Disusun oleh :
ANWAR SIHABUDIN
NIM. 1801052
Disusun oleh :
ANWAR SIHABUDIN
NIM. 1801052
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
iv
MOTTO
“Kesehatan yang baik bukanlah sesuatu yang dapat kita beli. Namun,
sesuatu yang dapat menjadi tabungan yang sangat berharga.”
– Anne WilsonSchaef
“Kesehatan adalah renungan yang pertama dan tidur adalah syarat untuk
mendapatkannya.”
– Ralph Waldo Emerson
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN
GANGGUAN POLA TIDUR PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI
DESA SUMBERDAWESARI GRATI KABUPATEN PASURUAN” ini dengan
tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program DIII
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik.
2. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan dukungan
doa, motivasi, semangat maupun materi.
3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes.selaku Direktur Program DIII
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
4. Ibu Ns. Ida Zuhroidah, S.Kep., M.Kes.selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama
pelaksanaan studi.
5. Ns. Evy Aristawati, M.Kep.selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan memberikan motivasi selama pelaksanaan studi.
6. Bapak dan Ibu responden yang telah membantu saya dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
7. Teman-teman mahasiswa program studi DIII Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo dan seluruh pihak yang telah
membantu kelancaran penelitian ini.
8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
vi
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tekanan systole
dan diastole mengalami kenaikan di batas normal (tekanan systole di atas 140
mmHg, di atas 90 mmHg). Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2
jenis yaitu: Hipertensi Esensial (Primer) yaitu meliputi faktor keturunan, umur,
serta faktor psikis. Hipertensi Sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam rongga
kepala, penyakit syaraf dan toxemia gravidarum (Muwarni dalam Dewi, 2019).
Pengertian lain oleh (Muttaqin A dalam Khairunnisa, 2019) menyatakan bahwa,
hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHgdan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah.
Hipertensi ialah keadaan tekanan darah tinggi yang dapat mempengaruhi
kinerja organ lain, yang sangat sering terkena dampaknya secara langsung yaitu
jantung. Rata – rata orang yang terkena serangan jantung ternyata hipertensi
positif. Hal tersebut daoat terjadi disebabkan oleh fungsi jantung yang memompa
darah keseluruh tubuh, dan apabila tekanan darahnya terlalu tinggi bisa membuat
jantung bekerja dua kali lipat dikarenakan harus melawan tekanan darah yang
cukup tinggi itu.
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 berkisar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi dan sepertiga penduduk Indonesia
menderita hipertensi. Data ini akan terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 angka penderita hipertensi bisa mencapai 1,5 miliar orang.
Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2018 di Indonesia penderita hipertensi
mencapai 34,1 persen orang. Di provinsi Jawa Timur angka hipertensi pada tahun
2020 mencapai 8,01 persen. Di Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan
(36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34%). Prevalensi di
perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%) dibandingkan dengan perdesaan (33,72%).
1
2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan
masalah keperawatan gangguan pola tidur di Desa Dawe Kulon Kabupaten
Pasuruan?
3
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah
keperawatan gangguan pola tidur di Desa Dawe Kulon Kabupaten
Pasuruan.
Tujuan Khusus
Menggambarkan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di Desa
Dawe Kulon Kabupaten Pasuruan.
Menggambarkan diagnosa asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di Desa Dawe
Kulon Kabupaten Pasuruan.
Menggambarkan intervensi asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di Desa
Dawe Kulon Kabupaten Pasuruan.
Menggambarkan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di Desa
Dawe Kulon Kabupaten Pasuruan.
Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di Desa Dawe
Kulon Kabupaten Pasuruan.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Sebagai kerangka pikir ilmiah dalam pengembangan ilmu asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan
gangguan pola tidur.
ManfaatPraktis
1) BagiPasien dan Keluarga
Pasien dan keluargadapat mengerti gambaran umum tentang penyakit
hipertensi beserta tindakan yang benar untuk pasien agar pasien
mendapatkan tindakan keperawatan yang tepat dalam keluarganya.
4
2) Bagi Perawat
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi masukan, bahan pembelajaran dan
menambah ilmu pengetahuan khususnya pada asuhan keperawatan
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur.
Metode Penulisan
Metode Deskriptif
Yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala
yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan
proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara
Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien dan
keluarga
Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien
Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboraturium yang dapat menunjang
menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya
Sumber Data
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari klien
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
terdekat klien, catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim
kesehatan lain
5
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.
Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian Awal
memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi.
Bagian Inti
Terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut
ini :
Bab I : pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat
penelitian, sistematika penulisan studi kasus.
Bab II : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut
pandang medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose hipertensi
serta kerangka masalah.
Bab III : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,
diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
Bab V : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.
Bagian Akhir
Teridiri dari daftar pustaka dan lampiran.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa
cara yaitu jantung memompa lebih cepat sehingga mengalirkan lebih
banyakcairan pada setiap detiknya, arteri besar dapat kehilangan kelenturannya
dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
8
melalui pembuluh yang sempit dari biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, yaitu dinding arterinya telah menebal dan
kakuyang disebabkan oleh arterioskalierosis.
