Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PPKN

PERSATUAN DAN KESATUAN PADA MASA REFORMASI (PERIODE 21 MEI


1998 - SEKARANG)

OLEH:

KELOMPOK 6

Anesentus Landrikus Aprianus Kio

Mesi Tri Usmawati

Ririn

Stella Aurelia

Valentia Nova Ananda

SMA SANTA MARIA NANGA PINOH


KABUPATEN MELAWI
KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “PERSATUAN DAN
KESATUAN PADA MASA REFORMASI (PERIODE 21 MEI 1998-
SEKARANG)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman dan Pak Servasius Bobby,S.Pd selaku guru pendamping
yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Nanga Pinoh, 12 Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------------------------------------------II
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------III
BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------------------------1
A. LATAR BELAKANG----------------------------------------------------------------------------------------------------1
B. RUMUSAN MASALAH-------------------------------------------------------------------------------------------------2
C. TUJUAN-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------2
BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------------------------------------3
A. PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA REFORMASI--------------------------------------------------3
1. Kebijakan berkaitan kebebasan berpolitik----------------------------------------------------------------------3
2. Amandemen UUD NRI Tahun 1945------------------------------------------------------------------------------4
3. Pergantian presiden RI dan kabinet masa reformasi----------------------------------------------------------7
B. KONDISI PEMERINTAHAN INDONESIA PADA MASA REFORMASI--------------------------------------------------8
1. Masa Pemerintahan B.J. Habibie---------------------------------------------------------------------------------8
2. Masa Pemerintahan  KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)---------------------------------------------------9
3. Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri----------------------------------------------------------------10
4. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono------------------------------------------------------------11
5. Masa Pemarintahan Joko Widodo------------------------------------------------------------------------------14
C. MEMPERTAHANKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA PADA MASA SEKARANG------------------------15
BAB III PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------------------17
A. KESIMPULAN---------------------------------------------------------------------------------------------------------17
B. SARAN-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------18
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------------------------------------20

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR pada Maret
1998. Tetapi penyimpangan-penyimpangan pada masa pemerintahan Orde Baru
membawa Indonesia pada krisis multidimensi, diawali krisis moneter yang tidak kunjung
reda. Krisis moneter membawa akibat terjadinya krisis politik, di mana tingkat
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah begitu kecil. Kerusuhan-kerusuhan terjadi
hampir di setiap daerah di Indonesia. Akibatnya pemerintahan orde baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto terperosok ke dalam kondisi yang diliputi berbagai tekanan
politik baik dari luar maupun dalam negeri. Dari dunia internasional, terutama Amerika
Serikat, secara terbuka meminta Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden. Dari
dalam negeri, timbul gerakan massa yang dimotori oleh mahasiswa turun ke jalan
menuntut Soeharto lengser dari jabatannya.

Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto
saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai
organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan Soeharto semakin
disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang menyebabkan empat mahasiswa
tertembak mati dan kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir di seluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari
dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari
jabatannya.

Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998, tepatnya
saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil
presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini didirikan oleh lingkungan sosial politik yang
lebih terbuka. Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk menerapkan
demokrasi dan pemerintahan sipil yang lebih kuat, elemen militer yang mencoba untuk
mempertahankan pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan masyarakat
umum, serta tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses reformasi menghasilkan
tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda dengan penyensoran yang meluas
saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik menjadi lebih terbuka di media massa dan

1
ekspresi seni makin meningkat. Peristiwa-peristiwa yang telah membentuk Indonesia
dalam periode ini di antaranya serangkaian peristiwa terorisme (termasuk bom Bali
2002) serta gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004.

