Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

“ ISOLASI SOSIAL”

DISUSUN OLEH :

NAMA : CAHYA FARHANI ALIAS


NIM : P0020217006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN 2019/2020
A. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
B. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart
dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti, 2012: 79)
Rentang respon Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006)
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan
C. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Ketergantungan Narcisme
Interdependen
1. Respon adaptif
adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan) adalah suatu hubungan saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina
hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptif
adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim
dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,
sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya. (Trimelia, 2011: 9)
D. Tanda dan Gejala
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Klien merasa bosan
4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5) Klien merasa tidak berguna
b. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7) Ekspresi wajah tidak berseri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011: 15)
E. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-I, (2012),dibagi
menjadi dua,yaitu objektif dan subjektif:
a. Objektif
 Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
 Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
 Afek tumpul
 Bukti kecacatan
 Ada didalam subkultur
 Sakit
 Tindakan tidak berarti
 Tidak ada kontak mata
 Dipenuhi dengan pikiran sendiri
 Menunjukkan permusuhan
 Tindakan berulang
 Afek sedih
 Ingin sendirian
 Tidak komunikatif
 Menarik diri
b. Subjektif
 Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
 Mengalami perasaan berbeda dari orang lain
 Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
 Tidak percaya diri saat berhadapan dengan public
 Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain
 Mengungkapkan perasaan penolakan
 Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
 Menungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan
F. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
(Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptive
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti
lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo,
2014: 111)
G. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
H. Penatalaksaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan
adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis
kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang.
I. Pohon Masalah
Risiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Isolasi Sosial: menarik diri

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah

J. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi social
b. Harga Diri Rendah Kronik
c. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Rencana keperawatan isolasi sosial dalam bentuk strategi pelaksanaan

No Pasien Keluarga
. SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien. Mendiskusikan masalah
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan yang dirasakan keluarga
berinteraksi dengan orang lain. dalam merawat pasien.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi Menjelaskan pengertian,
dengan orang lain. tanda dan gejalah isolasi
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu sosial yang dialami klien
orang. beserta proses
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan terjadinya. Menjelaskan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan cara-cara merawat klien
harian. dengan isolasi sosial.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. Melatih keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan mempraktikkan cara
cara berkenalan dengan satu orang. merawat klien dengan
3. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan isolasi sosial. Melatih
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan keluarga mempraktikkan
harian. cara merawat langsung
kepada klien isolasi
sosial.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. Membantu keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan membuat jadwal
cara berkenalan dengan dua orang atau lebih. aktivitas di rumah
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal termasuk minum obat
kegiatan harian. (dischange planing).
Menjelaskan follow up
klien setelah pulang.

K. Implementasi dan Evaluasi keperawatan


Contoh implementasi dan evaluasi keperawatan isolasi sosial

Nama klien : Diagnosa medis :


Ruanagan : No. CM :

Hari/ No Diagnosa Rencana Implementasi Evaluasi keperawatan


Tgl keperawata keperawata keperawatan
n n
1 Isolasi SP1P Melakukan SP1P isolasi S: “walaikumsalam,”
sosial Isolasi sosial sosial : “nama saya J pak, baik,
1. Mengidentifikasi setuju pak.”
penyebab isolasi “saya senang aja sendiri,
sosial. keuntungannya banyak
2. Berdiskusi dengan teman dan ada teman
klien tentang ngobrol, kerugiannya tidak
keuntungan bila ada teman dan sepi.”
berhubungan “bersalaman, ucapkan
dengan orang lain. salam, sebutkan nama,
3. Berdiskusi dengan hobi dan asal, tanyakan
klien tentang namanya, hobinya dan
kerugian bila tidak asalnya.”
berhubungan “masukkandijadwalnya
dengan orang lain. jam 10.00 ya pak.”
4. Mengajarkan klien
cara berkenalan. O:
5. Menganjurkan klien  Klien mampu
memasukkan menyebutkan apa yang
kegiatan latihan dia alami.
berkenalan ke  Klien mampu
dalam kegiatan menyebutkan kerugian
harian. dan keuntungannya.
 Klien menyebutkan
cara berkenalan
 Kontak mata kurang
 Afek tumpul
 Bicara lambat
 Klien dapat
memasukkan latihan
berkenalan kedalam
jadwal hariannya yaitu
pada pukul 10.00

