Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN DAN POLA KERJA KOMUNIKASI POLITIK

ZULKARNAIN PATURUNI

PASCASARJANA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021

i
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1-3

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4-17


A. Manajemen dan Komunikasi Politik: Sebuah Penegertian................ 4
B. Fungsi Manajemen............................................................................. 8
C. Manajemen Politik: Perspektif Studi Partai Politik............................ 9
D. Bidang Kajian dan Metode Studi Komunikasi Politik....................... 13
E. Pengaruh Media Sosial Terhadap Komunikasi Politik....................... 16
BAB III PENUTUP...................................................................................... 18
A. Kesimpulan......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai

tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Manajemen

merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian). Yang diarahkan pada sumber

daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan informasi) denagn maksud mencapai

tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Berbagai persoalan dalam politik dan

pemerintahan salahsatu penyebab utamanya ialah tidak memilik manajerial atau

manajemen yang baik. Olehnya pada aspek politik, diperlukan manajemen sebagai

tata kebijakan agar arah atau kebijakan sebuah organisasi atau partai politik sesuai

dengan visi dan misi dan ekpektasi yang diharapkan.

Selain manajemen, komunikasi juga menjadi central point dalam sebuah

kebijakan organisasi/partai politik. Kata komunikasi sudah menjadi istilah milik

umum, bukan lagi istilah eksklusif milik kelompok tertentu seperti sejumlah istilah

keilmuwan lain. komunikasi sudah menjadi kata-kata pasaran yang dapat digunakan

oleh siapapun dan dalam konteks apapun. Oleh karena itu, orang-orang sudah

memiliki kebebasan mengekspresikan istilah komunikasi sesuai denagn frame

masing-masing.

Ketika orang berpidato, berceramah, atau mengungkapkan pikiran dan

perasaannya, baik melalui media massa maupun tidak, banyak pihak memerspesi

bahwa orang tersebut sedang berkomunikasi. Ketika sekelompok orang atau

kerumunan orang berdiskusi, baik di televisi maupun dalam ruangan rapat, bahkan di

1
2

warung kopi sekalipun, itupun dapat dikategorikan sedang berkomunikasi, termasuk

orang-orang yang membakar dupa di bawah pohon.

Pada awalnya, komunikasi berada dalam lingkup sederhana dan dalam skala

sempit. Namun, seiring dengan perkembangan umat manusia yang terus melaju,

komunikasi terus dihadapkan pada problem yang bertambah kompleks dan rumit.

Proses komunikasi tidak lagi berada dalam tahap melukiskan perasaan yang berputar

pada lingkup yang berskala kecil dan terbatas, tetapi telah membawa manusia untuk

berorientasi ke arah skala yang lebih luasa dan lebih kompleks.

Perpaduan kajian antara ilmu komunikasi dan ilmu sosial lain menghasilkan

bentuk perkembangan baru yang menunjukkan pada karakteristik bahwa ilmu ini

dapat dipadukan. Komunikasi yang selalu berdampingan dengan umat manusia tidak

akan kaku apabila berpadu dengan ilmu lainnya karena setiap limu pada hakikatnya

merupakan seperangkat simbol komunikasi yang ditransfer dari individu, kelompok

atau masyarakatnya kepada individu, kelompok atau masyarakat lainnya.

Salah satau kajian yang menarik minat para ilmuwan politik dan ilmuwan

komunikasi, yaitu kajian terhadap komunikasi politik. Kajian komunikasi politik

bersifat dimensional dan kasuistik karena berkaitan dengan berbagai macam problem

dan kompleksitas permasalahan. Tidak hanya berkisar pada pembahasan proses

komunikasi yang memuat pesan-pesan politik, tetapi juga membahas bagaimana

komunikasi dapat berlangsung dalam suatu system politik atau system pemerintahan

yang mencakup bahasan-bahasan bagaimana sistem itu dapat dipertahankan dan

berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahasan sistem berkaitan pula

dengan trnasformasi nilai-nilai yang dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi dan

pendidikan politik. Dalam praktik kenegaraan, keabsahan suatu sistem apabila


3

mendapat dukungan dari seluruh warga negara yang berada dalam lingkup sistem

tersebut, yang terwujud dalam partisipasi politik sehingga sistem tersebut benar-benar

mencerminkan totalitas aspirasi dan cita-cita seluruh warga masyarakat negara.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen dan Komunikasi Politik: Sebuah Pengertian

Kata manajemen, komunikasi dan politik adalah tiga istilah umum, bukan lagi

istilah eksklusif milik kelompok tertentu seperti sejumlah istilah keilmuwan lain.