Tekanan massa mencapai puncaknya ketika sekitar 15.000 mahasiswa mengambil


alih Gedung DPR/MPR. Akibatnya proses politik nasional praktis lumpuh. Soeharto
ingin menyelamatkan kursi kepresidenan dengan menawarkan berbagai langkah. Seperti
perombakan (reshuffle) kabinet dan membentuk Dewan Reformasi. Tetapi pada akhirnya
Presiden Soeharto tidak punya pilihan lain kecuali mundur dari jabatannya. Presiden
Soeharto pada 21 Mei 1998 di Istana Merdeka menyatakan berhenti sebagai Presiden.
Dengan menggunakan UUD 1945 pasal 8, Soeharto segera mengatur agar Wakil
Presiden Habibie disumpah sebagai penggantinya di hadapan Mahkamah Agung. Karena
DPR tidak dapat berfungsi akibat mahasiswa mengambil alih gedung DPR.
Kepemimpinan Indonesia segera beralih dari Soeharto ke BJ Habibie. Hal ini merupakan
jalan baru demi terbukanya proses demokratisasi di Indonesia. Kendati diliputi
kontroversi tentang status hukumnya, pemerintahan Presiden BJ Habibie mampu
bertahan selama satu tahun kepeminpinan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa saja perubahan pada sistem pemerintahan Indonesia pada masa reformasi ?
2. Bagaimana kondisi pemerintahan Indonesia pada masa reformasi ?
3. Bagaimana cara mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
sekarang?

C. Tujuan
Tujuan penelitian merupakan hal yang hendak di capai dalam pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan yang telah di rumuskan. Adapun tujuan di buatnya makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui perubahan pada sistem permerintahan Indonesia pada masa
reformasi.
2. Untuk mengetahui kondisi pemerintahan Indonesia pada masa reformasi .
3. Untuk mengetahui cara mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
sekarang

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Perubahan sistem pemerintahan pada masa reformasi


Reformasi adalah perubahan terhadap sutau sistem yang telah ada pada suatu masa.
Reformasi lahir setelah negara kita ini mengalami krisis yang melanda berbagai aspek,
mulai dari kehidupan, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, dan yang parahnya lagi
adalah krisis kebutuhan pokok. Karena pada masa orde baru itu Indonesia mengalami
krisis yang cukup parah, akhirnya muncullah gerakan-gerakan mahasiswa dan
masyarakat lainnya yang meminta Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya.

Setelah Soeharto mundur, jabatan presiden diserahkan kepada wakilnya, yaitu B.J
Habibie. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Setelah naiknya Habibie
sebagai presiden, kondisi politik dan ekonomi pun kian berubah. Proses dan penerapan
demokrasi di Indonesia mulai membaik. Presiden dipilih berdasarkan pemilu dalam skala
5 tahun sekali, dan semua masyarakat memiliki hak memilihnya.

Masa reformasi atau masa transisi ini terbuka peluang untuk menata kehidupan
berdemokrasi. Masa ini dimulai dari kepemimpin BJ Habibie sebagai presiden
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri. Pada masa ini, Habibie membuat
reformasi besar-besaran di sistem pemerintahan. Sistem yang dijalankannya itu lebih
terbuka dan demokrasi lebih ditonjolkan.

Di masa ini, partai politik independen, tidak dipengaruhi kekuasaan birokrat militer.
Kemudian adanya pemberdayaan masyarakat sipil lewat penyampaian informasi secara
transparan. Bahkan adanya proses pemilihan secara langsung, baik itu presiden dan wakil
presiden, kepala daerah, hingga anggota DPR. Pemilihan pertama secara langsung
dilakukan pada tahun 2004. Demokrasi pada masa ini telah berkembang dengan
kesadaran masyarakat dalam kehidupan perpolitikan nasional.

1. Kebijakan berkaitan kebebasan berpolitik


Kebakan Berkaitan Kabebasan Berpolhuk Setelah Soeharto mengundurkan diri
sebagal presiden Indonesia memasuki masa reformasi. Adanya pembaruan politik
pada masa reformasi dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang berhubungan dengan
kebebasan berpolitik antara lain sebagai berikut.

3
a) Kemerdekaan pers.
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari SIUPP,
sehingga dalam waktu singkat muncul puluhan hingga ratusan media cetak dan
elektronik.

b) Kemerdekaan membentuk partai politik.


Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi,
pembentukan partai politik dibebaskan. Hasilnya, terbentuk puluhan partai, walau
partai politik yang lolos syarat mengikuti pemilu 1999 akhirnya hanya 48 parpol.

c) Terselenggaranya pemilu yang demokratis.


Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling
demokratis. empat puluh empat tahun kemudian, pada tahun 1999, terselenggara
pemilu yang juga dianggap demokratis.

d) Otonomi daerah.
Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Peraturan ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah daerah
(pemda).