A:
SP1P tercapai

P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P isolasi
sosial pada pertemuan
ke-2 pada hari senin, 7
mei 2012 pikul 11.00
diruang perawatan
pasien.

Klien:
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan
sesuai jadwal yang
dibuat.

2 isolasi SP2P Melakukan SP2P isolasi S: “walaikumsalam”


sosial sosial: “saya tadi jam 10.00
1. Mengevaluasi jadwal latihan pak”
kegiatan harian klien “assalamualaikum,
2. Memberikan perkenalkan nama saya J,
kesempatan pada klien hobi maen tenis meja, asal
mempraktikkan cara dari bontang, nama bapak
berkenalan. siapa, hobi bapak asal
3. Mengaj klien berkenalan bapak dari mana?”
dengan orang pertama “assalamualaikum,
(seorang perawat) kenalkan nama saya J,
4. Menganjurkan klien hobi maen tenis meja, asal
memasukkan kedalam dari bontang, nama bapak
jadwal kegiatan harian siapa, hobi bapak asal
bapak dari mana?”
“masukkan jam 11.00 dan
16.00 saja pak”

O:
 Klien menyebutkan
cara berkenalan.
 Klien mempraktikan
berkenalan dengan
seorang perawat
 Kontak mata kurang
 Afek tumpul
 Bicara lambat
 Klien dapat
memasukkan latihan
berkenalan dengan
satu orang kedalam
jadwal hariannya yaitu
pada pukul 11.00 dan
16.00.

A: SP2P tercapai

P:
Perawat :
Lanjutkan SP3P isolasi
sosial pada pertemuan
ke-3 pada hari selasa 8
mei 2012 pukul 08.00
diruang perawatan
pasien.
Klien:
Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan perawat lain
sesuai jadwal yang
dibuat.
3 Isolasi SP3P isolasi Melakukan SP3P isolasi S: “walaikumsalam”
sosial sosial sosial: “saya tadi jam 11.00 dan
1. Mengevaluasi jadwal jam 16.00 latihan
kegiatan harian klien berkenalan dengan
2. Memberikan perawat dan teman saya
kesempatan pada klien pak”
mempraktikkan cara “assalamualaikum,
berkenalan dengan perkenalkan nama saya J,
orang pertama. hobi maen tenis meja, asal
3. Melatih klien berinteraksi dari bontang, nama bapak
secara bertahap siapa, hobi bapak asal
(berkenalan dengan bapak dari mana?”
orang kedua-seorang “assalamualaikum,
klien). kenalkan nama saya J,
4. Menganjurkan klien hobi maen tenis meja, asal
memasukkan ke dalam dari bontang, nama bapak
jadwal kegiatan harian. siapa, hobi bapak asal
bapak dari mana?”
“masukkan jam 13.00 saja
pak”

O:
 Klien mempraktekkan
berkenalan dengan
seorang perawat dan
klien lain.
A.
SP3P Tercapai
BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA (BHSP)

1. Fase Orentasi
“ Assalamualaikum pak,” Perkenalkan saya perawat Cahya Farhani , biasa di panggil
Cahya, saya mahasiswa Poltekkes Poso. Saya praktek disini mulai dari hari ini dan saya
bertugas untuk merawat bapak. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Senang di panggil
siapa? Boleh saya berbicara dengan bapak ?“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?” “
Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus tentang keadaan bapak?”
“ Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja?” “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan
saya? Ya sudah... di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”
“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus saya tau keadaan bapak
sekarang bagaimana.”
2. Fase kerja
“Baiklah pak, kalau boleh tau kenapa bapak di bawah kemari?, oh jadi begitu, apa bapak
tau apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain? Bagaimana kalau suster ajar cara
berkenalan dengan orang lain?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
“yaa.. bapak tadi kita tadi kita sudah berbincang-bincang mengenai keadan bapak dan
baimana kalau nanti kita berbincang bincang mengenai keuntungan berinteraksi dan
cara berkenalan dengan orang lain?“
b. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang
lagi tentang keuntungan berinteraksi dan cara berkenalan dengan orang lain?
2) Waktu
“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
3) Tempat
“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
diruangan ini saja kalau begitu”.
4. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Evaluasi
Melakukan Bina Hubungan Saling S:
Percaya - “Waalaikumsalam suster”.
- “Nama saya Rusmanto, saya senang
di panggil Rusman”.
- “Boleh suster”.
- “Saya merasa baik suster”.
- “Iya suster”.
- “15 menit saja suster”.
- “Di ruangan ini saja suster:”
- “Iya suster”.
- “Saya sering menyendiri di rumah
suster, saya lebih suka di dalam
kamar dan saya tidak mau bicara
dengan orang yang ada di rumah
ataupun tetangga saya”.
- “Tidak tau suster”
- “Mau suster”.
- “Iya suster”.
- “Iya suster 15 menit saja”.
- “Di ruangan ini saja suster”.
O:
- Pasien menjawab salam
- Pasien mau berjabat tangan
- Pasien mau menjawab pertanyaan
- Pasien mau menceritakan
keadaannya
A:
BHSP Terbina
P:
Lanjutkan SP1P : keuntungan
berinteraksi dan cara berkenalan dengan
orang lain
I. Identitas Klien
MRS ke :1
Nama/inisial : Tn.R (L) Tanggal pengkajian : 10/10/2019
Umur : 30 tahun RM No. : 47-85-32
Informan : Ny.M Hub. Dengan klien : Ibu pasien
II. Alasan Masuk
a. Keluhan saat MRS :
Pasien masuk rumah sakit jiwa lewat UGD pada tanggal 17/10/2018 dengan keluhan
sering menyendiri di rumah, berdiam diri di kamar dan tidak mau bersosialisasi baik
dengan orang yang ada di rumahnya dan tetangga sekitarnya.
b. Keluhan saat di kaji
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tidak mau menjalin hubungan
dengan orang lain. Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan posisi miring ke
kiri dan kaki di tekuk. Pasien malas bicara, kontak mata kurang, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, dan lebih sering menyendiri.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya ( ) Tidak (√ )
2. Pengobatan sebelumnya ? ( ) Berhasil () Kurang berhasil ( )
Tidak berhasil
3. Anianya : Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik [ ] [ ] [√] [ 16 ] [ ][ ]
Aniaya Seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Tindakan criminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Jelaskan No.1,2,3 : Pasien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik oleh
temannya pada masa sekolah, tidak pernah mengalami aniaya seksual, tidak pernah
mengalami kekerasan dalam keluarga, tidak ada keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya () Tidak (√ )
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Pasien mengatakan pada masa sekolah tepatnya SMP pernah mengalami pembulian
oleh teman-temannya karena di katakan jelek dan membuatnya tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
6. Tindakan bunuh diri Ya () (√) Tidak

IV.FISIK
1. Tandi vital : TD : 120/80 mmHg N : 82x/m S : 36,2 P : 18x/m
2. Ukur : TB : 170 BB : 60
3. Keluhan fisik : () Ya (√) Tidak
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Keterangan :
:Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

-------- : tinggal serumah

: orang yang dekat

: meninggal

: Hamil
: Kembar

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan tubuhnya terlalu kurus, jelek, badan bau, dan tidak memiliki
kelebihan apapun. Pasien juga mengatakan kalau pria berbadan besar itu akan di
segani orang.
b. Identitas diri
Pasien mengatakan menerima dirinya sebagai laki-laki, pasien adalah anak ke
dua dari dua bersaudara. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
bekerja sebagai kuli bangunan
c. Peran
Peran pasien dalam keluarga adalah pasien membantu orang tua mencari nafkah,
namun semenjak masuk rumah sakit jiwa ia tidak pernah peduli lagi dengan
perannya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin terlihat lebih gemuk dan tampan. Pasien mengatakan
juga ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang. Karena ingin
bekerja layaknya orang sehat
e. Harga diri
Pasien merasa sedih karena merasa tidak berguna lagi buat keluarganya
semenjak masuk rumah saki jiwa
3. Hubungan sosial
Pasien mengatakan orang yang berarti bagi kehidupannya adalah keluarganya.
Pasien tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya, tetapi kadang di waktu sore ia pergi bermain bola. Pasien mengatakan
malas berhubungan dengan orang lain karena merasa tidak ada yang penting untuk
di bicarakan, pasien lebih sering diam.
4. Spiritual
Pasien mengatakan jarang melakukan ibadah sholat lima waktu.
VI.Status Mental
1. Penampilan
Pasien terlihat kurang rapi, rambut tidak tertata, tampak lesu, dan kusam. Pasien
mengatkan mandi 2x sehari.
2. Pembicaraan
Pasien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu, menjawab pertanyaan
seperlunya saja, pembicaan biasanya tidak nyambung antara satu kalimat ke kalimat
lain (inkoheren). Biasanya jika sendiri pasien sering tertawa.
3. Aktivitas motorik
Ketika memulai interaksi, kontak mata kurang, dan lebih banyak diam.
4. Alam perasaan
Pasien merasa sedih karena keluarganya tidak memperdulikannya lagi semenjak
masuk rumah sakit jiwa.
5. Afek
Datar, karena saat berinteraksi pasien lebih banyak diam.
6. Interaksi selama wawancara
Saat berinteraksi tidak ada kontak mata
7. Persepsi
Pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara untuk menyuruhnya memukul
tembok saat sedang melamun, dan saat suara itu datang dirinya merasa kesal.
8. Proses pikir
Kehilangan asosiasi karena saat berinteraksi pasien mengatakan sesuatu yang tidak
ada hubungannya antara satu kalimat ke kalimat yang lain.
9. Isi pikir
Pasien berfikir adanya gangguan pada tubuhnya karena merasa terlalu kurus.
10. Tingkat kesadaran
Pasien terlihat bingung karena sulit mengenali seseorang
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu berhitung dengan baik, saat di beri soal penjumlahan ia bisa
menjawabnya.
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan, karena pasien masih bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
14. Daya titik diri
Mengingkari penyakit yang di derita, kerena pasien menyadari bahwa merasa sehat
dan tidak perlu pengobatan khusus
VII. Mekanisme Koping
Saat dilakukan wawancara dengan klien data di dapat mampu merespon pertanyaan
dengan baik (adaptif), dan reaksi lambat (maladaptif)
VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain, dan pasien lebih suka
sendiri.
IX. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita dan pasien mengingkari penyakit
yang diderita.
X. Aspek Medis
a. Diagnosa medis        :
b. Terapis Medis           :
XI. Analisa Data

Data Masalah
Ds: Isolasi sosial
1. Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi
2. Pasien mengatakan malas bicara
Do :
1. Pasien lebih banyak berdiam diri
2. Kontak mata kurang
3. Pasien sering menyendiri
4. Pasien tidak mau bicara
5. Pasien tidak pernah memulai pembicaraan
6. Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan
posisi miring ke kiri dan kaki di tekuk.
Ds : Harga diri rendah
1. Pasien mengeluh hidup tidak bermakna
2. Tidak memiliki kelebihan apapun
3. Pasien mengatakan dirinya jelek
4. Pasien mengatakan tidak menyukai tubuhnya
karena terllihat kurus
Do :
1. Kontak mata kurang
2. Menghindar dari orang lain
3. Menarik diri