Istilah manajemen berasal dari istilah bahasa Inggris “management”. Di Indonesia

hingga kini belum ada keseragaman dalam menterjemahkan istilah manajemen ke

dalam bahasa Indonesia. Ada beranekaragam terjemahannya antara lain

kepemimpinan, ketatalaksanaan, penurusan, pembinaan, penguasaan, pengelolaan dan

manajemen. Meskipun istilah managemen yang diterjemahkan beranekaragam ke

dalam bahasa Indonesia itu sudah digunakan sejak beberapa abad yang lalu,

khususnya di Inggris, akan tetapi manajemen belum merupakan suatu subjek

pelajaran sebagai ilmu. Manajemen sebagai ilmu yang dipelajari atau diajarkan baru

lahir pada awal abad 20 ini. Lalu muncul definisi-definisi tentang apakah yang

dimaksud dengan manejemen.

Mempelajari sejarah manajemen sangat penting bagi kita untuk dapat

memperoleh gambaran tentang bagaiman manajemen itu berlangsung pada masa lalu,

bagaimana kemudian manajemen tersebut berkembang, prinsip-prinsip apa yang

dikembangkan pada masa lalu dan bagaimana manjemen tersebut berlangsung

dewasa ini (terlebih dalam konteks politik sebagai pembahasan). Akhirnya kita harus

pula mempelajari dan mengantisipasi perkembangan di masa mendatang yang tentu

saja juga akan menentukan arah pertumbuhan manajemen itu sendiri.1

1
Priyono, Pengantar Manajemen, (Cet. I; Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2017), h. 2.

4
5

Dalam KBBI, manajemen berarti penggunaan sumber daya secara efektif

untuk mencapai sasaran.2 Menurut G.R. Terry, manajemen merupakan suatu proses

yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasia,

penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapi

sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemenfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya. Sedang definisi lain oleh John D. Millet, manajemen adalah

proses pembimbingan dan penyediaan fasilitas dari orang-orang yang

terorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. 3

Seiring perkembangannya, manajemen banyak dikolaborasikan dengan ragam displin

ilmu lain salahsatunya dalam dalam politik. Sesuai dengan definisinya, manajemen

men-setting dan mengarahkan fasilitas dan sumber daya untuk menghasilkan

ekspektasi yang sesuai dengan visi organisasi atau partai politik.

Komunikasi politik pada bidang studi pada mulanya belum sepenuhnya

terlembagakan dengan baik. Tidak hanya itu, definisi dan ruang lingkup komunikasi

politik pun juga belum sepenuhnya dirumuskan ataupun disepakati oleh para

ilmuwan. Kendati demikian, maraknya dan menguatnya intensitas dan kontestasi

politik di mana makin menempatkan komunikasi politik sebagai fokus perhatian pada

akhirnya bidang kajian ini terus ditelusuri dan dikembangkan oleh para pakar dari

berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu politik dan ilmu komunikasi. Pada mulanya,

studi komunikasi politik fokus pada kajian retorika dan propaganda politik.4

2
Aplikasi online KBBI V 0.4.0 Beta (40), (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2016-2020).
3
Zulkifli AM, Sistem Informasi Manajemen, Bandung, 2009.
4
Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik, (Cet. II; Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2011), h. 36.
6

Sebagaimana dalam ilmu sosial lain, batasan akan pengertian komunikasi

belum terdapat kesepakatan di antara para sarjana. Bahkan, hampir boleh dikatakan

antara sarjana satu dan yang lain selalu berbeda dalam memberikan definisi. Akan

tetapi tidak menutup kemungkinan batasan itu mempunyai unsur-unsur yang saling

tumpeng tindih. Sehingga masih memberikan kemungkinan orang menarik garis

penekanan atau tipikal dari berbagai definisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), komunikasi ialah pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua

orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi daoat

juga berarti hubungan atau kontak.5 Berelson dan Steiner (1964), mendefinisikan

komunikasi sebagai “penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan lain-lain,

melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafik dan sebagainya”.6

Unsur penyampaian barangkali merupakan unsur komunikasi yang paling

sering dijumpai dalam definisi komunikasi. Seperti halnya definisi yang dikemukakan

oleh Ithiel de Sola Pool, bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi untuk

memperoleh tanggapan. Adapun Shacter (1961) menulis bahwa: “Komunikasi

merupakan mekanisme untuk melaksankan kekuasaan”. Definisi Shacter ini

menempatkan komunikasi sebagai unsur kontrol sosial atau untuk mempengaruhi

perilaku, keyakinan, sikap terhadap orang lain. Batasan lain dikemukakan oleh Carl

Hovland, Irving Janis dan Harold Kelly (1953), mereka menekankan aspek pengaruh

dalam mendefinisikan komunikasi, yakni “the process by which an individual (the

5
Aplikasi online KBBI V 0.4.0 Beta (40), (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2016-2020).
6
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Cet. III;
Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 15.
7

communicator) transmit stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other

individuals (the audience).”7

Setelah kita bahas komunikasi, tentunya kita perlu pula kita kemukakan aspek

politik dalam bagian ini. Sebagaiman komunikasi, ada berbagai definisi politik di

kalangan ilmuwan sosial. Easton (1953), mendefinisikan politik sebagai

“kewenangan dalam mengalokasikan nilai-nilai”. Adapun Catlin (1963), mengartikan

“kekuasaan dan pemegang kekuasaan”. Kemudian Nimo berusaha merangkum

definisi politik ini dalam bukunya Political Communication and Public Opinion in

America, yakni sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perilaku di

bawah kondisi konflik sosial.8 Dalam KBBI, politik iala segala urusan dan tindakan

(kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap

negara lain.9

Politik pada dasarnya juga seperti komunikasi merupakan suatu tindakan yang

melibatkan pembicaraan. Dalam hal ini tidak sekadar pembicaraan dalam arti sempit,

tetapi dalam arti yang lebih luas, baik yang bersifat verbal (lisan atau tulisan) maupun

yang bersifat nonverbal (berbagai gerak, isyarat mauoun tindakan). Ilmuwan Mark

Roelofs menyatakan: “politic is talk” atau lebih tepatnya kegiatan politik adalah

berbicara, tetapi politik tidak sekedar pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan

adalah politik, tetapi hakikat pengalaman politikdan kondisi dasarnya ialah aktivitas

komunikasi antarmanusia. Roelofs memandang bahwa komunikasi meliputi politik,

jika orang dihadapkan pada konflik, mereka alkan menurunkan makna perselisihan

7
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, h. 15.
8
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, h. 18.
9
Aplikasi online KBBI V 0.4.0 Beta (40), (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2016-2020).
8

melalui komunikasi. Dengan komunikasi orang berusaha menyelesaikan perselisihan

mereka.

B. Fungsi Manajemen

Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembagian fungsi-

fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur

2. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam

3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer

Fungsi-fungsi manajemen adalah serangakain kegiatan yang dijalankan dalam

manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-

tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana

diterangkan oleh Nickels, McHug and McHug (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan atau planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang

dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan

penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan

organisasi. Dalam politik, manajemen berfungsi sebagai pengatur arah dan kebijakan

organisasi agar sesuai dengan target dan tujuan organisasi yang ingin dicapai.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian atau organizing yaitu suatu proses yang menyangkut

bagaimana strategi atau taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain

dalam sebuah struktur organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan

organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi

bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
9

c. Pengimplementasian

Pengimplementasian atau directing, yaitu proses implementasi program agar

bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar

semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran

dan produktivitas yang tinggi.

d. Pengendalian

Pengendalian dan pengawasan atau controlling, yaitu proses yang dilakukan

untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,

diorganisasikan dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang

diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia politik yang

dihadapi.