2. Amandemen UUD NRI Tahun 1945


Pada masa reformasi, dilakukan amandemen atau perubahan pada UUD NRI
Tahun 1945, termasuk mengenal penyelenggaraan negara. Perubahan UUD NRI
Tahun 1945 mengenai penyelenggaraan negara tersebut, menurut Zoelva dilakukan
untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang tiap lembaga negara, mempertegas
batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan
fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang
hendak dibangun adalah sistem check and balances, yaitu pembatasan kekuasaan
setiap lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak
ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi masing-masing.

Berdasarkan semangat di atas, dilakukan perubahan Pasal 1 Ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945, Sebelum amandemem, Pasal 1 Ayat 2 berbunyi: "Kedaulatan adalah di
tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

4
Setelah amandemen, Pasal 1 Ayat 2 UUD 1945 berbunyi: "Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang.”

Arti dari perubahan ini adalah kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh MPR, DPR,
DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan
lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang diatur oleh UUD. Rakyat juga dapat
melaksanakan kedaulatannya secara langsung yaitu menentukan presiden dan wakil
presiden melalui pemilihan umum. Amandemen UUD NRI Tahun 1945 ini
merumuskan secara lebih jelas sistem penyelenggaraan kekuasaan negara berdasarkan
konstitusi atau UUD. Terjadi sistem check and balances (perimbangan kekuasaan),
yaitu pengaturan kewenangan dan kekuasaan masing-masing lembaga negara
sehingga saling mengimbangi dan membatasi satu sama lain berdasarkan ketentuan
UUD.

Lebih jauh lagi, melalui Mahkamah Konstitusi, warga negara dapat menggugat
negara apabila ada tindakan negara yang dianggap melanggar hak-hak konstitusional
warga negara yang dijamin oleh undang-undang. Meski demikian, menurut Zoelva,
sistem ini tetap dalam kerangka pemerintahan presidensial, bahkan mempertegas
sistem ini, yaitu presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen namun kepada
rakyat. Presiden juga senantiasa dalam pengawasan DPR. DPR dapat mengusulkan
memberhentikan presiden dalam masa jabatannya, hal ini tercantum dalam Pasal 7A
UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi: "Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden."

Selain itu, melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan
presiden dikurangi dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden
tidak disalahgunakan. Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain pada
pasal-pasal berikut.

a. Penghapusan kekuasaan presiden untuk membentuk undang-undang. Pasal 5 ayat 1


UUD NRI Tahun 14 yang sebelumnya berbunyi, "Presiden memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat"

5
mengalami perubahan menjadi "Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat".
b. Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangka duta dan menerima duta negara
sahabat harus melalui pertimbangan DPR. Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945
sebelumnya berbunyi: "(1) Presiden mengangkat duta das konsul. (2) Presiden
menerima duta negara lain.”
Setelah dilakukan amandemen, terjadi perubahan sebagai berikut.
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
c. Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi harus
melalui pertimbangan Mahkamah Agung serta pemberian amnesti dan abolisi harus
dengan pertimbangan DPR. Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945 sebelumnya berbunyi:
"Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi." Setelah amandemen,
terjadi perubahan pada Pasal 14, yaitu sebagai berikut.
"(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat."
d. Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen pemerintah
harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR. Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945
sebelumnya berbunyi:
"(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintah.”
Setelah amandeman, terjadi perubahan pada Pasal 17, yaitu sebagai berikut.
"(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangt ursan tertentu dalam pemerintahan.
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang,"

6
Berkaitan dengan Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945, terbit UU No 39 tahun 2008
tentang Kementerian Negara. Pada Pasal 19 ayat (1), dinyatakan "Pengubahan
sebagai akibat pemisahan atau penggabungan Kementerian dilakukan dengan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat". Adapun Pasal 21 menyatakan bahwa
presiden dapat membubarkan kementerian dengan meminta pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. Adapun pembubaran kementerian yang menangani urusan agama,
hukum, keuangan, dan keamanan harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.

3. Pergantian presiden RI dan kabinet masa reformasi


Pada masa reformasi (hingga sekarang), Indonesia mengalami lima kali
pergantian presiden, yaitu B. J. Habibie (memimpin tahun 1998-1999), Abdurahman
Wahid (1999-2001), Megawati Soekamo putri (2001-2004), Susilo Bambang
Yudhoyono (2004-2014), dan Joko Widodo (sejak 2014). Berikut tabel kabinet pada
masa reformasi.