Ds : Risiko Halusinasi
1. Pasien mengatakan pernah mendengar suara yang
menyuruhnya untuk memukul tembok
2. Pasien mengatakan saat suara itu datang dirinya
merasa kesal
Do :
1. Pasien lebih sering menyendiri
2. Pasien sering melamun

XII. Pohon Masalah

Effect
Resiko Persepsi Sensori
Halusinasi

Core Problem Isolasi Sosial

Cause Harga Diri Rendah Kronik

XIII. Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Risiko persepsi sensori Halusinasi

XIV. Intervensi Keperawatan

PERENCANAAN
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
Isolasi Sosial Setelah 2 kali pertemuan SP.1.P (tgl )
pasien mampu : 1. Identifikasi penyebab isolasi
1. Pasien dapat membina sosial pasien
hubungan saling percaya 2. Berdiskusi dengan pasien
2. Pasien mengetahui tentang keuntungan berinteraksi
keuntungan berhubungan dengan orang lain
dengan orang lain dan 3. Berdiskusi dengan pasien
kerugian tidak tentang kerugian berinteraksi
berhubungan dengan dengan orang lain
orang lain 4. Mengajarkan pasien cara
3. Pasien dapat berkenalan dengan satu orang
mempraktekan cara 5. Menganjurkan pasien
berkenalan dengan orang memasukan kegiatan latihan
lain berbincang-bincang dengan
4. Pasien memasukan orang lain dalam kegiatan harian
kegiatan latihan
berbincang-bincang ke
dalam kegiatan harian

Setelah 3 kali pertemuan SP.2 P (tgl


pasien mampu : 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
1. Pasien mampu berkenalan pasien Sp. 1
dengan satu orang 2. Memberikan kesempatan pada
2. Pasien memasukan pasienmempraktekan cara
kegiatan latihan berkenalan dengan satu orang
berbincang-bincang ke 3. Masukan dalam jadwal kegiatan
dalam kegiatan harian pasien, latihan berbincang-
bincang dengan orang lain
sebagai salah-satu kegiatan
harian

Setelah 4 kali pertemuan SP.3P (tgl


pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu Sp.1
1. Pasien mampu berkenalan dan Sp.2
dengan 2 orang atau lebih 2. Memberikan kesempatan kepad
2. Pasien memasukan pasien mempraktekan cara
kegiatan latihan berkenalan dengan 2 orang atau
berbincang-bincang ke lebih
dalam kegiatan harian 3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian pasien

1. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP1P Isolasi Sosial


a. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds : - Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi
- Pasien mengatakan malas bicara
Do : - Pasien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Pasien sering menyendiri
- Pasien tidak mau bicara
- Pasien tidak pernah memulai pembicaraan\
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan posisi miring ke kiri dan
kaki ditekuk
2) Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial
3) Tindakan keperawatan
1. Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
4) Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1. Fase Orentasi
“Assalamualaikum bapak” masih ingat dengan saya? Benar pak! saya suster
Cahya...“Bagaimana perasaan bapak hari ini?” “sesuai dengan janji kita kemarin,
hari ini kita akan berbincang-bincang tentang keuntungan dan kerugian
berintraksi dan juga cara berkenalan dengan orang lain”, “berapa lama bapak
punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15
menit saja?” “di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah...
di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”
2. Fase kerja
“Bapak”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan bapak siapa?
Menurut bapak apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain? Kalau bapak tidak tahu saya akan
memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak
punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu
sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan bapak cara berkenalan, begini
pak.“Assalamualaikum, kenalkan nama saya R, hobi main bola, asal dari poso,
nama bapak siapa?, hobi bapak apa?, asal bapak dari mana?”. Coba bapak
praktekan yang saya ajarlkan tadi. Bagus... bapak dapat mempraktekkan apa
yang saya ajarkan tadi..bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?” “coba bapak
ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain?” “Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya
harap bapak dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!”