C. Manajemen Politik: Perspektif Studi Partai Politik

Manajemen merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah organisasi,

terutama partai politik untuk mengelola orang-orang di dalamnya. Tidak hanya itu,

manajemen turut mencakup tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan

pengendalian untuk merancang serta mencapai suatu target melalui pemanfaatan

sumber daya yang tersedia. Kualitas manajemen suatu partai akan berbanding lurus

dengan fungsi dan citra partai. Namun sebaliknya, jika kualitasnya manajemen partai

politiknya buruk, sebuah partai akan terlihat tidak profesional dan mengalami

disfungsi, seperti apa yang terlihat dalam Partai Demokrat saat ini.

Keterpilihan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sempat

menyita perhatian masyarakat. Bagaimana tidak? Beliau terpilih menjadi ketua umum

partai tanpa melalui proses kaderisasi. Herman Khaeron, selaku Ketua Badan

Pembina organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan DPP Partai Demokrat mengatakan


10

bahwa upaya penggulingan AHY telah ada sejak bulan Januari. Kasus ini

dilatarbelakangi oleh motif kekecewaan beberapa kader terhadap kepemimpinan

AHY.

Sebelumnya, pada 26 Februari 2021, Partai Demokrat menjatuhkan sanksi

pemberhentian tetap secara tidak terhormat kepada tujuh kader partai yang

menginisiasi gerakan kudeta. Adapun nama-nama yang terlibat adalah Darmizal, Yus

Sudarso, Tri Yulianto, Syofwatillah Mohzaib, Ahmad Yahya, M.Nazaruddin,

Marzuki Alie, dan Jhoni Allen Marbun.

Gugatan terhadap AHY atas pemecatan hingga penyelenggaraan KLB atau

Kongres Luar Biasa yang bertempat di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat, 5

Maret 2021 merupakan aksi nyata balas dendam mereka kepada AHY. Kader

Demokrat lainnya dibujuk untuk mengikuti KLB dengan iming-iming pemberian

uang sebesar 100 juta rupiah. KLB kemudian diselenggarakan dan menghasilkan

beberapa keputusan, salah satunya yakni terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum

Partai Demokrat.

Berdasarkan AD/ART Partai Demokrat, pelaksanaan KLB yang

mengatasnamakan Demokrat ini bersifat ilegal dan inkonstitusional karena

penyelenggaraannya tidak memenuhi prasyarat, yakni atas permintaan sesedikitnya

oleh 2/3 jumlah ketua DPD dan 1/2 dari ketua DPC serta Ketua Majelis Tinggi

Partai. Selain itu, peserta yang mengikuti KLB pun bukan pemilik suara sah karena

telah menyandang status tidak aktif, pindah partai, bahkan dipecat secara tidak

hormat namun tiba-tiba memakai atribut partai. Oleh karena itu, dipastikan bahwa

segala hasil keputusan yang diambil adalah tidak sah. Namun, setelah saling klaim

kepemimpinan, kubu keduanya berujung saling lapor untuk menyanggah fakta dan
11

bukti-bukti yang ada. KLB Deli Serdang mengacu pada AD/ART tahun 2005 karena

Kepala Badan Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat versi KLB, Sibolang

Razman menganggap AD/ART tahun 2020 tidak demokratis, terutama dalam pasal

20 ayat (1) dan pasal 97.

Disebutkan bahwa mahkamah partai bertugas untuk menyelesaikan perselisihan

beragam masalah internal partai. Namun, jabatan tersebut saat ini dipegang oleh SBY

yang notabene akan membela darah dagingnya dalam permasalahan ini.

Muhammad Rahmad yang merupakan salah satu inisiator KLB turut

menegaskan bahwa KLB Deli Serdang sudah sangat sesuai dengan aturan dan sangat

konstitusional, meskipun mengacu pada AD/ART yang lebih lama. Ia turut

mengatakan bahwa 12 keputusan strategis dalam KLB, salah satunya adalah untuk

menghapuskan AD/ART 2020 yang tidak konstitusional karena hanya mengatur

mengenai pemilihan ketua umum, namun tidak dengan pemilihan ketua majelis

tinggi.

AHY merespon indikasi kudeta tersebut dengan mengonsolidasikan pengurus

dari berbagai tingkatan. Dikatakan bahwa 100% dari mereka tetap setia mendukung

AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Kasus kudeta di atas mengingatkan kita

kepada lengsernya Anas Urbaningrum dari kursi kepemimpinan Demokrat akibat

konflik internal dalam partai. Kemenangan Anas Urbaningrum dalam Kongres Partai

Demokrat tahun 2010 di Bandung telah menggores hati Susilo Bambang Yudhoyono.

Kekalahan beliau dan jagoannya, Andy Malarangeng membuat SBY mengambil

shortcut untuk melengserkan Anas Urbaningrum.

Jhoni Allen yang juga terlibat dalam KLB Deli Serdang membongkar fakta

bahwa dirinya terlibat dalam rapat pelengseran Anas bersama SBY serta beberapa
12

elite Demokrat lainnya. Degradasi Anas dilakukan melalui beberapa upaya yang

melibatkan banyak pihak. Puncaknya ada pada intervensi KPK oleh SBY untuk

menetapkan status hukum Anas. Hingga akhirnya, SBY berhasil merebut posisi ketua

umum dari Anas Urbaningrum. Cara klasik Demokrat dalam mengatasi konflik

internal dengan pelengseran dan pemecatan sepihak mengakibatkan posisinya

semakin terancam, sedangkan posisi rivalnya akan semakin kuat karena mendapat

dukungan dari musuh. Posisi Partai Demokrat pun akan semakin terpojok, mengingat

ia merupakan oposisi pemerintah.

AHY dicap sebagai politikus karbit. Hal ini dilatarbelakangi oleh indikasi

kepemimpinan AHY yang belum matang dalam mengelola partai. Minimnya

pengalaman AHY dalam menjalankan sebuah partai politik menjadikan AHY belum

siap untuk kemudian menjadi ketua umum dan mengatasi konflik internal dalam

partai. Jika dibandingkan dengan masa kepemimpinan ketua sebelum-sebelumnya,

kepemimpinan AHY tergolong relatif lemah dikarenakan AHY belum mampu

merangkul dan menjalin kedekatan dengan tokoh senior demokrat dan pihak

eksternal.

Krisis yang tak berujung pada Demokrat menandakan bahwa tata kelola partai

demokrat masih buruk dan mengakibatkan keretakan soliditas anggota partai serta

disfungsi Partai Demokrat sebagai oposisi pemerintah. Adanya keterlibatan pihak

eksternal dalam kudeta menunjukkan adanya ketergantungan anggota partai terhadap

sebuah sosok di luar partai yang dianggap lebih sesuai dengan apa yang dibutuhkan

partai karena dalam partai personal, seperti Demokrat, individu dapat menggantikan

pengaruh ideologi. Namun, tidak menutup kemungkinan jika partai tersebut hanya

akan dimanfaatkan sebagai kendaraan politik untuk maju dalam Pilpres 2024. Pilpres
13

2024 memang menjadi target yang nyata bagi demokrat. Namun, melihat internal

partai saat ini, Demokrat lebih baik memprioritaskan penguatan organisasinya

terlebih dahulu melalui manajemen partai politik modern.

Manajemen partai politik yang berkualitas didukung oleh payung hukum yang

baik, dalam hal ini mencakup seluruh aspek terkait partai politik serta aplikatif dalam

permasalahan sehari-hari. Hofmeister and Grabow memberikan sepuluh indikator

yang harus terpenuhi untuk mencapai manajemen partai politik modern, beberapa

diantaranya adalah keanggotaan dan organisasi, para anggota partai, pendidikan dan

pelatihan anggota partai, komunikasi internal dan eksternal, demokrasi internal partai,

serta konflik partai dan resolusi konflik. 10

D. Bidang Kajian dan Metode Studi Komunikasi Politik

Komunikasi politik sebagai bidang kajian pada mulanya berasal dari beberapa

studi, seperti studi retorika, analisis propaganda, studi tentang perubahan sikap, studi

tentang pendapat publik, studi tentang perilaku pemilih, juga studi tentang hubungan

pemerintah dengan media, dan studi tekhnik kampanye. Pada perkemebangannya,

beebrapa studi ini menyatu sebagai bidang studi komunikasi politik denagn

dilengkapi teori-teori kontemporer serta analisis yang lebih komprehensif. Sejak itu

bidang kajian komunikasi politik menjadi sangat luas, karena studi dan pendekatan

tradisional maupun kontemporer masuk di dalamnya dan saling melengkapi. Studi

komunikasi politik menjadi studi yang bersifat ilmiah, sekaligus bisa pula diterapkan

untuk kajian praktis yang berkait dengan strategi memengaruhi opini hingga voting

behavior.