Dengan cara sama, tekanan darah juga meningkat ketika
terjadivasokonstriksi, yaitu apabila arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerutkarena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya
cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal
tersebut terjadi apabila terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak bisa
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan oleh perubahan di
dalamfungsi ginjal dan sisten saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara, antara lain apabila tekanan
darah meningkat,ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang dapat
mengakibatkan berkurangnya volume darah dan mengebalikan tekanan darah ke
normal, sedangkan apabila tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam danair, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali ke normal.
Ginjal dapat meningkatkan tekanan darah yang menghasilkan enzim yang
disebut renin,yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjtnya
akan memicupelepasan hormon aldosterone.Ginjal merupakan organ penting
dalam mengendalikan tekanan darah, oleh karena itu berbagai penyakit serta
kelainan pada ginjal dapat mengakibatkan tejadinya tekanan darah tinggi, seperti
penyempitan arteri yangmenuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) dapat
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal
dapat juga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Cahyani, 2020).
9
Pathway Hipertensi
Hipertensi
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Perubahan struktur
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Edema
Kelebihan volume
cairan
Sumber: ( WOC ) dengan menggunakan Standar Diganosa KeperawatanIndonesia dalam PPNI
10
Manifestasi Klinis
Berikut ini pengelompokan derajat hipertensi secara klinis :
Tabel 1 Derajat Hipertensi
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Menurut (Edward K Chung dalam Lesu, 2019), tanda dan gejala pada hipertensi
dapat dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dikaitkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini dapat diartikan jika hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Kerap kali dikatakan bahwa gejala terlazim dari hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya hal tersebut merupakan
gejalaterlazim yang menyerang mayoritas klien ketika akan mencari
pertolongan medis.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2) Sakit kepala
3) Epistaksis
11
4) Pusing / migrain
5) Rasa berat ditengkuk
6) Sukar tidur (insomnia)
7) Mata berkunang kunang
8) Lemah dan lelah
9) Muka terlihat pucat
10) Suhu tubuh rendah
Komplikasi
Menurut Nugraha (dalam Prasetyo, 2019) beberapa komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a. Retinopati Hipertensif
Retinopati merupakan kondisi rusaknya retina yang disebabkan oleh
tingginya tekanan intra ocular akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil retina
sehingga menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah.
Penebalan tersebut menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah
yang berdampak pada penurunan aliran darah yang melaluinya. Akibatnya
adalah suplai darah ke retina berkurang sehingga terjadi kerusakan di
berbagai area retina tersebut. Gejala yang dapat dirasakan oleh penderita
adalah penglihatan ganda, penurunan daya lihat, nyeri kepala, hingga
kebutaan.
b. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita hipertensi ini adalah
penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensif. Penyakit jantung
koroner terkait dengan berbagai gejala yang muncul akibat terganggunya
suplai darah ke otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari
iskemia, cedera hingga kematian otot jantung tersebut. Peregangan yang
berlebihan pada dinding pembuluh darah ini akan menyebabkan luka kecil
pada endothelium yang dikenal dengan lukamikroskopik. Meskipun
demikian, luka tersebut sudah dapat memicu respons pembekuan sehingga
pada akhirnya terbentuk thrombus pada area tersebut. Jika thrombus tersebut
terkelupas, maka akan menyisakan pembuluh darah yang tipis.Seiring
12
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium, antara lain:
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
sepertihipikoagulabilitas.
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
5) 200EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
6) IUP : meginditifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal.
7) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
Penatalaksanaan
Menurut Rodman (dalam Cahyani, 2020) menyatakan bahwa,
penatalaksanaan yang didasarkan pada Program Perawatan Bertahap sebagai
berikut:
Langkah I : Tindakan-tindakan konservatif :
1) Modifikasi diet :
(1) Pembatasan natrium
(2) Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh
(3) Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan
(4) Menurunkan masukan minuman beralkohol
2) Menghentikan merokok
3) Penatalaksanaan stress
4) Program latihan regular untuk menurunkan berat badan
Langkah II : farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal
untuk mengontrol TD secara adekuat.
14
Langkah III : Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas
yangberbeda dapat ditambahkan, atau pengganti obat lainnya dari
kelasyang berbeda.
Langkah IV : obat ketiga dapat ditambahkan atau obat kedua
digantikan yang lain dari kelas yang berbeda.
Langkah V : Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atau obat
ketiga atau keempat dapat ditambahkan masing-masing dari kelas
yang berbeda
Konsep Keluarga
Definisi Keluarga
Menurut Setiadi (dalam Manurung, 2018), keluarga ialah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Sedangkan menurut Mubarak (dalam Manurung, 2018), keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yangdiikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwakeluarga ialah sebuah
unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki ikatan (perkawinan atau
kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), yang tinggal dalam satu atap dan
selaluberinteraksi serta saling memiliki ketergantungan.
Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (dalam Prasetyo, 2019), terdapat lima fungsi dasar
keluarga yaitu sebagai berikut:
1) Fungsi Afektif,
merupakan fungsi internal keluarga yang diperuntukkan sebagai
pemenuhan kebutuhan psikososial,saling mengasuh dan pemberian cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung.
2) Fungsi Sosialisasi,
merupakan proses perkembangan dan perubahan individu, keluarga,
tempat anggota keluarga untuk berinteraksi sosial dan belajar berperan di
lingkungan sosial.
15
3) Fungsi Reproduksi,
Merupakan keuntungan keluarga dalam meneruskan kelangsungan
keturunan serta menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi,
Merupakan keuntungan keluarga yang diperuntukkan sebagai pemenuhan
kebutuhan keluarga, seperti : sandang, pangan, dan papan.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan,
keuntungan keluarga dalam perawatan kesehatan dengan menjalankan
praktekasuhan kesehatan yaitu keluarga memliki tugas untuk memelihara
kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas dalam
menjalankan perannya masing-masing.
Tipe Keluarga
Menurut Widyanto (dalam Prasetyo, 2019), keluarga mempunyai beberapa
macam jenis yang dapat dibedakan menjadi keluarga tradisional dan non-
tradisional, yaitu :
Keluarga Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti), ialah keluarga yang terdiri atas
suami, istri dan anak.
2) The Dyad Family, ialah keluarga yang terdiri atas suami dan istri
yang hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
3) Keluarga usila, ialah keluarga yang terdiri atas suatu istri yang
sudah tua dengan sudah memisahkan diri.
4) The Childless Family, ialah keluarga tanpa anak karena terlambat
menikahdan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya.
Penyebabnya yaitu karena mengejar karir atau pendidikan yang
terjadi pada si wanita.
5) The Extended Family (Keluarga Besar), ialah keluarga yang terdiri
atas tigagenerasi hidup bersama dalam satu rumah seperti Nuclear
Family disertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek),
keponakan dan lainnya.
6) The Single Parent Family (Keluarga Duda atau Janda), ialah
16
Keluarga Non-Tradisional
1) The Unmarried Teenage Mother, ialah keluarga yang terdiri atas
orang tuaterutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family, ialah keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune Family, ialah keluarga dengan beberapa pasangan
keluarga anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup
bersama dalam saturumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family, ialah keluarga
yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
17
Struktur Keluarga
Menurut Setyawan (dalam Prasetyo, 2019), struktur sebuah keluarga
menampilkan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga melaksanakan
kegunaannya dalam ranah masyarakat.
Berikut macam-macam struktur keluarga diantaranya, antara lain:
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, yang hubungan keluarganya disusun melalui jalur garis
ayah.
18
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, yang hubungan keluarganya disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga menikah
Hubungan suami-istri sebagai dasar untuk pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga sebab adanya
hubungan dengan suami atau istri.
Asuhan Keperawatan
Menurut WHO (dalam Manurung, 2018), Asuhan keperawatan keluarga
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan
pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan
laboratorium untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan
digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dari
wawancara akandiperoleh informasi mengenai biodata, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, polaaktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial.
21
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosis medis
2) Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan dihidung, pusing,
wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadipada penderita
hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dantidak di obati, bisa
timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan
menjadi kabur, yang terjadi karena adanyakerusakan pada otak, mata,
jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus, penyakit
ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan lain-lain.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
6) Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, letih, sesak napas, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner
dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan tekanan darah meningkat, denyutan nadi jelas dan
karotis.
22
c. Integritas ego
Gejala : perubahan kepribadian, ansietas, euphoria, marahkronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda : gelisah, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan
pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu/ obstruksi riwayat penyakit
ginjal.
e. Makanan dan cairan
Gejala : makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, gula
yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori, mual, muntah,
perubahan berat badan.
Tanda : obesitas, adanya edema, kongesti vena,distensi vena jugu
laris.
f. Neorosensori
Gejala : keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala subosipital,
gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, polabicara,
proses pikir, respon motorik: penurunan kekuatan ganggaman
tangan/ reflex tendon dalam.
g. Nyeri/ ketidak nyamanan
Gejala : masuk angin, nyeri tulang timbulpada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen.
h. Pernapasan/ respirasi
Gejala : mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea, orthopnea,
batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara
napas tambahan
23
Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berfikir rasional yang disesuaikan dengan latar belakang ilmu pengetahuan.Dalam
melakukan analisis data, diperlukan adanya kemampuan dalam mengaitkan data
dan menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori seerta prinsip yang
sesuai untuk menciptakan suatu kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respons
manusia pada gangguan kesehatan/ proses kehidupan, atau kerentanan respons
dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Hardman dalam
Khairunnisa, 2019). Tujuan dari diagnosa keperawatan ini adalah guna
mengidentifikasi, memfokuskan serta memecahkan masalah keperawatan klien
dengan cara yang spesifik/rinci.
