STATUS PASIEN
I. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn.P/ Laki-laki/ 54 tahun
b. Pendidikan/Pekerjaan : SMA/ Staf Dinas Kehutanan
c. Alamat : RT 18 Kel Payo Lebar
1
berfungsi baik dan tidak terdapat genangan air ataupun tumpukan
sampah. Rumah pasien berada pada lingkungan dengan relief
permukaan tanah yang relatif tidak rata. Akses rumah pasien cukup
baik, karena langsung berada di tepi jalan raya.
2
Ruang Dapur Ruang makan sekaligus garasi
3
sebanyak lebih dari tiga kali pasien terbangun untuk buang air kecil.
Pasien juga mengeluh badan sering terasa lemas. Keinginan untuk terus
makan (+). Penurunan berat badan drastis (-), demam (-), maag (-).
Sekitar 6 bulan kemudian Os berobat ke Puskesmas dan dinyatakan
menderita diabetes mellitus tipe 2. Pasien rutin berobat dan kontrol, pasien
mendapatkan pengobatan obat metformin tablet 500 mg sebanyak 3 x 1,
glimepiride 2 mg sebanyak 1 x 1.
Pada pengambilan kontrol bulan ini di Puskesmas Simpang Kawat,
pasien mengaku terkadang merasa kesemutan yang hilang timbul pada
kedua ujung kaki sejak kurang lebih 1 minggu sebelum datang ke
Puskesmas. Kelemahan anggota gerak (-), gangguan BAB dan BAK (-),
demam (-), pengelihatan kabur (-), nyeri tungkai saat berjalan jauh (-),
luka yang sulit sembuh (-).
4
mengaku di keluarga biasa makan makanan yang bersantan dan berlemak
dan juga pedas.
Sejak muda pasien mengaku sangat sering makan gula-gula dan
minuman peningkat stamina, karena profesinya sebagai staf yang bertugas
jasa antar di departemen kehutanan. Pasien juga mengaku memang jarang
berolah raga.
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
IMT : BB 65 kg,TB: 161 cm 25.07 (obesitas derajat I)
Tanda vital : TD 130/80 mmHg, nadi 84 x/i, RR 16 x/i, suhu
36,7º C
Kepala : Normocepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek
cahaya +/+, reflek kornea +/+
Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperamis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorak :
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
5
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II line parasternal sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ektremitas : Akral hangat, CRT <2s, edema -/-, luka (-)
6
Glukosa sewaktu : 192 mg/dL
14. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
yang diderita pasien
Menjelaskan aktifitas fisik yang sebaiknya dilakukan oleh pasien
seperti berjalan cepat selama minimal 30 menit, 2 sampai 3 kali
dalam satu minggu
Menjelaskan kisaran berat badan ideal yang harus dicapai yaitu
sekitar 54 kg
Menjelaskan komplikasi terutama yang bersifat akut yang
mungkin terjadi pada pasien seperti hipoglikemi dan ketoasidosis
Tidur yang cukup dan berkulitas minimal 7 jam sehari.
Mulai membiasakan pola makan sehat, perbanyak makanan buah
dan sayur.
Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah.
b. Preventif :
7
Hindari asupan makanan yang tinggi gula dan lemak seperti
makanan yang bersantan atau makanan yang digoreng dan
makanan minuman kemasan.
Batasi makanan karbohidrat terutama karbohidrat sederhana
seperti nasi putih, roti dan mie. Sebaiknya diganti dengan
karbohidrat komplek seperti oatmeal, gandum, nasi merah, dll.
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, namun hindari penggunaan
alas kaki yang tajam dan selalu melakukan perawatan kaki
c. Kuratif :
- Non medikamentosa :
a. Terapi gizi medis Diet DM = 1700 Kkal
- Medikamentosa :
1) Metformin 3 x 500 mg sesudah makan
2) Acarbose 3 x 50 mg
3) Vitamin B kompleks 1 x 1
- Obat Tradisional :
Kayu Manis
Ekstrak kulit kayu manis dapat menurunkan kadar glukosa
pada uji toleransi glukosa. Efek hipoglikemik diduga melalui
peningkatan sekresi insulin. Senyawa sinamitanin B1 yang
diisolasi dari kulit kayu manis memperlihatkan efek
antihiperglikemik. Dapat dikonsumsi sejumlah 2 x 500 mg ekstrak
kayu manis per hari.
d. Rehabilitatif
Melakukan pengecekan kadar kolesterol dan gula darah berkala
paling tidak 1 bulan sekali
Kontrol ulang di tempat pelayanan kesehatan terdekat jika keluhan
semakin memburuk.
