Oleh :
ELVITA RAHMAYANTI
NIM. PO.71.34.0.13.010
Motto:
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau
sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus dihantam
ombak dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk pribadi dan orang lain,
karena hidup tidak abadi.
Atas izin Allah SWT Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk :
Orang tua yang ku sayangi ayahanda Abdur Rahman dan ibunda Meta
Masita, terima kasih atas doa, semangat, motivasi dan bantuan berupa
materil dan moril.
Dosen pembimbingku, Pak Erwin Edyansyah dan Pak Abdul Mutholib,
yang telah bersabar membimbing dari awal hingga akhir dalam
menyelesaikan karya tulis ini. Mohon maaf karena telah sering
menyusahkan.
Keluarga keduaku Marlita Zu, Cheria opung, mama ucok Marisa, Elza,
Dina dan sahabatku Maulana, bersama kalian membuatku mengerti bahwa
keluarga tak mesti memiliki hubungan darah untuk sebuah tali
persahabatan.
Untuk adek-adekku muti, maila, putri, radna, caca dan mella terima kasih
atas segala bantuan dan motivasinya selama ini.
Almamaterku, Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Analis Kesehatan.
iv
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
ELVITA RAHMAYANTI
NIM PO.71.34.0.13.010
ABSTRAK
Kikil adalah bagian kulit sapi yang memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi. Bentuk dan strukturnya berupa kolagen yang mengandung 30% protein.
Tingginya kadar air dan protein pada kikil menyebabkan kikil menjadi media
yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga akan cepat mengalami
kerusakan. Hal ini menyebabkan beberapa produsen kikil melakukan upaya
penambahan pengawet seperti formalin yang dilarang penggunaannya dalam
bahan makanan sesuai dengan Permenkes RI No. 033 tahun 2012. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keberadaan formalin dalam kikil
sapi yang dijual di Pasar Kota Palembang Tahun 2016. Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif. Hasil yang didapat di uji berdasarkan tabel distribusi. Sampel
dipilih dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 16
sampel yang terdiri dari 10 sampel di pasar tradisional dan 6 sampel di pasar
modern. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode asam kromatofat
(kualitatif). Dari hasil penelitian didapatkan 7 sampel (43,7 %) kikil sapi positif
mengandung formalin dan 9 sampel (56,3 %) kikil sapi negatif mengandung
formalin. Dari uji organoleptik (uji tekstur, bau dan warna) ada 10 sampel (62,5
%) dalam organoleptik fisik baik, dan 6 sampel (37,5 %) dalam organoleptik tidak
baik. 9 sampel (56,3 %) kikil dijual dengan harga < Rp 40.000/ kg, dan 7 sampel
(43,7 %) dengan harga ≥ Rp 40.000/ kg. Bagi masyarakat agar lebih
memperhatikan keadaan fisik kikil sapi yang dipilih untuk dikonsumsi.Bagi
instansi terkait dapat mengawasi penggunaan pengawet dalam makanan,
khusunya penggunaan formalin dalam kikil sapi, dan bagi pedagang agar tidak
menambahkan formalin dalam kikil sapi.
v
MINISTRY OF HEALTH OF REPUBLIC OF INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF PALEMBANG
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
Scientific Paper, June 2016
ELVITA RAHMAYANTI
NIM PO.71.34.0.13.010
ABSTRACT
Kikil is the cow body parts has a protein content high enough. Form and structure
of collagen contains 30% protein. The form and structure in the form of collagen
that contains 30% protein. High levels of water and proteins in kikil cause kikil be
a good medium for the growth of microorganisms, so it will be quickly damaged.
This has led some manufacturers make efforts kikil adding preservatives such as
formalin although it is prohibitted to use for food according to Permenkes No. 033
in 2012. The purpose of this research was to determine the presence of formalin in
kikil cattle sold in Palembang. This research was descriptive study. The result
were presented in the form of distribution tables. The sample were choosen using
simple random sampling. 16 samples consisting of 10 samples in Traditional
Markets and 6 samples in the Modern Market. The method used as qualitative test
was cromatophic acid. From the results of the research, it was obtained that 7
samples (43.7%) kikil was positive formalin, and 9 samples (56.3%) kikil was
negative formalin. Organoleptic test showed that 10 samples (62.5%) were in
good condition, and 6 samples (37.5%) were in poor condition. Based on the
price of kikil in kilogram, 9 samples (56.3%) were sold for <Rp. 40,000, and 7
samples (43.7%) were ≥ Rp 40,000. To public, it was expected to pay more
attention kikil they went to consume from their organoleptic properties (Test the
texture, smell and color), and for local govermentit is hoped to supervise the use
of presentative in food, especially the use of formalin in kikil, and to traders in
order not to add formalin in kikil.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Di Pasar Kota Palembang Tahun 2016 ". Sholawat dan salam tak lupa penulis
sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung
sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berjalan dengan lancar. Untuk itu
pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
2. Diah Navianti, AMAK, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
viii
4. Abdul Mutholib, AMAK, ST, MT selaku Pembimbing II yang telah memberi
6. Witi Karwiti, AMAK, SKM, MPH selaku penguji II yang telah memberi
8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Analis Kesehatan yang telah memberikan
Atas segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, penulis mengharapkan informasi, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.