Masalah keperawatan Hipertensi yang sering muncul (Nanda dalam Dewi,
2019), sebagai berikut:
1) Nyeri akut
2) Kelebihan volume cairan
3) Intoleransi aktivitas
4) Gangguan perfusi jaringan
5) Resiko injury
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
hipertensi (Nurarif, dalam Sari 2020 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017):
a. Nyeri akut (D.0077)
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengankerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadakatau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsungkurang dari 3 bulan.
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (misal: inflamasi, iskemia,
neoplasma). Batasan Karakteristik:
24
Kriteria Mayor:
a) Subjektif: mengeluh nyeri.
b) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (misal: waspada, posisi
menghindar nyeri), gelisah, frekuensinadi meningkat, sulit tidur.
Kriteria Minor:
a) Subjektif: tidak ada
b) Objektif: tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarikdiri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.
Kondisi Klinis Terkait:
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaukoma
b. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi: penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yangdapat
menggangu metabolisme tubuh
Penyebab: peningkatan tekanan darah
Batasan Karakteristik:
Kriteria Mayor:
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif: pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
Kriteria Minor:
1) Subyektif: parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasiintermiten)
2) Objektif: edema, penyembuhan luka lambat, indeks anklebrachial 0,90
bruit femoralis
Kondisi klinis terkait:
1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
25
Kriteria Minor:
1) Subjektif : ( tidak tersedia )
2) Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan
perilaku berlebihan ( missal: apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria )
Kondisi klinis terkait:
1) Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
f. Ansietas ( D.0080)
Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individuterhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibatantisipasi bahaya yang
memungkinkan individumelakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab: kurang terpapar informasi.
Batasan Karakteristik:
Kriteria Mayor:
1) Subjektif: merasa bingung, merasa khawatir dengan akibatdari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.
2) Objektif: tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
Kriteria Minor:
1) Subjektif: mengeluh pusing, Anoreksia, palpitasi,merasatidak
berdaya.
2) Objektif: freuensi nafas meningkat, frekuensi nadimeningkat,
tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat,
suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorrientasi
pada masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait:
1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
28
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
g. Resiko Penurunan curah Jantung (D.00 11)
Definisi: Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Faktor Risiko: Perubahan afterload
Kondisi Klinis Terkait:
1) Gagal jantung kongesif
2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis,
trikupidalis, atau mitralis )
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
h. Resiko Jatuh (D.0143)
Definisi: Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh.
Faktor Risiko:
1) Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran
14) Gangguan kesimbangan
15) Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma, katarak, ablasio, retina,
neuritis optikus)
29
16) Neuropati
17) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)
Kondisi klinis terkait:
1) Osteoporosis
2) Kejang
3) Penyakit sebrovaskuler
4) Katarak
5) Glaucoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeklampsi
Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan yang menjadi penyebab (etiologi) dari
masalah keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian tentang tugas kesehatan
keluarga yaitu meliputi lima unsur, antara lain:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang
terjadipada anggota keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
untukmengatasi penyakit hipertensi.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga denganhipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau
memodifikasilingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanankesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatankeluarga merupakan sekumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilakukan dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang sudah didefinisikan.
30
kemampuan lambat
· Penurunan proporsi
tidur REM
· Penurunan proporsi
pada tahap 3 dan 4
tidur
· Peningkatan
proporsi pada tahap
1 tidur
· Jumlah tidur kurang
dari normal sesuai
usia
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan kategori daripada perilaku
keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan yang diperlukan guna mencapai
tujuan danhasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Cahyani, 2020).
Evaluasi Keperawatan
Menurut Wilkinson (dalam Cahyani, 2020), evaluasi keperawatan
merupakan suatu aktivitas yang disetujui, aktivitas terus menerus yang disengaja,
yaitu klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan profesional lainnya.
Evaluasi ini didasarkan pada cara yang tepat dan efektif mengenai tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya.
32
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Data Umum
Identitas Pasien
1) Nama kepala keluarga : Tn. S
2) Usia : 73 Tahun
3) Pendidikan : STM
4) Pekerjaan : -
5) Alamat : Dawe Kulon RT.004 RW.003
6) Komposisi keluarga :
7) Genogram
: perempuan
: garis pernikahan
: garis keturunan
8) Tipe keluarga
Tipe Keluaga TN. S adalah keluarga usila yaitu yang terdiri dari suami,
istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
34
Lingkungan
1) Karakteristik rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki
sistem sanitasi yang yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang
yang baik.
Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi
sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas
kesehatan dan televisi.
2) Struktur kekuatan keluarga
Tn. S menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya saling
mendukung.
36
Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit
langsung dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan.
2) Fungsi sosial
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
37
Harapan Keluarga
Harapan yang diinginkan keluarga yaitu keluarga berharap pada petugas
kesehatan agar meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah
kesehatan Tn. S.