Awal masa Akhir Pimpinan


No. Nama Kabinet Jabatan
kerja masa kerja Kabinet
Reformasi 20 Oktober
1. 21 Mei 1998 B.J. Habibie Presiden
Pembangunan 1999
Persatuan 26 Oktober 9 Agustus Abdurahman
2. Presiden
Nasional 1999 2001 Wahid
Megawati
9 Agustus 20 Oktober
3. Gotong Royong Soekarnoputr Presiden
2001 2004
i
Susilo
Indonesia 21 Oktober 20 Oktober
4. Bambang Presiden
Bersatu 2004 2009
Yudhoyono
Susilo
Indonesia 22 Oktober 20 Oktober
5. Bambang Presiden
Bersatu II 2009 2014
Yudhoyono
27 Oktober 20 Oktober
6. Kerja Joko Widodo Presiden
2014 2019
7. Indonesia Maju 23 Oktober Sekarang Joko Widodo Presiden

7
2019

B. Kondisi pemerintahan Indonesia pada masa reformasi

1. Masa Pemerintahan B.J. Habibie


Presiden ketiga Republik Indonesia ini hanya menjabat sebentar , Ia menjabat
selama 1 tahun 5 bulan. Bapak presiden kita yang terkenal dengan kejeniusannya ini,
pada saat itu dianggap sebagai perpanjangan tangan rezim orde baru. Jadi, rakyat
menuntut Habibie untuk segera melakukan pemilihan umum Squad.
Meskipun sebentar, dalam waktu singkat pemerintahannya berhasil
menyelamatkan krisis moneter yang terjadi pada masa orde baru. Dan
pemerintahannya membentuk  kabinet reformasi pembangunan. Kemudian
menelurkan beberapa kebijakan di bidang politik dan ekonomi.
Berikut inilah upaya-upaya bidang politik yang dilakukan oleh pemerintahan
Habibie:

 Mengganti 5 paket undang-undang dan 3 di antaranya diubah agar lebih demokratis


 Kebebasan rakyat dalam menyalurkan aspirasi
 Melakukan pencabutan terhadap pembredelan pers
 Jejak pendapat wilayah Timor-timur
 Memberikan abolisi (Hak kepala Negara untuk menghapuskan hak tuntutan
pidana) kepada 18 tahanan dan narapidana politik (orang-orang yang pernah
mengkritik presiden).
 Pengurangan jumlah anggota ABRI di MPR, dari 75 orang menjadi 38 orang.
 Polri memisahkan diri dari ABRI menjadi Kepolisian RI. Istilah ABRI berubah
menjadi TNI.

Selain upaya dalam bidang politik, ada juga upaya yang dilakukan dalam
bidang ekonomi, di antarnya:

 merekapitulasi perbankan dan menurunkan inflasi,


 merekonstruksi perekonomian nasional,
 melikuidasi bank-bank bermasalah,
 membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
 menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga dibawah Rp 10.000,-

8
 mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli atau
persaingan tidak sehat
 mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

