PENDAHULUAN
Semua zat yang ada disekitar kita, yang setiap saat kita lihat terdiri atas materi. Materi
didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan volum. Papan tulis yang ada di kelas,
kursi yang kita duduki, udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, sendok dan garpu dan
lainnya terdiri atas materi. merupakan contoh makanan dan bahan yang kita manfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari kita.
Secara umum, campuran dapat diklasifikasikan menjadi larutan, koloid dan suspensi
(campuran). Hal ini didasarkan pada ukuran partikel-partikel zat terlarut (fase terdispersi) dalam
pelarut (medium pendispersi)nya. Adakalanya suatu campuran mengandung zat terlarut dan zat
koloid atau zat terlarut dan suspensi sekaligus. Air sungai, sebagai contoh, mengandung pasir
dan berbagai partikel kasar yang lain. Jika air sungai disaring, biasanya masih mengandung
pertikel koloid selain zat-zat terlarut. Demikian juga halnya dengan udara, udara yang bersih
merupakan larutan dari berbagai jenis gas. Akan tetapi, pada umumnya udara mengandung
partikel koloid berupa debu, asap, atau kabut.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara
merata/homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Dapat dikatakan bahwa sistem koloid memiliki peran penting dan sudah menjadi bagian
dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembelajaran dan pemahaman mengenai kimia koloid
sangat diperlukan.
Berdasarkan kimia koloid yang ruang lingkupnya sangat luas, penulis membatasi
permasalahannya, yaitu:
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zat
lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi
(fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Fase terdispersi umumnya memiliki jumlah yang
lebih kecil atau mirip dengan zat terlarut dan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau mirip
pelarut dalam suatu larutan(Yazid,2005). Zat yang terdispersi tersebut berjarak ukuran antara
dimensi partikel–partikel atomik dan molekular sampai partikel–partikel yang berukuran
milimeter, ukurannya dapat diklasifikasikan baik yang sebagai membentuk dispersi molekular
maupun dispersi koloidal. Beberapa suspensi dan emulsi dapat mengandung suatu jarak ukuran
partikel sedemikian sehingga partikel–partikel nya yang kecil masuk dalam jarak koloidal,
sedangkan yang besar – besar dapat diklasifikasikan sebagai partikel–partikel kasar
(Moechtar,1989).
4
2.3.1 Jenis partikel koloid
1. Koloid Liofil
Koloid liofil adalah koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit
dipisahkan atau sangat stabil. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka).
Contohnya agar-agar, tepung kanji, gelatin dalam air panas , lem karet, protein, sabun, detergen,
dan cat.
2. Koloid Liofob
Koloid liofob adalah koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga cenderung
memisah, dan akibatnya tidak stabil. Liofob berarti takut cairan (Yunani = phobia = takut/benci).
Koloid liofob biasanya terdiri atas zat anorganik semula. Contoh koloid liofob adalah sol emas.
5
bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan diteruskan dalam
intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek Tyndall (Laider, 1982).
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan
menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran partikel,
maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul koloid. Partikel-
partikel koloid yang mempunyai ukuran kecil, cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan
panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran besar
cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang (Bird,
1993).
dimana = atau
6
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak sebagai bitik-bintik
bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel
koloid dalam suatu medium pendispersinya disebut gerak Brown. Terjadinya gerakan ini
disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekulmolekul medium pendispersi tidak sama (tidak
setimbang) (Yazid, 2005).
b. Pengendapan (sedimentasi)
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap karena pengaruh
gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium pendispersinya, maka partikel tersebut akan
mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta
dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan viskositas
dan menaikkan selisih rapatan. Namun faktor-faktor ini pengaruhnya relatif kecil terhadap
kecepatan pengendapan (Yazid, 2005).
c. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga dapat
dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena adanya gerak Brown.
Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan dengan koefisien difusi. Menurut Graham,
butir-butir koloid berdifusi sangat lambat karena ukuran partikelnya relatif besar (Yazid, 2005).
d. Tekanan osmosis
7
2.4.5 Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik.
(Yazid, 2005). Bila partikel koloid yang bermuatan ditempatkan pada medan listrik, maka
partikel tadi akan bergerak ke arah salah satu elektroda bergantung pada muatannya. Proses ini
dikenal dengan nama elektroforesis. Laju gerakan partikel (cm/det) dalam medan listrik dengan
gradien potensial (volt/cm) dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut (Bird, 1993).
8
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2S) dengan belerang dioksida
(SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.
2H2S (g) + SO2 (aq) 2H2O (l) + 3S (koloidal)
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl 4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO
(formaldehida).
2HAuCl4 (aq) + 6K2CO3 (aq) + 3HCHO (aq) 2Au (koloidal) + 5CO2 (g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK (aq) +
KHCO3 (aq) + 2H2O (l)
2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
encer
AgNO3 (aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
4. Penggantian Pelarut
Contoh:
Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa
gel.
inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar
menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses
pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin. Endapan NiS
9
2.6.3 Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan
koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi
loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam
air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi,
cara busur ini merupakan gabungan cara kondensasi dan cara dispersi.
10
pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan
positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama
tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
11
BAB III
3.1 Simpulan
Berdasarkan pada penulisan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai
berikut.
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zat
lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa
terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Campuran yang terletak antara
medium dispersi disebut koloid.
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan
gas.
Sifat koloid : Sifat Fisika, sifat koligatif, sifat optis, dan sifat kinetik
3.2 Saran
Harapan penulis dari simpulan tersebut yaitu, penulis dapat merumuskan beberapa
saran, diantaranya :
1. Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui koloid apa saja yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan agar pembaca dapat menguasai materi koloid tidak hanya pada makalah ini,
lebih baik dari berbagai sumber lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/sistem-koloid/koloid-pencemar/
Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2015 Pukul 13.50 WIB
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/contoh-koloid-pelindung-dan-koloid-
asosiasi.html Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2015 Pukul 14.05 WIB
13