Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUANG ANGGREK


RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG JEMBER

oleh
Joko Anang Susanto
NIM 152310101180

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITA JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan yang dibuat oleh:

Nama : Joko Anang Susanto

NIM :152310101311

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Dengue Hemorrhagic Fever di Ruang Anggrek Rumah Sakit
Daerah Balung

Telah diperiksa dan disahkn oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Jember, Januari 2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing klinik Mahasiswa

_______________ ___________________

NIP. NIM.

Kepala Ruangan Pembimbing Akademik

___________________ __________________

NIP. NIP.
BAB 1. KONSEP TEORI

1.1 Anatomi Fisiologi


Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara
200.000 – 300.000/mm³ darah.
Struktur Sel
1. Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm.
Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein
lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel.
Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala
untuk rangsangan yang datang.
2. Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam mineral, air,
oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis (karbohidrat, lemak,
protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).

1.2 Definisi DHF


Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau biasa disebut
dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian pada anak, serta sering menimbulkan kejadian
luar biasa atau wabah di masyarakat khususnya pada balita (Tjokronegoro
dan utama, 2005 dalam Sipahutar, 2015)

1.3 Epidemiologi DHF


Virus dengue di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada
tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian
24 orang (41,3%). Setelah itu, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di
beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada
tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun
secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun
2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case
fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang
dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89% (Candra, 2010).

1.4 Etiologi DHF


Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) dari famili
Flaviviridae dan genus Flavivirus, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegepty). Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang
masing-masing akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika
menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di
Indonesia adalah DEN-3 (Mansjoer, 1999).

1.5 Klasifikasi DHF


Penyakit DBD dibagi/diklasifikasikan menurut berat ringannya penyakit
(Hastuti, 2012), meliputi:
a. Derajat I
Disebut derajat I apabila terdapat tanda-tanda demam disertai dengan
gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah tes tourniquet positif.
b. Derajat II
Disebut derajat II apabila terdapat tanda-tanda dan gejala perdarahan
spontan biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III
Disebut derajat III apabila telah terdapat tanda-tanda shock, yaitu dari
pengukuran nadi didapatkan hasil cepat dan lemah; tekanan darah
menurun; penderita gelisah; dan tampak kebiru-biruan pada sekitar
mulut, hidung, dan ujung-ujung jari.
d. Derajat IV
Disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh pada keadaan shock,
penderita kehilangan kesadaran dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah tidak terukur. Kondisi seperti ini disebut DSS (Dengue Shock
Syndrome).

1.6 Patofisiologi DHF


Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty yang mengakibatkan toksin masuk ke peredaraan darah dan
menyebar ke sel-sel dalam tubuh sehingga terjadi infeksi dengue. Pertama-
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam
atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Virus kemudian
akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibodi
yang akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5,
akan dilepas C3a dan C5a yang berfungsi untuk melepaskan histamine yang
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah sehingga akan terjadi perembesan plasma
ke ruang ekstra seluler (Mansjoer, 1999).
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit>20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin
dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF (Mansjoer, 1999).

1.7 Manifestasi Klinis DHF


Demam berdarah dengue menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Demam atau riwayat demam akut, berlangsung 2 – 7 hari, sering bifasik
2. Manifestasi perdarahan, ditandai dengan :
- Tes torniquet positif
- Adanya petekie di tubuh
- Perdarahan dari mukosa, gastro intestinal tractus (GIT), tempat
suntikan, atau lokasi lain
- Hematemesis atau melena
2 Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
3 Bukti terdapat kebocoran plasma karena meningkatnya permeabilitas
vaskular adalah :
- Peningkatan hematokrit ≥ 20%.
- Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia ( Garna H., 2012).

1.8 Pemeriksaan Penunjang DHF


Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mendeteksi
perubahan hematologis. Parameter laboratorium yang dapat diperiksa
(Mansjoer, arif. 2009) antara lain hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit,
uji serologi HI (Haemagglutination inhibiting antibody), Dengue Blot.
Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemokonsentrasi
adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama,
menurun saat akan terjadi syok, dan meningkat saat syok teratasi.

1.9 Penatalaksanaan DHF


a. Farmakologi
a. Antipiretik
Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam. Jenis antipiretik
yang dianjurkan berasal dari golongan paracetamol atau
acetaminophen dan menghindari jenis asetosal atau salisilat karena
dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat apabila
terdapat perdarahan lambung (Rampengan, 2008).
b. Antikonvulsan (obat anti kejang)
Jenis antikonvulsan yang dianjurkan adalah diazepam 10 mg secara
rektal atau intravena dan Phenobarbital 75 mg secara intramuskular
sesuai penatalaksanaan kejang pada anak. Obat kejang diberikan bila
kejang (Rampengan, 2008)
c. Jenis cairan yang direkomendasikan WHO menurut Mansjoer dkk
(2009)
a) Kristaloid
- larutan ringer laktat atau dekstrosa 5% dalam ringer laktat,
- larutan ringer asetat atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer
asetat dan
- larutan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dalam larutan garam
faali)
b) Koloid (dekstran 40 dan plasma)
b. Non Farmakologi
Dasar pengobatan DBD bersifat simtomatik dan supportif yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
pereabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Rasa haus dan
keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan
muntah. Pasien perlu diberikan air minum 50 ml/kg berat badan
dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi,
anak diberi cairan pengganti 80-100 ml/kg berat badan dalam 24 jam
berikutnya (Mansjoer dkk., 2009). Jenis minuman yang dianjurkan
adalah yang mengandung gula, protein dan ion seperti jus buah, teh
manis, sirup, susu serta larutan oralit (Soedarto, 2012)
BAB 2. CLINICAL PATHWAY