40
Analisa Data
Tabel 5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Hambatan Gangguan
Klien mengatakan sulit tidur karena lingkungan pola tidur
Pusing
DO:
1) GCS:4,5,6 (Composmentis)
2) Klien tampak kesulitan tidur
3) TTV
TD : 190/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2˚ C/menit
RR : 23x/menit
4) Keluarga mengatakan kurang
memahami cara merawat Tn. S
2 DS : Agen pencedera Nyeri akut
1) Kilen mengatakan sering fisiologis :
mengeluh sakit kepala dan peningkatan
pusing tekanan vaskuler
2) Klien mengatakan nyeri di serebral
bagian tengkuk leher
3) Ny. C mengatakan masih
mengkonsumsi ikan asin dan
daging
4) Keluarga mengatakan kurang
memahami cara merawat Tn. S
P :Saat tekanan darahnya naik
Q :Seperti ditusuk-tusuk dan
cekot-cekot
R:Dibagian kepala dan tengkuk
leher
T :Sewaktu-waktu
41
DO :
1) GCS: 4,5,6 (Composmentis)
2) Klien tampak memegangi
kepala dan kesakitan
3) Wajah klien tambak meringis
menahan nyeri
4) Skala nyeri : 5
5) TTV
TD : 190/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2˚ C/menit
RR : 23x/menit
Diagnosa
Keperawatan
Nama Pasien :
Tn. S Umur
: 73 Tahun
No. Register : -
Tabel 6. Diagnosa Keperawatan
Scoring Diagnosa
Tabel 7. Scoring Diagnosa
Intervensi Keperawatan
Tabel 8. Intervensi Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Hipertensi
Edukasi
1. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
2. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
waktu tidur
3. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmokologi
Intervensi Pendukung
1. Manajemen Lingkungan
2. Pengaturan Posisi
3. Reduksi Ansietas
4. Terapi Relaksasi
45
12 Maret 2 Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam di Intervensi Utama
2021 berhubungan harapkan keluarga mampu merawat klien Manajemen Nyeri
dengan agen agar nyeri berkurang, meliputi : Observasi :
pencedera 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis: Dengan kriteria luaran : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
peningkatan 1. Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
tekanan vaskuler (1) Panjangnya episode nyeri dari jangka 3.Identifikasi respons nyeri non verbal
serebral waktu lama (±15 menit) menjadi 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
kurang jadi 15 menit memperingan nyeri
(2) Keluhan nyeri menurun, dengan skala 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
nyeri 5 menjadi 2 tentang nyeri
(3) Ekspresi wajah dari grimace menjadi 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
tidak grimace respon nyeri
(4) Wajah yang kelihatan gelisah menjadi 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
tidak gelisah hidup
(5) Pola istirahat dari yang terganggu Terapeutik :
menjadi tidak terganggu 8. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (misal terapi musik,
terapi pijat, kompres hangat/dingin)
9. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
46
Intrvensi Pendukung
1. Edukasi Manajemen Nyeri
47
Implementasi Keperawatan
Tabel 9. Implementasi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Hiprtensi
NO TGL/JAM NO.DX.KEP TINDAKAN TTD
1 13-03-2021 I 1. Melakukan BHSP dengan klien dan keluarga
a. Memperkenalkan diri
09.00 WIB Respon : Keluarga dan klien memperhatikan dan mendengarkan dengan baik
2. Menjelaskan tujuan dan kontrak waktu kepada klien dan keluarga
Respon : Keluarga dan klien mendengarkan dengan baik
09.15 WIB 3. Mengukur TTV kilen
TD : 160/90 mmHg
N : 89x/menit
S : 37,0̊ C
RR : 23x/menit
09.30 WIB 4. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengertian,
penyebab, tanda gejala, serta penatalaksanaan hipertensi.
Respon : Keluarga dan klien merespon dengan baik
09.45 WIB 5. Menganjurkan klien untuk mandi air hangat agar bisa cepat tidur
Respon: Klien mengikuti hal yang dianjurkan oleh perawat
48
S :3
T : Sewaktu-waktu
5. Menganjurkan pada keluarga untuk mengatur pola tidur pada siang hari
sebaiknya digunakan untuk istirahat
a. Tidur siang 3 jam dan malam selama 8 jam
Respon : Klien merasa lebih baik setelah bisa mengatur pola tidurnya
4 14-03-2021 II 1. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya latihan
tirah baring
16.00 WIB Respon : Keluarga dan klien merespon dengan baik
2. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang manfaat olahraga
bagi penderita hipertensi
16.20 WIB Respon : Keluarga dan klien merespon dengan baik dan bisa menerapkan
olahraga setiap hari
3. Memotifasi kilen dan keluarga untuk hidup sehat
a. Menganjurkan makanan yang sehat seperti ikan, sayur-sayuran dan buah
16.40 WIB Respon : Keluarga bisa menghindarkan klien dari makanan yang mengandung
banyak garam dan lemak
4. Memberikan dukungan spiritual kepada klien dan keluarga
Respon : Keluarga dan klien selalu melaksanakan ibadah dengan baik
51
