Menulis proposal terutama proposal penelitian seringkali memerlukan sumber acuan sebagai
bukti bahwa apa yang kita sampaikan atau rencanakan itu bukan hanya sekedar pemikiran kita
semata. Namun, juga didukung oleh pendapat ataupun hasil pemikiran ataupun penelitian pihak
yang lebih berkompeten. Untuk itu kita perlu mencantumkan sumber yang kita gunakan dalam
tulisan kita sebagai bentuk perizinan kita karena sudah mengutip hasil pemikiran mereka.
Cara penulisan daftar pustaka ada beberapa macam, seperti Torabian, APA, dan MLA. Antara
institusi yang satu dan institusi yang lain berbeda di dalam menuliskan daftar pustaka ini. Masing-
masing sistem penulisan mempunyai kelemahan dan kelebihan. Namun, yang paling penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti adalah konsistensi. Namun yang paling umum digunakan di kalangan pelajar
dan mahasiswa adalah sisten turabian.
Sistem Turabian
Sistematika atau Urutan Penulisan
Jika sebuah buku digunakan sebagai rujukan di dalam karya imiah, penulisan daftar pustaka dapat
dilakukan dengan urutan bagian-bagian berturut-turut sebagai berikut.
(1) Nama pengarang
Nama pengarang yang hanya terdiri atas satu orang (penulis tunggal) dituliskan dengan cara
membalik urutan namanya. Nama akhir (end name) diletakkan pada bagian awal diikuti nama
pertama dan seterusnya. Di antara nama akhir dan nama pertama diberi tanda koma. Selain itu,
nama gelar kepangkatan dan gelar akademis tidak perlu dicantumkan. Untuk penulis buku yang
bernama Cina atau bernama Korea, penulisan urutan namanya di dalam daftar pustaka tetap
seperti aslinya. Urutan unsur nama mereka tanpa harus dibalik karena unsur nama pertama
merupakan nama marga, yang di dalam daftar pustaka selalu diletakkan pada bagian awal.
Sementara itu, nama Melayu penulisannya tidak perlu dibalik karena biasanya nama belakang
adalah nama keluarga atau bin.
Contoh: Kwik Kian Gie tetap ditulis seperti aslinya karena Kwik merupakan nama marga.
Abdullah Hassan tetap ditulis seperti aslinya karena nama aslinya Abdullah bin Hassan.
Jika penulis buku terdiri atas lebih dua orang, cara penulisannya adalah dengan membalik urutan
unsur nama penulis pertama. Sementara itu, urutan unsur nama untuk penulis kedua tidak perlu
dibalik.
Contohnya: Panuti Sudjiman dan Dendy Sugono dituliskan dengan urutan Sudjiman,
Panuti dan Dendy Sugono.
Jika penulis buku itu terdiri atas tiga orang atau lebih, hanya penulis pertamalah yang
dicantumkan di dalam daftar pustaka dan diikuti dengan singkatan dkk. atau et al.
Contoh: Suprianto, Joko dkk.
Jika buku yang diacu tersebut mencantumkan nama editor, penulisannya dilakukan dengan
cara menambahkan singkatan editor di belakang nama. Penulisan singkatan ini diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tidak dicetak miring, dan ditempatkan di dalam
tanda kurung yang berjarak satu ketukan dari nama editornya.
Contoh: Sugono, Dendy (Ed.)
Jika ada beberapa buku atau tulisan yang ditulis oleh orang yang sama diacu dalam
penulisan karya ilmiah, cara penulisannya adalah dengan menyebutkan nama penulis itu sekali
saja. Selanjutnya, untuk berikutnya cukup dibuat garis sepanjang sepuluh ketukan.
Contoh: Koentjaraningrat
----------.
Jika ada beberapa buku yang diacu ditulis oleh pengarang yang sama dan diterbitkan pada tahun
yang sama, pengurutannya berdasarkan abjad judul bukunya. Adapun cara penulisannya adalah
dengan membubuhkan huruf sesudah tahun terbit tanpa jarak.
Contoh: Kridalaksana, Harimurti. 2001a.
----------. 2001b.
Jika buku-buku seperti tersebut di atas tersebut diterbitkan pada tahun yang berbeda,
penulisannya diurutkan berdasarkan tahun penerbitan. Buku yang diterbitkan lebih awal dituliskan
terlebih dahulu disusul tahun yang lebih kemudian.