“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara
berkenalan dengan orang lain?” “Besok saya datang kembali jam 10:00, berapa
lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 15 menit saja?” “ Di mana bapak mau berbincang-bincang
dengan saya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di
teras depan saja?
4. Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Isolasi sosial Melakukan SP1P Isolasi sosial S:
pada Tn.R - “Waalaikumsalam”
1. Mengidentifikasi penyebab - “masih suster cahya
isolasi sosial. kan?”
2. Berdiskusi dengan klien - “baik suster.”
tentang keuntungan bila - “iya suster.”
berhubungan dengan orang - “iya suster 15 menit
lain. saja.”
3. Berdiskusi dengan klien - “di ruangan ini saja
tentang kerugian bila tidak suster”
berhubungan dengan orang - “ibu saya suster orang
lain. yang paling dekat
4. Mengajarkan klien cara dengan saya.”
berkenalan. - “saya tidak tau suster.”
5. Menganjurkan klien - “Assalamualaikum,
memasukkan kegiatan kenalkan nama saya R,
latihan berkenalan ke dalam hobi main bola, asal
kegiatan harian. dari poso, nama bapak
siapa?, hobi bapak
apa?, asal bapak dari
mana?”
- “baiklah suster saya
akan memasukan
dalam jadwal harian
saya”
- “saya merasa senang
suster karena bisa tau
keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain serta
tau cara berkenalan
dengan orang lain.”
- “keuntungan dari
berinteraksi dengan
orang lain yaitu punya
banyak teman, saling
menolong, saling
bercerita, dan tidak
selalu sendirian.”
- “iya suster”.
- “iya suster 15 menit
saja seperti hari ini”.
- “terserah suster”.
- “baik suster’.
O:
- Pasien mampu
menyebutkan kerugian
dan keuntungan
berinteraksi.
- Pasien menyebutkan
cara berkenalan
- Kontak mata kurang
- Bicara lambat
- Klien dapat
memasukkan latihan
berkenalan kedalam
jadwal hariannya
A:
SP1P tercapai
P:
Perawat :Lanjutkan
SP2P: berkenalan
dengan satu orang
Pasien : Memotivasi
pasien latihan
berkenalan sesuai jadwal
yang dibuat

2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP2P Isolasi Sosial


a. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
- Pasien mengatakan malas bicara
Do: - Pasien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Pasien sering menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
2) Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial
3) Tindakan keperawatan
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien Sp. 1
2. Memberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien, latihan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah-satu kegiatan harian
b. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1. Fase Orentasi
“ Assalamualaikum bapak” masih ingat dengan saya? Benar pak!
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin
saya ajarkan?” “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan
mempraktekkan bagaimana cara berkenalan dengan satu orang...” “ Sesuai
dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut bapak? “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan
melakukannya di teras depan... apakah bapak setuju?”
2. Fase kerja
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... bapak dapat
melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan satu
orang yang bapak belum kenal!! Bagus... bapak dapat mempraktekkan
dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya ajarkan..bagaimana kalau
kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?” “Bapak saat saya tidak
ada bapak dapat melakukan hal seperti yang bapak lakukan tadi dengan
orang yang belum bapak kenal... kemudian bapak ingat nama yang pernah
bapak ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”
“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan melakukan
interaksi/ berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih”
“Bagimana kalau besok kita bertemu lagi? berapa lama bapak punya waktu
untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit
saja?”
“ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau
besok kita melakukannya di tempat ini lagi? “ baiklah pak , saya permisi dulu
Assalamualaikum..”
4) Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Isolasi sosial Melakukan SP2P isolasi S :
sosial pada Tn.R - “Waalaikumsalam
1. Evaluasi jadwal kegiatan suster,”
harian pasien Sp. 1 - “masih ingat suster
2. Memberikan kesempatan Cahya kan?.”
pada - “baik suster”.
pasienmempraktekan - “ingat suster tentang
cara berkenalan dengan cara berkenalan
satu orang dengan orang lain.”
3. Masukan dalam jadwal - “iya suster.”
kegiatan pasien, latihan - “iya suster 15 menit
berbincang-bincang saja.”
dengan orang lain - “Assalamualaikum,
sebagai salah-satu kenalkan nama saya N,
kegiatan harian hobi main bola, asal
dari poso, nama bapak
siapa?, hobi bapak
apa?, asal bapak dari
mana?”
- “Baiklah suster saya
akan memasukan
dalam jadwal harian
saya”
- “Saya merasa senang
suster karena
mendapat teman baru”.
- “Bapak S”.
- “Iya suster saya akan
coba melakukannya lagi
dengan orang lain”
- “Iya suster 15 menit
saja seperti hari ini”.
- “Iya suster besok kita
ketemu di sini lagi”.
- “Waalaikumsalam
suster”.
O:
- Pasien mempraktikan
cara berkenalan dengan
orang lain
- Kontak mata kurang
- Bicara lambat
- Klien dapat
memasukkan latihan
berkenalan dengan satu
orang kedalam jadwal
hariannya
A:
SP2P tercapai
P:
Perawat : Lanjutkan
SP3P: berkenalan dengan
2 orang atau lebih
Pasien : Memotivasi
pasien latihan berkenalan
sesuai jadwal yang dibuat.

3. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP3P Isolasi Sosial

a. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
Do: - Kontak mata sudah ada
- Pasien kadang-kadang menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
2) Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial
3) Tindakan keperawatan
1. Evaluasi kegiatan yang lalu Sp.1 dan Sp.2
2. Memberikan kesempatan kepad pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
b. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1. Fase orentasi
“Assalamualaikum…” “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat
dengan yang kemarin bapak lakukan?”
“ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan
interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang
tidak bapak kenal atau orang baru...” “kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut bapak? “Kesepakatan kita kemarin!! Kita
akan melakukannya di teras... apakah bapak setuju?”
2. Fase kerja
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... bapak dapat
melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan
orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus...
bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam
berinteraksi dengan orang lain..bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan
orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?
Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”
“Nah..saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang bapak
lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat
nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat
berkenalan.”
“Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok saya tidak datang lagi ya
pak...? hari ini terakhir saya dinas di ruangan ini.bapak tetap harus lakukan
yang cara berkenalan dengan orang lain seperti saya ajarkan” Sama-sama
pak”.“Permisi pak”.
4. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Isolasi sosial Melakukan SP2P isolasi sosial S:
pada Tn.R - “Waalaikumsalam
1. Evaluasi kegiatan yang lalu suster:
Sp.1 dan Sp.2 - “Baik suster”
2. Memberikan kesempatan - “Ingat suster kemarin
kepada pasien saya berkenalan
mempraktekan cara dengan satu orang.”
berkenalan dengan 2 - “Iya suster 15 menit”
orang atau lebih - “Setuju suster”.
3. Menganjurkan pasien - “Selamat pagi,
memasukan dalam jadwal kenalkan nama saya
kegiatan harian pasien N, hobi main bola,
asal dari poso, nama
bapak siapa?, hobi
bapak apa?, asal
bapak dari mana?”
- “Baiklah suster saya
akan memasukan
dalam jadwal harian
saya”
- “Saya merasa
senang suster karena
mendapat teman
baru”.
- “Bapak S, bapak D
dan bapak A”.
- “Iya suster saya akan
coba melakukannya
lagi dengan orang
lain”
- “Iya suster
terimakasih atas
bimbingannya
beberapa hari ini”.
- “Iya suster”
O:
- Pasien
mempraktikan cara
berkenalan dengan
orang lain
A:
SP3P Tercapai

Anda mungkin juga menyukai