuf ‘amalī seperti tarekat Qadiriyah,
bimbang maka hadirkan rupa nya pada hadapan de- Shuhrawardiyah dan Kubara-wiyah.
ngan sempurna ta'zim dan….dinamakan dia dengan
rabitah arti-nya bertemu batin murid dengan
gurunya syahdan jika mengajar-kan dia oleh syeikh 4. Wilāyah dan Karāmah
akan segala lathaif yang… maka hendaklah ia Dalam tradisi tasawuf, peran seorang
masygul dengannya pula dan yaitu lathifah ruh dan mursyid (pembimbing atau guru ruhani)
tempatnya di bawah susu yang sebelah kanan dan merupakan syarat mutlak untuk mencapai
lathifah sir yaitu pada lam-bung susu yang sebelah tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi
kiri dan lathifah khafi yaitu pada lambung susu yang
sebelah kanan dan lathifah akhfa yaitu pada dan fungsi mursyid atau wilāyah kemur-
pertenga-han dada dan lathifah nafs yaitu dalam syidan ini ditolak oleh se-bagian ulama yang
pertengahan dahi dan lathifah qalbi dan ialah anti tasawuf atau mereka yang memahami
sekalian badan dan yaitulah dinamai akan dia tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka
dengan sulton azkar. merasa mampu menembus jalan ruhani yang
dan lazim atas murid itu … suci pada sekalian
waktu karena adalah jika suci yang zhohir itu penuh dengan rahasia menurut metode dan
memberi bekas yang amat besar pada menyucikan cara mereka sendiri, bahkan dengan meng-
//4///20 andalkan pengetahuan yang selama ini
mereka dapatkan dari ajaran al-Qur’an dan
Akhir dari semua ritual zikir tarekat Sunnah. Namun, karena pemahaman terha-
Naqsabandiyah ini biasanya ditutup dengan dap kedua sumber ajaran tersebut terbatas,
khatam Khawajagan berupa doa penutup yang mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf
ditujukan kepada roh Nabi Muhammad saw bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang
be-serta keluarganya dan seluruh ahli silsilah mursyid.
tarekat Naqsabandiyah. Urutan silsilah Adalah hal yang menjadi pengakuan
tarekat Naqsabandiyah dimulai dari Abū banyak tokoh sufi bahwa dalam praktek
Bakar al- Siddīq, Salmān al-Fārisī, Qāsim sufisme, hampir bisa dipastikan seorang
cucu Abu Bakar hingga mawlānā Khālid al- yang melakukan perjalanan spritual tanpa
Kurdī. Ketika sampai pada na-ma mawlānā bimbingan seorang mursyid hanya akan
Khālid al-Kurdī penyebutan silsilah tarekat meraih kegagalan spiritual. Bukti-bukti
Naqsabandiyah, langsung dihubungkan historis akan kegagalan spritual tersebut
dengan penyebutan nama-nama tokoh telah dibuktikan oleh para ulama sendiri
pendiri tarekat lainnya seperti roh pendiri yang mencoba menempuh jalan sufi tanpa
tarekat Qadiriyah, Shuhrawardiyah, menggunakan bimbingan mursyid. Para
Kubrawiyah, Chishtiyah. ulama besar sufi, yang semula menolak
tasawuf, seperti Ibn ‘Ata’illāh al-Sakandarī
akhirnya harus menyerah pada pengemba-
20 Az-Zawawi, pp. 3–4. raannya sendiri, bahwa dalam proses menuju