8
Puskesmas Resep Ilmiah 1
Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa 9 Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua – duanya. 1
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM 1
10
Sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM
2.4 Epidemiologi
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidens dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup
besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi
kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030. Laporan dari hasil penilitian di berbagai daerah di Indonesia
yang dilakukan pada dekade 1980 menunjukkan sebaran prevalensi DM tipe-2
antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil
penelitian pada era 2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam.
Sebagai contoh penelitian di Jakarta (daerah urban) dari prevalensi DM 1,7% pada
tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8% pada
tahun 2001 di daerah sub-urban Jakarta.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan
penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa.
Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah
8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola
pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta
11
penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada
urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang
diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
12
b. Metabolisme perubahan asam lemak tak jenuh (FSADS1)
c. Disregulasi metabolisme lemak (PPARG)
d. Penghambatan pelepasan serum glukosa (KCNJ11)
e. Peningkatan adiposa dan resistensi insulin (FTO dan IGF2BP2)
f. Pengendalian perkembangang struktur pankreas, termasuk sel-sel beta
g. Transportasi zinc ke dalam sel beta, yang mempengaruhi produksi dan
sekresi insulin (SLC30A8)
h. Kelangsungan hidup dan fungsi sel beta-islet (WFS1)
2. Patofisiologi
Pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi autoimun yang menyebabkan terjadi
kerusakan pada sel β pankreas sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
absolut. Akibat dari tidak adanya insulin, jaringan tidak dapat mengambil glukosa
yang terdapat di dalam darah sehingga timbul kondisi hiperglikemia. Akibatnya,
sel kekurangan energi dan menimbulkan respons glikogenolisis, glukoneogenesis,
dan lipolisis untuk menghasilkan glukosa untuk energi. Keadaan ini justru akan
memperparah hiperglikemia dan menimbulkan asidosis melalui peningkatan
produksi bahan keton. Penghancuran protein dan lemak tubuh berakibat pada
penurunan berat badan (wasting) dan asidosis menyebabkan vasodilatasi dan
hipotermia. Sebagai bentuk kompensasi tubuh terhadap asidosis yang terjadi,
timbul hiperventilasi pada pasien, yang bertujuan untuk mengurangi asidosis
dengan jalan membuangnya melalui karbonn dioksida. Penurunan keadaan
13
anabolik dan hiperglikemia menyebabkan fatigue. Glukosa diekskresikan dari
tubuh melalui urin dalam bentuk diuresis yang selanjutnya dapat menyebabkan
kehilangan cairan dan garam tubuh sehingga pasien menjadi dehidrasi, selalu
merasa haus dan akhirnya akan minum air dalam jumlah yang banyak
(polidipsia).4,5,8,9
Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 merupakan sebuah kondisi dimana
terjadi resistensi insulin di perifer dan sekresi insulin yang inadekuat. Pada
dasarnya, jika terjadi resistensi insulin namun sekresinya masih adekuat maka
kondisi tersebut belum bisa dikatakan sebagai diabetes mellitus tipe 2. Resistensi
insulin perifer dapat diinduksi melalui banyak faktor, misalnya diet tinggi kalori,
rendahnya aktivitas fisik, dan pemberian obat-obat steroid. Resistensi insulin akan
mengakibatkan kenaikan jumlah asam lemak bebas dan sitokin proinflamasi
plasma sehingga terjadi peningkatan pemecahan cadangan glukosa di hati,
pemecahan lemak, dan berkurangnya transport glukosa ke sel otot. Pada diabetes
mellitus tipe 2, terjadi parakrinopati pulau, dimana jumlah glukagon yang
diproduksi lebih banyak daripada jumlah insulin yang diproduksi. Akibatnya
timbul suatu kondisi yang disebut hiperglukagonemia dan berakibat pada
hiperglikemia 6,7,8
Pada kasus diabetes mellitus, dapat terjadi berbagai komplikasi, seperti
neuropati, nefropati, retinopati, gangren diabetikum, koma, dll. Neuropati yang
terjadi akibat komplikasi diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi neuropati
sensorik-autonom dan neuroati motorik. Neuropati sensorik terjadi akibat
akumulasi sorbitol di saraf sensorik perifer yang menyebabkan terjadinya
degenerasi akson dan demielinisasi segmen. Sedangkan neuropati motorik dan
mononeuropati kranial terjadi akibat terjadi gangguan dari pembuluh darah yang
menyuplai saraf. Komplikasi lainnya yang ditimbulkan oleh diabetes mellitus
adalah nefropati diabetik. Nefropati diabetik terjadi akibat adanya penebalan dari
dinding arteriol dan kapiler renal. Akibatnya, terjadi berbagai kondisi, seperti
Hyalinisasi glomerular, proteinemia, dan gagal ginjal kronik 4,6,7,8,9
14
2.6 Diagnosis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut
di bawah ini.
