PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktek keperawatan merupakan program yang menghantarkan
mahasiswa untuk mampu mengelolah kelompok perawat dengan
menggunakan peran dan fungsi manajemen untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien pada tatanan pelayanan keperawatan di tingkat
ruang rawat di rumah sakit (RS), Aspek penting yang harus menjadi perhatian
adalah kemampuan bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi, Praktik
di tekankan pada implementasi peran dan fungsi manajer unit perawatan.
Proses pembelajaran klinik dilakukan melalui role play dan belelajar
berdasarkan hasil studi lapangan.
Lama pembelajaran adalah 1 minggu.
Sebelumnya mengikuti praktik manajemen keperawatan, mahasiswa telah di
harapkan mengikuti mata kuliah manajemen keperawatan.Semua kegiatan
pada mata ajar ini di lakukan di klinik (rumah sakit) kegiatan panjang seperti
presentase kasus dapat dilakukan di ruangan/kampus.
B. TUJUAN
Bertujan untuk mengetahui manajemen keperawatan di Rs
C. Rumusan Masalah
Bagai mana manajemen keperawat pada kasus
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Ketenagaan (M1)
Banyaknya tuntutan masyarakat dengan pelayanan keperawatan serta
munculnya persaingan pada banyak instansi, hal ini mendesak perawat harus
bisa dalam memberikan jasa pelayanan yang berkualitas khususnya
pelayanankeperawatan di ruang rawat inap, pelayanan keperawatan adalah
sesuatu hal yang sangan harus diperhatikan dijaga dan ditingkatkan
kualitasnya sesuai dengan standar yang berlaku, masyarakat selaku konsumen
atau klien dirumah sakitakan merasakan pelayanan keperawatan yang
memuaskan, jika pelayanannya berkualitas.
Yang dimana perawat memiliki peraturan dan jam kerja, dimana shift
kerja akan akan menimbulkan dampak positif dan negative serta dapat
mempengaruhi kinerja dimana shift kerja terbagi menjadi shift pagi, siang dan
malam, diketahui shift malam memiliki beban kerja dan energy yang lebih
dalam memberikan layanan keperawatan karna terjaga.
Adpun manajemen kepala ruang tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya kerja sama serta menyadari posisi dan tanggung jawab yang diberikan
oleh anggota, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses
manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengawasan, ketenagaan sendiri merupakan fungsi manajemen
yang berperan dalam perkerutan, wawancara, seleksi, yang bertujuan dalam
peningkatan layanan keperawatan dan tujuan organisasi.(Ningsih, 2019)
Ada beberapa metode perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan yaitu:
1. Metode rasio
Metode penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat
tidur sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan.
Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.
Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah perawat
secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat di
rumah sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap
unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika kemampuan dan
sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas.
2. Metode need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Sebagai
contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan
pelayanan, mulai dari pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter,
penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya.
Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu
berjalan dengan baik.
3. Metode demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memang nyata dilakukan oleh perawat. Setiap pasien yang masuk ruang
gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
a. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
b. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
c. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit.
4. Metode Gillies
Prinsip perhitungan rumus Gillies, Dalam memberikan pelayanan
keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu sebagai berikut:
a. Perawatan langsung adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat
dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial
care, total care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan
langsung setiap pasien adalah empat jam perhari.
Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
adalah
1) Self care dibutuhkan ½ × 4 jam : 2 jam
2) Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam : 3 jam
3) Total care dibutuhkan 1−1½ × 4 jam : 4−6 jam
4) Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam : 8 jam
b. Perawatan tak langsung yaitu meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang dan menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan.
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi:
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan
5. Metode formulasi nina
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan
tenaga
a. Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien
b. Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien
dalam satu hari. B = A × tempat tidur
c. Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun. C
= B × 365 hari
d. Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang
dibutuhkan selama setahun. D = C × BOR/80, 80 adalah nilai tetap
untuk perkiraan realistis jam perawatan.
e. Tahap V
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan. E = D/1878.
Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365 − 52 hari
minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6
jam).(Nursalam, 2014)
B. Sarana dan prasarana (M2)
Sarana prasarana adalah segala macam alat yang digunakan dalam
kegiatan pelayanan kesehatan, dalam daftar istilah kesehatan dikenal pula
dengan sebutan alat bantu medis yaitu segala macam peralatan yang dipakai
tenaga medis untuk membantu memudahkan melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan, jadi sarana kesehatan adalah segala macam peralatan yang
digunakan tenaga medis untuk memudahkan penyampaian pelayanan
kesehatan, lalu dapat dirumuskan bahwa prasarana kesehatan adalah segala
macamperalatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan petugas rs
untuk memudahkan penyelenggara Rs(Fragawati, 2019)
C. Model praktek pelayanan profesional(metode kasus,tim dan primer)
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada
dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan yaitu:
1. Fungsional (bukan model MAKP)
metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat
itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan
saja(Nursalam, 2015)
Kelebihannya:
a. kelebihanannya:
1) manajemen klasik yang menekankan efesiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
2) sangat baik untuk rumas sakit yang kekurangan tenaga
3) perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
b. Kelemahan
1) tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan
3) persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien,
perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini bias digunakan pada pelayanan keperawatan di unit
rawat inap, untuk rawat jalan, dan unit gawat darurat(Nursalam, 2015)
adapun metode tim
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang
kelebihannya:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di
atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada wakt-waktu sibuk
Konsep metode tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
c. Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruangan:
a. Perencanaan
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat transisi,
dan persiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan
5) Melaksanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah,
serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi kperawatan dan rumah
sakit.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang dilakukan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas dan mengatur tenaga yang ada setiap hari
6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada ditempat
kepada ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepala ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien\
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien
2) Melalui supervisi
3) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan,
dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga
4) Pengawasan tidak langsung yaitu dengan cara mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan(didokumentasikan) mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksana tugas.
5) Evaluasi
6) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
Kepala ruangan
3. MAKP primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat(Nursalam, 2015)
a. Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit(Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhnya kebutuhan secara individu, selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi,
dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasi mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang slalu
diperbarui dan komprehensif.
b. Kelemahannya
Kelemahannya hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
ilmu.
c. Konsep dasar metode primer
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
d. Tugas perawat primer
1) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4) Mengomunikasikan dan mengordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Meniapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinis
10) Mengadakan kunjungan rumah
e. Peran kepala ruangan/dalam metode primer
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan/menyelenggarakan pengambilan staf
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
f. Ketenagaan metode primer
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau slalu berada
dekat dengan pasien
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofessional sebagai perawat asisten
4. MAKP kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya, metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan.(Nursalam, 2015)
a. Kelebihan MAKPkasus
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) System evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
b. Kekurangan MAKPkasus
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
Kepala ruang
2. Tijuan
Menerapkan sistem Dokumentasi keperawatan dengan benar di Ruang
X RSU Y.
3. Tujuan Khusus
a. Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses
keperawatan).
1) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan.
2) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
3) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan.
4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan.
5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan.
b. Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat.
c. Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan
perencanaan pulang.
d. Mendokumentasikan timbang terima (pergantian sif/jaga).
e. Mendokumentasikan kegiatan supervisi.
f. Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui
ronde keperawatan.
4. Manfaat
a. Sebagai alat komunikasi antarners dan dengan tenaga
kesehatan lain.
b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum.
c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu
keperawatan.
e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan
keperawatan.
5. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan data, kriteria, yaitu LLARB: Legal, Lengkap,
Akurat, Relevan, dan Baru.
b. Pengelompokan data, kriterianya adalah sebagai berikut.
1) Data biologis: hasil dari
a) observasi tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
melalui IPPA (inspeksi, perkusi, palpasi,
auskultasi)
b) pemeriksaan diagnostik/penunjang, yaitu
laboratorium dan rontgen.
2) Data psikologis, sosial, dan spiritual melalui wawancara.
3) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS
(review of sistem) yang meliputi data demografi pasien,
riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang/diagnostik. Keterangan
lengkap seperti pada lampiran
6. Diagnosis Keperawatan
Kriteria antara lain sebagai berikut.
a. Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk
menentukan kesenjangan.
b. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang ners.
d. Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.
7. Perencanaan
Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas:
a. Prioritas masalah
Kriteria antara lain sebagai berikut.
1) Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas
utama.
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan
prioritas kedua.
3) Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga.
b. Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART (Specific
Measurable Achievable Reasonable Time)
Kriteria (NOC—Nursing Outcome Criteria) disesuaikan
standar pencapaian, antara lain sebagai berikut.
1) Tujuan dirumuskan secara singkat.
2) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
3) Spesifik pada diagnosis keperawatan.
4) Dapat diukur.
5) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6) Ada target waktu pencapaian.
c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention
Classification) yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan
setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga
komponen, meliputi DET tindakan keperawatan, yaitu sebagai
berikut.
1) Diagnosis/Observasi.
2) Edukasi (HE).
3) Tindakan independen, dependen, dan interdependen.
4) Kriteria meliputi hal sebagai berikut.
5) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
6) Merupakan alternatif tindakan secara tepat.
7) Melibatkan pasien/keluarga.
8) Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya
pasien/keluarga.
9) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang
berlaku.
10) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
11) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber
daya, dan fasilitas yang ada.
12) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
13) Menggunakan formulir yang baku.
J. Supervisi
1. pengertian supervisi
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama, Supervisi
keperawatan adalah suatu proses bentuk dari kegiatan manajemen
keperawatan yang bertujuan dalam pemenuhan dan peningkatan
pelayanan untuk klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugas(Pratama, 2020)
Seorang supervisi keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari harus memiliki kemampuan yaitu memberikan pengarahan dan
petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana
keperawatan, memberikan saran, nasehat, bantuan kepada staf dan
pelaksana keperawatan dan memberikan motivasi untuk meningkatkan
semangat kerja, dan memberikan pelatihan dan bimbingan yang
diperlukan oleh pelaksana keperawatan, melakukan penilaian terhadap
penilaian kinerja perawat agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih
baik(Gina & Sembiring, 2000)
2. Tujuan supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
3. Prinsip supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas, dan motivasi
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.
4. Pelaksana supervisi
a. Kepala Ruang
1) bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan
2) merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
3) mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang didelegasikan
b. Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya
c. Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan
tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung
K. Indikator mutu
1. BOR (BED OCCUPANCY RATE)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan
menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit(Dedi,
2019)
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2005).
Rumus :
( jumlah hari perawatan di rumah sakit )
BOR= x100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode)
6. BTO
Bed Turn Over (BTO) = angka perputaran tempat tidur adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, yakni berapa kali
TT dipakai dalam satu waktu tertentu, Idealnya 1 TT pamakaiannya
rata-rata 40-50 kali/ tahun
( Jmlh klien keluar( hidup+ mati))
¿
jumlah TT
BAB III
A. Identifikasi Masalah
1. Ketenagaan
Tabel 1.1
Jawaban
Pertanya Total
SK C B SB
an
N % n % N % n % n %
11,1 88,9
1 0 0% 1 8 0 0% 9 100%
% %
66,7 22,2
2 0 0% 6 2 1 11,1% 9 100%
% %
22,2 55,6
3 0 0% 2 5 2 22,2% 9 100%
% %
33,3 33,3
4 0 0% 3 3 3 33,3% 9 100%
% %
66,7 22,2
5 1 11,1% 6 2 0 0% 9 100%
% %
44,4 33,3
6 2 22,2% 4 3 0 0% 9 100%
% %
66,7 22,2
7 0 0% 6 2 1 11,1% 9 100%
% %
66,7% 3 33,3
8 6 0 0% 0 0% 9 100%
%
Sumber : Data Primer 2021
Dari tabel 3.1 dapat disimpulkan kurang optimalnya tata letak gedung, Belum
optimalnya fasilitas di ruangan di Rs x, tidak optimalnya pelaksanaan kegiatan
untuk perawatan di ruangan pada Rs x, kurangnya pengetahuan perawat
tentang penggunaan alat, belum optimalnya persediaan consumable di Rs,
belum optimalnyaadministrasi penunjang.
