Anda di halaman 1dari 8

Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu melalui Seksi Gizi menggelar pelatihan peningkatan

kapasitas Kader Pembangunan Manusia (KPM) di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2021.

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kapuas Hulu itu
berlangsung dari tanggal 24 – 27 Maret 2021.

Siti Wahdah, S.Gz, RD, MPH Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu
mengungkapkan, tujuan kegiatan ini untuk memastikan mobilisasi KPM di desa berjalan dengan baik
dan kinerja KPM dapat optimal sesuai dengan tugas dan perannya.

Kemudian KPM diharapkan pula mampu melakukan sinergitas kinerja KPM dengan Dinas-layanan
(OPD) terkait upaya pencegahan dan penurunan stunting.

“Adapun penerima manfaat dari kegiatan Peningkatan Kapasitas Kader Pembangunan Manusia
dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita ini adalah Kader Pembangunan Manusia di wilayah lokus
Stunting terintegrasi Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2021,” papar dia.

Lebih lanjut Wahdah mengatakan, Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK,
tidak hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat
kecerdasan dan produktifitas anak dimasa dewasanya.

“Strategi Nasional percepatan pencegahan stunting terdiri dari 5 (lima) pilar yaitu Komitmen dan visi
kepemimpinan, Kampanye Nasional dan komunikasi perubahan prilaku, Konvergensi,koordinasi, dan
konsolidasi program pusat, daerah dan desa, Gizi dan ketahanan pangan dan Pemantauan dan
evaluasi” jelasnya.

Untuk itu kata dia, pentingnya komunikasi perubahan prilaku, sebagaimana diindikasikan dalam pilar
2 (dua) Strategi Nasional Perubahan Perilaku, sudah banyak disebutkan dalam berbagai kebijakan
Pemerintah. Pilar 2 (dua) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran publik
sehingga memicu adopsi prilaku positif untuk mencegah stunting di periode 1.000 HPK.

“Karena KPM mengemban tugas untuk membantu pemerintah desa dalam memfasilitasi masyarakat
desa untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sumber daya
manusia di desa,
………………………………...
Prevalensi stunting di Kabupaten Cirebon selama terjadinya pandemi Covid-19 meningkat. Prevalensi
adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Dokter Edi Susanto kepada RRI, Kamis (3/6/2021)
membenarkan bila prevalensi stunting pada tahun 2020 hiingga pertengahan 2021 cukup tingggi bila
dibanding tahun 2019. Menurut Edi, prevalensi stunting di tahun 2019 diangka 8%, namun terjadi
kenaikan mencapai hampir 11 persen.

“Kalau dulu kan sampai dengan 8% tahun 2019. Sekarang 2020 naik lagi menjadi 11% dari 150.000
anak yang ditimbang,” ungkapnya.

Diakui Dokter Edi, kenaikan prevalensi stunting dipicu karena masa pandemi Covid-19, kegiatan
penimbangan balita cenderung tidak dilaksanakan. Bgeitu pun kegiatan lainnya, para kader posyandu
juga harus memperhatikan protokol kesehatan guna mengurangi resiko terhadap paparan Virus
Corona. Namun tutur Edi, pihaknya terus melakukan upaya walau tidak bisa dilaksanakan secara
maksimal, seperti gizi spesifik dan pemberian makanan tambahan atau PMT.

“Kalau upaya ada gizi spesifik yang tetep kita lakukan tapi ngga maksimal memang. Kayak
penimbangan balita terus PMT terus memberikan apa saja untuk kesehatan ngga maksimal. Terus di
gizi spesifik kayak konvergensinya kegiatan di OPD lain terhambat juga. Pokoknya tahun 2020 hingga
2021 sekarang, situasi kan ada refocusing dan segala macem akhirnya menghambat sehingga
stuntingnya meningkat,” jelasnya.

Penyebaran stunting di Kabupaten Cirebon tegas Edi Susanto, merata di 412 desa dan 12 kelurahan.
Akan tetapi bila melihat sebaran angkanya dua kecamatan yaitu Kecamatan Suranengala dan
Susukan Lebak masing cukup tinggi.

Menurutnya sebagian besar masalah stunting disebabkan karena ketersediaan bahan pangan dan
juga pengetahuan serta lingkungan sekitar. Namun dari semua penyebab itu, masalah ketersediaan
bahan pangan yang mendominasi.

“Pokoknya di masa pandemi ini ngga maksimal disemua unsur sehingga masalah stunting seharusnya
turun karena target Provinsi Jawa Barat tahun 2023 zero stunting cuman kan dalam situasi ngga tau
ternyata ada pandemi sekarang ini jadi semua terkendala,” tandasnya
Repjabar Ciayumajakuning
Balita Stunting di Kabupaten Cirebon Meningkat
Saat ini upaya penurunan angka stunting ada di jalurnya dan membutuhkan konsistensi.