15
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
16
Pemeriksaan fisik :
pengukuran tinggi dan berat badan
pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam
posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik
pemeriksaan funduskopi
pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
pemeriksaan jantung
evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
17
pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan
insulin) dan pemeriksaan neurologis
tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
pemeriksaan penunjang :
Gula darah puasa dan 2 jam Post prandial
HbA1c
Profil lipid pada keadaan puasa ( kolesterol total, HDL,LDL, trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen dan protein dalam urin
EKG
Foto X-ray dada
2.7 Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup
penyandang diabetes.
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
glukosa darah
Jangka panjang : tercehag dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan
adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM
18
1. Farmakologis
Obat hipoglikemik oral :
Pemicu sekresi insulin : Sulfunilurea dan glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindon
Penghambat glukoneogenesis ( metformin)
Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
Cara pemberian OHO, terdiri dari :
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir
maksimal
Sulfonilurea generasi I & II : 15-30 menit sebelum makan
Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makan
Repaglinid, nateglinid : sesaat/sebelum makan
Metformin : sebelum/pada saat/ sesudah makan
Penghambat glukoksidase : bersama makan suapan pertama
19
Tiazolidindon : tidak bergantung pada jadwal makan
Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
2. Nonfarmakologis
1. Terapi gizi medis (TGM)
Merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci
keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim ( dokter, ahli gizi, petugas kesehatan lain, pasien itu sendiri)
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi
Prinsip pengaturan makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.
2. Meningkatkan aktivitas jasmani
Prinsip latihan jasmani bagi diabetes yakni :
20
1) Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan
teratur 3-5 kali per minggu
2) Intensitas : ringan dan sedang (50-70% maximum heart rate)
3) Durasi : 30-60 menit
4) Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan
bersepeda.
3. Edukasi
Mengikuti pola makan sehat
Meningkatkan kegiatan jasmani
Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara
aman, teratur
Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada
Melakukan perawatan kaki secara berkala
Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut dengan tepat
Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak
keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes.
Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
terjadinya kecemasan
Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal hal
sederhana
Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan
simulasi
Melibatkan keluarga dalam proses edukasi
Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
21
2.8 Komplikasi
Apabila diabetes melitus tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai
macam komplikasi sebagai berikut:
Akut
Hipoglikemi
Ketoasidosis Diabetik
Hiperosmolar non Ketotik
Kronik
Makrovaskular
Cerebrovascular disease
Coronary Arterial disease
Peripheral arterial disease
Mikrovaskular
22
Retinopati diabetik
Nefropati diabetic
Neuropati perifer
BAB III
ANALISIS KASUS
23
Pasien merupakan seorang suami yang tinggal bersama satu istri dan tiga
anaknya yang kesemuanya laki-laki. Istri pasien seorang ibu rumah tangga, dua
anaknya telah bekerja dan berkeluarga, tinggal dan bekerja di luar kota.
Sedangkan anak bungsu berstatus sebagai mahasiswa. Hubungan pasien dengan
istri dan anak-anaknya cukup harmonis. Namun hal ini tidak berpengaruh
terhadap keluhan pasien.
24
Analisis untuk mengurangi paparan
Pasien harus diberikan edukasi berupa menjelaskan kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakit yang diderita pasien. Hindari asupan makanan
yang tinggi gula dan lemak seperti makanan yang bersantan atau makanan yang
digoreng dan makanan minuman kemasan serta batasi makanan karbohidrat
terutama karbohidrat sederhana seperti nasi putih, roti dan mie. Sebaiknya diganti
dengan karbohidrat komplek seperti oatmeal, gandum, nasi merah, dsb. Juga
untuk mencegah komplikasi, pasien tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, namun
hindari penggunaan alas kaki yang tajam dan selalu melakukan perawatan kaki
25
5. Frykberg, R.G., et al. 2006. Diabetic Foot Disorder: A Clinical Practice
Guidelines. The Journal of Foot and Ankle Surgery, vol. 45 no 5. Dapat
diunduh di: http://www.acfas.org
6. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2006
7. Purnamasari, Dyah. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta:
InternaPublishing.
8. Price, S.A, dan Lorraine M.W. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta EGC
9. Romesh Khardori. 2014. Type 2 Diabetes Mellitus. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b4
10. Suyono, Slamet. 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ed. V. Jakarta : InternaPublishing.
Lampiran
Dokumentasi
26
27
28