3. Model Praktek Pelayanan Profesional
Tabel 3
Jawaban
Total
Pertanyaan Ya Tidak
N % N % n %
Model Asuhan Keperawatan Yang Digunakan
Secara keseluruhan responden menjawab bahwa model asuhan
1
keperawatan yang digunakan yaitu metode modular
2 9 100% 0 0% 9 100%
3 9 100% 0 0% 9 100%
4 9 100% 0 0% 9 100%
Efektifitas dan Efisiensi Model Keperawatan
Secara keseluruhan responden menjawab bahwa model
1 keperawatan yang digunakan dapat mengurangi lama hari rawat
inap dengan rerata hari rawat inap yaitu 3 hari
2 9 100% 0 0% 9 100%
3 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
4 2 22,2% 7 77,8% 9 100%
5 3 33,3% 6 66,7% 9 100%
Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
1 9 100% 0 0% 9 100%
2 9 100% 0 0% 9 100%
3 9 100% 0 0% 9 100%
Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas
Sebesar 11,1% responden menjawab berperan sebagai kepala
ruangan yang mengkoordinir dan menfasilitasi sarana dan
prasarana bagi perawat dalam melaksanakan askep dan
1 mengawasi proses jalannya askep. Sebesar 44,4% responden
menjawab berperan sebagai perawat penanggung jawab
sekaligus perawat pelaksana serta sebesar 44,4% responden
menjawab hanya berperan sebagai perawat pelaksana.
2 9 100% 0 0% 9 100%
3 9 100% 0 0% 9 100%
Sumber : Data Primer 2021
Dari table 3.1 pada model praktek pelayanan dapat di simpulkan bahwa kurang
optimalnya model keperawatan yang di gunakan saat ini di karenakan masih
menyulitkan dan memberikan beban berat kerja bagi perawat, kurang optimalnya
model yang digunakan karana memberatkan pembiayaan saat ini dan
memberikan kritikan dari pasien pada ruangan, dan kurang optimalnya juga
model yang di gunakan karena banyak keritikan dari pasien .
4. Timbang Terima
Tabel 4
Jawaban
Pertanyaa Total
Ya Tidak
n
N % N % N %
Sebesar 11,1% responden menjawab bahwa timbang terima
1 dilakukan hanya 1 kali dan sebesar 88,9% responden menjawab
bahwa timbang terima dilaksanakan 3 kali.
Sebesar 88,9% responden menjawab bahwa timbang terima
2 dipimpin oleh perawat penanggung jawab dan sebesar 11,1%
menjawab tidak tahu.
Sebesar 88,9% responden menjawab bahwa rekam medis yang
3 harus dipersiapkan dalam pelaksanaan timbang terima dan
sebesar 11,1% menjawab tidak tahu.
Sebesar 77,8% responden menjawab bahwa hal yang harus
disampaikan dalam pelaporan timbang terima yaitu jumlah
pasien, nama pasien, umur, diagnosa, DJPJP, kondisi pasien,
4 lama perawatan, intervensi yang telah diberikan, terapi medikasi.
Sebesar 11,1 % menjawab hal yang harus disampaikan yaitu
BOR ruangan, jumlah pasien dan intervensi yang telah dan akan
diberikan dan sebesar 11,1% menjawab tidak tahu
Sebesar 77,8% responden menjawab tahu tentang teknik
5 pelaporan timbang terima ketika berada di depan pasien dan
sebesar 22,2% menjawab tidak tahu.
Sebesar 66,7% responden menjawab bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mengunjungi masing-masing pasien yaitu 3
6
menit, sebesar 22,2% menjawab 10 menit dan 11,1% menjawab 5
menit
7 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
8 7 77.8% 2 22.2% 9 100%
9 9 100% 0 0% 9 100%
10 1 11.1% 8 889% 9 100%
11 6 66.7% 3 33.3% 9 100%
12 8 88.9% 1 11.1% 9 100%
13 7 7.8% 2 22.2% 9 100%
Dari data table 4.1 Jadi dapat di simpulkan timbang terima di Rs x kurang
optimal atau belum bagus. Dan Belum optimalnya pendokumentasian laporan
timbang terima.