Palembang,Juni 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
PERNYATAAN .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 5
1.4.1 Tujuan Umum............................................................. 5
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 6
1.5.1 Bagi Masyarakat ......................................................... 6
1.5.2 Bagi Peneliti ............................................................... 6
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan............................................ 6
1.6 Ruang Lingkup .................................................................... 6
x
2.5 Harga Kikil .......................................................................... 27
2.6 Lokasi Penjualan Kikil ........................................................ 28
2.7 Keberadaan Formalin pada Kikil......................................... 29
2.8 Degradasi Formalin pada Kikil ........................................... 32
2.9 Metode Pemeriksaan ........................................................... 33
2.10 Kerangka Konsep ................................................................ 33
2.11 Definisi Operasional ............................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.3 Distribusi Frekuensi Harga Kikil Sapi yang Dijual Di Pasar Kota
Palembang Tahun 2016 ....................................................................... 40
4.4 Distribusi Frekuensi Lokasi Penjualan Kikil Sapi yang Dijual Di Pasar
Kota Palembang Tahun 2016 .............................................................. 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
7. Hasil Penelitian
9. Dokumentasi Penelitian
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
kandungan nutrisi yang berbeda tergantung dari asal makanan tersebut. Bahan
makanan yang berasal dari hewan lebih banyak mengandung protein. Makanan
yang sehat dilihat dari komposisi nutrisi, harus mengandung semua nutrisi yang
diperlukan tubuh. Selain itu, jumlah nutrisi yang terkandung harus cukup untuk
agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari, maka tubuh manusia
harus terpenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat gizinya. Zat-zat makanan
yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi 6 macam, yaitu air, protein,
tumbuhan (protein nabati) dan melalui hewan (protein hewani). Kualitas protein
pada makanan dinilai dari jumlah asam amino yang mudah dicerna dan diserap
tubuh. Makanan dengan kualitas protein tertinggi adalah makanan yang dapat
dengan jenis daging lainnya. Sapi merupakan salah satu ternak yang secara
1
2
Nasional telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Hal ini disebabkan karena
sapi merupakan sumber daging yang paling dapat diandalkan, konsumennya luas,
dan hasil olahannya beragam Sapi adalah hewan yang semua bagian tubuhnya
dapat dimanfaatkan. Adapun bagian-bagian dari sapi yaitu daging, susu, jeroan,
populasi sapi potong secara Nasional di Indonesia sebanyak 15.494.288 sapi, dan
di Sumatera Selatan sebanyak 261.515 sapi potong. Populasi daging sapi ini
sejalan dengan produksi kulit sapi di Indonesia. Kulit pada tubuh sapi digunakan
dalam industri penyamakan kulit, sedangkan pemanfaatan kulit sapi pada daerah
Salah satu cara dalam memanfaatkan kulit pada bagian kaki sapi (kikil)
yaitu dapat diolah menjadi bahan pangan yang bergizi. Kikil mempunyai
kandungan protein yang cukup tinggi. Bentuk dan struktur kikil berupa kolagen
yang mengandung 30% protein. Tingginya kadar air dan protein pada kulit
No. 722 tahun 1988 yang menegaskan bahwa pengawetan makanan diperbolehkan
8
3
Formalin adalah nama dagang dari larutan formaldehida dalam air dengan
polimerisasi.(9)
pada tubuh manusia, dengan gejala sukar menelan, mual, sakit perut yang akut
darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram
bahwa didapatkan hasil, empat dari sembilan sampel tahu yang dijual di Pasar
bakso yang dijual di kota Padang menunjukkan bahwa 20 sampel dari 42 sampel
yang didapat, disimpulkan bahwa hampir separuh bakso yang dijual di Kota
Kemudian, BPOM menemukan dua pabrik kikil yang menggunakan bahan kimia
Tasikmalaya, Jawa.(14,15)
Adapun kikil sapi yang menggunakan bahan kimia berupa formalin yaitu
bewarna putih pucat, memiliki tekstur yang kaku dan berbau zat kimia. Kikil yang
dijual di pasar tradisional dan pasar modern dengan harga lebih murah dicurigai
memiliki kandungan formalin. Keadaan fisik kikil yang mudah busuk membuat
pengawet alami berupa garam nitrit memiliki harga yang relatif mahal. (4)
yang berjudul “Gambaran Keberadaan Formalin dalam Kikil Sapi yang dijual di
kikil?
kikil?
organoleptik kikil.
yang dijual di Pasar Kota Palembang tahun 2016 berdasarkan harga kikil.
6
penjualan kikil.
keberadaan formalin dalam kikil sapi yang dijual di Pasar Kota Palembang Tahun
2016.
kikil sapi dan dampaknya bagi kesehatan serta dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih kikil sapi yang akan dikonsumsi.
perhatian lebih terhadap keamanan dan kesehatan produksi kikil sapi sehingga
mengetahui gambaran keberadaan formalin dalam kikil sapi yang dijual di Kota
Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu peneliti hanya
pada tanggal 19-21 April tahun 2016 di Laboratorium Kimia Terapan Jurusan
sampel yang diteliti adalah kikil sapi yang dijual di Pasar Kota Palembang dengan
Kromatofat (kualitatif).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam bahan pangan untuk memberi sifat atau karakter yang dikehendaki seperti
tersebut, tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan, dan menarik bagi
konsumen. Tetapi, ada beberapa penggunaan zat tambahan pangan telah dilarang
dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang tidak digunakan sebagai makanan
mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
8
9
olahan yang dihasilkan mempunyai tampilan menarik, rasa yang enak, konsistensi
yang bagus dan tidak mudah rusak. Secara khusus tujuan penggunaan bahan
yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan menjadi lebih baik,
renyah, enak dimulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik,
basa pada bahan pangan dan; 5) Menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang
diinginkan. BTP boleh dipergunakan dalam produksi pangan yang mudah rusak.
bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai
makanan, ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak memiliki nilai gizi yang
secara sengaja dicampurkan pada proses pengolahan makanan. Pada tahun 1971,
10
Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) bagian dari WHO telah
dengan dosis yang tidak tepat karena dapat membahayakan kesehatan. (20)
bahan tambahan pangan yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan, terdiri dari golongan sebagai berikut: (17,19)
yang berkompeten dalam hal ini karena berkaitan dengan keamanan makanan
Kesehatan Republik Indonesia nomor 033 tahun 2012 tentang bahan tambahan
4. Dulsin (Dulcin)
5. Formalin (Formaldehid)
8. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
2.1.5 Pengawet
pangan agar tidak cepat rusak dalam jangka waktu tertentu. Kerusakan bahan
Henner dan Marton mengatakan bahwa bahan pengawet yang dikonsumsi akan
berakumulasi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan rasa kantuk, lemas, cepat
1. Pengawet anorganik
2. Pengawet organik
Tujuan bahan pengawet adalah agar bahan pangan yang dihasilkan dapat
mempertahankan kualitas dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga dapat
mengurangi risiko kerusakan dan membuat bahan pangan tampak lebih segar.
dalam bahan makanan telah diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 036 tahun 2013 tentang bahan tambahan pangan, Jenis bahan
5. Sulfit (Sulphites)
6. Nisin (Nisin)
7. Nitrit (Nitrites)
8. Nitrat (Nitrates)
9. Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts) dan
2.2 Formalin
mempunyai berat jenis 1,081 kg/L dalam suhu 20 dengan Rumus Molekul
CH2O. Formaldehida bersifat iritan mudah larut dalam air sampai kadar 55 %,
sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai zat pereduksi yang
kuat, mudah menguap karena titik didihnya yang rendah yaitu -21 . (22,24)
rumah sakit dan sebagai pengawet mayat. Formalin sangat berbahaya jika
terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan berupa luka bakar
pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alegi, dan dapat menimbulkan
kanker pada manusia. Bila tertelan formalin sebanyak 30 mililiter atau sekitar 2
khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, dan WHO, yang
ambang batas aman formalin di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Bila
dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi
dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang
mengendap. (24)
suatu sistem peringkat untuk mengevaluasi karsinogen yang akan dinilai menurut
kelompok pembanding.
16
dinilai secara matematis. Hubungan dosis dan efek dicantumkan dalam tabel
Tabel 2.1
Pemajanan Formaldehid dan Efeknya Terhadap Kesehatan
terlebih dulu dengan kriteria dan studi epidemologi dapat dikelompokkan menjadi
sangat terbatas.
adalah zat yang bersifat karsinogen dan diklasifikasikan dalam kelompok 2A yaitu
korosif dan iritatif. Orang yang terpajan formalin, baik yang terjadi akibat pajanan
akut (jangka waktu pendek) atau pajanan kronik (jangka waktu lama) dapat
rendah, yaitu dapat menyebabkan iritasi hidung dan gangguan pernafasan. Pada
bahan melalui kontak kulit dapat menimbulkan ruam pada kulit dan dapat
panjang dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, nyeri lambung dan kerusakan
ginjal. Jika sampai tertelan maka orang tersebut harus segera minum air dalam
jumlah banyak dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya. (24,30)
berkonsentrasi dan dapat merusak syaraf tubuh (neurotoksik). Pada wanita akan
(memicu alergi). Formalin yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit
akan terjadi resistensi yang menyebabkan sebagian zat kimia akan direduksi
dalam bentuk kotoran, urine, dan keringat. Akan tetapi, hal ini tergantung pada
keseimbangan fungsi tubuh dan daya tahan (imuno system) seseorang. Sedangkan,
sisa zat yang tidak bisa terurai akan terakumulasi sebagai bahan yang tidak
bermanfaat yang bersifat toksik. Formalin dengan kadar yang tinggi dapat
19
bereaksi dengan hampir semua zat dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan
timidin. Formalin yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah menjadi Asam
formiat yang dibantu oleh enzim formaldehyde dehydrogenase yaitu enzim utama
dalam metabolisme formalin. Jika formalin tidak di metabolisme oleh enzim ini
maka terjadi reaksi silang antara protein dan rantai tunggal DNA. Kemudian,
asam formiat diubah menjadi karbon dioksida (CO2) melalui proses oksidasi hal
untuk diubah menjadi karbon dioksida dan air. Namun, pada manusia enzim
sehingga pajanan akan menyebabkan formalin menumpuk dalam mata. Karena zat
ini secara lokal bersifat destruktif, maka pajanan yang berlangsung dalam jangka
endogen. Hal ini menunjukkan tidak adanya gangguan setelah pajanan. Jika satu-
karbon C terpajan zat radioaktif, maka formalin akan cepat bergabung dengan
yang masuk ke dalam tubuh dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut. (34)
20
Sumber Penyaluran
Kulit kaki sapi atau kikil adalah kulit daging sapi di bagian kaki yang
biasa digunakan sebagai bahan dasar makanan terutama di Asia. Kikil sapi
ditemukan diberbagai jenis hidangan nusantara seperti sate, sup, soto, oseng, mie
dan lain sebagainya. Kikil terdiri dari kolagen beserta keratin dan elastin yang
kekuatan dan elastisitas kulit. Kolagen adalah salah satu jenis protein yang
pengulitan kikil dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan menggunakan alat
sebagai penggantung sapi atau sapi dibiarkan tergeletak di lantai dan dikuliti
dengan pisau yang tajam secara hati-hati agar kulit tidak rusak. Sedangkan, proses
pengulitan sapi (skinning) dengan alat adalah dengan membuat irisan dari anus
sampai leher melewati bagian perut dan dada, dari arah kaki belakang dan kaki
depan menuju irisan tadi. Kulit dilepas dari arah ventral perut dan dada ke arah
penarik Hide Puller yang menarik dari arah hindshank ke arah leher dan
bagian tubuh dipisah untuk disamak dan kulit pada bagian kaki untuk dijual
dipasar.(36)
Zat gizi yang terkandung pada kikil adalah mineral, protein, kalsium dan
lain-lain. Kikil mengandung kolesterol dan serat yang cukup tinggi. Kadar
kolesterol per 100 gr kikil yaitu 23,9 miligram. Sedangkan, kadar serat per 100 gr
kikil yaitu 1,08 gram. Adapun kandungan gizi dalam kikil dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.2
Kandungan Unsur Gizi dalam Kikil
No Unsur gizi Kadar/500 gr bahan
Kikil juga mengandung selenium yang cukup tinggi. Hal ini berguna
otot dan sendi dapat menyebabkan radang sendi dan asam urat ditandai dengan
khas tradisional di provinsi Jawa di Kota Malang dan Lamongan kikil disajikan
dalam bentuk sate, soto, dan rawon. Di daerah lain, kikil masak dalam bentuk
gulai, sop dan bumbu kuning. Proses pengolahan kikil memerlukan waktu
pemasakan yang lama karena kolagen pada kikil yang dimasak akan berubah
23
menjadi gelatin, hal ini membuat kikil agar lebih empuk. Namun, beberapa orang
ada yang dijual masih bersama dengan tulangnya dan ada pula yang sudah
Untuk kikil yang sudah dipisahkan dari tulangnya, ukurannya beragam, ada yang
masih berupa lembaran besar dan ada pula yang sudah dipotong kotak kecil-kecil.