Virus Dengue

Gigitan Nyamuk

Re-infeksi virus melalui serotip

Reaksi dengan antibodi Resiko Perdarahan

Respon peradangan Kompleks antibody dalam sirkulasi darah Trombositopenia

Hipertermi Stimulasi Medulla Pengaktifan sistem komplemen dan pelepasan Leukosit turun
Vimoting anvilatoksin C3a dan C5a

Peningkatan Suhu Naik


Mual dan Muntah Pelapasan histamine
reabsorbsi
Nyeri Otot
Anoreksia Permeabilitas dinding pembuluh darah
Permeabilitas
membrane
meningkat Ketidakseimbangan Resiko Perdarahan Nyeri Akut
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko syok
hipovolemik

Renjatan
Kebocoran plasma Kekurangan volume cairan
hipovolemik
hipotensi
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien adalah meliputi:
1. Identitas
Identitas klien meliputi; nama, umur (secara eksklusif, DHF paling sering
menyerang anak-anak deng usia < 15 tahun di daerah tropis Asia, dan
terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 2000), jenis kelamin,
alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama pasien DHF adalah adanya demam lebih dari
tiga hari disertai dengan kelemahan dan tanda-tanda perdarahan pada
kulit seperti petekie dan mimisan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi
anatara hari ke-3 dan ke-7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi perdarahana pada kulit.
b. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang di derita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau
sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan
klien atau pun penyakit lain.
4. Pola aktivitas
1) Nutrisi                           
Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas                       
Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,ulu hati, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-hari.
3) Istirahat/tidur               
Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4) Eliminasi                       
Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
5) Personal hygiene           
Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
5. Pemeriksaan fisik
Pada kasus DHF, hasil pemeriksaan fisik sering menunjukkan gejala
demam yang terjadi secara mendadak berlangsung selama 2–7 hari, yang
dapat diserta dengan anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah. Selain itu mudah ditemukan
tanda-tanda perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi dan purpura, serta perdarahan ringan hingga
sedang pada saluran cerna bagian atas sehingga menyebabkan
haematemesis, dengan biasanya didahului dengan nyeri perut hebat. bila
terjadi syok, hasil pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda gejala
berupa kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki, gelisah dan sianosis disekitar mulut, nadi cepat, lemah, sampai
tidak teraba, serta tekanan darah menurun (tekanan sistolik≤80 mmHg,
diastolik≤20 mmHg).
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab Normalnya
HB 11,7 g/dl 12.0 – 15.5
Leukosit 2,100 /u/ 4.000-10.500
Eritrosit 4.57 juta/u/ 390-550
Trombosit 48.000 /u/ 150.000-350.000
Haematokrit 33 vol% 35-45
Tes Torniquet Positif
3.2 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue yang di tandai
oleh kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan kulit kering, kelemahan, haus, peningkatan suhu tubuh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri abdomen,
menghindari makanan, kurang makan, dan mual muntah
4. Resiko Syok hipovolemik behubungan dengan perdaraha yang berlebih,
pindanya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan
nyeri otot
6. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni) ditandai dengan bercak merah pada kulit
3.3 Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan NOC : NIC :
proses infeksi virus dengue yang tindakan keperawatan Thermogulasi Fever treatmaent (perawatan
di tandai oleh kulit kemerahan, diharapkan demam Kriteria hasil: demam)
peningkatan suhu tubuh diatas menurun 1. (080018) Penurunan 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
kisaran normal suhu kulit vital
2. (080007) Tidak ada 2. Monitor warna kulit dan suhu
perubahan warna 3. Tutup pasien dengan selimut
kulit atau pakaian ringan tergantung
pada fase demam
4. Dorong konsumsi cairan
5. Tingkatkan sirkulasi udara
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan NOC : NIC
berhubungan dengan kehilangan tindakan keperawatan Keseimbangan Cairan Manajrmen Cairan
cairan aktif ditandai dengan kulit diharapkan volume Kriteria Hasil : 1. Monitor status hidrasi
kering, kelemahan, haus,
cairan meningkat 1. (060107) 2. Monitor TTV
peningkatan suhu tubuh.
Keseimbangan intake 3. Monitor makanan/cairan yang
dan output dalam 24 dikonsumsi
jam 4. Monitor status gizi
2. (060116) Elastisitas 5. Berikan cairan dengan tepat
turgor kulit baik 6. Tingkatkan asupan oral
3. (060117)
Kelembaban
membran mukosa
4. (0601150) Tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan NOC: Status Nutrisi NIC:
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan Kriteria Hasil : Nutrition monitoring
berhubungan dengan gangguan diharapkan nutrisi 1. (100402) 1. Monitor berat badan pasien
keseimbangan insulin, makanan pasien dapat terpenuhi Peningkatan asupan 2. Monitor turgor kulit dan
dan aktivitas jasmani makanan mobilitas
2. (100408) 3. Monitor adanya mual muntah
Peningkatan asupan
cairan
4. Resiko Syok hipovolemik Setelah dilakukan NOC: NIC:
behubungan dengan perdaraha tindakan keperawatan Kontrol resiko Pengurangan perdarahan
yang berlebih, pindanya cairan diharapkan tidak Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab
intravaskuler ke ekstravaskuler
terdapat tanda gejala 1. (190219) Mencari perdarahan
syok informasi tentang 2. Perhatikan kadar hemoglobin
resiko kesehatan sebelum dan sesudah
2. (190220) kehilangan darah
Mengidentifikasi 3. Monitor status cairan, termasuk
faktor resiko asupan dan haluaran
3. (190204) 4. Instruksikan pasien akan
mengembangkan pembatasan aktivitas
strategi yang efektif
dalam mengontrol
resiko
5. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan NOC: NIC:
agen cedera biologis yang tindakan keperawatan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
ditandai dengan nyeri otot diharapkan nyeri Kriteria Hasil : 1. Ajarkan prinsip-prinsip
berkurang 1. (1605040) manajemen nyeri
Menggunakan 2. Ajarakan penggunaan teknik
tindakan non farmakologi (terapi
pengurangan nyeri aktivitas)
tanpa analgesik 3. Dukung istirahat/tidur yang
2. (160505) adekuat untuk membantu
Menggunakan penurunan nyeri
analgesik yang 4. Dorong pasien untuk
direkomendasikan mendiskusikan pengalaman
3. (1605110) nyerinya, sesuai kebutuhan
Melaporkan nyeri
yang terkontrol
6. Resiko terjadi perdarahan Setelah dilakukan NOC: NIC
berhubungan dengan penurunan tindakan keperawatan Kontrol resiko bleeding precautions (tindakan
factor-faktor pembekuan darah diharapkan perdarahan Kriteria Hasil : pencegahan pendarahan)
(trombositopeni) ditandai dengan 1. monitor TTV ortostatik
bercak merah pada kulit berkurang 1. (190219) Mencari
2. catat nilai Hb dan HT sebelum dan
informasi tentang sesudah terjadinya perdarahan
resiko kesehatan 3. monitor ketat tanda-tanda
2. (190220) perdarahanhindari terjadinya
Mengidentifikasi konstipasi dengan menganjurkan
faktor resiko untuk mempertahankan intake cairan
3. (190204) yang
mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
resiko