22 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

kepada Allah tetap membutuhkan seorang Para pengikut tarekat Naqsabandiyah


mursyid. percaya bahwa tarekat ini hanya berasal dari
Banyak ulama besar memberikan nabi Muhammad saw. yang mengajarkannya
kesaksian bahwa seorang dengan kehebatan kepada sahabat, kemudian sahabat meng-
ilmu agamanya, tidak akan mampu menem- ajarkannya kepada tābi‘īn dan seterusnya
puh jalan sufi kecuali atas bimbingan hingga kepada syekh-syekh tarekat Naqsa-
seorang Syekh atau guru mursyid. Bahkan, bandiyah. Begitu juga, jalur silsilah yang
seorang ulama sendiri tetap membutuhkan dikemukan oleh Muhammad Amīn al-Kurdī
seorang pembimbing ruhani, walaupun yang menjadi rujukan utama para pengikut
secara lahiriah pengetahuan yang dimiliki ajaran tarekat Naqsabandiyah tidak menye-
oleh sang ulama tadi lebih tinggi dibanding butkan adanya jalur silsilah kepada nabi
sang mursyid. Karena belum tentu soal Khidr as. Memang Muhammad Amin al-
hubu-ngan yang bersifat ketuhanan atau Kurdī membicarakan tentang silsilah yang
soal-soal baṭiniyah, seorang ulama tidak lebih bersifat barzakhī atau uwaysī yaitu meng-
menguasainya dari seorang mursyid yang ambilan bai‘ah melalui pertemuan secara
‘ābid. baṭiniyah atau mimpi dari syekh yang sudah
Namun demikian, seorang mursyid lama wafat. Namun, tidak disebutkan bahwa
yang bisa diandalkan adalah mursyid yang ‘Abd al-Khāliq al-Ghujdawanī termasuk
kāmil mukammil, yaitu seorang yang telah Syekh tarekat Naqsabandiyah yang meng-
mencapai keparipurnaan ma‘rifatullāh sebagai ambil bai‘ah dengan cara demikian.
insan yang kāmil, sekaligus bisa memberikan
bimbingan jalan keparipurnaan bagi para JARINGAN TAREKAT NAQSABAN-
pengikut atau murid-muridnya. Tipikal DIYAH DALAM NASKAH KZTN
mursyid seperti inilah yang disebut dengan Adapun silsilah tarekat Naqsabandiyah
Syekh atau guru mursyid yang sudah berada yang berkembang di kesultanan Riau Lingga
dalam taraf kewalian. Mereka adalah para dalam naskah KZTN, berawal dari Muham-
kekasih Allah yang senantiasa total dalam mad Salih az-Zawawi dengan mazhariyah
‘ubu-diyah, dan tidak berkubang dalam karena berawal dari Muhammad Mazhar,
kemaksiatan. sebagaimana terdapat pada silsilah di bawah
Sebagian tanda dari kewalian adalah ini:
tidak adanya rasa takut sedikit pun yang
terpancar dalam dirinya, tetapi juga tidak Sayyidin Muhammad Rasulullah
sedikit pun merasa gelisah atau susah. Sayyidina Abi Bakar as Shiddiq
Paduan antara kewalian dan kemursyidan Salman Al Farisi
inilah yang menjadi prasyarat bagi muncul- Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakar
nya seorang mursyid yang kāmil dan Ja’far Shadiq
mukammil. Yazid al Bustami
Munculnya paham kewalian dalam Abil Hasan al Kharqani
tarekat Naqsyabandiyah agaknya juga dipe- Abi Ali Al Farmadi
ngaruhi karekater perkembangannya yang Abi Yakub al hamdani
dekat dengan kekuasaan. Kewalian yang di Abdul Kahliq al Khujdawani
dalamnya ada karamah yang dimiliki oleh Arif Al Riyukuri
seorang syekh tarekat akan dengan mudah Mahmud Anjir Faqnawi
memantapkan pengaruh dan melakukan Azizan Ali al Ramitani
legitimasi kekuasaan. Muhammad baba al Samasi

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 23
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