5 15-03-2021 I 1. Menganjurkan pada keluarga untuk mengatur pola tidur pada siang hari
10.20 WIB sebaiknya digunakan untuk istirahat
a. Tidur siang 3 jam dan malam selama 8 jam
Respon : Klien merasa lebih baik setelah bisa mengatur pola tidurnya
11.00 WIB 2. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang diet yang sesuai dengan
hipertensi pada makanan yang diberikan Tn.S harus benar-benar rendah garam
dan mengurangi makanan berlemak
Respon : Keluarga mampu menghindarkan klien dari faktor-faktor yang
memicu kambuhnya hipertensi
11.10 WIB 3. Mengukur TTV kilen
TD : 130/80 mmHg
N : 89x/menit
S : 36,9̊ C
RR : 23x/menit
52
6 15-03-2021 II 4. Menganjurkan pada keluarga untuk mengatur pola tidur pada siang hari
sebaiknya digunakan untuk istirahat
15.30 WIB a. Tidur siang 3 jam dan malam selama 8 jam
Respon : Klien merasa lebih baik setelah bisa mengatur pola tidurnya
5. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang diet yang sesuai dengan
hipertensi pada makanan yang diberikan Tn.S harus benar-benar rendah garam
dan mengurangi makanan berlemak
15.45 WIB Respon : Keluarga mampu menghindarkan klien dari faktor-faktor yang
memicu kambuhnya hipertensi
6. Mengukur TTV kilen
15.55 WIB TD : 130/80 mmHg
N : 89x/menit
S : 36,9̊ C
RR : 23x/menit
7. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasdan intensitas
nyeri
P : Saat tekanan darahnya naik
53
Evaluasi
Tabel 10. Evaluasi Keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa Hipertensi
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
KEPERAWATAN
Jum’at, 12 Maret 2021 Gangguan pola tidur S:
berhubungan dengan Klien mengatakan sulit tidur karena
hambatan lingkungan Pusing
O:
1) GCS:4,5,6 (Composmentis)
2) Klien tampak kesulitan tidur
3) TTV
TD : 190/80mmHg
N : 89x/menit
S : 37˚ C
RR : 23x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dhentikan
55
RR : 23x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Menganjurkan klien untuk diit rendah garam dan mengurangi makanan
berlemak yaitu menjauhkam makanan yang mengandung banyak garam dan
makanan berlemak seperti ikan asin dan daging
57
2. Klien sudah tidak sering memegangi kepala karena masih sedikit merasa
sakit
3. Wajah klien sedikit meringis menahan nyeri
4.Skala nyeri : 3
5.TTV
TD : 160/90 mmHg
N : 85x/mnit
59
S : 36,7 C
RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Menganjurkan klien untuk diit rendah garam dan mengurangi makanan
berlemak yaitu menjauhkam makanan yang mengandung banyak garam dan
makanan berlemak seperti ikan asin dan daging
60
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi dengan masalah gangguan pola tidur di Desa Dawe Kulon Kecamatan
Grati. Yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Pengkajian
Identitas
Menurut Vencenlisia (2015). Pengkajian keperawatan pada pasien dengan
hipertensi biasanya ditemukan data subjektif dan obyektif pada pasien dengan
antara lain: Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis,
pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah
dan lelah. muka pucat, suhu tubuh rendah Berdasarkan hasil pengkajian yang
didapatkan adalah Tn. S mengalami sakit yang sedang, pada saat dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pada tanggal 12 Maret 2021 sampai
dengan 14 Maret 2021 pada Tn. S. yaitu : Pasien mengatakan sulit tidur, sakit
pada kepala, pusing dan leher tegang. Tampak wajah pasien meringis kesakitan,
skala nyeri 2, tampak pasien sering memegang daerah yang sakit yaitu kepala dan
leher, Tekanan darah: 180/90 mmHg, N : 80 kali/menit, RR: 20 kali/menit dan
S: 36,2ºC. Pasien mengatakan stres memikirkan masalah keuangan. Tampak
pasien lebih banyak diam kalau tidak diajak bicara, tampak pasien tidak tenang
saat menunggu antrian di puskesmas. Hasil tersebut sesuai dengan penjelasan
bahwa mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
63
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengatakan keluhan dimulai pada tanggal 12 Maret 2021, klien
mengalami gangguan pola tidur karena sakit kepala dan merasa tegang pada leher.
Klien mengatakan bahwa ia tiba–tiba merasa sakit kepala dan tegang pada leher
saat sedang duduk. Kemudian pada tanggal 12 Maret 2021 pasien diantar oleh
anaknya ke Puskesmas Grati, dengan keluhan masih sama yaitu sakit kepala dan
tegang pada leher. Ketika di puskesmas Grati, klien diperiksa dengan hasilnya TD
:180/90 mmHg, RR : 20 x/mnt, N: 80 x/mnt.
Lingkungan Rumah
Pada tinjauan pustaka lingkungan rumah hanya dijabarkan mengenai
identifikasi dan kebiasaan keluarga dengan tetangga sekitar, sedangkan pada
tinjauan kasus dijelaskan keluarga tinggal di rumah dengan kepemilikan sendiri,
rumah memiliki ventilasi yang baik, sirkulasi udara yang bagus, pencahayaan yang
baik dan menggunakan air dari sumur dengan kondisi bersih dan tidak berbau.
