Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH

KAPITA SELEKTA KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Polemik Pergantian Permendikbud No. 33 Tahun 2014 Sebagai Solusi Untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan

Dosen : Drs. Joko Sri Sukardi M.Si

Dibuat Oleh :

Yudea Sofia 20110244013

PROGRAM SARJANA KEBIJAKAN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
A. Rumusan Masalah :
1. Apakah yang melatarbelakangi penyusunan atau penetapan Permendikbud No. 33
Tahun 2014?
2. Apakah dampak yang disebabkan dari perumusan Permendikbud No. 33 Tahun
2014?
3. Kapan seharusnya kebijakan Permendikbud No. 33 Tahun 2014 direvisi atau
mengalami perubahan?
4. Bagaimana perkembangan mutu pendidikan di Indonesia?

B. Pembahasan

Pendidikan nasional seperti yang tercantum pada UU RI No. 20 Tahun 2003


berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangggung jawab. Untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional diperlukan kualitas atau mutu pendidikan yang baik, dalam KBBI
mutu artinya ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan,
dsb).

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, pemerintah memutuskan untuk


menetapkan standar nasional pendidikan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada PP No.19
Tahun 2005. Pada peraturan tersebut, terdapat banyak unsur yang berguna untuk membantu
menaikan kualitas atau mutu pendidikan salah satunya ialah Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP). Sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1
No. 24, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut LPMP adalah unit
pelaksana teknis Departemen yang berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk membantu
Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada
satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya
penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan.
Dalam rangka mengupayakan peningkatan mutu pendidikan di tingkat pendidikan
dasar, menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah, pemerintah
merumuskan Permendikbud No. 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan. Namun, permendikbud tersebut perlu direvisi karena
diperlukannya pembentukan lembaga penjaminan mutu di Provinsi Papua Barat dan Kepulauan
Riau sehingga Permendikbud No. 37 Tahun 2012 (yang tidak ada LPMP Papua Barat dan
Kepulauan Riau) diganti dengan Permendikbud No. 16 Tahun 2013 yang terdapat LPMP Papua
Barat dan Kepulauan Riau.

Lalu, mengapa Permendikbud No. 16 Tahun 2013 harus diganti lagi dengan
Permendikbud No. 33 Tahun 2014? Alasannya adalah karena terjadi perubahan wilayah kerja
nomenklatur Sulawesi Barat yang disebabkan oleh perkembangan dinamika pemerintahan pada
daerah tersebut. Akhirnya, wilayah kerja Sulawesi Barat yang tadinya berada di Mamuju, Kota
Mamuju (tercantum pada Permendikbud No. 16 Tahun 2013) diubah menjadi di Rangas,
Kabupaten Majene. Intinya adalah kebijakan pendidikan yang dikeluarkan dalam Permendikbud
No. 33 Tahun 2014 merupakan solusi atau jawaban untuk memecahkan masalah perkembangan
dinamika pemerintahan daerah Sulawesi Barat.

Menurut pendapat penulis, peraturan menteri ini seharusnya dapat meningkatkan


kinerja organisasi dan lembaga penjamin mutu karena peraturan yang menyesuaikan kondisi
wilayah kerja sehingga akan memudahkan organisasi dan lembaga dalam melakukan
pekerjaannya. Jadi, dampak yang dihasilkan dari perumusan permendikbud ini seharusnya
bersifat positif karena berpeluang meningkatkan mutu pendidikan.

Menurut pendapat penulis, Permendikbud No. 33 Tahun 2014 dapat diubah atau
direvisi jika terjadi perubahan kondisi pada suatu wilayah kerja sama seperti yang terjadi di
Sulawesi Selatan, sehingga tidak mungkin lagi untuk menerapkan peraturan yang sedang berlaku
karena sudah tidak relevant dengan kondisi wilayah kerja karena, menurut pendapat penulis
perundang-undangan merupakan hal yang krusial sehingga harus melalui berbagai macam
pertimbangan, uji coba, dan diskusi, pendapat penulis didukung oleh pernyataan Jimly
Asshidiqie yaitu undang-undang yang telah ditetapkan dan diundangkan, tentulah telah melalui
proses yang sangat panjang sampai akhirnya disahkan menjadi milik publik yang bersifat
terbuka, mengikat untuk umum.
Dikutip dari portal berita Kumparan, survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh
Programme for International Student Assessment (PISA) pada Desember 2019 di Paris,
menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Sangat disayangkan bahwa Indonesia
masih kalah dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Education Index dari
Human Development Reports (2017), pun menyebut Indonesia ada di posisi ke-7 di ASEAN
dengan skor 0,622. Skor tertinggi diraih Singapura (0,832), Malaysia (0,719), Brunei Darussalam
(0,704), Thailand dan Filipina sama-sama memiliki skor 0,661.

Diharapkan dengan ditetapkannya Organisasi dan Lembaga Penjamin Mutu,


Indonesia dapat mencapai cita-cita pendidikan nasional serta meningkatkan mutu pendidikan
sehingga menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas meskipun ditengah pandemi Covid-19
yang mengganggu stabilitas pendidikan.

C. Kesimpulan
Pemerintah berupaya meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan Indonesia melalui
berbagai cara salah satunya adalah pembentukan organisasi dan lembaga penjamin mutu
pendidikan (LPMP) yang diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1 No. 24, LPMP
memiliki tanggungjawab untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi,
bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk
mencapai standar nasional pendidikan.
Akhirnya pemerintah merumuskan Permendikbud No. 37 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Namun, permendikbud ini
akhirnya harus direvisi sehingga menjadi Permendikbud No. 33 Tahun 2014 karena terjadi
perubahan wilayah kerja nomenklatur Sulawesi Barat yang disebabkan oleh perkembangan
dinamika pemerintahan pada daerah tersebut. Intinya, permendikbud menyesuaikan dengan
kondisi wilayah kerjanya. Menurut penulis, peraturan menteri ini akan meningkatkan kinerja
organisasi dan lembaga penjamin mutu karena peraturan yang menyesuaikan kondisi wilayah
kerja sehingga akan memudahkan organisasi dan lembaga dalam melakukan pekerjaannya.
Daftar Pustaka :

Astawa, I Nyoman. (2017). Memahami Peran Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Kemajuan
Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Penjamin Mutu 3(2)
Fadli, Muhammad. (2018). Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan
Masyarakat. Jurnal Legislasi Indonesia 15(1), pp 49-58
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2013.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun
2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. 5
Maret 2013. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
37 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan. 29 April 2014. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012.
Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. 7 Juni 2012.
Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. 24 April 2005.
Jakarta
Yunus, Syarif. (2020). Potret Pendidikan Indonesia, Siapa Yang Harus Berbenah?. Diakses pada
16 Maret 2021, dari https://kumparan.com/syarif-yunus/potret-pendidikan-indonesia-
siapa-yang-harus-berbenah-1tKr0bDEZwG

Anda mungkin juga menyukai