Askep Isolasi Sosial Fix
Askep Isolasi Sosial Fix
“ ISOLASI SOSIAL”
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2019/2020
A. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
B. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart
dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti, 2012: 79)
Rentang respon Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006)
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan
C. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi social
b. Harga Diri Rendah Kronik
c. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Rencana keperawatan isolasi sosial dalam bentuk strategi pelaksanaan
No Pasien Keluarga
. SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien. Mendiskusikan masalah
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan yang dirasakan keluarga
berinteraksi dengan orang lain. dalam merawat pasien.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi Menjelaskan pengertian,
dengan orang lain. tanda dan gejalah isolasi
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu sosial yang dialami klien
orang. beserta proses
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan terjadinya. Menjelaskan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan cara-cara merawat klien
harian. dengan isolasi sosial.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. Melatih keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan mempraktikkan cara
cara berkenalan dengan satu orang. merawat klien dengan
3. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan isolasi sosial. Melatih
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan keluarga mempraktikkan
harian. cara merawat langsung
kepada klien isolasi
sosial.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. Membantu keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan membuat jadwal
cara berkenalan dengan dua orang atau lebih. aktivitas di rumah
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal termasuk minum obat
kegiatan harian. (dischange planing).
Menjelaskan follow up
klien setelah pulang.
A:
SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P isolasi
sosial pada pertemuan
ke-2 pada hari senin, 7
mei 2012 pikul 11.00
diruang perawatan
pasien.
Klien:
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan
sesuai jadwal yang
dibuat.
O:
Klien menyebutkan
cara berkenalan.
Klien mempraktikan
berkenalan dengan
seorang perawat
Kontak mata kurang
Afek tumpul
Bicara lambat
Klien dapat
memasukkan latihan
berkenalan dengan
satu orang kedalam
jadwal hariannya yaitu
pada pukul 11.00 dan
16.00.
A: SP2P tercapai
P:
Perawat :
Lanjutkan SP3P isolasi
sosial pada pertemuan
ke-3 pada hari selasa 8
mei 2012 pukul 08.00
diruang perawatan
pasien.
Klien:
Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan perawat lain
sesuai jadwal yang
dibuat.
3 Isolasi SP3P isolasi Melakukan SP3P isolasi S: “walaikumsalam”
sosial sosial sosial: “saya tadi jam 11.00 dan
1. Mengevaluasi jadwal jam 16.00 latihan
kegiatan harian klien berkenalan dengan
2. Memberikan perawat dan teman saya
kesempatan pada klien pak”
mempraktikkan cara “assalamualaikum,
berkenalan dengan perkenalkan nama saya J,
orang pertama. hobi maen tenis meja, asal
3. Melatih klien berinteraksi dari bontang, nama bapak
secara bertahap siapa, hobi bapak asal
(berkenalan dengan bapak dari mana?”
orang kedua-seorang “assalamualaikum,
klien). kenalkan nama saya J,
4. Menganjurkan klien hobi maen tenis meja, asal
memasukkan ke dalam dari bontang, nama bapak
jadwal kegiatan harian. siapa, hobi bapak asal
bapak dari mana?”
“masukkan jam 13.00 saja
pak”
O:
Klien mempraktekkan
berkenalan dengan
seorang perawat dan
klien lain.
A.
SP3P Tercapai
BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA (BHSP)
1. Fase Orentasi
“ Assalamualaikum pak,” Perkenalkan saya perawat Cahya Farhani , biasa di panggil
Cahya, saya mahasiswa Poltekkes Poso. Saya praktek disini mulai dari hari ini dan saya
bertugas untuk merawat bapak. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Senang di panggil
siapa? Boleh saya berbicara dengan bapak ?“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?” “
Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus tentang keadaan bapak?”
“ Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja?” “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan
saya? Ya sudah... di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”
“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus saya tau keadaan bapak
sekarang bagaimana.”
2. Fase kerja
“Baiklah pak, kalau boleh tau kenapa bapak di bawah kemari?, oh jadi begitu, apa bapak
tau apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain? Bagaimana kalau suster ajar cara
berkenalan dengan orang lain?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
“yaa.. bapak tadi kita tadi kita sudah berbincang-bincang mengenai keadan bapak dan
baimana kalau nanti kita berbincang bincang mengenai keuntungan berinteraksi dan
cara berkenalan dengan orang lain?“
b. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang
lagi tentang keuntungan berinteraksi dan cara berkenalan dengan orang lain?
2) Waktu
“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
3) Tempat
“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
diruangan ini saja kalau begitu”.
4. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi Evaluasi
Melakukan Bina Hubungan Saling S:
Percaya - “Waalaikumsalam suster”.
- “Nama saya Rusmanto, saya senang
di panggil Rusman”.
- “Boleh suster”.
- “Saya merasa baik suster”.