Pemeriksan fisik
1) Sistem pernafasan (B1)
Pada tinjauan pustaka dijelaskan, pada pasien hipertensi biasanya terjadi
sesak, gangguan pernapasan, dan mengalami gangguan pola tidur. Sedangkan
ditinjauan kasus klien mengatakan tidak merasa sesak dan tidak mengalami
gangguan pernafasan, klien hanya mengalami nyeri dibagian kepala dan
tengkuk leher yang mengakibatkan pola tidur terganggu.
batas jantung tidak mengalami pergeseran, tekanan darah selalu tinggi, dan bunyi
jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.
Pada tinjauan kasus, Nyeri dada tidak ada, irama jantung teratur, tekanan
darah 180/90 mmHg, nadi 80 x/menit, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, denyut
nadi perifer teraba kuat, tidak terdapat bunyi jantung tambahan, tidak terdapat
sianosis, dan tidak terdapat clubbing finger.
Pada sistem kardiovaskuler didapatkan kesenjangan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa denyut nadi perifer
melemah sedangkan pada tinjauan kasus dikatakan bahwa denyut nadi perifer
pasien teraba kuat. hal ini dikarenakan pasien tidak mengalami syok sedangkan
menurut Cemy (2014), melemahnya denyut nadi perifer merupakan tanda awal
syok.
3) Sistem persyarafan (B3)
Pada tinjauan pustaka dijelaskan, pada pasien dengan hipertensi yang berat
sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer bila gangguan
perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah pasien tampak meringis,
menangis, merintih, meregang dan menggeliat yang pada akhirnya pola tidur
menjadi terganggu.
Pada tinajauan kasus, kesadaran composmentis dengan GCS 4-5-6, orientasi
pasien terhadap tempat, waktu, dan orang baik, pasien mengalami nyeri kepala
dan pusing, istirahat tidur siang kurang lebih 3 jam dan malam 8 jam, pupil
isokor, reflek terhadap cahaya pupil mengecil saat diberi cahaya.
Pada sistem persyarafan tidak didapatkan kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus dikarenakan pasien tidak mengalami hipertensi yang
berat dan tidak mengalami gangguan perfusi jaringan berat.
4) Sistem perkemihan (B4)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
intake cairan. Pada penderita hipertensi, perlu memonitor adanya oliguria karena
hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
Pada tinjauan kasus, Bentuk alat kelamin normal, kebersihan alat kelamin
bersih, frekuensi berkemih 4-5 x/hari, jumlah 1000cc/24 jam, berbau khas, warna
kuning jernih, klien mengatakan jika ingin BAK/BAK klien pergi ke kamar mandi
sendiri dan jika tidak mampu melakukan sendiri biasanya dibantu oleh
66
keluarganya.
Pada sistem perkemihan tidak didapatkan kesenjangan antara tinjauan kasus
dan tinjauan pustaka, dikarenakan intake cairan klien terpenuhi sehingga klien
tidak mengalami kekurangan volume cairan dan tidak didapatkan perubahan
tanda- tanda vital.
5) Sistem pencernaan (B5)
Pada tinjauan kasus, klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa
nyeri, pola makan saat sakit 3x½ porsi sedangkan sebelum sakit 3x1 porsi sakit,
menu diet sekarang nasi, lauk, dan sayur. Klien mempunyai pantangan makan-
makanan yang mengandung banyak garam, berat badan klien saat ini 60kg
sedangkan sebelum sakit klien mengatakan berat badannya 65kg, keadaan mulut
klien bersih, konstipasi, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih,
kebiasaan gosok gigi, abdomen supel, kebiasaam BAB saat di rumah sehari sekali,
peristaltik usus 8x/menit.
Pada sistem pencernaan didapatkan adanya kesenjangan yaitu pada
tinjauan kasus didapatkan klien mengalami konstipasi. Salah satu penyebab
konstipasi pada Tn. S adalah penurunan aktivitas fisik. Menurut Fitriani, dkk,
(2014) Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan peristaltik, sedangkan
imobilitas dapat menurunkan gerakan peristaltik. Penurunan gerakan peristaltik
usus inilah yang merupakan penyebab terjadinya konstipasi.
6) Sistem muskuluskeletal dan integumen (B6)
Pada tinjauan pustaka dijelaskan, kelemahan dan kelelahan fisik secara
umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada tinjauan kasus, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM):
Bebas, dengan kekuatan otot terdapat kelemahan otot pada ekstremitas bawah,
tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral hangat, kelembaban lembab, tugor
kulit < 3 detik, CRT < 2 detik, tidak ditemukan oedema, kebersihan kulit bersih,
kemampuan melakukan aktivitas parsial, klien mengatakan bahwa selalu ganti
pakaian, klien tampak lemah dan klien terbaring ditempat tidur.
7) Sistem pengindraan (B7)
Pada klien penderita hipertensi tidak ditemukan adanya kerusakan
67
Diagnosa Keperawatan
Dalam studi kasus ini didiagnosa keperawatan muncul sesuai dengan teori
hipertensi yang berhubungan dengan gangguan pola tidur karena pada saat
pengkajian didapatkan data yang mengarah pada gangguan psikologis yaitu
hipertensi dan diagnose yang muncul pada studi kasus ini adalah hipertensi
berhubungan dengan gangguan pola tidur.
Klien yang mengalami hipertensi dengan gangguan pola tidur, menurut
peneliti dikarenakan rasa cemas dan sakit kepala atau kepala terasa berat yang
dirasa klien.
Herdman dan Kamitsuru (2015) salah satu masalah yang sering muncul
pada penderita hipertensi adalah gangguan pola tidur. Namun sering muncul
gejala-gejala akibat hipertensi seperti pusing, ganguan penglihatan dan sakit
kepala.
Diagnosa 1 : Gangguan pola tidur yang disebabkan
berhubungan dengan hambatan lingkungan
Masalah keperawatan ini ditegakkan berdasarkan data subjektif
dan data objektif dimana data subjektif, klien mengatakan nyeri pada
bagian kepala sampai tengkuk leher, nyeri terasa ditusuk-tusuk dan
cekot-cekot, nyeri yang dirasakan sewaktu-waktu dengan skala nyeri 5.
Data objektif, klien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah :
180/90 mmHg, suhu : 36.2°C, nadi : 80x/menit, dan RR : 20x/menit.
68
Penulis memilih gangguan pola tidur yang disebabkan oleh sakit kepala
menjadi diagnosa keperawatan dengan high priority (prioritas pertama)
yang harus diselesaikan.
Diagnosa 2 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis:
peningkatan tekanan vaskule serebral
Masalah keperawatan ini ditegakkan berdasarkan data subjektif
dan data objektif dimana data subjektif, Tn. S mengatakan sering
merasa nyeri pada kepala sehingga mengakibatkan pola tidur menjadi
terganggu. Data objektif didapatkan klien tampak memegangi kepala
yang terasa nyeri.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan ((PPNI, T. P. 2017.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)).
Evaluasi Keperawatan
Menurut Yogiantoro (2006), evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan
cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan
kriteria yang dibuat pada tahap perencanaan mengenai masalah keperawatan rasa
nyaman nyeri, risiko jatuh dan potensial komplikasi hipertensi. Setelah melakukan
implementasi diatas selama 3 kali kunjungan rumah, didapatkan catatan
perkembangan pada evaluasi hari terakhir sebagai berikut :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
Perkembangan yang muncul pada saat evaluasi pada Tn. S terdapat
data subjektif : Klien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak. Data
objektif : Klien tampak tidur dengan pulas.
Menurut kriteria hasil, evaluasi yang diharapkan yaitu 1). Jumlah
jam tidur normal, 2). Pola tidur normal, 3). Perasaan fresh sesudah tidur.
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis: peningkatan tekanan vaskule
serebral
Perkembangan yang muncul pada saat evaluasi pada Tn. S terdapat
data subjektif : 1). Klien mengatakan sudah tidak merasa sakit kepala,
pusing, dan nyeri dibagian tengkuk leher; 2). Durasi nyeri sudah tidak
muncul; 3) Tn. S mengatakan sudah tidak mengkonsumsi ikan asin dan
daging; 4) Keluarga mengatakan sudah bisa memahami cara merawat Tn.
S. Data objektif : 1). Klien sudah tidak memegangi kepala dan tidak
merasa sakit; 2). Wajah klien sudah tidak nampak meringis karena
menahan nyeri.
Menurut kriteria hasil, evaluasi yang diharapkan yaitu : 1). Keluhan
nyeri menurun, denganskala 5 menjadi 2, 2). Ekspresi wajah dari grimace
menjadi tidak grimace, 3). Keluarga mampu merawat klien dengan
masalah nyeri.
Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapai,
karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga dan klien. Hasil evaluasi
72
pada Tn. S sudah sesuai dengan harapan, masalah teratasi dan intervensi
dapat di hentikan.
73
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi,
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data Tn. S tampak lemah
dan pusing akibat mengalami gangguan pola tidur karena mengidap
Hipertensi, klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan Hipertensi. Klien beserta keluarga mengatakan belum paham
betul mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh Tn. S.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu klien mengalami nyeri akut
sehingga mengganggu pola tidurnya.
Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan, dengan cara
mengintruksikanbagaimana agar nyeri akut hilang dan mengembalikan pola
tidur klien yang normal.
Tindakan Keperawatan
Tindakan untuk diagnosa keperawatan gangguan pola tidur yang
diakibatkan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,
dilakukan 3 kali kunjungan dimulai dari tanggal 12 – 14 Maret 2021
74
dengan tujuan agar keluhan nyeri klien menurun sehingga pola tidur tidak
terganggu.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP. Dari dua diagnosa
keperawatan yang terjadi pada Tn. S didapatkan dua masalah teratasi, salah
satunya karena keluarga bersikap kooperatif dan terbuka serta tanggapan
yang baikdari keluarga.
Saran
Penulis memberikan saran sebagai berikut :
Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan,
diperlukan hubungan yang baik dan keterlibatan klien,
keluarga dan tim kesehatan lainnya.
Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya
mempunyai pengetahuan, keterampilan yang cukup serta
dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA