Anda di halaman 1dari 22

KOMANDO DAERAH MILITER III/SILIWANGI

Z ENI

SURAT PERJANJIAN
Nomor SP / /Zidam III/Siliwangi/ / 2020

ANTARA

ZIDAM III/SILIWANGI

DENGAN

CV/PT…………………….

TENTANG

PEKERJAAN ……………………………….

Pada hari ini ……… tanggal ……… bulan ……. tahun ..............., yang
bertanda tangan dibawah ini :

I. Nama : Agung Isa Rakhman, S.H., M.Tr ( Han )


Pangkat /NRP : Letnan Kolonel Czi/11980061140876
Alamat : Jl. Jawa No. 15 Bandung
Jabatan : Wakil Kepala Zeni Komando Daerah Militer III /
Siliwangi, selaku pejabat pembuat Komitmen
bertindak untuk dan atas nama TNI AD Cq
Kodam III/Siliwangi selanjutnya kedudukannya
sebagai Pihak Kesatu ; dan

II Nama : ………….
Alamat : ...................
Jabatan : Direktur CV/PT ……
Berdasarkan Akte ....... bertindak untuk
dan atas nama CV/PT……… selanjutnya
kedudukannya sebagai Pihak Kedua.
Atas dasar :

1. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad / 70-02 / XII / 2013
tanggal 27 Desember 2013 petunjuk administrasi tentang Pengadaan Barang /
Materiil dan Jasa dilingkungan Angkatan Darat;

2. Peraturan Presiden RI No. 16 tahun 2018 Tanggal 16 Maret 2018 tentang


Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;

3. Peraturan Presiden RI No. 12 tahun 2021 Tanggal 2 Februari 2021 tentang


Perubahan atas Peraturan Presiden RI No. 16 tahun 2018 ;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
2

4. Keputusan Panglima Kodam III / Siliwangi Nomor Kep / 01 / I / 2021 tanggal


2 Januari 2021 Tentang Program Kerja dan Anggaran Kodam III/Siliwangi TA. 2021;

4. Surat Telegram Pangdam III/Siliwangi Nomor ST / 374 / 2019 tanggal


28 Pebruari 2019 tentang penggunaan sisa anggaran kontraktual pengadaan barang
/Material dan jasa di lingkungan TNI-AD;

5. Surat Berita Acara Hasil Pemilihan Nomor ..... Tanggal …… tentang pekerjaan
……………..;

6. Surat pengesahan daftar isian Perintah Pelaksanaan Anggaran petikan Tahun


Anggaran 2021 Nomor : SP DIPA – 012.22.2.344202/2021 Tanggal 23 November
2020; dan

7. Surat Penunjukan Penyedia Barang / Jasa Nomor ……. tanggal ………tentang


Penunjukan Penetapan Penyedia Jasa Konstruksi pekerjaan ………;

Maka oleh Karena itu, PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dengan ini
bersepakat untuk membuat Surat perjanjian pelaksanaan paket dengan
syarat – syarat atau ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Pasal – 1

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Ruang lingkup utama pekerjaan terdiri dari :

1.1.1. Adminitrasi Proyek


1.1.2. Pekerjaan ……..
1.1.3. …….
1.1.4. …………
1.1.5. ……….
1.1.6. ……..
1.1.7. …………
1.1.8. ……….
1.1.9. ………
1.1.10. …………..
1.1.11. ……..
1.1.12. …………
1.1.13. ………..

1.2. Rincian sasaran pekerjaan, volume dan harga terlampir

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
3

Pasal 2

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

2.1 Hak dan Kewajiban PIHAK KESATU :

2.1.1 Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK


KEDUA;

2.1.2 Meminta laporan- laporan secara periodik mengenai pelaksanaan


pekerjaan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;

2.1.3 Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
PIHAK KEDUA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan
kontrak;

2.1.4 Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak
yang telah ditetapkan kepada PIHAK KEDUA; dan

2.1.5 Mengenakan denda keterlambatan ( apabila ada );

2.2. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA :

2..2.1 Menyiapkan biaya yang timbul untuk kegiatan pengendalian,


pengawasan dan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KESATU
sebagaimana diatur dalam rincian biaya administrasi proyek ( Minyek )
adapun besarnya biaya Minyek sesuai tercantum dalam lampiran kontrak;.

2.2.2 Meminta fasilitas – fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari
PIHAK KESATU untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai
ketentuan kontrak;

2.2.3 Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PIHAK


KESATU;

2.2.4 Mengambil langkah – langkah yang memadai untuk melindungi tempat


kerja serta membatasi terjadinya kerusakan dan gangguan kepada
masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan PIHAK KEDUA;

2.2.5 Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal


pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

2.2.6 Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan


pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak; dan

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
4

2.2.7 Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat


dan penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan dan segala
pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan untuk
pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam
kontrak.