10
Aurellia Shinta, “Pentingnya Manajemen Partai Politik yang Berkualitas”, dikutip dalam:
Kompasiana.com (30 Oktober 2021). Diakses pada Senin, 27 Desember 2021, pkl. 11.45 Wita.
14

Sebagai suatu studi yang bersifat lintas disiplin, komunikasi politik

menggunakan beberapa metode riset dan tekhnik dari berbagai bidang studi. Berbagai

kajian studi lain telah memberikan kontribusi yang penting terhadap perkembangan

studi komunikasi politik. Berikut beberapa studi metode komunikasi politik11:

1. Studi Agregat

Studi ini merupakan cara yang tertua dan paling berguna dalam mempelajari

perilaku politik. Studi agregat mendasarkan pada dat agregat yang menyangkut

pengumpulan atau pemilihan individual atas daerah atau karakteristik sosial tertentu.

Misalnya, membandingkan pola pemberian suara di daerah pedesaan dan perkotaan.

Di Indonesia atau Jawa Timur misalnya, studi semacam ini digunakan untuk

membandingkan perolehan suara di daerah Pedalungan atau wilayah Tapal Kuda

yang kuat ikatan agama Islamnya dan tradisi pesantrennya, dibandingkan dengan

daerah Mataraman yang secara karakteristik keagamaan kurang begitu kuat.

2. Studi Kritis (Cultural Critism)

Cultural Critism mempunyai konsep bahwa kebudayaan selalu memiliki

kaitan erat dengan kegiatan sosial, selanjutnya melalui pemahaman pengalaman

sosial pelbagai kelompok masyarakat secara cermat, kritis dan terarah, berusaha

menjelaskan pola pilihan dan reaksi terhadap media. Metode kritis ini sekarang

banyak dikembangkan dalam kajian terhadap isi media melalui analisis semiotik dan

discource.

3. Studi Analisis Isi (Content Analysis)

11
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Cet. III;
Jakarta: Prenadamedia Group, 2015).
15

Merupakan metode untuk meneliti dan menganalisis suatu isi komunikasi

dalam kurun waktu dan ruang tertentu, dengan maksud untuk mengetahui

kecenderungan pesan-pesan yang disampaikan baik yang tampak maupun yang

tersembunyi. Analisis ini dapat digunakan untuk meneliti komunikasi apa pun, seperti

pidato, dokumen tertulis, foto, surat kabar dan acara televisi. Metode ini digunakan

secara luas untuk meneliti aspek pesan komunikasi.

4. Studi Eksperimental

Studi eksperimental merupakan metode untuk mengetahui hubungan

kausalitas denagn membandingkan antara kelompok eksperimen yang diterpa

variable dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terpaan variable yang

ditentukan. Sebagai contoh, studi kempanye politik terhadap perilaku pemilih.

Sampel dapat diambil dari kelompok yang mendapatkan terpaan kampanye dan

kelompok yang tidak tersentuh kampanye, kemudian dibandingkan hasilnya.

5. Studi Ex Post Facto

Studi ini berhubungan dengan studi eksperimental, namun ada yang berbeda.

Pada eksperimental, peneliti dihadapkan pada masalah “jika X maka Y” dengan

memperkirakan Y dari X yang terkontrol, kemudian mengamati apakah Y terjadi.

Dalam ex post facto, Y diamati dan peneliti menelusuri ke belakang untuk mencari X

yang berlaku sebagai keterangan yang paling masuk akal atas terjdinya Y. pada studi

ini tidak ada kontrol manipuilatif pada salah satu variable, tidak pula melalui suatu

laboratorium. Sebagai contoh, ex post facto ingin diketahui latar belakang terjadinya

pergeseran perolehan suaru pemilu di suatu daerah, maka dengan studi ini diamati

faktor yang terjadi sebelumnya.


16

6. Studi Survei

Metode ini biasanya digunakan untuk menilite populasi yang relative luas

dengan menentukan sampel yang mewakili (representative) dari populasi yang

diteliti. Metode yang biasa digunakan untuk memahami fenomena yang ada di

masyarakat ini, dalam komunikasi politik digunakan untuk studi opini publik atau

polling, dan studi pengaruh media pada masyarakat. Dengan metode survei, hasil

studi dapat ditarik generalisasi deskriptif terhadap objek populasi yang luas.

E. Pengaruh Media Sosial Terhadap Komunikasi Politik

Pengaruh media sosial dalam dunia politik khususnya dalan hal komunikasi

politik, terutama dalam kampanye Pemilu. Penting bagi institusi politik untuk

berpartisipasi aktif dalam komunikasi politik yang berbasiskan media sosial, terutama

dalam kampanye Pemilu. Media sosial selanjutnya menggambarkan sebagai sarana

ideal dan basis informasi untuk mengetahui opini publik tentang kebijakan dan posisi

politik, selain untuk membangun dukungan komunitas kepada politisi yang tengah

berkampanye. Sejumlah penelitian menunjukan politisi di seluruh dunia telah

mengadopsi media sosial untuk menjalin hubungan dengan konstituen, berdialog

langsung dengan masyarakat dan membentuk diskusi politik. Kemampuan

menciptakan ruang dialog antara politisi dengan publik serta menarik minat pemilih

pemula/pemilih muda membuat media sosial semakin penting bagi politisi.

Sebelum menggunakan media sosial para politisi sudah menggunakan internet

untuk berkampanye. Internet bisa menjadi cara yang potensial dalam mendongkrak
17

politik demokrasi massa yang opresif yang menyuarakan suara dari bawah ke atas,

yang kerap dengan power yang dimiliki, dimanfaatkan oleh penguasa untuk

kepentingan golongannya. Internet diharapkan bisa menjadi media bagi mengalirnya

informasi dua arah yang interaktif antara politisi dan pendukungnya. Di Indonesia,

penggunaan internet sebenarnya sudah dimulai sejak pemilu 1997, di mana kontestan

pemilu saat itu: Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia, dan Partai Persatuan

Pembangunan, masing-masing memiliki situs resmi. pada pemilu 2004 dan 2009,

penggunaan internet semakin meningkat pada partai politik, individu calon legislator,

calon presiden dan calon wakil presiden.

Keberhasilan menggunakan media sosial dipandang sebagai salah satu faktor

kesuksesan Barack Obama memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat. Sekitar

30 persen pesan-pesan kampanye Obama disampaikan melalui media baru (Riaz,

2010). Beberapa tahun sebelum Obama, terdapat nama Howard Dean yang mampu

memanfaatkan internet untuk meraih atensi publik AS. Namun saat itu Dean kandas

di konvensi nasional Partai Demokrat (Chavez, 2012). Di Inggris, makin banyak

anggota parlemen menggunakan blog dan Yahoo Groups untuk mengkomunikasikan

ide mereka dan mendengarkan ide orang lain.

Bagaimana dengan di Indonesia? Media sosial memang mulai dilirik dalam

kurun waktu sekitar dua tahun terakhir. Para pendukung Joko Widodo dan Basuki

Tjahja Purnama dalam kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta memanfaatkan

YouTube untuk memposting video kampanye kreatif mereka. Bahkan sempat ada

game online yang memiliki alur cerita seperti game Angry Birds, dengan tokoh utama

Jokowi.12

12
Faridhian Anshari, “Komunikasi Politik di Era Media Sosial”, Jurnal Komunikasi, vol. 8,
no. 1 (2013).
18

DAFTAR PUSTAKA

Nyarwi Ahmad, Manajemen Komunikasi Politik dan & Marketing Politik, Cet. I;
Yogyakarta: Pustaka Zaman, 2012.
Priyono, Pengantar Manajemen, Cet. I; Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2017.
Aplikasi online KBBI V 0.4.0 Beta (40), (Badan Pengembangan Bahasa dan
Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2016-
2020).
Zulkifli AM, Sistem Informasi Manajemen, Bandung, 2009.
Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik, Cet. II; Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2011.
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, Cet.
III; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Aurellia Shinta, “Pentingnya Manajemen Partai Politik yang Berkualitas”, dikutip
dalam: Kompasiana.com (30 Oktober 2021).
Faridhian Anshari, “Komunikasi Politik di Era Media Sosial”, Jurnal Komunikasi,
vol. 8, no. 1 (2013).

Anda mungkin juga menyukai