Amir Kulal pengembangan ini memunculkan paham


Bahauddin al Naqsabandi kewalian guru kammil mukāmmil sebagai
Alauddin al Attar bukti berkembangnya tingkatan pengetahu-
Yaakub al Jurkhi an dan amalan kesufian yang biasa disebut
Abdillah Ahrari dengan maqōmat dan ahwāl.
Muhammad Zahid
Darwisy Muhammad DINAMIKA DAN PERKEMBANGAN
Khajiki al Amkani/ Kawajaki TAREKAT NAQSABANDIYAH DA-
Muhammad al Baqi LAM NASKAH KZTN
Imam Rabbi al Mujaddid al fithani
Muhammad Ma’sum Melihat dari silsilah tarekat Naqsaban-
Saifuddin diyah yang berkembang dalam naskah
Muhammad al Badawani KZTN jelas bahwa silsilah yang berkembang
Habibullah Marzawajani di Kesultanan Riau Lingga memiliki garis
Abdullah al Dihlawi sanad yang jelas dan muktabarah. Hal ini
Abi Said Al Ahmadi mendakan bahwa silsilah tarekat Naqsa-
Muhammad Muzhar Al Ahmadi bandiyah yang tersebar di Penyengat dan
Muhammad Shalih Az Zawawi Al Ahmadi Daik Lingga sangat cukup kuat.22
Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi21 Naskah KZTN memuat ajaran tarekat
Naqsabandiyah yang khusus pada zikir qolbi
Dari silsilah di atas, didapati bahwa dengan tata cara zikir isim zat yang menjadi
jaringan ulama tarekat Naqsabandiyah di salah satu keunikan ajaran tarekat Naqsha-
Kepulauan Riau khususnya pada jalur al- bandiyah. Informasi tentang zikir isim zat
Muzhariyah, mencakup hubungan guru- dalam kalimah Alah Allah ini belum banyak
murid yang kosmopolit dan kompleks dari dieksplorasi. Bahkan apabila dilihat dari
pelbagai bagian dunia muslim dan nusantara. pengembangan dasar ajaran sehingga mun-
Ciri paling penting dalam jaringan tersebut culnya zikir isim zat ini tidak terlepas dari
adalah hubungan keilmuan tersebut mem- semangat pembaharu yang di kembangkan
bentuk salāsilaḥ dan ijāzah yang berkesinam- oleh Ahmad Faruqi al-Shirhindi dan Shah
bungan sebagai bukti berterusnya ajaran dan Waliyullah Ad-Dahlawi. Dimana “nama
muktabarah. Yamtuan Muda Raja Muham- Allah yang paling besar dan merangkumi
mad Yusuf dibaiat menjadi khalifah tarekat (semua nama) adalah Dengan adanya nama,
Naqsabandiyah al-Muzhariyah oleh Sayyid maka Tuhan boleh dikenal oleh hamba-Nya.
Muhammad Shalih az-Zawawi langsung dari Dan nama yang paling tinggi untuk Maha
Haramain. Dari silsilah ini nampak dengan Pencipta ialah Allah. Dengan demikian,
jelas bahwa Yamtuan Muda Raja Muham- menyebut nama-Nya akan memberikan
mad Yusuf Al-Ahmadi memiliki garis sil- pengaruh besar pada kehidupan seorang
silah sanad ajaran tarekat sampai ke Rasul- hamba untuk mengenal-Nya. Pemahaman
ullah saw. Beliau diberi gelar al-Ahmadi akan nama Allah ini dimaknai dalam amalan
sesuai dengan paham tarekat Naqsabandiyah zikir isim dzāt Naqsabandi yaitu lafaz: Allah.
yang dianut dalam bentuk penguatan syariat, Oleh karena itu seorang hamba harus
walaupun kekuatan rabithah dan wasilah
masih menjadi hal yang penting. Pola 22 Mulyati Sri, Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
21 Az-Zawawi, pp. 8–9. 2011).