Pasal - 3

KETENTUAN MENGENAI SANKSI

3.1. Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang dikenakan sanksi dalam
pelaksanaan pemilihan Penyedia adalah :

3.1.1 Menyampaikan dokumen atau keterangan palsu / tidak benar untuk


memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;

3.1.2 Terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk


mengatur harga penawaran;

3.1.3 Terindikasi melakukan KKN dalam pemilihan Penyedia; atau

3.1.4 Mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh
Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan.

3.2 Perbuatan atau tindakan Pemenang pemilihan yang telah menerima SPPBJ
yang dapat dikenakan sanksi adalah pemenang pemilihan mengundurkan diri
sebelum Penandatanganan kontrak.

3.3 Perbuatan atau tindakan Penyedia jasa yang dikenakan sanki adalah :

3.3.1 Tidak melaksanakan kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak


melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan;

3.3.2 Menyebabkan kegagalan bangunan;

3.3.3 Menyerahkan Jaminan yang tidak dapat dicairkan;

3.3.4 Melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan


berdasarkan hasil audit;

3.3.5 Menyerahkan barang / jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan


kontrak berdasarkan hasil audit; atau

3.3.6 Terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
5

3.4 Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3.1), ayat ( 3.2)
dan ayat ( 3.3) dikenakan :

3.4.1 Sanksi digugurkan dalam pemilihan;


3.4.2 Sanksi pencairan jaminan;
3.4.3 Sanksi Daftar Hitam;
3.4.4 Sanksi ganti kerugian; dan/atau
3.4.5 Sanksi denda

Pasal 4

ASURANSI PROYEK DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

4.1. Asuransi Proyek.

4.1.1 PIHAK KEDUA sanggup mengasuransikan pekerjaan yang sedang


dilaksanakan sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan.

4.1.2. Asuransi tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada perusahaan


asuransi yang disetujui oleh PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA harus
menyerahkan kepada PIHAK KESATU rekaman polis asuransi pada
saat pembayaran angsuran kesatu; dan

4.1.3. Apabila PIHAK KEDUA tidak mengasuransikan kegiatan tersebut, maka


pembayaran angsuran termin selanjutnya tidak dibayarkan sampai
dengan kegiatan tersebut diasuransikan.
4.2. Perlindungan Tenaga Kerja.

4.2.1. PIHAK KEDUA berkewajiban atas biaya sendiri untuk


mengikutsertakan Personelnya pada program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (PBJS) sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan;

4.2.2. PIHAK KEDUA berkewajiban atas biaya sendiri untuk menyediakan


kepada setiap Personelnya ( termasuk Personel Subpenyedia, jika ada )
perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai dan memadai;

4.2.3 Apabila PIHAK KEDUA tidak mengasuransikan pekerja-pekerja proyek


tersebut, maka pembayaran termin selanjutnya tidak dibayarkan sampai
dengan pekerja- pekerja proyek tersebut diasuransikan; dan

4.5. Tanpa mengurangi kewajiban PIHAK KEDUA untuk melaporkan


kecelakaan berdasarkan hukum yang berlaku, PIHAK KEDUA akan
melaporkan kepada PIHAK KESATU mengenai setiap kecelakaan yang
timbul sehubungan dengan pelaksanaan kontrak ini dalam waktu 24
(dua puluh empat) jam setelah kejadian.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
6

Pasal 5

KETENTUAN TENTANG ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN

5.1. Dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan,perlu


perlu diperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku;
5.2. Limbah yang berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan dan atau
dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lainnya agar dikelola dengan sebaik-baiknya; dan

5.3. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut diatas dapat dijatuhi sanksi berupa
pencabutan izin usaha dan atau kegiatan penyedia jasa konstruksi.

Pasal 6

KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1. Pekerjaan Pemb. Rumds Dandenhub, Kasiren Progar, Kasi dan Prasarana di
Korem 063/Sgj Cirebon harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA menurut :

6.1.1. Rincian anggaran biaya, gambar-gambar (termasuk gambar-gambar


detail) dan rencana syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (Bestek)
dengan semua perubahan sesuai yang tercantum dalam berita acara
penjelasan, sebagaimana menjadi lampiran dan tidak dapat dipisahkan
dari Surat Perjanjian ini; dan

6.1.2. Dalam melaksanakan pekerjaan PIHAK KEDUA wajib mentaati


semua ketentuan-ketentuan teknis yang tercantum dalam:

6.1.2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar sesuai


dengan kebutuhan TNI dan standar lainnya;

6.1.2.2. Peraturan daerah yang berlaku di daerah dimana pekerjaan


tersebut dilaksanakan; dan

6.1.2.3. Petunjuk - petunjuk dan peringatan - peringatan lisan


maupun tertulis yang diberikan direksi dan pengawas
lapangan guna hasil terbaik dalam pelaksanaan Pekerjaan
Pemb. Rumds Dandenhub, Kasiren Progar, Kasi dan
Prasarana di Korem 063/Sgj Cirebon untuk mencapai
tujuan dan maksud dari pada perjanjian pemborongan
pelaksanaan konstruksi ini.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
7