(40)
Kikil yang dijual masih bersama tulangnya, biasanya akan lebih mudah
sudah direbus dan dipotong menjadi lembaran-lembaran kecil. Kikil yang dijual
tersebut merupakan kikil sapi karena ukurannya yang relatif lebih besar sehingga
dinilai lebih enak bila diolah menjadi makanan yang diinginkan. (41)
Kulit segar (kulit baru ditanggalkan dari hewannya) yang disimpan tanpa
proses pengawetan akan cepat mengalami kerusakan. Kulit segar memiliki sifat
mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembang
diperoleh hasil dan nilai tambah hasil pemotongan ternak sapi. Kulit sapi yang
baru selesai dikuliti, hanya dapat bertahan selama 12 jam setelah pengulitan. Bila
bisa memasarkannya sebagai bahan baku pangan, kulit sapi harus diawetkan. (42)
24
daging, lemak, noda darah, dan kotoran yang menempel. Kulit sapi dibersihkan
dengan pisau tumpul atau dikikir, agar kulit tidak rusak. Jika sudah bersih kulit
sapi dijemur dalam keadaan terbentang dengan alat perentang yang dibuat dari
kayu. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari ini, adalah
antara pukul 09.00 – 11.00, dan pukul 15.00 – 17.00, serta diangin-anginkan
tersisa hanya sekitar 7 – 15 %. Setelah pengeringan kulit sapi dirasa cukup, baru
kejenuhan adalah 20 BE atau ratio 100 liter air dengan 50 kg garam. Dalam
peredaman selama 36 jam, kepekatan harus terkontrol dengan baik atau harus
dipetahankan standar 20 BE. Selesai perendaman dalam larutan air garam, kulit
sapi bisa diangkat dan dibentangkan pada lantai yang miring untuk menuntaskan
sisa-sisa air. Saat penjemuran jangan sekali-kali diperas, karena akan berdampak
Setelah melalui proses tahapan tersebut, ada dua cara selanjutnya yang
Bila penuntasan air dianggap cukup, bagian daging pada kulit ditaburi
garam sebanyak 10 persen dari berat kulit sapi, dan kemudian didiamkan sampai
25
2-3 jam. Pekerjaan yang terakhir adalah penjemuran kulit sapi dengan alat
Bila penuntasan air dianggap cukup, kulit dibentangkan dan bagian daging
pada kulit ditaburi garam 30 persen dari berat kulit basah lalu didiamkan sampai
menggunakan jenis garam saltpeter (garam sendawa). Ada beberapa jenis garam
(KNO2) dan Potassium Nitrat (KNO3). Selain dengan garam saltpeter, pada
garam dalam meningkatkan kelarutan protein disebut efek salting in. Sedangkan,
pengaruh garam dalam menurunkan kelarutan protein disebut efek salting out.
Kikil yang mengalami proses penggaraman mempunyai daya simpan yang tinggi
membunuh bakteri yang terdapat di dalam kikil. Garam menyerap air di dalam
kikil sehingga proses metabolisme bakteri terganggu. Setelah digaram lalu kikil di
cairan di dalam tubuh bakteri. Jika bakteri kekurangan cairan dan proses
metabolisme terganggu maka bakteri akan mati. Proses penetrasi garam sesuai
dengan ketebalan bahan makanan, semakin tebal bahan makanan maka semakin
lambat penetrasi dan memerlukan jumlah garam yang banyak, tetapi sebaliknya
jika semakin tipis maka proses penetrasi akan semakin cepat. Setelah kikil kering
sempurna maka kikil dapat dijual dipasaran. Kikil yang telah dikeringkan ini
dapat berupa krecek kikil atau diolah menjadi kerupuk rambak kulit. Kerupuk
Rambak ini biasa dikenal dengan kerupuk jangek di daerah Sumatera Barat. (46,47)
Organoleptik kikil dapat dibedakan menjadi kikil yang baik dan tidak baik.
Uji organoleptik adalah pengujian tekstur, warna dan bau pada produk makanan
dengan menggunakan panca indera manusia sebagai alat ukur utama dalam
Kulit sapi yang masih segar memiliki tekstur yang liat atau kenyal. Permukaan
kikil yang segar masih terdapat kulit ari sisa-sisa lemak daging sapi.Kikil segar
memiliki aroma amis khas daging sapi. Kemudian, kikil yang segar memiliki
dilihat dari keadaan fisik, keutuhan, benda asing yang menempel, kadar air, asam
lemak bebas, cemaran logam, cemaran arsen, dan cemaran mikroba.Standar mutu
Table 2.3
Syarat Mutu Kulit Sapi Berdasarkan SNI
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
a. Bau - Normal
b. Rasa - Khas
c. Warna - Normal
d. Tekstur - Kenyal
2 Keutuhan %b/b Min 95
3 Benda asing, serangga dan potongan- - Tidak boleh ada
potongannya
4 Air %b/b Maks. 8,0
5 Abu tanpa garam %b/b Maks. 1,0
6 Asam lemak bebas (dihitung sebagai %b/b Maks. 1,0
asam laurat)
7 Cemaran logam :
a. timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
b. tembaga (Cu) mg/kg Maks. 20,0
c. seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
d. timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
e. raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,003
8 Arsen mg/kg Maks. 1,0
9 Cemaran mikroba
a. aneka lempeng total koloni/kg Maks. 5 x 10
b. coliform APM/g 3,0
c. salmonella koloni/kg Negative
Sumber : Badan Standar Nasional, 1995
Sedangkan kikil yang sudah tidak baik akan terlihat kekuningan, orange
atau bahkan berwarna kecoklatan. Kikil yang bewarna putih mengkilat dicurigai
menggunakan bahan kimia seperti H2O2 danformalin. Kulit sapi yang tidak baik
memiliki tekstur yang kaku atau keras dan memiliki bau yang menyengat atau
Kikil yang dijual di Pasar Tradisional lebih murah dibandingkan kikil yang
dijual di Pasar Modern. Karena kikil yang dijual di Pasar Modern sudah diolah
28
terlebih dahulu dan dijual dalam bentuk kikil rebus yang berbentuk lembaran
kotak-kotak. Kikil rebus ini dibungkus menggunakan plastik atau steroform. (49)
Kikil yang di pasarkan dijual dengan harga yang berbeda dengan volume
berbeda. Rata-rata harga kikil yang dijual di Pasar Tradisional seharga Rp. 30.000
hingga Rp 40.000 per kilo. Adapun kikil yang dijual di Pasar Modern seharga Rp.
90.000 per kilo kikil ini dijual beserta potongan tungkai kaki dan di pack dalam
yang berbeda. Kikil yang tidak habis terjual disimpan untuk dijual keesokan
mengalami proses. Oleh karena itu, kikil yang dijual masih bersama tungkai kaki,
tetapi ada pula kikil yang dijual telah mengalami proses pengulitan dan terpisah
dari tungkai. Kikil yang telah mengalami proses pengulitan dijual dalam bentuk
lembaran besar dan masih terdapat kotoran yang menempel. Kikil yang dijual
kurang higienis karena lokasi pasar yang kotor dan tempat meletakkan kikil
mikroorganisme yang menempel pada kikil. Hal ini dapat mempercepat proses
dengan penambahan bahan pengawet yang bertujuan agar masa pembusukan kikil
29
Sedangkan kikil yang dijual di pasar modern lebih higienis, karena tempat
meletakkan kikil tidak sembarang dan di letakkan pada wadah bersekat kemudian
di pack dalam steroform sehingga terlihat lebih bersih dan rapih. Kikil yang telah
di pack dijual dalam bentuk beku bertujuan agar masa simpan kikil lebih lama.
Kikil yang dijual di pasar modern biasanya sudah dibersihkan dari darah dan
kotoran. Kemudian direbus terlebih dahulu dan dijual dalam bentuk lembaran-
lembaran kecil sehingga tidak memerlukan proses pemasakan yang lama (39)
alami relatif lebih mahal maka pedagang banyak yang menggunakan pengawet
buatan baik diizinkan maupun tidak diizinkan oleh peraturan yang ada. (45)
Pengawet yang diizinkan untuk kikil adalah jenis garam Nitrit yang
(WOF) yaitu berubahnya warna aroma dan rasa yang tidak menyenangkan pada
kikil, karena masa pembusukan yang relatif cepat maka pedagang beralih
mempertahankan kikil lebih lama. Namun jika penambahan Nitrit melebihi batas
30
maka garam ini berpotensi merangsang pertumbuhan sel kanker bila terjadi
interaksi Nitrit terhadap senyawa amina yang terdapat di dalam cairan pencernaan
penggunaanya tetapi masih banyak digunakan dalam bahan pangan. Hal ini
terbukti dari hasil uji kit formalin yang dilakukan oleh Dinas Perternakan
dan Ketahanan Pangan (KPKP) Jakarta Utara. Penelitian dilakukan ke-10 pasar
yaitu Pasar Inpres Kelapa Gading Timur, Pasar Mandiri, Pasar Tugu, Pasar
Lontar, Pasar Sunter Podomoro, Pasar Sungai Bambu, Pasar Lokbin Rorotan,
Pasar Kalibaru, Pasar Muara Karang dan Pasar Pluit. Hasil uji Laboratorium
menyatakan tujuh sampel kikil dari enam pasar positif mengandung formalin. (51)
kikil dibandingkan pengawet alami dan buatan yang hanya tahan bebarapa jam.
yang menghebohkan pada penghujung tahun 2005 dan awal tahun 2006.
Berdasarkan hasil uji laboratorium pada 761 sampel bahan makanan di beberapa
pengenyal. Formalin pada kikil menyebabkan tekstur liat dan kaku, tanpa
penambahan formalin bahan pangan yang disimpan pada suhu kamar akan berbau
dan berlendir. Hal ini merupakan tanda kerusakan setelah satu hari diproduksi.
pada tahun 2006 akhir mengindikasi 14 daerah telah bebas formalin, antara lain
pangan, serta mencegah terjadinya masalah baru dalam pangan perlu diadakannya
pencegahan terjadi kesalahan dengan cara bertindak tepat dan sesuai prosedur
yang ada. Hal ini dapat dilakukan oleh setiap pengelolah pangan baik yang berada
di dalam maupun di luar bidang produksi. Penerapan jaminan mutu pangan harus
Analysis and Critical Control Point) sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi
tradisional yang mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu produk pangan
setelah produk diproses. Tujuannya agar kemanan pangan dan produksi makanan
fasilitas lain, peralatan serta control terhadap proses produksi dan proses
32
pengolahan), standar (spesifikasi bahan baku dan produk, komposisi produk) dan
kondisi (parameter proses pengolahan) agar didapat produk mutu yang baik.
keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses pengolahan yang dicurigai
untuk mengetahui ada tidaknya formalin pada sampel yang akan diuji. Metode uji
kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi formalin dalam sampel, ada dua
direduksi secara lambat pada suhu kamar dan lebih cepat lagi jika dipanaskan.
Endapan yang terbentuk atau untuk membedakannya dari asetat yang terbentuk
dengan larutan dilusi perak akan terbentuk cermin pada dinding tabung.
dan HCL dan Formaldehide diidentifikasi dari reaksinya dengan asam kromatofat
violet pink. Untuk aldehid alifatik lainnya tidak membentuk warna violet pink.
Organoleptik
Lokasi penjualan
3. 1 Jenis Penelitian
pada kikil sapiyang dijual di Pasar Kota Palembang tahun 2016. (55)
3.2.1 Lokasi
3.2.2 Waktu
tahun 2016.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kikil sapi yang dijual di Pasar
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh total populasi kikil sapi yang
dijual Pasar Kota Palembang tahun 2016. Sampel pemeriksaan yang digunakan
35
36
adalah kikil yang diambil sebanyak 100-250 gram lalu diuji di laboratorium untuk
3. 4 Teknik Sampling
setiap anggota atau unit dari polpulasi mempunyai kesempatan yang sama untu
pada suhu 60-80oC. Destilat tersebut direaksikan dengan Asam Kromatofat 0,5%
dalam asam sulfat 60 % pada suhu ±100 oC dalam penangas air. Adanya formalin
(tabulasi).
dalam kikil sapi yang dijual di Pasar Kota Palembang tahun 2016, didapatkan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Keberadaan Formalin dalam Kikil Sapi yang Dijual di
Pasar Kota Palembang Tahun 2016
Formalin Jumlah %
Positif 7 43,7
Negatif 9 56,3
Total 16 100
mengandung formalin.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Organoleptik Kikil Sapi yang Dijual Di Pasar Kota
Palembang Tahun 2016
Organoleptik Jumlah %
Baik 10 62,5
Total 16 100
38
39
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Harga Kikil Sapi yang Dijual Di Pasar Kota
Palembang Tahun 2016
Harga Jumlah %
< Rp 40.000 9
56,3
≥ Rp 40.000 7
43,7
Total 16 100
9 sampel (56,3 %) dengan harga < Rp 40.000, dan 7 sampel (43,7 %) dengan
harga ≥ Rp 40.000.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Lokasi Penjualan Kikil Sapi yang Dijual Di Pasar Kota
Palembang Tahun 2016
Total 16 100
Berdasakan tabel 4.4 dari 16 sampel yang dijual di Pasar Kota Palembang,
Palembang.
40
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi keberadaan formalin dalam kikil sapi yang dijual di
Pasar Kota Palembang Tahun 2016 berdasarkan organoleptik kikil sapi
Formalin
Organoleptik Jumlah
Positif Negatif
kikil sapi
N % n % N %
Baik 1 10 9 90 10 100
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil dari 10 sampel kikil sapi dalam
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Keberadaan Formalin dalam Kikil Sapi yang Dijual Di
Pasar Kota Palembang Tahun 2016 Berdasarkan Harga Kikil Sapi
Formalin
Jumlah
Harga kikil sapi Positif Negatif
N % n % N %
< Rp 40.000 5 55,6 4 44,4 9 100
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil dari 9 sampel dengan harga kikil
sapi < Rp 40.000, sebanyak 5 sampel (55,6 %) positif mengandung formalin, dan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Keberadaan Formalin dalam Kikil Sapi yang Dijual Di
Pasar Kota Palembang Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi Penjualan Kikil
Sapi
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan 6 sampel kikil sapi yang dijual di Pasar
4.2 Pembahasan
dengan hasil observasi awal yang telah dilakukan. Hal ini dikarenakan ada
beberapa lokasi pengambilan sampel yang tidak lagi menjual kikil sapi tersebut.
Lalu, jarak antar lokasi pengambilan sampel cukup jauh, dan waktu sampel di jual
di masyarakat biasanya memiliki rentan waktu antara jam 6-8 pagi, tetapi ada
42
pula yang menjual dimulai pukul 9 pagi. Jarak dan waktu penjualan ini
Disamping itu, ada perbedaan perlakuan setiap penjual terhadap kikil yang
plastik ataupun di biarkan terbuka diatas meja penjual saat dijajakan. Hal ini
hal ini akan berpengaruh pada hasil uji organoleptik yang menunjang keberadaan
Pada saat penelitian, reagen asam kromatofat yang akan digunakan harus
dibuat baru setiap saat akan digunakan. Hal ini dilakukan karena untuk
sapi dengan melakukan uji kualitatif formalin dengan metode asam kromatofat,
kandungan formalin.
Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Palembang tahun 2016 menunjukkan
yang tidak boleh ditambahkan dalam makanan. Selain itu, masih banyak
kualitas bahan pangan dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga dapat
mengurangi resiko kerusakan dan membuat bahan pangan tampak lebih segar.
perubahan fungsi sel dan jaringan), dan iritatif. Sehingga mengkonsumsi dalam
waktu yang lama akan menimbulkan iritasi saluran cerna dan kerusakan ginjal
makanan akan lebih tahan lama dibandingkan bahan pengawet buatan seperti
garam nitrit yang hanya tahan beberapa jam. Karena pembusukan makanan yang
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil dari 10 sampel kikil sapi dalam
44
keadaan fisik baik, sebanyak 1 sampel (10 %) positif mengandung formalin, dan
Organoleptik kikil sapi dapat dibedakan menjadi kikil sapi yang baik dan
tidak baik. Uji organoleptik adalah pengujian tekstur, bau, dan warna suatu
produk makanan dengan menggunakan panca indera manusia sebagai alat utama
tersebut. Pengujian ini melibatkan beberapa panelis untuk menilai keadaan fisik
dari kikil tersebut dengan mempertimbangkan tesktur, bau, dan warna dari kikil
sapi.
Kikil sapi yang baik memiliki tekstur yang kenyal dengan permukaan kikil
terdapat kulit ari sisa-sisa lemak daging sapi, memiliki aroma amis khas daging
sapi dan warna cenderung transparan yaitu berwarna putih cerah. Sedangkan kikil
yang tidak baik akan berwarna putih mengkilat dengan tekstur yang kaku dan
tidak memiliki aroma khas sapi. Berdasarkan kriteria tersebut panelis dapat
sampel kikil sapi berwarna putih cerah, memiliki aroma khas sapi, dan memiliki
tekstur yang kenyal memenuhi kriteria organoleptik baik. Hasil yang didapat
organoleptik larutan ungu yang terbentuk tidak terlalu mencolok akan tetapi masih
tergolong positif karena larutan berwarna ungu yang terbentuk melebihi kontrol
negatif. Sedangkan dari 6 sampel yang diuji organoleptik didapatkan warna putih
pucat dengan tekstur yang kaku dan tidak memiliki aroma khas sapi memenuhi
45
Formalin pada kikil menyebabkan tekstur liat dan kaku, tanpa penambahan
formalin bahan pangan yang disimpan pada suhu kamar akan berbau dan
berlendir. Hal ini merupakan tanda kerusakan setelah satu hari diproduksi.
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil dari 9 sampel dengan harga kikil
sapi < Rp 40.000, sebanyak 5 sampel (55,6 %) positif mengandung formalin, dan
kikil sapi yang biasa dijual dengan harga murah yaitu Rp 13.000-14.000/ Kg.(50)
kikil sapi yang dijual dengan harga < Rp 40.000 dan ≥ Rp 40.000 , menguatkan
adanya penyimpangan dalam produksi kikil sapi yang tidak tergantung pada
harga. Hal ini dibuktikan dari 1 sampel kikil yang dijual dengan harga ≥ Rp
Pada penelitian kali ini ditemukan 5 sampel yang dijual dengan harga
murah yaitu < Rp 40.000 . Hal ini membuktikan bahwa harga kikil sapi yang
46
merugi. Sedangkan kikil yang tidak meggunakan formalin akan memiliki masa
pembusukan yang lebih cepat dengan harga jual yang relatif lebih mahal.
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil dari 6 kikil sapi yang dijual di
Perumnas, Pasar Sekip, Pasar KM 5, Pasar Cinde, Pasar Lemabang, Pasar Kuto,
Pasar 16 Ilir, Pasar 26 Ilir, Pasar Kenten Laut, Pasar Sukawinatan) dan di Pasar
Pada penelitian ini, hasil yang didapat dari 16 sampel terdapat 1 sampel
kikil sapi yang dijual di Pasar Modern positif mengandung formalin. Hal ini
penjualan. Karena kikil sapi yang dijual di Pasar Modern ternyata positif
atau pedagang dengan menambahkan zat -zat yang tidak diperbolehkan dalam
makanan.
47
garam atau nitrit pada kikil. Garam yang ditambahkan dengan konsentrasi
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 16 sampel kikil sapi
mengandung formalin.
3. Berdasarkan harga dari 9 sampel kikil sapi dengan harga < Rp 40.000,
formalin.
48
49
5.2 Saran
menyarankan :
2. Bagi masyarakat agar lebih memperhatikan kikil sapi yang dipilih untuk
kikil sapi yang dibeli dilakukan uji organoleptik (uji tekstur, bau, dan
warna), apabila kikil sapi yang dibeli dalam keadaan kaku dengan bau zat
kimia dan berwarna putih pucat, maka patut dicurigai kikil yang dibeli
berbahaya pada bahan makanan yang dijual seperti formalin dan lebih
11. Saptarini, Wardati, dan Supriatna. 2011. Deteksi Formalin dalam Tahu di
Pasar TradisionalPurwakarta. (Web resmi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3435/4.%2M
EKAR%20SAPTARINI.pdf?sequence=1.Diakses tanggal 30 Januari
2016).
12. Faradila, Alioes dan Elmatris. 2014. Identifikasi Formalin pada Bakso yang
Dijual pada Beberapa Tempat di Kota Padang. (Web resmi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/71/66. Diakses
tanggal 31 Januari 2016).
15. Liputan6. 2015. Produksi Kikil yang Menggunakan Zat Kimia dan
Formalin di Tasikmalaya.
(http://News.Liputan6.Com/Read/2196720/Pabrik-Kikil-Berformalin-
diTasikmalaya-Tak-Berizin. Diakses tanggal 6 November
2015).