24 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

mengambil nama Allah dan meletakkannya dibuktikan dengan disamping sebagai Yam-
dalam dirinya sehingga akan memunculkan tuan Muda X Riau Lingga, Raja Muhammad
apa yang disebut dengan al-Takhālluq bi Yusuf juga sebagai khalifah dalam tarekat
akhlāki Allah (berakhlak dengan akh-lak Naqsabandi. Perpaduan antara pemimpin
Allah). Takhālluq berarti menerima atau agama dan pemimpin negara menggambar-
mengambil nama Allah pada diri manusia kan suatu perkembangan tarekat dan dina-
tetapi masih berbentuk potensi, kemudian mika ajaran tarekat yang menarik dimana
menafikan sifat-sifat yang ada pada diri unsur-unsur kearifan lokal mulai diadaptasi,
seorang hamba dan menegaskan hanya sifat- seperti tata cara bai’at, seperti pembai’atan
sifat Allah yang ada pada diri seorang hamba tidak lagi memakai pakaian serba putih,
tersebut. Dengan bertakhālluq akan terjadi tetapi memakai pakaian lengkap bangsawan
penyatuan jiwa ke dalam akhlak Allah yang Melayu. Demikian juga dengan pemakaian
melahirkan akhlak yang mulia. Konsep ini qirkah (serban) sebagai bukti telah mengikuti
disebut wahdatus shuhūd, tujuannya ialah rangkaian kegiatan pembaiatan. Bahkan
mencapai kesempurnaan jiwa untuk ber- qirqah menjadi pakaian kebesaran para raja
taqarrub kepada Allah dengan tidak mening- dan pemimpin Riau Lingga, seperti Sultan
galkan syari’at. Dengan demikian wahdatus juga memakai serban. Demikian juga halnya
shuhūd merupakan pemahaman baru dalam dengan khatam tawajjuh yang diikuti dengan
ajaran Naqsabandi di mana seorang manusia amalan tarekat dalam komunitas bangsawan
dalam berzikir kepada Allah tidak akan dan pemerintahan yang dibalut dengan
meninggalkan syari’at, dibuktikan dengan unsur-unsur kemelayuan, sebagai ciri khas
adanya kesadaran ‘ubūdiyah (penghambaan) kesultanan Melayu, dimana kegiatan dilaksa-
kepada Allah. Pemahaman ini dimaknai nakan di istana Raja. Yamtuan Muda Raja
dalam amalan Naqsyabandi zikir nafi isbāt, Muhammad Yusuf al-Ahmadi langsung
yaitu lafaz: Lā Ilāha Illā Allāh (tiada ada memimpin khatam tawajjuh ini setiap malam
tuhan yang disembah melainkan Allah). Selasa dan malam Jumat di istananya di daik
Kesadaran ‘ubū-diah tampak dari makna Lingga dan di pulau Penyengat.
kalimat tersebut bahwa adanya penghamba- Demikian juga apabila dilihat bentuk
an kepada Allah. Penghambaan dimaksud- dan corak naskah KZTN, dimana masuknya
kan adanya unsur makhluk dan Khaliq, unsur teknologi mesin cetak dalam konteks
adanya perbedaan antara ma-nusia dan perkembangan tarekat Naqsabandiyah di
Tuhan. Kesadaran ‘ubūdiah tersebut diwujud- Kepulauan Riau. Ini merupakan sesuatu
kan dengan melaksanakan segala hukum yang penting apalagi melibatkan unsur
syari’at yang telah ditetapkan. Inilah yang pemerintah sehingga bersifat massif, meng-
menurutnya berbeda dari ajaran sebelum- ingat ketika itu kebanyakan naskah tarekat
nya, bahwa wahdatus shuhūd ialah penyatuan ditulis tangan dan bersifat pribadi apabila
jiwa bukan penyatuan ontologi manusia sudah diberikan ijazah kepada murid. Ini
dengan Tuhan. menunjukkan bahwa ajaran tarekat merupa-
Hubungan antara tarekat dengan kan ajaran resmi Kesultanan Riau Lingga
penguasa ketika itu sangat erat sekali 23 , ini

gerakan perlawanan terhadap kolonialisme. Lihat Ajid


23 Achmad Syahid, ‘Sufistikasi Kekuasaan Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis
Pada Kesultanan Riau-Lingga Abad XVIII-XIX M’, Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-
Ulumuna, 9.2 (2005), 295–312. Pada Naqsyabandiyah Di Pulau Jawa (Pustaka Hidayah,
pekembangannya, gekaran tarekat juga menjadi 2002).