3.4 Evaluasi
No Diagnosa keperawatan Evaluasi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue S : Pasien mengatakan demam berkurang
yang di tandai oleh kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh O : suhu tubuh klien menurun, TTV normal
diatas kisaran normal
A : masalah teratasi sebagian
P  : Lanjutkan intervensi

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan S : pasien mengatakan mulai tidak lemah
cairan aktif ditandai dengan kulit kering, kelemahan, haus, O : intake dan output cairan mulai seimbang, mukosa bibir
peningkatan suhu tubuh. tidak kering, TTV normal
A : Masalah terarasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan S : pasien mengatakan tidak mual dan nafsu makan enak
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas O : berat badan pasien naik
jasmani A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

4. Resiko Syok hipovolemik behubungan dengan perdaraha S : pasien mengatakan mengetahui faktor resiko dan tanda
yang berlebih, pindanya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler gejala resiko syok
O : pasien terlihat memiliki pengetahuan yang baik
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang S : pasien mengatakan nyeri berkurang
ditandai dengan nyeri otot O : skala nyeri pasien berkurang, TTV normal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

6. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor- S : pasien mengatakan perdarahan berkurang
faktor pembekuan darah (trombositopeni) ditandai dengan bercak O : trombosit meningkat, TTV normal
merah pada kulit A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
BAB 4. DISCHARGE PLANNING

1. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan dan ukur jumlah cairan yang
kelua dan yang diminum
2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat
mengunjungi tempat endemik dengue
4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejala
5. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air
6. Melakukan abatesasi pada tempat-tempat penampungan air dan melakukan 3M
(menguras, menutup, mengubur)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. Gloria., et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). ELSIVIER.


Candra, Aryu. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor
Risiko Penularan. Semarang: UNDIP.
Garna H. 2012. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi 3.
Hastuti, Oktri. (2012). Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta: Kanisius. (online), diakses
melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf,
pada tanggal 12 juli 2015.
Herdman, T.Heather & Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD.
Mansjoer, arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK UI

Moorhead, Sue., et al. (2015) Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of


Health Outcomes. 5th Edition. Missouri: Elsevier

Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Penerbit Buku.. Jakarta: Kedokteran
EGC

Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu


Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai