Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH AGAMA TAUHID

AF’ALIHI

Dosen pengampu : Drs. Zairuddin,MA

Disusun Oleh :

Dewi Mutiara

Kelas : DIV 1A PROFESI

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam saya panjatkan
kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Studi
Islam serta teman saya yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tauhid Af’alihi”
saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga
saya senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 05 Oktober 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................1

DAFTAR ISI ....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................3

1.1 Latar Belakang .....................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. ….5

2.1 pengertian Tauhid Af’ali …….............................................................. 5

2.2 pengertian Tauhid Af’ali…………………………………….…………5

2.3 Arti Tauhid Af'ali………………………………………………..……..5

2.4 Pembagian Tauhid Af'ali……………………………………...………..5

2.5 Bukti-bukti Rasional Tauhid Af'ali………………….…………………6

2.6 Bukti-Bukti Alquran………………………………..…………………..6

2.7 Dua Hasil dari Tauhid Af'ali……………………………………………7

2.8 Hubungan Tauhid Af'ali denga Ikhtiar Manusia……..…………………8

BAB III PENUTUP …………….........................................................................9

3.1 Kesimpulan .............................................................................................9

3.2 Saran .......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek ‘aqīdaĥ. Pondasi
pendidikan anakpun dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhidkepada anak.
“Syahādāt” dalam ażanyang diperdengarkan pada anak yang baru lahir sebagai
bukti pentingnya menanamkan tauhidsemenjak dini.Tauhidpun merupakan seruan
pertama dakwah para Rasūl. Tauhidjuga merupakan tonggak penentu keselamatan
seorang hamba di hadapan Rabbnya kelak.

Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi
seseorang untuk mempelajarinya. Untuk itu, sudah menjadi keharusanpula bagi
orang tua untuk mendahulukan penanaman tauhidsemenjak dini kepada putra-
putrinya. Sebagaimana ungkapan Ibnu Qayyim dalam kitab Tuḥfat Al-
Maudūdyang dikutip oleh Rahman bahwa dirahasiakan dilakukan ażandan
iqāmaĥdi telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang optimis agar
mula-mula suara yang terdengar oleh telinga bayi adalah seruan ażan yang
mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta syahādātyang menjadi
syarat utama bagi seorang yang masuk Islam. Hal yang sama dianjurkan pula agar
yang bersangkutan dituntut untuk mengucapkan kalimat tauhidini saat sedang
meregang nyawa meninggalkan dunia yang fana ini (Rahman, 2000, hlm. 43)

Asy'ariah dengan bersandar kepada Tauhid Af'ali tidak meyakini manusia


sebagai makhluk yang berikhtiar. Mu'tazilah menerima Tauhid Af'ali, tapi tidak
meyakini bahwa perbuatan-perbuatan ikhtiar manusia adalah perbuatan Allah dan
hanya menisbatkannya kepada manusia itu sendiri. Syiah Imamiyah menolak dua
pandangan di atas dan mengatakan, Tauhid Af'ali tidak bertentangan dengan
ikhtiar manusia. Mereka memandang bahwa perbuatan ikhtiar manusia terlaksana
secara vertikal dibawah perbuatan Allah, dan mereka menisbatkan perbuatan itu
kepada Allah dan kepada manusia juga. Mereka memandang bahwa tawakal
kepada Allah dan Tauhid dalam peribadatan (tauhid 'ibadi) merupakan efek
Tauhid Af'ali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut  yaitu:

1. Apakah pengertian dari tauhid ?


2. Apakah pengertian dari tauhid af’ali?
3. Arti Tauhid Af'ali?
4. Pembagian Tauhid Af'ali ?
5. Bukti-bukti Rasional Tauhid Af'ali ?

3
6. Bukti-Bukti Alquran ?
7. Dua Hasil dari Tauhid Af'ali ?
8. Hubungan Tauhid Af'ali denga Ikhtiar Manusia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan penulisan
sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pengertian dari tauhid
2. Untuk mengetahui pengertian dari tauhid af’ali
3. Untuk mengetahui arti Tauhid Af’ali
4. Untuk mengetahui pembagian Tauhid Af’ali
5. Untuk mengetahui bukti-bukti rasional Tauhid Af’ali
6. Untuk mengetahui bukti-bukti Alquran
7. Untuk mengetahui dua hasil dari Tauhid Af’ali
8. Untuk mengetahui hubungan Tauhid Af’ali dengan Ikhtihar manusia

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid

Tauhid, secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang


artinya menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara
istilah syar’i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai,
Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna
(Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya
dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.

2.2 pengertian Tauhid Af’ali

Tauhid Af'ali (bahasa Arab: ‫الي‬S‫د األفع‬SS‫ )التوحي‬adalah meyakini bahwa


segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, bahkan perbuatan-perbuatan entitas-
entitas lain adalah perbuatan Allah. Sesuai Tauhid Af'ali, setiap
perbuatan/tindakan yang dilakukan oleh setiap entitas, terlaksana dengan kekuatan
dan kehendak Allah. Ulama muslimin mengajukan bukti-bukti akal dan Alquran
atas Tauhid Af'ali. Di antaranya adalah ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Allah
pencipta segala sesuatu.

2.3 Arti Tauhid Af'ali

Ulama muslimin membagi Tauhid kepada Tauhid Dzati, Tauhid Shifati,


Tauhid 'Ibadi dan Tauhid Af'ali.[1]Murtadha Muthahhari mengatakan, Tauhid
Af'ali artinya adalah menerima bahwa semua system sebab-akibat (kausalitas)
yang ada di alam semesta dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya adalah
perbuatan Allah. Begitu juga tidak ada entitas secara mandiri mampu melakukan
suatu perbuatan dan semua entitas dalam melakukan pekerjaan-pekerjaannya
bergantung kepada perbuatan Allah dan kehendak-Nya.

Berdasarkan Tauhid Af'ali, sebagaimana Allah dalam zat-Nya tidak punya


sekutu, dalam ke-pelakuan-Nya juga tidak punya sekutu. Yakni, setiap pekerjaan
yang dilakukan oleh makhluk adalah perbuatan Allah. Tauhid Af'ali seperti halnya
Tauhid Dzati dan Shifati termasuk dari tingkatan teori tauhid, artinya
berhubungan dengan keyakinan manusia. Berbeda dengan Tauhid 'Ibadi
(peribadatan) yang berkaitan dengan perbuatan.

2.4 Pembagian Tauhid Af'ali

Di dalam sebagian buku-buku teologi, Tauhid Af'ali dikaji dan dibahas


dengan judul 'Tauhid dalam Penciptaan (khaliqiyah)' dan 'Tauhid dalam
Pengaturan (rububiyyah)'. Tauhid dalam penciptaan artinya adalah semua entitas

5
di dunia diciptakan oleh Allah. Bahkan mereka yang terwujud dengan perantara
entitas-entitas lain pun adalah makhkuk Allah. Tauhid dalam pengaturan artinya
adalah Allah pengatur dunia dan seluruh entitas yang ada di dalamnya. Yakni, Ia
menciptakan suatu keteraturan di dunia sehingga alam semesta dan entitas-entitas
di dalamnya mencapai tujuan yang telah ditentukan kepada mereka.

Ali Rabbani Gulpaigani mengatakan, di antara ayat-ayat yang


menunjukkan atas Tauhid Khaliqiyyah adalah ayat 16 surah Ar-Ra'd, ayat 62
surah Al-Zumar dan ayat 62 surah Ghafir, dimana Allah swt ditegaskan sebagai
pencipta segala sesuatu «‫ق کلِّ شی ٍء‬ ُ ‫»خال‬. Diantara ayat-ayat yang menjelaskan
Tauhid Rububiyyah adalah ayat 54 surah Al-A'raf: «‫ ُر‬SS‫ق َواَأْل ْم‬ ُ SS‫;»‌َأاَل لَهُ ْالخ َْل‬
"Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah", dan ayat 50 surah
Thaha: «‫َى‬ٰ ‫";» َ‌ربُّنَا الَّ ِذي َأ ْعطَ ٰى ُك َّل َش ْي ٍء خ َْلقَهُ ثُ َّم هَد‬Tuhan kami ialah (Tuhan) yang
telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian
memberinya petunjuk". Dua ayat terakhir di atas disamping menerangkan Tauhid
Khaliqiyyah juga menerangkan Tauhid Rububiyyah.

2.5 Bukti-bukti Rasional Tauhid Af'ali

Salah satu argumen filsof muslim atas Tauhid Af'ali ialah pertama, semua
entitas di dunia dengan perantara maupun tanpa perantara adalah makhluk/ciptaan
Allah. Kedua, sebab dari sebabnya sesuatu adalah sebabnya sesuatu itu. Oleh
karena itu, Allah adalah sebab semua makhluk di alam semesta.

Menurut keyakinan Muhammad Taqi Misbah Yazdi, berdasarkan


pemikiran Shadrul Mutaallihin dan dasar Hikmah Muta'aliyah, sebenarnya untuk
masalah ini bisa diajukan argumen yang lebih kuat lagi, dengan penjelasan bahwa
semua sebab dan akibat tidak mandiri dalam wujudnya dan dalam semua
urusannya bergantung kepada Allah. Oleh sebab itu, tidak mungkin suatu entitas
secara mandiri dan tanpa membutuhkan Allah, dapat melakukan pekerjaan.
Hasilnya adalah bahwa setiap ciptaan merupakan perbuatan Allah.

2.6 Bukti-Bukti Alquran

Untuk menetapkan Tauhid Af'ali juga dibuktikan dengan beberapa ayat


dan riwayat. Murtadha Muthahhari dalam pembahasan Tauhid Af'ali membawa
ayat 111 surah Al-Isra' sebagai buktinya. Di dalam ayat ini ditegaskan, «‫ح ْم ُد‬ َ ‫َوقُ ِل ْال‬
ِ S‫ك فِي ْال ُم ْل‬
ِّ‫ ُّذل‬S ‫ك َولَ ْم يَ ُكن لَّهُ َولِ ٌّي ِّمنَ ال‬S ٌ ‫ ِر‌ي‬S ‫ ْذ َولَدًا َولَ ْم يَ ُكن لَّهُ َش‬S‫" ;»لِلَّـ ِه الَّ ِذي لَ ْم يَتَّ ِخ‬Dan
katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang
memerlukan penolong". Muthahari juga menjadikan kalimat ‫حوْ َل َو اَل قُوةَ اِال‬ َ ‫اَل‬
‫" ;بِاهَلل‬Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah" sebagai penguat Tauhid
Af'ali.

6
Menurut kayakinan Muhammad Taqi Misbah Yazdi, di dalam ayat 22 surah
‫هّٰللا‬
َ َ‫ َکانَ فِی ِه َما آلِهَةٌ إالَّ ُ لَف‬ ; "Sekiranya ada di langit dan di bumi
Al-Anbiya: ْ‫س َدتَا لَو‬
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa" terdapat
burhan/bukti atas penetapan Tauhid Af'ali. Dia merangkai bukti rasional yang
tersirat dalam ayat ini sebagai berikut:

1. Apabila suatu wujud memiliki sebab lebih dari satu, niscaya tidak
mungkin terjalin hubungan sebab-akibat diantara bagian-bagianya.
Karena, setiap akibat hanya bergantung dan terikat dengan sebabnya
sendiri dan tidak terpengaruh dari sebab-sebab yang lain.
2. Suatu wujud mengikuti satu system dan diantara bagian-bagiannya
terdapat keterikatan.
3. Atas dasar itu, suatu wujud memiliki satu sebab dan menjadi ciptaan dari
satu pencipta.

2.7 Dua Hasil dari Tauhid Af'ali

Di dalam sebagian buku teologi dijelaskan beberapa kesimpulan dari


Tauhid Af'ali yang diantaranya adalah Tauhid dalam peribadatan (tauhid 'ibadi)
dan tawakal kepada Allah. Menurut keyakinan Muhammad Taqi Misbah Yazdi,
orang yang meyakini Tauhid Af'ali mengatakan bahwa tidak ada wujud yang patut
disembah selain Allah sebab satu-satunya maujud yang dapat disembah hanyalah
pencipta dan Tuhan manusia. Ia melanjutkan, mengingat bahwa dalam Tauhid
Af'ali hanya Allah yang berpengaruh secara independen dalam alam semesta,
maka hanya kepada-Nya bisa bersandar. Ia mengatakan, pada ayat 4 surah Al-
َ ‫ک نَعبُ ُد َو اِیّا‬
Fatihah: S‫ک نَستَعین‬ َ ‫" ;اِیّا‬Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya
kepada-Mu kami meminta pertolongan", diterangkan dua intisari di atas dari
Tauhid Af'ali.

2.8 Hubungan Tauhid Af'ali denga Ikhtiar Manusia

Golongan-golongan dan sekte-sekte Islam meskipun menerima Tauhid


Af'ali, mereka tidak sependapat mengenai hubungannya dengan ikhtiar manusia.
Asy'ariyah mengatakan, mengingat bahwa tidak ada sebab selain Allah, maka
manusia bukan penyebab perbuatan-perbuatannya dan perbuatan-perbuatannya itu
pada nyatanya adalah perbuatan-perbuatan Allah. Mu'tazilah meyakini bahwa
Allah menyerahkan perbuatan-perbuatan manusia kepada mereka sendiri. Oleh
karenanya, perbuatan-perbuatan ikhtiar manusia bukan makhluk Allah. Syiah
Imamiyah meyakini bahwa manusia makhluk yang punya ikhtiar dan perbuatan-
perbuatannya benar-benar perbuatannya, tapi ia dalam melakukan semua itu
bukan sebab yang independen dan Allah lah yang menjadi sebab independen dari
semua perbuatan-perbuatannya.

Bagi para teolog Syiah, pandangan Asy'ariyah melazimkan konsekuensi


ini bahwa manusia bukan entitas yang berikhtiar (tidak bebas). Hal ini tidak
selaras dengan persoalan-persoalan seperti tugas-tugas (taklif) yang diberikan

7
Allah kepada manusia dan azab serta balasan di akhirat. Demikian juga
pandangan Mu'tazilah bertentangan dengan Tauhid dalam penciptaan dan
keuniversalan kekuatan Allah. Menurut keyakinan Syiah, Tauhid Af'ali tidak
kontradiksi dengan ikhtiar manusia karena perbuatan-perbuatan manusia
terlaksana secara vertikal di bawah perbuatan Allah. Oleh sebab itu, perbuatan-
perbuatan tersebut bisa diyakini sebagai perbuatan Allah dan perbuatan manusia
juga.

8
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek ‘aqīdaĥ. Pondasi
pendidikan anak pun dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak
Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi
seseorang untuk mempelajarinya
Asy'ariah dengan bersandar kepada Tauhid Af'ali tidak meyakini manusia
sebagai makhluk yang berikhtiar.
Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, bahkan perbuatan-perbuatan
entitas-entitas lain adalah perbuatan Allah.

1.2 Saran

Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca

 Memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang tauhid


 Lebih mendekatkan diri kepada Allah

9
DAFTAR PUSTAKA

Misbah Yazdi, Muhammad Taqi. Āmuzisye Aqāid. Teheran: Syirkate Chab wa


Nasyre Bainal Milale Sazmone Tablighate Islami, cet.II, 1378 HS.

Misbah Yazdi, Muhammad Taqi. Āmuzisye Falsafah. Teheran: Syirkate Chab wa


Nasyre Bainal Milale Sazmone Tablighate Islami, cet.II, 1379 HS.

Muthahhari, Murtadha. Majmu'eh Ātsār. Teheran: Shadra, cet. II, 1377 HS.

Rabbani Gulpaigani, Ali. Aqāide Istidlāli. Qom: Markazi Nasyri Hajir, cet. VI,
1393 HS.

Subhani, Jakfar. Aqāide Islami dar Partu Quran wa Hadits. Qom: Bustan Kitab,
cet. II, 1386 HS.

10

Anda mungkin juga menyukai