Contoh: Keraf, Gorys. 1998.
----------. 1999.
Jika di dalam buku yang diacu tersebut tidak dicantumkan tahun terbitnya, penulisannya dengan
cara mencantumkan Tanpa Tahun setelah nama pengarang.
Contoh: Goldberg, Natalie. Tanpa Tahun.
Alisjahbana, Sutan Takdir. Tanpa Tahun.
Judul acuan yang belum diterbitkan, seperti skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau artikel ditulis
dengan diawali dan diakhiri tanda petik dan tidak dicetak miring.
Contoh: Small, J. Kenneth. 1997. “The Giving of Hostages”. Dalam Politics and the Life Scienes,
XVI (1): 77—85.
(4) Tempat terbit (nama kota) dan nama penerbit
Nama kota tempat diterbitkannya sumber acuan dituliskan sesudah judul atau keterangan judul,
seperti edisi, jilid, atau volume. Penulisan nama tempat atau kota ini diakhiri dengan tanda titik dua
(:). Sementara itu, nama penerbit diletakkan setelah nama kota (sebelum tanda titik dua) dan diakhiri
dengan tanda titik.
Contoh: Widyamartaya, A. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.
2) Majalah
Majalah yang menjadi sumber acuan ditulis dalam daftar pustaka dengan urutan: nama pengarang,
tahun terbit, judul artikel, nama majalah, tahun terbitan/bulan terbitan, nomor halaman, dan tempat
terbit.
Contoh:
Arsyad, Maidar.1981.“Sebuah Alternatif ke Arah Peningkatan Pengajaran Mengarang” Dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra No. 1 Tahun VII. (halaman 25-27).Jakarta.
3) Surat Kabar
Surat kabar yang menjadi sumber rujukan dalam daftar pustaka diurutkan: nama pengarang; tahun
terbit; judul artikel; nama surat kabar; tanggal terbit; tempat terbit.
Contoh:
Warsito, Tulus. 2007. “Motif Korea Utara Nodong Barat”. Dalam Koran Tempo, 17 Februari 2007.
Jakarta.
4) Antologi
Buku (antologi) yang dijadikan sumber rujukan ditulis dalam daftar pustaka dengan urutan:
nama pengarang, tahun terbit karangan, judul artikel/karangan, nama penghimpun/editor, tahun terbit
antologi, judul antologi, nomor halaman, tempat terbit, dan nama penerbit.
Contoh:
Prasojo, R. 2000. “Mengintip Sistem Pasar Bebas”. Dalam Iqbal Geraldine (Ed.). 2000. Prospek
Ekonomi Global. Jakarta: Djambatan.
5) Buku Terjemahan
Buku terjemahan yang dijadikan sumber rujukan ditulis dalam daftar pustaka dengan urutan: nama
pengarang, tahun terbit karangan, judul terjemahan, nama penerjemah, judul asli, tempat terbit, dan
nama penerbit.
Contoh:
Schimmel, Annemarie. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam. Terjemahan oleh Sapardi Djoko Damono
dkk. dari Mystical Dimension of Islam (1975). Jakarta: FSUI.
6) Internet
Internet sering dijadikan sumber acuan dengan cara mengunduh dan ditulis dengan urutan seperti
contoh berikut.
Kruschke, J.K. and A.L. Bradley. 1995. “Extensions to the Delta Rule of Associative Learning
(Indiana University Cognitive Research Report No. 14). Abstrak diunduh dari
http://www.Indiana.edu/~kruschke/deltarule_abstract.html, 21/10/2000.
http://www.Indiana.edu/~kruschke/deltarule_abstract.html, 21/10/2000.
7) Artikel
Artikel yang dimuat di dalam terbitan seperti majalah juga sering dijadikan sumber acuan dalam
karangan ilmiah.
(1) Artikel dalam Majalah atau Jurnal
Contoh penulisan
Arsyad, M. (1981) “Sebuah Alternatif ke Arah Peningkatan Pengajaran Mengarang” Dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra No. 1 Tahun VII. Jakarta.
(2) Artikel dalam Surat Kabar
Contoh penulisan:
Alwasilah, C. (2002, Oktober 22). “Rendah, Kemampuan Menulis Kaum Intelektual.” Dalam
Pikiran Rakyat. Bandung.