17. Subroto, M. A. 2008. Real Food True Health. Agromedia Pustaka. Jakarta.
22. Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar Edisi 2: Asa, Organ Sasaran, dan
Penilaian Risiko. Universitas Indonesia.
23. Suyanti. 2010. Panduan Mengolah Dua Puluh Jenis Buah. Penebar
Swadaya. Depok.
34. John B. Sullivan, Jr. Gary R. Krieger. 2001. Clinical Environmental Health
and Toxic Exposures Second Edition. Lippincott Williams &
Wilkins. USA.
36. Pratana, M. & Nanit. 2008. 505 Masakan Nusantara Favorit. Gradien
Mediatama. Yogyakarta.
40. Hadibroto, Kartohadiprodjo & Tobing. 2010. Koleksi 120 Resep Masakan
Sapi. Gramedia. Jakarta.
41. Lilly, T & Erwin. 2008. 100 PTM: Makanan Khas Daerah. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
47. Afrianto, E. Liviawaty & Evi. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Kanisius. Yokyakarta.
48. Tim Dapur Demedia. 2008. Aneka Jajanan Indonesia Popular. Agromedia.
Pustaka. Jakarta.
49. Badan Standar Nasional. 1995. Syarat Mutu Kulit SapiSNI 01-3933-1995.
(http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/4369.Web
Resmi BSN. Diakses tanggal 2 Januari 2016)
51. Pemprov Jakarta, 2015. Pasar di Jakarta Utara Belum Bebas dari
MakananBerbahaya..
(http://www.beritajakarta.com/read/12188/Pasar_di_Jakut_Belum_Beb
as_dari_Makanan_Berbahaya. Web Resmi Pemprov Jakarta Diakses
tanggal 18 Desember 2015).
53. Yuyun, A. & Gunarsa, D. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan
Minuman. Agromedia Pustaka. Jakarta.
54. Rooker, L. J. 2013. Food and Drink Good Manufacturing Practice. Willey
Blackwell. London.
Kode Sampel :
Tanggal :
Lokasi Pengambilan :
Tabel Check List
Orang Ke-
Kode Keadaan
Nilai
Sampel Organoleptik
1 2 3 4 5 Skor
Tekstur
Bau
Warna
Jumlah
Keterangan :
a. Tekstur : 1 = Sangat kaku
2 = Kaku
3 = Sedikit kaku
4 = Kenyal
5 = Sangat kenyal
b. Bau : 1 = Sangat bau bahan kimia
2 = Bau bahan kimia
3 = Sedikit bau bahan kimia
4 = Bau khas sapi
5 = Sangat bau khas sapi
c. Warna : 1 = Sangat Putih Pucat
2 = Putih pucat
3 = Sedikit putih pucat
4 = Putih cerah
5 = Sangat putih cerah
Kesimpulan :
Baik bila skor = 10-15
Organoleptik Kikil Sapi dikatakan baik apabila:
Tekstur : Kenyal
Bau : Khas sapi
Warna : Putih cerah
Catatan :
Kikil yang memiliki keadaan fisik baik apabila kriteria tekstur, bau dan
warna baik.
Tiap kriteria dinyatakan baik apabila > 3 panelis menyatakan baik.
Tiap kriteria dinyatakan tidak baik apabila > 3 panelis menyatakan tidak
baik.
LAMPIRAN 3
Prinsip
volume, kemudian harga kikil sapi tiap1 Kg adalah harga kikil sapi (Rp) per
Peralatan
Neraca analitik
Kalkulator
Gelas arloji
Bahan
Kikil sapi
Prosedur kerja
1. Masukkan kikil sapi ke dalam gelas arloji. Gelas arloji yang digunakan di
2. Lalu hitung volume kikil sapi. Selanjutnya catat data dari volume kikil
volume kikil sapi untuk mendapatkan harga kikil sapi per 1 kg.
Rumus perhitungan :
1. Prinsip
suhu 60-80 ºC, hasil destilasi (destilat) tersebut direaksikan dengan asam
kromatofat pada suhu ± 100ºC dalam waterbath atau penangas air. Adanya
2. Peralatan
Perangkat destilasi
Pipet volume 1 ml
Thermometer
Tabung reaksi
Neraca teknis
Batang pengaduk
Glass wool
Kikil sapi
Aquadest
4. Pembuatan Reagensia
C1×V1 = C2× V2
10 ×100 = 85 ×V2
1000/85 = V2
V2 = 11,7 ml
Pipet asam fosfat 85% sebanyak 11,7 ml, masukkan dalam beaker glass
Lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 ml add kan aquadest hingga 100
ml, homogenkan.
Beri etiket
C1×V1 = C2× V2
60 ×150 = 98 ×V2
9000/98 = V2
V2 = 91,8 ml
Pipet asam sulfat 98% sebanyak 91,8 ml, masukkan dalam beaker glass
Agar reagen asam kromatofat tidak mudah rusak, maka pembuatan reagen
5. Prosedur Kerja
1. Persiapan sampel
destilator.
Tambahkan 100 ml aquadest dan asam kan dengan asam fosfat sebanyak 5
sebanyak ± 5 ml. saat proses destilasi selalu dikontrol suhu pada alat
2. Proses analisa:
destilat.
6. Kontrol Positif
4. Lalu masukkan ke dalam waterbath atau penangas air yang mendidih (100
seperti sampel.
sebanyak ± 5 ml. saat proses destilasi selalu dikontrol suhu pada alat
destilat.
6. Lalu masukkan ke dalam waterbath atau penangas air yang mendidih (100
7. Kontrol Negatif
tabung reaksi.
3. lalu masukkan ke dalam waterbath atau penangas air yang mendidih (100
NIM : PO.71.34.0.13.010
Agama : Islam
No.Telepon : 089686247929
Pendidikan :