5. Ronde Keperawatan
Tabel 5
Jawaban
Total
Pertanyaan Ya Tidak
N % N % N %
Sebesar 66,9% responden menjawab bahwa timbang terima
1 dilaksanakan 1 kali dalam sebulan, 11,1% menjawab 2-4 kali
dalam sebulan dan 22,2% menjawab tidak tahu
2 9 100% 0 0% 9 100%
444
3 4 44,4% 5 55,6% 9 100%
4 6 66.7% 3 33.3% 9 100%
5 3 33.3% 6 66,7% 9 100%
6 1 11.1 % 8 88.9% 9 100%
7 3 33.3% 6 66,7% 9 100%
Sumber : Data Primer 2021
Tabel 6
Jawaban
Total
Pertanyaan Ya Tidak
n % n % N %
Pengadaan Sentralisai Obat
Sebesar 44,4% responden mejawab bahwa sentralisasi obat
merupakan pengelolaan seluruh obat pasien yang akan
diberikan kepasien oleh perawat. Sebesar 11,1% menjawab
bahwa pengelolaan seluruh obat yang dilakukan perawat untuk
1
administrasi kepasien yang prosesnya dilakukan dengan teknik
6 benar. Sebesar 22,2% menjawab tempat pengelolaan obat
yang akan diberikan kepasien dan sebesar, 22,2% menjawab
tidak tahu.
Sebesar 22,2% responden menjawab bahwa farmasi dan karu
2 yang melakukan pengadaan obat, 22,2% menjawab karu, 33,3%
menjawab karu dan PJ dan sebesar 11,1% menjawab tidak tahu
3 6 66.7% 3 33.% 9 100%
4 8 88.9% 1 11.1% 9 100%
5 8 88.9% 1 11.1% 9 100%
Alur Penerimaan Obat
1 4 44.4% 5 55.6% 9 100%
Sebesar 11,1% menjawab proses penerimaan obat yaitu obat
yang diterima disimpan dikotak obat tiap pasien dan akan
diberikan sesuai dengan jadwal pemberian obat. 11,1%
menjawab perawat memberikan langsung obat ke kamar pasien.
Sebesar 22,2% menjawab perawat mencocokkan nama pasien,
No. RM, TTL pasien, jikan semua cocok obat diberikan
2 kepasien. Sebesar 11,1% menjawab perawat mengambil
persediaan oabat diapotik kemudian dicatat dalam daftar
pemberian obat dan disimpan dalam masing-masing kotak obat
pasien. Sebesar 11,1% menjawab perawat mengisi form obat
yang ditanda tangani oleh keluarga pasien dan mencatat obat
dan dosis kemudian diteruskan ke DPJP. Dan sebesar 33,3%
responden menjawab tidak tahu
Cara Penyimpanan Obat
1 Sebesar 44,4% responden menjawab kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung sebtralisasi obat cukup lengkap
disediakan kotak obat tiap pasien dengan pemberian label tiap
kotak da nada juga kulkas untuk obat, 22,2% menjawab tidak
memadai dan sebesar 33,3% menjawab tidak tahu.
2 7 77.8% 2 22.25% 9 100%
3 9 100% 0 0% 9 100%
4 9 100% 0 0% 9 100%
Cara Penyiapan Obat
1 4 44.4% 5 55.6% 9 100%
2 9 100% 0 0% 9 100%
Tabel 7
Pertanyaan Jawaban
Total
Ya Tidak
N % N % N %
Secara keseluruhan responden menjawab pada saat melakukan
penerimaan pasien mereka mendengarkan operan yang dilakukan oleh
1
petugas yang membawa psien keruangan dan melakukan kembali validasi
laporan yang diterima
Sebesar 88,9% responden menjawab bahwa teknik yang digunkan saat
2 pelaksanaan PBB yaitu dilakukan secara lisan dan tertulis. Sebesar 11,1%
menjawab dilakukan dengan lisan
3 9 100% 0 0% 9 100%
4 3 33.3% 6 66.7% 9 100%
5 6 66.7% 3 33.3% 9 100%
6 7 77.8% 2 22.2% 9 100%
Sumber : Data Primer 2021
Dari tabel 7 dapat disimpulkan Belum optimalnya pembagian tugas di Rs.X Dan
belum optimalnya pendukomentasian di Rs.X
8. Discharge Planning
Tabel 8
Pertanyaa Jawaban
n Total
Ya Tidak
n % N % n %
1 9 100% 0 0% 9 100%
2 9 100% 0 0% 9 100%
3 5 55,6% 4 44,4% 9 100%
4 4 44,4% 5 55,6% 9 100%
5 1 11,1% 8 88,9 9 100%
6 7 77,8% 2 22,2% 9 100%
Sebanyak 33,3% responden menjawab discharge planning
dilakukan mulai pasien masuk RS sampai pasien akan keluar RS
7
dan sebesar 66,7% responden menjawab discharge planning
dilakukan saat pasien akan keluar RS.
8 Secara keselruhan responden menjawab bahwa pada saat
melakukkan discharge planning mereka memberikan penjelasan
mengenai obat yang dikonsumsi, diet, jadwal control, dan
rencana asuhan dirumah (nutrisi, aktivitas, pola tidur)
9 Sebesar 22,2% responden menjawab bahwa discharge planning
dilaksanakan oleh perawat yang bertugas baik perawat PJ
maupun PA. dan sebesar 77,8% responden menjawab tidak tahu
10 Sebesar 88,9% responden menjawab bahwa teknik yang
digunakan saat pemberian discharge planning pada pasien yaitu
dengan lisan dan tertulis. Sebesar 11,1% menjawab dengan lisan
Secara keseluruhan responden menjawab bahwa menggunkan
11
Bahasa Indonesia saat melakukan discharge planning ke pasien.
Dari tabel 8.1 Belum optimalnya pembagian tugas Discharge planning, belum
optimalnya penggunaan bahasa dalam melakukan Discharge planning di Rs x,
belum optimalnya melakukan pendokumentasian di ruangan pada Rs x, Belum
optimalya melakukan discharge planning saat pasien akan keluar, Belum optimal
operasional pemberian tugas Discharge Planning di Rs x.
9. Dokumentasi Keperawatan
Tabel 9
Pertanyaan Jawaban
Total
Ya Tidak
n % N % N %
Sebesar 77,9% responden menjawab model dokumentasi yang
1
digunakan yairu SBAR dan sebesar 22,2% menjawab tidak tahu
2 9 100% 0 0% 9 100%
3 9 100% 0 0% 9 100%
4 9 100% 0 0% 9 100%
5 9 100% 0 0% 9 100%
6 0 0% 9 100% 9 100%
7 0 0% 9 100% 9 100%
Sumber : Data Primer 2021
Tabel 10
Jawaban
Total
Pertanyaan Ya Tidak
n % n % N %
1 9 100% 0 0% 9 100%
2 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
3 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
4 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
5 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
6 7 77,8% 2 22,2 9 100%
7 8 88,9% 1 11,1% 9 100%
Sebesar 44,4% responden menjawab bahwa supervise dilakukan
8 1 kali sebulan, sebesar 22,2% menjawab 3 bulan sekali, 11,1%
menjawab 6 bulan sekali dan 22,2% menjawab tidak tahu
Sebesar 44,4% responden menjawab bahwa yang melakukan
supervisi yaitu manager keperawatan, 33,3% menjawab manager
9
keperawatan dan kepala ruangan, dan 22,2% menjawab tidak
tahu.
Secara keseluruhan responden menjawab tidak tahu alur
10
supervise yang ada diruangan.
1. Strength (kekuatan)
a. Adanya visi misi sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan di Rs X
b. Adanya struktur organisasi untuk bidang keperawatan di Rs X
c. Setiap jabatan memiliki uraian tugas, tanggungjawab dan wewenang
tersendiri di Rs X
d. Adanya persediaan sarana di Rs
2. Weakness ( Kelemahan)
1. Belum optimalnya pembagian tugas yang dilakukan di ruangan Rs X
2. Belum optimalnya kinerja perawat primer atau ketua tim di Rs X
3. Belum optimalnya fasilitas diruangan di Rs X
4. Pelaksanaan kegiatan untuk perawatan diruangan belum optimal di Rs X
5. Kurang pengetahuan tentang penggunaan alat di Rs X
6. Belum optimalnya administrasi penunjang di Rs X
7. Belum optimalnya timbang terima di Rs X
8. Belum optimalnya pendokumentasian laporan timbang terima
9. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan ronde kperawatan di Rs X
10. Kurangnya pengetahuan keluarga pasien tentang ronde keperawatan di Rs
X
11. Belum optimal pembentukan pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan di
Rs X
12. Belum optimal kemampuan perawat melaksanakan kegiatan ronde
keperawatan di Rs X
13. Belum optimal persetujuan sentralisasi obat pada alur penerimaan obat di
Rs X
14. Kurang optimal penginformasian pada cara penyiapan obat di Rs X
15. Belum optimal pembagian tugas pada penerimaan pasien baru
16. Be;um optimal bahasa yang digunakan oleh perawat dalam melakukan
discharge planing
3. Opportunity ( peluang )
a. Adanya kepercayaan pasien terhadap ruangan di Rs X
b. Penggunaan bahasa yang digunakan perawat mudah dipahami oleh pasien
4. Treathened (Ancaman)
a. Belum optimal dan kurangnya fasilitas dalam ruangan untuk perawatan
pasien sesuai dengan standar yang berlaku
b. Kurang lengkapnya peralatan kesehatan dalam ruangan untuk perawatan
pasien
c. Model yang digunakan memberikan pembiayaan, pemberian kritikan dari
pasien pada ruangan
d. Belum optimal kelengkapan sarana dan prasarana untuk sentralisasi obat
di Rs X
e. Belum optimal teknik yang digunakan dalam pelaksanaan penerimaan
pasien baru
C. Analisis SWOT
Total 1 3,2
2 Weakness
1. Belum optimalnya 0,06 1 0,06
pembagian tugas yang
dilakukan di ruangan Rs X
2. Belum optimalnya kinerja 0,07 1 0,07
perawat primer atau ketua
tim di Rs X
3. Belum optimalnya fasilitas 0,07 1 0,07
diruangan di Rs X
0,08 2 0,16
4. Pelaksanaan kegiatan untuk
perawatan diruangan belum
optimal di Rs X 0,06 2 0,12
5. Kurang pengetahuan tentang
penggunaan alat di Rs X
6. Belum optimalnya 0,06 1 0,06
administrasi penunjang di Rs
X
7. Belum optimalnya timbang 0,05 1 0,05
terima di Rs X
8. Belum optimalnya 0,06 1 0,06
pendokumentasian laporan
timbang terima
0,06 2 0,12
9. Kurang pengetahuan tentang
pelaksanaan ronde
kperawatan di Rs X 0,06 2 0,12
10. Kurangnya pengetahuan
keluarga pasien tentang
ronde keperawatan di Rs X 0,07 1 0,07
11. Belum optimal pembentukan
pelaksanaan kegiatan ronde
keperawatan di Rs X 0,06 1 0,06
12. Belum optimal kemampuan
perawat melaksanakan
kegiatan ronde keperawatan
di Rs X 0,07 1 0,07
13. Belum optimal persetujuan
sentralisasi obat pada alur
penerimaan obat di Rs X 0,07 2 0,14
14. Kurang optimal
penginformasian pada cara 0,05 1 0,05
penyiapan obat di Rs X
15. Belum optimal pembagian
tugas pada penerimaan 0,05 1 0,05
pasien baru
16. Belum optimal bahasa yang
digunakan oleh perawat
dalam melakukan discharge
planning
1 1,33
Total
3 Eksternal Faktor (EFAS) O-T=
Opportunity 3,4-1,62
1. Adanya kepercayaan pasien 0,6 3 1,8 1,78
terhadap ruangan di Rs X
2. Penggunaan bahasa yang 0,4 4 1,6
digunakan perawat mudah
dipahami oleh pasien
Total 1 3,4
4 Treathened
1. Belum optimal dan 0,22 2 0,44
kurangnya fasilitas dalam
ruangan untuk perawatan
pasien sesuai dengan standar
yang berlaku
2. Kurang lengkapnya peralatan 0,18 1 0,18
kesehatan dalam ruangan
untuk perawatan pasien
3. Model yang digunakan 0,22 2 0,44
memberikan pembiayaan,
pemberian kritikan dari
pasien pada ruangan
4. Belum optimal kelengkapan 0,20 1 0,2
sarana dan prasarana untuk
sentralisasi obat di Rs X
5. Belum optimal teknik yang 0,18 2 0,36
digunakan dalam
pelaksanaan penerimaan
pasien baru
1 1,62
Total
D. Diangram Layang
Ronde Keperawatan
Timbang terima
Gina, N., & Sembiring, C. (2000). Relasi Antara Supervisi Dengan Kualitas
Pendokumentasian dalam Asuhan Keperawatan.