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 25
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

sebagai penguat unsur keagamaan masyara- Az-Zawawi, Muhammad Shaleh, Kaifiyah Al-
kat. Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah
al-Mujaddidiyah al-Ahmadiyah
KESIMPULAN (Penyengat: Al-Ahmadi, 1891)
Naskah KZTN merupakan naskah
tunggal yang memuat ajaran tasawuf tarekat Fathurahman, Oman, Tarekat Syattariyah Di
Naqsabandiyah al-muzhariyah al-ahmadiyah, Minangkabau (Prenadamedia Group,
yang ditulis oleh Sayyid Muhammad Sholih 2008)
az-Zawawi, guru kepada Yamtuan Muda
Riau X, Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi. Lubis, Nabilah, ‘Teori, Metode Penelitian
Bentuk dan corak ajaran yang terkandung Filologi’, Jakarta: UIN Syarif
dalam naskah KZTN seperti: zikir isim zat, Hidayatullah Publish, 2006
guru/mursyid, rabitah, tawajjuh, kewalian
dan bercorak Muzhari. Jaringan ulama Putten, Jan Van der, ‘Printing in Riau; Two
tarekat Naqsabandiyah pada naskah KZTN Steps toward Modernity’, Bijdragen
di Kesultanan Riau Lingga bersifat Tot de Taal-, Land-En
kosmopolit dan memiliki dasar yang kuat Volkenkunde/Journal of the Humanities
dalam bentuk silsilah dan sanad yang jelas and Social Sciences of Southeast Asia,
bersambung sampai ke Nabi Muhammad 153.4 (1997), 717–736
saw. Oleh karena itu bisa dikatakan
Raja Ali Haji, Tuhfat Al-Nafis, ed. by Virgina
muktabarah. Dinamika perkembangan
Metheson Hooker (Kuala Lumpur:
tarekat Naqsabandiyah sebagaimana dalam
Fajar Bhakti, 1982)
naskah KZTN memiliki tata cara zikir isim
zat yang unik, berorientasi syariat dan
Snouck Hurgronje, Christiaan, Mekka in the
memiliki kekhususan karena dipimpin oleh
Latter Part of the 19th Century: Daily
khalifah yang juga merangkap sebagai
Life, Customs and Learning; the Moslims
pemimpin negeri. Kondisi ini kemudian
of the East-Indian Archipelago (Brill,
mengakibatkan perkembangan tarekat
2007)
menjadi lebih massif dan mulai masuknya
teknologi mesin cetak.[] Sri, Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Syahid, Achmad, ‘Sufistikasi Kekuasaan
Aboebakar, Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Pada Kesultanan Riau-Lingga Abad
(Uraian Tentang Mistik) (Solo: XVIII-XIX M’, Ulumuna, 9.2 (2005),
Ramadhani, 1985) 295–312
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama: Timur Thohir, Ajid, Gerakan Politik Kaum Tarekat:
Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Telaah Historis Gerakan Politik
XVII Dan XVIII: Melacak Akar- Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-
Akar Pembaruan Pemikiran Islam Di Naqsyabandiyah Di Pulau Jawa
Indonesia (Mizan, 1994) (Pustaka Hidayah, 2002)

26 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Muhammad Faisal Susur Galur Tarekat Naqsabandiyah

Van Bruinessen, Martin, ‘Tarekat


Naqsyabandiyah Di Indonesia’,
Bandung: Mizan, 1998

Weismann, Itzchak, The Naqshbandiyya:


Orthodoxy and Activism in a Worldwide
Sufi Tradition (Routledge, 2007)

Zakariya, Hafiz, and Wiwin Oktasari, ‘Print


Culture in the Sultanate of Riau-
Lingga during the Late Nineteenth
and Early Twentieth Centuries’,
Asian Research Journal of Arts & Social
Sciences, 2019, 1–9

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 1, Juni 2020 27
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada

Anda mungkin juga menyukai