Jumat , 27 Aug 2021, 19:41 WIB


Program Bebas Stunting merupakan salah satu program yang ada di setiap desa (ilustrasi)
istimewa
Program Bebas Stunting merupakan salah satu program yang ada di setiap desa (ilustrasi)
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Andi Nur Aminah
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kasus stunting pada balita di Kabupaten Cirebon mengalami
peningkatan. Pemkab Cirebon pun berkomitmen mengatasi kondisi tersebut.

Baca Juga
Pemprov: Target Balita Stunting di Jabar 14 Persen 2024
Wali Kota Depok Harap Dukungan Masyarakat Atasi Stunting
Camat hingga RT Diminta Bantu Tangani Stunting

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni, mengatakan, pada tahun lalu, dari 160 ribu
balita, sebanyak 11,73 persennya mengalami stunting. Angka tersebut meningkat dibandingkan 2018
yang hanya 7,9 persen.
Meskipun begitu, lanjut Eni, tingkat stunting di Kabupaten Cirebon tidak melebihi target dari
pemerintah provinsi dan nasional yang mencapai 14 persen. "Target sampai 2024 harus turun," tukas
Eni, dalam acara Rembuk Stunting di salah satu hotel di Jalan Tuparev, Kecamatan Kedawung,
Kabupaten Cirebon, Jumat (27/8).
Dalam kesempatan itu, Bupati Cirebon, Imron, menyatakan, pemerintah daerah berkomitmen dan
bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah stunting di Kabupaten Cirebon. Meski demikian,
penyelesaian masalah tersebut harus melibatkan seluruh pihak. "Saat ini upaya penurunan ada di
jalurnya dan membutuhkan konsistensi. Kabupaten Cirebon memiliki angka stunting cukup tinggi di
Jawa Barat," kata Imron.
Imron mengatakan, jika angka stunting tidak dapat ditekan, maka dikhawatirkan akan membuat
sumber daya manusia (SDM) pada masa yang akan datang menjadi tidak berkualitas. Untuk itu,
penanganan stunting harus dilakukan secara sungguh-sungguh.
Seperti diketahui, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting. Perpres tersebut merupakan payung hukum dari Strategi
Nasional Percepatan Penurunan stunting yang sudah dilaksanakan sejak 2018.
Perpres tersebut menetapkan lima pilar utama yang sangat penting dalam percepatan penurunan
stunting. Yaitu, komitmen politik dan kepemimpinan nasional dan daerah, kampanye nasional dan
komunikasi perubahan perilaku, konvergensi program pusat, daerah dan masyarakat, ketahanan
pangan dan gizi, serta monitoring dan evaluasi.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Jawa Timur, Ir. Mohammad
Yasin, M.Si membuka secara resmi pada hari Senin 21 September 2020. Dalam sambutannya Kepala
DPMD Prov. Jatim berharap Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) mempunyai peran dan fungsi
yang sangat strategis dalam proses pembangunan partisipatif, karena sebagai mitra Pemerintahan
Desa.

Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) harus mampu memastikan perencanaan pembangunan


desa dan penggunaan Dana Desa agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Setelah mengikuti
Pelatihan KPM ini, para peserta diharapkan mampu mengidentifikasi, potensi dan masalah yang ada
di desa, membuat tahapan penyusunan APBD desa sehingga tercipta perencanaan pembangunan
desa yang sesuai.

Kegiatan ini menghadirkan 5 narasumber, yaitu:


1. Ardi Erzawan, S. Kom, M. Sos dari Bappeda Prov. Jatim menyampaikan Kebijakan Pemerintah Prov.
Jatim dan Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Kader Pemberdayaan Masyarakat;

2. Ir. Mei Wulandari, MM dari Balai Besar Bina Pemerintahan Desa Malang menyampaikan materi
Konsep Pendampingan Masyarakat dan Peran Serta KPM dalam perumusan Kebijakan Pembangunan
yang ada di desa.

3. Drs. Petir Pudjantoro, M.Si dari LP2M Univ. Negeri Malang memberikan materi tentang bagaimana
cara agar menjadikan personal KPM itu menjadi orang yang lebih berdaya.

4. Mohammad Anwar, SE, MM dari CV. Adhi Bahana Cendekia memberikan materi tentang
bagaimana cara melakukan fasilitasi dan komunikasi yang efektif untuk memberikan dampak yang
berguna di masyarakat.

5. Sutianah Juara KPM Berprestasi Prov. Jatim dari Kab. Mojokerto memberikan materi tentang
partisipasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Peningkatan kapasitas kader pembangunan manusia sangat penting untuk dilakukan karena mereka
secara kinerja langsung bersentuhan dengan masyarakat. Sehingga perlu untuk di bina dan di
jelaskan apa-apa yang harus di pahami demi untuk memaksimalkan kinerja.