- “Iya suster”.
- “15 menit saja suster”.
- “Di ruangan ini saja suster:”
- “Iya suster”.
- “Saya sering menyendiri di rumah
suster, saya lebih suka di dalam
kamar dan saya tidak mau bicara
dengan orang yang ada di rumah
ataupun tetangga saya”.
- “Tidak tau suster”
- “Mau suster”.
- “Iya suster”.
- “Iya suster 15 menit saja”.
- “Di ruangan ini saja suster”.
O:
- Pasien menjawab salam
- Pasien mau berjabat tangan
- Pasien mau menjawab pertanyaan
- Pasien mau menceritakan
keadaannya
A:
BHSP Terbina
P:
Lanjutkan SP1P : keuntungan
berinteraksi dan cara berkenalan dengan
orang lain
I. Identitas Klien
MRS ke :1
Nama/inisial : Tn.R (L) Tanggal pengkajian : 10/10/2019
Umur : 30 tahun RM No. : 47-85-32
Informan : Ny.M Hub. Dengan klien : Ibu pasien
II. Alasan Masuk
a. Keluhan saat MRS :
Pasien masuk rumah sakit jiwa lewat UGD pada tanggal 17/10/2018 dengan keluhan
sering menyendiri di rumah, berdiam diri di kamar dan tidak mau bersosialisasi baik
dengan orang yang ada di rumahnya dan tetangga sekitarnya.
b. Keluhan saat di kaji
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tidak mau menjalin hubungan
dengan orang lain. Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan posisi miring ke
kiri dan kaki di tekuk. Pasien malas bicara, kontak mata kurang, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, dan lebih sering menyendiri.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya ( ) Tidak (√ )
2. Pengobatan sebelumnya ? ( ) Berhasil () Kurang berhasil ( )
Tidak berhasil
3. Anianya : Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik [ ] [ ] [√] [ 16 ] [ ][ ]
Aniaya Seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Tindakan criminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Jelaskan No.1,2,3 : Pasien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik oleh
temannya pada masa sekolah, tidak pernah mengalami aniaya seksual, tidak pernah
mengalami kekerasan dalam keluarga, tidak ada keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya () Tidak (√ )
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Pasien mengatakan pada masa sekolah tepatnya SMP pernah mengalami pembulian
oleh teman-temannya karena di katakan jelek dan membuatnya tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
6. Tindakan bunuh diri Ya () (√) Tidak
IV.FISIK
1. Tandi vital : TD : 120/80 mmHg N : 82x/m S : 36,2 P : 18x/m
2. Ukur : TB : 170 BB : 60
3. Keluhan fisik : () Ya (√) Tidak
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Keterangan :
:Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: meninggal
: Hamil
: Kembar
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan tubuhnya terlalu kurus, jelek, badan bau, dan tidak memiliki
kelebihan apapun. Pasien juga mengatakan kalau pria berbadan besar itu akan di
segani orang.
b. Identitas diri
Pasien mengatakan menerima dirinya sebagai laki-laki, pasien adalah anak ke
dua dari dua bersaudara. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
bekerja sebagai kuli bangunan
c. Peran
Peran pasien dalam keluarga adalah pasien membantu orang tua mencari nafkah,
namun semenjak masuk rumah sakit jiwa ia tidak pernah peduli lagi dengan
perannya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin terlihat lebih gemuk dan tampan. Pasien mengatakan
juga ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang. Karena ingin
bekerja layaknya orang sehat
e. Harga diri
Pasien merasa sedih karena merasa tidak berguna lagi buat keluarganya
semenjak masuk rumah saki jiwa
3. Hubungan sosial
Pasien mengatakan orang yang berarti bagi kehidupannya adalah keluarganya.
Pasien tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya, tetapi kadang di waktu sore ia pergi bermain bola. Pasien mengatakan
malas berhubungan dengan orang lain karena merasa tidak ada yang penting untuk
di bicarakan, pasien lebih sering diam.
4. Spiritual
Pasien mengatakan jarang melakukan ibadah sholat lima waktu.
VI.Status Mental
1. Penampilan
Pasien terlihat kurang rapi, rambut tidak tertata, tampak lesu, dan kusam. Pasien
mengatkan mandi 2x sehari.
2. Pembicaraan
Pasien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu, menjawab pertanyaan
seperlunya saja, pembicaan biasanya tidak nyambung antara satu kalimat ke kalimat
lain (inkoheren). Biasanya jika sendiri pasien sering tertawa.
3. Aktivitas motorik
Ketika memulai interaksi, kontak mata kurang, dan lebih banyak diam.
4. Alam perasaan
Pasien merasa sedih karena keluarganya tidak memperdulikannya lagi semenjak
masuk rumah sakit jiwa.
5. Afek
Datar, karena saat berinteraksi pasien lebih banyak diam.
6. Interaksi selama wawancara
Saat berinteraksi tidak ada kontak mata
7. Persepsi
Pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara untuk menyuruhnya memukul
tembok saat sedang melamun, dan saat suara itu datang dirinya merasa kesal.
8. Proses pikir
Kehilangan asosiasi karena saat berinteraksi pasien mengatakan sesuatu yang tidak
ada hubungannya antara satu kalimat ke kalimat yang lain.
9. Isi pikir
Pasien berfikir adanya gangguan pada tubuhnya karena merasa terlalu kurus.
10. Tingkat kesadaran
Pasien terlihat bingung karena sulit mengenali seseorang
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu berhitung dengan baik, saat di beri soal penjumlahan ia bisa
menjawabnya.
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan, karena pasien masih bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
14. Daya titik diri
Mengingkari penyakit yang di derita, kerena pasien menyadari bahwa merasa sehat
dan tidak perlu pengobatan khusus
VII. Mekanisme Koping
Saat dilakukan wawancara dengan klien data di dapat mampu merespon pertanyaan
dengan baik (adaptif), dan reaksi lambat (maladaptif)
VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain, dan pasien lebih suka
sendiri.
IX. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita dan pasien mengingkari penyakit
yang diderita.
X. Aspek Medis
a. Diagnosa medis :
b. Terapis Medis :
XI. Analisa Data
Data Masalah
Ds: Isolasi sosial
1. Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi
2. Pasien mengatakan malas bicara
Do :
1. Pasien lebih banyak berdiam diri
2. Kontak mata kurang
3. Pasien sering menyendiri
4. Pasien tidak mau bicara
5. Pasien tidak pernah memulai pembicaraan
6. Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan
posisi miring ke kiri dan kaki di tekuk.
Ds : Harga diri rendah
1. Pasien mengeluh hidup tidak bermakna
2. Tidak memiliki kelebihan apapun
3. Pasien mengatakan dirinya jelek
4. Pasien mengatakan tidak menyukai tubuhnya
karena terllihat kurus
Do :
1. Kontak mata kurang
2. Menghindar dari orang lain
3. Menarik diri
Ds : Risiko Halusinasi
1. Pasien mengatakan pernah mendengar suara yang
menyuruhnya untuk memukul tembok
2. Pasien mengatakan saat suara itu datang dirinya
merasa kesal
Do :
1. Pasien lebih sering menyendiri
2. Pasien sering melamun
Effect
Resiko Persepsi Sensori
Halusinasi
PERENCANAAN
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
Isolasi Sosial Setelah 2 kali pertemuan SP.1.P (tgl )
pasien mampu : 1. Identifikasi penyebab isolasi
1. Pasien dapat membina sosial pasien
hubungan saling percaya 2. Berdiskusi dengan pasien
2. Pasien mengetahui tentang keuntungan berinteraksi
keuntungan berhubungan dengan orang lain
dengan orang lain dan 3. Berdiskusi dengan pasien
kerugian tidak tentang kerugian berinteraksi
berhubungan dengan dengan orang lain
orang lain 4. Mengajarkan pasien cara
3. Pasien dapat berkenalan dengan satu orang
mempraktekan cara 5. Menganjurkan pasien
berkenalan dengan orang memasukan kegiatan latihan
lain berbincang-bincang dengan
4. Pasien memasukan orang lain dalam kegiatan harian
kegiatan latihan
berbincang-bincang ke
dalam kegiatan harian
“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara
berkenalan dengan orang lain?” “Besok saya datang kembali jam 10:00, berapa
lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 15 menit saja?” “ Di mana bapak mau berbincang-bincang
dengan saya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di
teras depan saja?
4. Implementasi dan evaluasi
a. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
Do: - Kontak mata sudah ada
- Pasien kadang-kadang menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
2) Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial
3) Tindakan keperawatan
1. Evaluasi kegiatan yang lalu Sp.1 dan Sp.2
2. Memberikan kesempatan kepad pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
b. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1. Fase orentasi
“Assalamualaikum…” “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat
dengan yang kemarin bapak lakukan?”
“ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan
interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang
tidak bapak kenal atau orang baru...” “kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut bapak? “Kesepakatan kita kemarin!! Kita
akan melakukannya di teras... apakah bapak setuju?”
2. Fase kerja
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... bapak dapat
melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan
orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus...
bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam
berinteraksi dengan orang lain..bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan
orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
“Nah..saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang bapak
lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat
nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat
berkenalan.”
“Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok saya tidak datang lagi ya
pak...? hari ini terakhir saya dinas di ruangan ini.bapak tetap harus lakukan
yang cara berkenalan dengan orang lain seperti saya ajarkan” Sama-sama
pak”.“Permisi pak”.
4. Implementasi dan Evaluasi