Pasal 7

JAMINAN
7.1. Jaminan pelaksanaan:

7.1.1. Jaminan pelaksanaan diberikan kepada PIHAK KESATU


selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya
Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) sebelum dilakukan
penandatanganan kontrak sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai
kontrak;
7.1.2. Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan paling kurang sejak
tanggal penandatanganan kontrak sampai dengan serah terima
pertama pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO); dan
7.1.3. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah pekerjaan dinyatakan
selesai 100% (seratus perseratus) dan diganti dengan Jaminan
Pemeliharaan atau menahan uang retensi sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak.

7.2. Jaminan uang muka:

7.2.1. Jaminan uang muka diberikan kepada PIHAK KESATU dalam


rangka pengambilan uang muka dengan nilai 100% (seratus
perseratus) dari besarnya uang muka;
7.2.2. Nilai jaminan uang muka dapat dikurangi secara proporsional
sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan;dan
7.2.3. Masa berlaku Jaminan Uang Muka paling kurang sejak tanggal
persetujuan pemberian uang muka sampai dengan tanggal
penyerahan pertama pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO ).

7.3. Jaminan pemeliharaan:

7.3.1. Diberikan kepada PIHAK KESATU setelah pekerjaan dinyatakan


selesai 100% (seratus perseratus);
7.3.2. Pengembalian Jaminan Pemeliharan dilakukan paling lambat
14 ( empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai dan
pekerjaan diterima dengan baik sesuai dengan ketentuan kontrak;
7.3.3. Masa berlaku Jaminan Pemeliharaan paling kurang sejak tanggal
serah terima pertama pekerjaan (PHO) sampai dengan tanggal
penyerahan akhir pekerjaan (Final Hand Over/FHO); dan
7.3.4. Besarnya jaminan, bentuk dan masa berlakunya jaminan-jaminan
tersebut di atas disesuaikan dengan ketentuan dalam dokumen
pengadaan.
7.4. Penggunaan jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, dan jaminan
pemeliharaan dapat diterbitkan oleh Bank Pemerintah (BRI, BNI, BTN
dan Mandiri), bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional)
dimana konsorsium tersebut telah ditetapkan/mendapat rekomendasi dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada
PIHAK KESATU.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
8

Pasal 8

MASA PELAKSANAAN
( JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ) PEKERJAAN

8.1. Kontrak ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan Surat Perjanjian
oleh Para Pihak dalam jangka waktu pelaksanaan selama … ( …. ) hari
kalender terhitung sejak dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja pada tanggal
…… dan diserahkan untuk pertama kalinya paling lambat pada tanggal
……………;

8.2. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam
syarat- syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang
tercantum dalam Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ;

8.3. PIHAK KEDUA harus menyelesaikan Pekerjaan Pemb. Rumds Dandenhub,


Kasiren Progar, Kasi dan Prasarana di Korem 063/Sgj Cirebon dalam jangka
waktu pelaksanaan selama …… terhitung sejak dikeluarkan Surat
Perintah Mulai Kerja pada tanggal ………. dan diserahkan untuk pertama
kalinya paling lambat pada tanggal…………;

8.4. Apabila PIHAK KEDUA berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan


sesuai jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya dan PIHAK KEDUA
telah melaporkan kejadian tersebut kepada PIHAK KESATU, maka
PIHAK KESATU dapat melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas
PIHAK KEDUA dengan adendum kontrak;

8.5. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan oleh PIHAK


KEDUA apabila telah disetujui oleh PIHAK KESATU maka dibuatkan dalam
Amandemen Kontrak; dan

8.6. Pekerjaan telah dinyatakan selesai 100% bila kemajuan fisik telah mencapai
100% dan berfungsi sebagaimana mestinya dengan diikuti laporan kemajuan
fisik yang dibuat PIHAK KEDUA dan telah mendapat persetujuan dari
pengawas lapangan dan selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan oleh Tim
Direksi dan dituangkan dalam Berita acara pemeriksaan pekerjaan 100%.

Pasal 9

JANGKA WAKTU PEMELIHARAAN

9.1. Masa pemeliharaan dilaksanakan dalam jangka waktu 180 hari kalender
terhitung setelah pekerjaan ini diserahkan untuk pertama kalinya;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
9

9.2. Selama jangka waktu masa pemeliharaan, semua perbaikan dan


penyempurnaan yang disebabkan oleh kerusakan, kekurangan dan cacat dari
cara pelaksanaan pekerjaan yang kurang baik, pemeliharaannya tetap
menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;

9.3. Apabila dalam tenggang waktu masa pemeliharaan PIHAK KEDUA tidak
dapat menyelesaikan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan yang
disebabkan kerusakan tersebut, maka PIHAK KESATU berhak memutus
secara sepihak Surat Perjanjian Pekerjaan Pemb. Rumds Dandenhub,
Kasiren Progar, Kasi dan Prasarana di Korem 063/Sgj Cirebon kepada
PIHAK KEDUA. Dan selanjutnya PIHAK KESATU berhak mengajukan klaim
pencairan jaminan pemeliharaan kepada Bank penjamin yang selanjutnya
PIHAK KESATU mengambil alih pekerjaan tersebut dengan menunjuk
PIHAK KETIGA untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan
penyempurnaan Pekerjaan Pemb. Rumds Dandenhub, Kasiren Progar, Kasi
dan Prasarana di Korem 063/Sgj Cirebon, dengan semua beban biaya
dibebankan kepada PIHAK KEDUA;

9.4. Penyerahan pekerjaan dilaksanakan setelah Tim Direksi melaksanakan


pemeriksaan dan dapat menerima pekerjaan tersebut dengan ditulis dalam
berita acara penerimaan; dan

9.5. Waktu pemeliharaan selesai apabila telah dinyatakan dalam berita


acara penyerahan pekerjaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Pasal 10

HARGA BORONGAN

10.1. Jumlah harga borongan untuk pekerjaan tersebut dalam pasal 6 adalah
s e besar Rp. ……… ( ……………. ) terdiri dari :

10.1.1 Administrasi Proyek Rp. ………………..


10.1.2 …………….
………………………
……………………………….
…………………………

………………………
………………………..
……………………
.
.

10.2. Rincian Rencana Anggaran Biaya (terlampir)

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
10
Pasal 11

CARA PEMBAYARAN

11.1. Pembayaran total harga kontrak seperti tersebut dalam pasal 10 kontrak ini
akan dilaksanakan dalam mata uang rupiah oleh PIHAK KESATU
kepada PIHAK KEDUA melalui pembayaran langsung sebesar
Rp. ………. ( ……………….. )

11.2. Pembayaran PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dilaksanakan


melalui transfer bank ke:

11.2.1. Nama rekening : CV/PT ………


Nomor rekening : …………..
Nama bank : ……………..
Alamat bank : ………………..

11.3. Pembayaran pekerjaan ………….., dapat dibayarkan kepada PIHAK KEDUA


sesuai harga borongan yang tersebut dalam pasal 11 dilakukan dengan
pembayaran sebagai berikut:

11.3.1. Pembayaran uang muka:

11.3.1.1. Setelah kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak,


PIHAK KEDUA mengajukan kepada PIHAK KESATU
tentang permintaan uang muka sebesar 30% dari kontrak;

11.3.1.2. Uang muka yang akan diterima oleh PIHAK KEDUA


sebesar 30 % x Rp. …………….. =
Rp. ………… ( ………… );

11.3.1.3. Pembayaran uang muka dilakukan setelah PIHAK


KEDUA menyerahkan surat Bank Garansi jaminan uang
muka yang dikeluarkan Bank pemerintah dan nilai surat
jaminan uang muka tersebut sama dengan nilai uang
muka yang diberikan serta jaminan uang muka harus
terlebih dahulu dicek keabsahannya oleh PIHAK KESATU;

11.3.1.4. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat


dikurangi secara proporsional sesuai dengan pencapaian
prestasi pekerjaan;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
11

11.3.1.5. Pembayaran termin kesatu sebesar 30 %


( Tiga puluh persen ) dari harga kontrak yaitu
30 % x Rp. ………….. = Rp. ………… dikurangi angsuran
kesatu pengembalian uang muka sebesar 10% x Rp.
……………………………………………………………=
Rp. ……… Sehingga dibayarkan ke Penyedia
Jasa sebesar Rp. …………….. -
Rp. ………….. = Rp. ………….. ( ………….. ) Jika
kemajuan fisik di lapangan telah mencapai minimal 35 %
dan Lapjusik pekerjaan telah ditanda tangani oleh Tim
Direksi Lapangan;

11.3.1.6. Pembayaran termin kedua sebesar 30 %


( Tiga puluh persen ) dari harga kontrak yaitu
30 % x Rp. …………………… = Rp…………….. dikurangi
angsuran kedua pengembalian uang
muka sebesar 10% x Rp. ………….. =
Rp. ………….. Sehingga dibayarkan ke
Penyedia Jasa sebesar Rp. …………….. -
Rp. ……….= Rp. ………. ( ………………………. ) Jika
kemajuan fisik di lapangan telah mencapai minimal 65 %
dan Lapjusik pekerjaan telah ditanda tangani oleh Tim
Direksi Lapangan; dan

11.3.1.7. Pembayaran termin ketiga sebesar 40 %


( Empat puluh persen ) dari harga kontrak yaitu
40 % x Rp. …………… = Rp. …………………………….
dikurangi angsuran ketiga pengembalian
uang muka sebesar 10 % x Rp. ………………….. =
Rp. ……………… Sehingga dibayarkan ke
Penyedia Jasa sebesar Rp. …………. -
Rp. …………….. = Rp. ………………………… (
……………………… rupiah ) akan dibayarkan pada saat
kemajuan pekerjaan telah mencapai prestasi 100 %; dan
dapat dilakukan pembayaran setelah Pihak Kedua
menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar
5 % x Rp. …………… = ........................0 (
Seratus dua puluh juta enam ratus sembilan puluh tiga
ribu enam ratus lima puluh rupiah ) berupa surat Jaminan
dari Bank Pemerintah yang merupakan retensi selama
masa pemeliharaan.

11.4 PIHAK KEDUA berkewajiban melengkapi syarat-syarat administrasi


sebagai berikut :

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
12

11.4 PIHAK KEDUA berkewajiban melengkapi syarat-syarat administrasi


sebagai berikut :
11.3.1. Surat Perintah Mulai Kerja;
11.3.2. Surat Perjanjian Kontrak Konstruksi;
11.3.3. Surat Keputusan Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
11.3.4. Jaminan Pelaksanaan dan Jaminan Pemeliharaan;
11.3.5. K.U-17;
11.3.6. PPN/PPH Konstruksi;
11.3.7. Surat Permohonan Pembayaran;
11.3.8. Permohonan Tagihan Pembayaran;
11.3.9. Kwitansi bermeterai;
11.3.10. Lapjusik;
11.3.11. Berita Acara Direksi;
11.3.12. Berita Acara Serah Terima (BAST);
11.3.13. Berita Acara Penerimaan Hasil Pekerjaan (BAPHP);
11.3.14. SIUJK, SBUJK, PKP dan NPWP; dan
11.3.15. Surat Petikan DIPA.
11.5 Untuk keperluan administrasi dokumen tersebut 11.3. di atas dibuat
tindasan dalam rangkap 7 (tujuh);

Pasal 12

DENDA DAN GANTI RUGI


12.1. Denda dan Ganti Rugi:

12.1.1. Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada


penyedia;

12.1.2. Ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada


Pejabat Penandatangan Kontrak karena terjadinya cidera
janji/wanprestasi;

12.1.3. Besarnya denda kepada PIHAK KEDUA atas keterlambatan


penyelesaian pekerjaan untuk setiap hari keterlambatan adalah:

12.1.3.1. 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak


yang belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan yang
sudah dilaksanakan dapat berfungsi untuk setiap item
pekerjaan, apabila kontrak terdiri atas bagian pekerjaan
yang dapat dinilai terpisah dan bukan merupakan kesatuan
sistem, serta hasil pekerjaan tersebut telah diterima oleh
PIHAK KESATU; dan

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
13

12.1.3.2. 1/1000 (satu perseribu ) dari harga kontrak, apabila


bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum
berfungsi, (apabila output tidak dapat dipecah-pecah
karena satu kesatuan sistem dan tidak dapat berfungsi
secara sendiri-sendiri) sesuai yang ditetapkan dalam
Kontrak.

12.1.4 Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PIHAK KESATU atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga dari nilai tagihan
yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang
berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat
diberikan kompensasi;

12.1.5 Pembayaran denda dan / atau ganti rugi diperhitungkan


dalam Pembayaran prestasi pekerjaan;

12.1.6 Ganti rugi dan kompensasi kepada PIHAK KEDUA dituangkan


dalam adendum kontrak; dan

12.1.7 Pembayaran ganti rugi dan kompensasi dilakukan oleh PIHAK


KESATU, apabila PIHAK KEDUA telah mengajukan tagihan
disertai perhitungan dan data-data.

Pasal 13

PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG

13.1. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi di lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau bestek yang ditentukan dalam
dokumen kontrak, PIHAK KEDUA memberitahukan tentang terjadinya
Keadaan Kahar kepada PIHAK KESATU dapat melakukan perubahan
kontrak yang meliputi:

13.1.1. Menambah atau mengurangi volumen pekerjaan yang tercantum


dalam kontrak;

13.1.2. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;

13.1.3. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan


kebutuhan lapangan;

13.1.4. Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam


kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan;
dan

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
14

13.1.5. Mengubah jadwal pelaksanaan.

13.2. Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (13.1) dilaksanakan


dengan ketentuan:

13.2.1. Tidak melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari harga yang
tercantum dalam perjanjian/kontrak awal; dan

13.2.2. Tersedianya anggaran.

13.3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh PIHAK KESATU secara tertulis
kepada PIHAK KEDUA ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga
dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam
perjanjian/kontrak;

13.4. Bila PIHAK KESATU belum menyetujui pelaksanaan pekerjaan tambah/


kurang ini secara tertulis akan tetapi PIHAK KEDUA tetap melaksanakannya
maka segala akibat dari pelaksanaan kerja tambah/kurang ini menjadi
tanggungan PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA tidak berhak menuntut
pembayaran apapun juga kepada PIHAK KESATU; dan

13.5. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara sebagai


dasar penyusunan amandemen kontrak.

Pasal 14

KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)

14.1. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para
pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

14.2. Yang digolongkan Keadaan Kahar meliputi namun tidak terbatas pada:

14.2.1. Bencana alam;

14.2.2. Bencana non alam;

14.2.3. Bencana sosial;

14.2.4. Pemogokan;

14.2.5. Kebakaran; dan/atau

14.2.6. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui


keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
15

14.3. Apabila terjadi Keadaan Kahar, maka PIHAK KEDUA memberitahukan


kepada PIHAK KESATU paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya
Keadaan Kahar, dengan menyertakan pernyataan Keadaan Kahar dari
pejabat yang berwenang, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

14.4. Jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak untuk pemenuhan kewajiban
Pihak yang tertimpa Keadaan Kahar harus diperpanjang paling kurang sama
dengan jangka waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar;

14.5. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat Keadaan Kahar yang


dilaporkan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya Keadaan
Kahar, tidak dikenakan sanksi;dan

14.6. Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Kontrak ini akan dihentikan
sementara hingga Keadaan Kahar berakhir dengan ketentuan, PIHAK
KEDUA berhak untuk menerima pembayaran sesuai dengan prestasi atau
kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai. Jika selama masa
Keadaan Kahar PIHAK KESATU memerintahkan secara tertulis kepada
PIHAK KEDUA untuk meneruskan pekerjaan sedapat mungkin maka
PIHAK KEDUA berhak untuk menerima pembayaran sebagaimana ditentukan
dalam Kontrak dan mendapat penggantian biaya yang wajar sesuai
dengan yang telah dikeluarkan untuk bekerja dalam situasi demikian.
Penggantian biaya ini harus diatur dalam suatu adendum Kontrak.

Pasal 15

PENYELENGGARAAN PEKERJAAN OLEH PIHAK KETIGA

15.1. PIHAK KESATU berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan


terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA. Apabila diperlukan, PIHAK KESATU dapat memerintahkan kepada
pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua
pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA;

15.2. PIHAK KEDUA tidak dibenarkan atau tidak boleh menyerahkan kepada pihak
lain (PIHAK KETIGA) sebagian atau seluruh pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 Surat Perjanjian ini, kecuali setelah diketahui dan
diizinkan secara tertulis oleh PIHAK KESATU; dan

15.3. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan adanya sub penyedia
jasa pelaksanaan konstruksi, PIHAK KEDUA wajib menggunakan sub
penyedia jasa pelaksanaan konstruksi sedapat mungkin dari usaha kecil dan
Koperasi kecil.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
16

Pasal 16

PEMBATALAN PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSTRUKSI MILITER

16.1 PIHAK KESATU berhak membatalkan Surat Perjanjian pemborongan ini


secara sepihak apabila PIHAK KEDUA:

16.1.1. Dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender terhitung mulai tanggal
berlakunya kontrak kerja konstruksi ini, tidak atau belum memulai
dengan pekerjaan secara fisik dilapangan;

16.1.2. Didalam waktu 1 (satu) bulan berturut - turut tidak melanjutkan


pekerjaan, apabila pekerjaan tersebut mengalami kemacetan;

16.1.3. Secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja


memperlambat penyelesaian pekerjaan;
16.1.4. Memberikan keterangan-keterangan tidak benar yang merugikan
atau diperkirakan dapat merugikan PIHAK KESATU;

16.1.5. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan atau


pemalsuan administrasi dalam proses pengadaan barang/jasa yang
diputuskan oleh instansi yang berwenang;

16.1.6. Ada pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan


atau pelanggaran dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa oleh
instansi yang berwenang;

16.1.7. PIHAK KEDUA tidak mampu menyelesaikan keseluruhan


pekerjaan pengadaan barang / jasa sesuai yang tercantum dalam
Surat Perjanjian ini;

16.1.8. Semua pembiayaan/perongkosan sebagai akibat dari pembatalan


Surat Perjanjian ini oleh PIHAK KESATU sebagaimana tercantum
dalam pasal 17.1. Menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA; dan

16.1.9. PIHAK KEDUA berhak membatalkan kontrak kerja konstruksi ini


secara sepihak apabila PIHAK KESATU tidak memenuhi
kewajiban dan tanggung jawabnya seperti yang tercantum dalam
pasal 2 kontrak kerja konstruksi.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
17

Pasal 17

PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK PEKERJAAN


PENYEDIAAN BARANG/JASA KONSTRUKSI MILITER

17.1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau
terjadi Kahar;

17.2. Dalam hal kontrak dihentikan, maka PIHAK KESATU wajib membayar
kepada Penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai;

17.3. Pemutusan Kontrak dilakukan apabila:

17.3.1. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan


penyedia Barang / Jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus)
dari nilai kontrak;

17.3.2. Penyedia Barang / Jasa lalai / cidera janji dalam melaksanakan


kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan;

17.3.3. Penyedia Barang / Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan


dan /atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan
oleh instansi yang berwenang;dan

17.3.4. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/


atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan
pengadaan dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.

17.4. Dalam hal Pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan PIHAK KEDUA
maka:

17.4.1. Jaminan pelaksanaan akan dicairkan oleh PIHAK KESATU;

17.4.2. Sisa uang muka harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA atau jaminan
uang muka dicairkan oleh PIHAK KESATU ( apabila uang
muka telah diberikan);

17.4.3. PIHAK KEDUA membayar denda;

17.4.4. Penyedia dimasukan dalam daftar hitam; dan

17.4.5. PIHAK KESATU akan memindahkan tanggung jawab pelaksanaan


kontrak ini baik sebagian maupun keseluruhan dari PIHAK KEDUA
kepada pihak lain.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
18

Pasal 18

DIREKSI PEKERJAAN

18.1. Selama pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Surat Perjanjian ini
dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU menunjuk pengawas
teknis yang dapat dibantu oleh satu kelompok tenaga ahli
pembantu untuk melaksanakan pengawasan pekerjaan sehari-hari di
lapangan;

18.2. Atas permintaan PIHAK KESATU melalui pengawas teknis, PIHAK KEDUA
wajib memberi penjelasan-penjelasan tentang segala sesuatu mengenai
jalannya pelaksanaan pekerjaan yang telah dan atau sedang berlangsung;

18.3. Setelah menerima pemberitahuan/laporan mengenai kemajuan pekerjaan


dari PIHAK KEDUA, pengawas teknis selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari sudah melakukan pemeriksaan atas kemajuan pekerjaan
(prestasi) yang diberitahukan/ dilaporkan tersebut;

18.4. Hasil pemeriksaan kemajuan (prestasi) pekerjaan sebagaimana dimaksud


dalam ayat 18.3 pasal ini dicantumkan dalam laporan mingguan, laporan
bulanan dan berita acara pemeriksaan pekerjaan; dan

18.5. Direksi pekerjaan untuk pengawasan ditunjuk oleh PIHAK KESATU


berdasarkan surat perintah dan akan diberitahukan secara tertulis kepada
PIHAK KEDUA.

Pasal 19

PELAKSANA PIHAK KEDUA

19.1. Di tempat pekerjaan harus selalu ada penanggung jawab pekerjaan sebagai
wakil PIHAK KEDUA (Site Manager) yang ditunjuk sebagai pelaksana dan
mempunyai wewenang atau kuasa penuh untuk mewakili PIHAK KEDUA,
yang dapat menerima dan menyelesaikan segala perintah dan petunjuk dari
direksi. Penunjukan pelaksana ini sebelumnya harus ada persetujuan tertulis
dari PIHAK KESATU; dan

19.2. Apabila wakil PIHAK KEDUA dinilai tidak mampu oleh PIHAK KESATU
dalam melaksanakan pekerjaan maka PIHAK KEDUA harus mengganti wakil
PIHAK KEDUA tersebut sesuai ketentuan/kemampuannya.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
19

Pasal 20

BEA METERAI

20.1. Bea meterai dalam Surat Perjanjian dan pengeluaran biaya yang
berhubungan dengan pembuatan Surat Perjanjian ini menjadi beban
PIHAK KEDUA sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 21

PENGAMANAN PELAKSANAAN

21.1. PIHAK KEDUA diwajibkan menghindarkan segala bahaya yang dapat timbul
atas pekerja-pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dan apabila
terjadi kecelakaan, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA;

21.2. Untuk menyimpan bahan bangunan dan alat kerja yang dibutuhkan
dalam pekerjaan, maka PIHAK KEDUA harus membuat gudang yang
baik/memenuhi syarat;

21.3. Untuk menghindari pencurian bahan bangunan perlu diadakan penjagaan


yang cukup; dan
21.4. Segala perubahan dan tuntutan para pekerja maupun sub penyedia jasa
pelaksanaan konstruksi menjadi beban tanggung jawab sepenuhnya dari
PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK KESATU dari
segala tuntutan- tuntutan PIHAK KETIGA berkenaan dengan pekerjaan ini,
baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Pasal 22

SPESIFIKASI TEKNIS DAN PERSYARATANNYA

22.1. Spesifikasi teknis dan persyaratannya dilaksanakan sebagaimana yang ada


pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat khusus kontrak (terlampir).

Pasal 23

KEGAGALAN KONSTRUKSI/BANGUNAN

23.1. Kegagalan Konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan PIHAK KESATU
atau PIHAK KEDUA dalam periode pelaksanaan kontrak;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
20

23.2. Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah


diserahterimakan pertama (PHO) oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK
KESATU, menjadi tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun
sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
kontrak, dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja,
dan/atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan PIHAK KEDUA atau
PIHAK KESATU;

23.3. Apabila terjadi kegagalan konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan dan masa
pemeliharaan, maka PIHAK KESATU dan/atau PIHAK KEDUA
bertanggungjawab atas kegagalan konstruksi sesuai dengan kesalahan
masing-masing selama umur konstruksi yang tercantum dalam kontrak tetapi
tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, dan dalam kontrak pada umur konstruksi
agar dicantumkan lama pertanggungan terhadap kegagalan bangunan yang
ditetapkan apabila rencana umur konstruksi kurang dari 10 (sepuluh) tahun;

23.4. PIHAK KESATU maupun PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menyimpan


dan memelihara semua dokumen yang digunakan dan terkait dengan
pelaksanaan ini selama umur konstruksi yang tercantum dalam kontrak tetapi
tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan

23.5. Apabila terjadi kegagalan bangunan disebabkan oleh PIHAK KEDUA dan hal
tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka PIHAK
KEDUA wajib bertanggung- jawab sesuai dengan bidang usaha dan
dikenakan ganti rugi.

Pasal 24

TATA LINGKUNGAN

24.1. PIHAK KEDUA harus membatasi daerah operasi sekitar tempat pekerjaan
dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang
berdekatan;

24.2. PIHAK KEDUA harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan pemakai
jalan bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya
serta memelihara kelancaran lalu lintas baik kendaraan maupun pejalan kaki
selama Kontrak berlangsung;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
21

24.3. Selama Pelaksanaan pekerjaan bangunan berlangsung, PIHAK KEDUA


harus memelihara kebersihan bangunan yang sedang dikerjakan beserta
halaman (sesuai dengan batas yang telah ditentukan oleh Direksi); dan

24.4. Pada penyerahan pertama, bangunan dan seluruh halaman harus bersih dan
rapi.

Pasal 25

PENYELESAIAN PERSELISIHAN/SENGKETA

25.1. Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh - sungguh


menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau
berhubungan dengan kontrak ini atau interpretasinya selama atau setelah
pelaksanaan pekerjaan ini; dan

25.2. Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak
dapat dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelesaian perselisihan atau sengketa yang dipilih ditetapkan dalam
kontrak.

Pasal 26

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

26.1. Ketentuan tentang kewenangan PIHAK KESATU melakukan pengawasan


dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penyedia barang/jasa. Apabila diperlukan, maka PIHAK KESATU dapat
memerintahkan kepada pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan
pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penyedia barang/jasa;

26.2. Selama pengerjaan Pekerjaan


……………………………………………………………… berlangsung, apabila
mendapat pengawasan dan pemeriksaan dari Pejabat yang terkait maka
PIHAK KEDUA wajib menerima dan menjelaskan kemajuan fisik dan
administrasi tentang pekerjaan yang dimaksud; dan

26.3. Semua temuan / atensi yang ditemukan oleh Pejabat yang terkait pada saat
kunjungan ke lokasi pekerjaan agar segera ditindak lanjuti oleh PIHAK
KEDUA dan selanjutnya dilaporkan kepada PIHAK KESATU.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
22

Pasal 27

PENUTUP

27.1. Perjanjian pekerjaan pemborongan pelaksanaan konstruksi ini dibuat dan


ditandatangani oleh kedua belah pihak di Bandung pada hari, bulan dan
tahun tersebut di atas, yang aslinya dalam rangkap 2 (dua), masing-masing
dibubuhi meterai secukupnya dan kedua-duanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama; dan

27.2. Untuk keperluan administrasi dibuat tindasan dalam rangkap 3 (tiga).

Pihak Kedua Pihak Kesatu


CV/PT. …………….. Wakil Kepala Zidam III/Siliwangi,
Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen

Nama Direktur Agung Isa Rakhman, S.H., M.Tr (Han)


Direktur Letnan Kolonel Czi NRP 11980061140876

Tembusan :

1. Kasdam III/Siliwangi
2. Irdam III/Siliwangi
3. Asrendam III/Siliwangi
4. Aslog Kasdam III/Siliwangi
5. Kakudam III/Siliwangi
6. Dandenzibang 1,2,3/III Zidam III/Siliwangi
7. Paku Mazidam III/Siliwangi NA. 2.05.07
8. Direktur CV/PT. .

Anda mungkin juga menyukai