2. Masa Pemerintahan  KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)


Gus Dur menjabat mulai dari tahun 1999 sampai 2001. Terpilihnya Gus Dur
sebagai presiden tidak terlepas dari peran MPR yang pada saat itu menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Habibie. Akhirnya, Gus Dur terpilih jadi presiden
melalui dukungan partai-partai islam yang menjadi poros tengah. Sedangkan
wakilnya, dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri yang berhasil mengalahkan
Hamzah Haz. Kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999.
Setelah menjabat, pemerintahan Presiden Gus Dur mengelurkan beberapa
kebijakan politik, beberapa di antarnya adalah:
 Departemen Penerangan dibubarkan, dianggap mengganggu kebebasan pers.
 Departemen Sosial dibubarkan, dianggap sebagai sarang korupsi.
 Menyetujui penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua pada akhir Desember
1999.
 Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan untuk beribadah dan merayakan tahun
baru imlek.
 Diumumkannya nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat
KKN.
 Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme
dan Leninisme.
 Membekukan MPR dan DPR.
Pada masa pemerintahan Gus Dur, kondisi perekonomian Indonesia mulai
membaik nih dibandingkan era sebelumnya. Misalnya nih, laju pertumbuhan PDB
(nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi negara) mulai positif, laju
pertumbuhan ekonomi yang hampir mencapai 5% membuat Indonesia menuju
pemulihan perekonomiannya. Tapi , ternyata banyak pihak yang tidak senang dengan
beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Gus Dur. Banyak yang menganggap
kebijakan Gus Dur terlalu sering menuai kontroversi. Hingga mengakibatkan
kredibilitas Gus Dur perlahan-lahan menurun.
Oleh sebab itu, kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Ia harus mundur
dari jabatannya pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika MPR yang saat itu
9
dipimpin oleh Amin Rais, atas usulan DPR mempercepat sidang istimewa MPR. MPR
menilai Presiden Gus Dur melanggar Tap. No. VII/MPR/2000 dan atas kebijakan-
kebijakannya yang kontroversial. Setelah Gus Dur lengser, kemudian jabatan presiden
digantikan oleh wakilnya, yaitu Megawati Soekarnoputri. Sejak saat itu, pemilihan
presiden kemudian dilakukan setiap 5 tahun sekali.

3. Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri


Menjelang akhir pemerintahan Orde Baru Suharto, almarhum Ir Soekarno
(Presiden Indonesia yang pertama) menjadi simbol oposisi terhadap pemerintah.
Soekarno adalah pahlawan nasional yang telah mengabdikan hidupnya untuk - dan
berhasil - mencapai kemerdekaan. Sebagian besar pengunjuk rasa anti-Suharto lahir
selama rezim Orde Baru yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade dan karena
itu mereka mungkin hanya memiliki sedikit pengetahuan mengenai era pra-Suharto.
Tetapi bagi mereka Soekarno mewakili kebebasan, kemerdekaan dari Suharto. Oleh
karena itu menjadi logis bahwa puterinya, Megawati, bisa mengandalkan dukungan
besar dari masyarakat.
Namun, dukungan ini hanya didasarkan pada statusnya sebagai puteri Soekarno
dan tidak didasarkan pada visi politiknya maupun keterampilannya. Kabinetnya tidak
banyak berbeda dari kabinet awal Wahid: berisi basis partai-partai yang beragam dan
perwira TNI juga terwakili dengan baik. Megawati sendiri tidak melakukan banyak
pengambilan keputusan, dia menyerahkannya pada para menterinya. Tidak ada tanda-
tanda bahwa masalah korupsi ditangani sementara status quo dalam pemerintahan
berlanjut.
Namun, meskipun Megawati sendiri tidak tampak sangat mendukung reformasi
politik, proses reformasi sebenarnya telah dirintis pada tahun 1999 ketika parlemen
mulai merancang banyak UU baru (termasuk amandemen-amandemen konstitusi)
yang akan berlaku efektif selama kepresidenan Megawati. Langkah-langkah reformasi
ini menyiratkan peningkatan signifikan dalam checks and balances demokratis yang
mengakhiri kemungkinan kembalinya rezim otoriter. Kebijakan-kebijakan reformasi
ini menempatkan kekuasaan di tangan rakyat, bukan Pemerintah Pusat. Selain itu,
cabang-cabang eksekutif dan legislatif dipisahkan dengan lebih ketat.
Pendahulu Megawati (Wahid) melakukan upaya kuat untuk mengurangi pengaruh
TNI (yang benar-benar melemahkan posisinya), tetapi Megawati tidak berniat untuk
ikut campur dengan urusan TNI. Akibatnya, TNI kembali mendapatkan sejumlah

10
pengaruh dalam politik. Apalagi, perkembangan internasional juga meningkatkan
peran TNI. Setelah serangan 11 September 2001 terhadap Menara Kembar di New
York, pemerintah Amerika Serikat melanjutkan kerjasama dengan militer Indonesia
(yang sempat terhenti sejak partisipasi TNI dalam kekerasan di Timor Timur di tahun
1999) untuk memerangi terorisme internasional.
Meskipun MPR telah berhati-hati dalam mengurangi peran politik tentara,
Panglima Besar TNI lah yang menyatakan pada tahun 2004 bahwa fraksi TNI harus
dihapuskan dari MPR. Seorang perwira TNI yang ingin aktif dalam dunia politik
harus mengundurkan diri terlebih dulu dari posisinya di TNI. Reformasi ini
direalisasikan tetapi tidak berarti mengakhiri pengaruh politik TNI dalam masyarakat
Indonesia. Hingga saat ini, TNI adalah kekuatan yang besar karena para mantan
jenderal yang ingin aktif dalam politik masih bisa mengandalkan jaringan di dalam
TNI, apalagi, tentara masih terlibat dalam kegiatan-kegiatan usaha di daerah.

4. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono I (2004-2009)
Partai Demokrat (PD) terutama didirikan sebagai kendaraan politik Yudhoyono
untuk menjadi presiden Indonesia. Partai ini mengkampanyekan demokrasi,
pluralisme dan profesionalisasi tentara (Yudhoyono sendiri pensiunan jenderal TNI).
Tetapi politik bukan sesuatu yang baru untuk Yudhoyono yang menjadi kepala staf
untuk urusan sosial-politik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada
tahun 1997. Di posisi ini Yudhoyono menunjukkan sikap reformis ketika ia
mempresentasikan 'Paradigma Baru' yang menyerukan diakhirinya keterlibatan
langsung TNI dalam bidang politik (melalui penarikan bertahap dari parlemen
nasional dan regional) dan menyerukan pemisahan antara tentara dan polisi
(pemisahan ini akhirnya diputuskan pada masa kepresidenan Habibie dan berlaku
efektif selama pemerintahan Wahid).
Yudhoyono kemudian menjadi Menteri Pertambangan dan Energi selama masa
Presiden Wahid dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan selama masa
Presiden Megawati. Dalam kedua kasus, keretakan hubungan dengan presiden
menyebabkan ia diberhentikan dengan segera. Namun, dia tetap menikmati
popularitas di kalangan masyarakat Indonesia karena ide-ide reformisnya, mediasi
suksesnya di sejumlah konflik kekerasan daerah, dan catatan hidupnya yang bersih