Terkait hal ini, Plt Bupati Boalemo Ir.Anas Jusuf,M.si membuka Bimbingan Teknis (Bimtek)
peningkatan kapasitas Kader Pembangunan Manusia (KPM) tingkat Kabupaten Boalemo yang di
selenggarakan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang bertempat di hotel Amaris
Kota Gorontalo. (Selasa 25/5/2021)

Pada Kegiatan tersebut, turut di hadiri oleh Kadis Sosial dan PMD Mondru Mopangga, para Camat,
Narasumber dan Peserta Kader Pembangunan Manusia.

Plt Bupati Boalemo Ir.Anas Jusuf,M.si menyampaikan bahwa Kader Pembangunan Manusia adalah
kader yang bekerja membantu Pemerintah desa dalam memfasilitasi sumber daya manusia di tingkat
desa. Kader Pembangunan manusia di tugaskan untuk menangani pendataan stunting yang ada di
desa.

“Saya ingin tugas kader Pembangunan Manusia bukan sekedar mendata stunting, tetapi lebih dari
itu. Angka stunting di Kabupaten Boalemo yang di rilis teman-teman Bappeda tinggal 13%, 2 Bulan
lalu saya berkunjung di kementerian PMD dan sempat berdiskusi secara langsung dengan Dirjennya
yang menangani Stunting. Ternyata angka Stunting kita di tingkat pusat mencapai 36%, bukan 13%
yang di sebutkan” Ucap Anas Jusuf

Anas juga berharap kepada kader Pembangunan manusia agar menguasai, apa langkah-langkah yang
harus di lakukan terhadap angka stunting di Kab.Boalemo.

“Saya minta juga kader Pembangunan Manusia bukan hanya sekedar mendata, tetapi lebih
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan Stunting” pungkasnya
Dinas PMD Dalduk dan KB Kabupaten Kulon Progo melaksanakan Bimbingan Teknis atau Pelatihan
Peningkatan Kapasitas bagi Kader Posyandu sekaligus Kader Pembangunan Manusia (KPM) tentang
Sistem Informasi Posyandu (SIP) dan Aplikasi Elektronik Human Development Worker (e-HDW). Acara
ini dilaksanakan selama 3 hari, dari tanggal 9-11 Februari 2021 yang bertempat di Aula Dinas PMD
Dalduk dan KB Kulon Progo. Adapun peserta BimTek ini adalah perwakilan kader posyandu sekaligus
kader pembangunan manusia (KPM) se-Kabupaten Kulon Progo.

Kegiatan Bimtek SIP Posyandu dan Aplikasi e-HDW ini dibuka oleh Bapak Susilo Ari Wibowo, SE., MM
selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat pada hari Selasa (9/2/21). Dalam sambutannya
Susilo Ari Wibowo menyampaikan
ucapan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh kader posyandu dan kader pembangunan manusia
yang selama ini sudah melakukan kerja-kerja nyata dalam pembangunan desa dibidang
pemberdayaan kesehatan masyarakat khususnya penanganan dan pencegahan kasus anak kerdil
(stunting). Lebih lanjut pada tahun 2020 hingga sekarang kinerja dan kontribusi kader sangat luar
biasa dibutuhkan di tengah-tengah adanya wabah pandemi Covid-19.

Kegiatan BimTek atau pelatihan peningkatan kapasitas kader posyandu sekaligus kader
pembangunan manusia (KPM) ini menghadirkan dua narasumber yaitu Natalia Sri Karuniawati, S.KM.
dari Promkes Dinas Kesehatan Kulon Progo dan Aris Nurkholis, M.Pd. dari Tenaga Ahli PSD Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Kulon Progo.

Pada kesempatan pertama sebagai narasumber yaitu Natalia Sri Karuniawati, S.KM yang
menyampaikan tentang kebijakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tentang pelaksanaan
posyandu di masa adaptasi kebiasaan baru karena wabah Covid-19. Selain itu juga disampaikan
perihal BimTek pengisian buku Sistem Informasi Posyandu (SIP) mulai dari form 1 sampai form 6.

Adapun sebagai narasumber kedua yaitu Aris Nurkholis, M.Pd. dari Tenaga Ahli PSD P3MD
Kabupaten Kulon Progo. Dalam paparannya Aris Nurkholis menyampaikan perihal keterpaduan data
primer ditingkat posyandu melalui Sistem Informasi Posyandu (SIP). “Harapannya dengan adanya
keterpaduan data sampai tingkat posyandu ini, semua stake holder dapat menggunakannya sebagai
bahan analisis dan perencanaan pembangunan dimasing-masing sektor termasuk salah satunya bagi
pemerintah kalurahan/desa melalui program konvergensi stuntingnya“ terang Aris Nurkholis.

Lebih lanjut Aris Nurkholis dalam BimTek ini juga menyampaikan perihal pelaporan kegiatan
konvergensi stunting melalui aplikasi Elektronik Human Development Worker (e-HDW). Aplikasi ini
merupakan aplikasi berbasis android yang digunakan oleh kader pembangunan manusia dalam
pemantauan kecakup

Anda mungkin juga menyukai