11
korupsi (korupsi sebenarnya merupakan elemen penting dalam kampanyenya sebelum
pemilihan).
Sejak awal harapan untuk masa kepresidenannya yang sangat tinggi. Yudhoyono,
yang dianggap sebagai karakter yang kuat dan seimbang, memasuki Istana Presiden
dengan cita-cita reformis ambisius seperti menghancurkan korupsi dan terorisme,
penguatan demokrasi dan hak asasi manusia, dan mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi. Tentunya ambisinya - secara realistis - terlalu tinggi sebab Indonesia adalah
negara yang sulit untuk direformasi dalam jangka waktu beberapa tahun. Birokrasi
yang lambat dan tidak efisien, kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam
masyarakat dan korupsi yang terus menyebar luas (terutama di daerah) membuatnya
susah untuk menerapkan kebijakan secara efektif. Seperti yang dijanjikan selama
periode kampanye, sekitar separoh dari menteri kabinet Yudhoyono terdiri dari
profesional non-partisan (teknokrat), terutama pada posisi yang menyangkut ekonomi,
dalam rangka mendorong profesionalisasi.
Masa kepresidenan Yudhoyono juga ditandai dengan bencana menyebabkan
beberapa orang menyebut Yudhoyono sebagai 'Presiden bencana'. Bencana alam yang
paling terkenal adalah tsunami mengerikan di Aceh yang menewaskan lebih dari
200.000 orang di Aceh pada tahun 2004. Bencana-bencana lainnya adalah gempa
bumi di Bantul (Daerah Istimewa Jogjakarta) pada tahun 2006 yang menewaskan
6.000 orang, semburan lumpur di Sidoarjo (yang merusak ratusan hektar di Jawa
Timur dan menyebabkan evakuasi ribuan orang), sejumlah banjir di Jakarta yang
memicu evakuasi sekitar setengah juta orang pada tahun 2007 dan, terakhir, letusan
Gunung Merapi pada tahun 2010 yang menewaskan 353 orang dan menyebabkan
evakuasi 350.000 orang.
Prestasi baik dari pemerintahan Yudhoyono berhubungan dengan fundamental
makroekonomi: utang luar negeri Indonesia menurun secara mengesankan, cadangan
devisa meningkat dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahunan solid.
Fundamental-fundamental ini kuat - didukung oleh boom komoditas pada tahun 2000-
an dan meningkatnya daya beli secara cepat - membuat Indonesia berhasil melalui
krisis global 2008-2009 tanpa masalah yang berarti.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono II (2009-2014)
Pada tanggal 22 Oktober 2009, berlangsung pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu
II. Kabinet ini adalah koalisi antara PD, Golkar dan empat partai Islam PKS, PAN,
PKB dan PPP. Selain menunjuk menteri dari enam mitra koalisi tersebut, Presiden
12
Yudhoyono juga menempatkan beberapa profesional (tokoh-tokoh non-partisan atau
teknokrat) pada posisi-posisi kementerian kunci seperti kementerian dalam negeri,
luar negeri, keuangan, perdagangan, pendidikan nasional, dan kesehatan. Hanya dua
mantan jenderal TNI saja yang ditunjuk sebagai menteri dalam kabinet ini.
Kendati kinerja makroekonomi kuat, dukungan rakyat untuk Yudhoyono mulai
terkikis. Yudhoyono tidak memenuhi harapan mengenai pemberantasan korupsi, yang
pernah menjadi slogan kampanye penting dari partainya. kasus korupsi tingkat tinggi
yang melibatkan pejabat-pejabat pemerintahan menjadi berita utama secara rutin.
Lebih parah lagi, PD sendiri jadi sangat terlibat dalam skandal korupsi ketika
beberapa anggotanya, termasuk Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin,
dituduh dan diadili untuk kasus korupsi Southeast Asian Games 2011. Diduga dalam
even olahraga ini, uang suap telah dibayar sehubungan dengan pembangunan
perkampungan atlet.
Kemudian, Ketua PD Anas Urbaningrum ditangkap dan dijatuhi hukuman
delapan tahun penjara karena menerima suap terkait dengan pembangunan kompleks
olahraga Hambalang di Jawa Barat. Skandal ini - semakin mendekat pada Yudhoyono
- sangat merusakkan popularitas Yudhoyono maupun partainya.
Tiga menteri pemerintahan Yudhoyono juga ditangkap dan dijatuhi hukuman
penjara. Mereka adalah Andi Mallarangeng (Menteri Olahraga dan Pemuda), Jero
Wacik (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) dan Suryadharma Ali (Menteri
Agama). Selain itu, diperkirakan bahwa sekitar 300 pejabat pemerintah daerah
diselidiki karena kasus korupsi selama periode kedua Yudhoyono, yang
mengindikasikan luasnya korupsi di kalangan pemerintahan dan kegagalan
Yudhoyono untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Menurut opini publik pada umumnya munculnya kasus-kasus korupsi dalam PD
adalah tanda lemahnya kepemimpinan Yudhoyono. Apalagi, Yudhoyono juga
dianggap bertindak lemah berhubungan dengan hal lain. Banyak orang Indonesia yang
pro-reformasi kecewa ketika Yudhoyono tidak mendukung Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati yang reformis dan sangat dihormati ketika dia - bersama dengan
Wakil Presiden Boediono - dikritik karena kesalahan penanganan kasus bailout Bank
Century pada tahun 2008. Sri Mulyani kemudian mundur dari jabatannya dan pindah
ke Bank Dunia untuk mulai bekerja sebagai managing director. Kendati begitu,
kebanyakan orang menganggap bahwa kepergiannya terhubung dengan tekanan dari
kekuatan-kekuatan politik tertentu yang memiliki kepentingan-kepentingan bisnis
13
besar karena kebijakan reformisnya telah menyebabkan konflik dengan kepentingan-
kepentingan ini.
Kelemahan lain dalam kepemimpinan Yudhoyono berkaitan dengan kecamannya
yang lambat dan tidak meyakinkan terhadap serangan kekerasan pada penganut
agama-agama minoritas, seperti pembunuhan Ahmadiyah pada Februari 2011 ketika
gerombolan orang yang mengatasnamakan Islam membunuh beberapa anggota sekte
Ahmadiyah lokal yang kecil di Provinsi Banten.
Kendati diawali dengan menjanjikan, pemerintahan satu dekade Yudhoyono
sekarang dianggap sebagai periode kesempatan-kesempatan yang hilang (missed
opportunities). Yudhoyono menikmati dukungan besar di parlemen (di periode kedua)
tetapi dia gagal untuk mendorong reformasi struktural yang sangat dibutuhkan
(misalnya penghapusan subsidi bahan bakar minyak). Di satu sisi, Yudhoyono dikritik
karena tidak tegas dan terlalu berusaha untuk berteman dengan semua pihak dan aliran
masyarakat tetapi di sisi lain gaya kepemipinannya berhasil meningkatkan stabilitas
politik dan ekonomi Indonesia dan karenanya meletakkan dasar yang kuat bagi orang
lain untuk membangun negaranya.

5. Masa Pemarintahan Joko Widodo


Kabinet Kerja (27 Oktober 2014 - 20 Oktober 2019)
Kabinet Kerja dibentuk pada waktu Jokowi terpilih sebagai Presiden Indonesia
dan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden di tahun 2014. Semasa kepemimpinan
Jokowi, terbentuk Kabinet Kerja yang memiliki anggota sebanyak 34 kementerian.
Semasa kampanye Pilpres 2014, Presiden Jokowi telah mengikrarkan janji bahwa
beliau akan membentuk kabinet profesional dan mengurangi pembagian kursi menteri
dengan mitra koalisi. Jokowi bahkan menerapkan sistem lelang jabatan yang
sebelumnya ia terapkan saat memilih camat dan lurah ketika masih menjabat sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Namun, meskipun demikian bukan berarti dalam kabinet ini
tidak akan ada manteri yang tidak berasal dari partai politik, tetapi juga ada yang dari
partai profesional.
Program Kerja
 Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
 Pembangunan infrastruktur
 Penyederhanaan segala bentuk kendala regulasi
 Penyederhanaan Birokrasi

14
 Transformasi Ekonomi
Kabinet Indonesia Maju (23 Oktober 2019 – saat ini)
Kabinet Indonesia Maju dibentuk pada 23 Oktober 2019 oleh Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Kabinet ini merupakan kabinet kedua yang
dibentuk Presiden Jokowi setelah terpilih kembali menjadi pemimpin Indonesia pada
periode kedua. Pada kabinet ini, Presiden Jokowi mengambil 30 menteri serta 4
menteri koordinator, sehingga secara keseluruhan terdapat 34 menteri yang menjadi
anggota di dalamnya.
Kabinet Indonesia Maju terdiri dari 45 % kalangan partai politik dan 55% dari
kalangan partai profesional. Para menteri yang berusia 25, di bawah 30, dan di bawah
35 tahun mengisi jabatan kementerian lama dan bukan dari partai politik, serta jaksa
agung juga berasal dari luar politik. Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa
kabinet ini terdiri dari seorang kepala daerah serta para menteri lama yang
dipertahankan, bertukar posisi, dan dilepastugaskan. Sewaktu Kabinet Indonesia Maju
dilantik, Presiden Jokowi dengan tegas berpesan kepada menteri terpilih, salah
satunya untuk tidak korupsi.
Program Kerja
 Pengembangan kualitas SDM dengan cara-cara baru termasuk melanjutkan
Reformasi Birokrasi.
 Pembangunan infrastruktur yang penting untuk mendorong pariwisata dan
perekonomian serta menciptakan peluang kerja baru.
 Penyederhanaan berbagai regulasi dan melakukan beberapa deregulasi.
Penyederhanaan birokrasi, eselon akan disederhanakan, proses kerja dipersingkat.
 Transformasi ekonomi, Indonesia tidak bisa terus bergantung kepada kekayaan
alamnya, perekonomian yang dulu berbasis SDA harus bisa bertransformasi
berbasis manufaktur yang membawa manfaat ekonomi yang tinggi demi
kemakmuran bangsa Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa pada masa sekarang


Indonesia telah mengalami perjalan panjang dalam mempejuangkan kedaulatannya.
Mempersatukan bangsa Indonesia yang berbeda-beda untuk semangat melawan penjajah,
sehingga dapat tercapai kemerdekaan. Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
didapatkan dengan menegakan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Prinsip Bhineka Tunggal

15
Ika, yaitu nasionalisme Indonesia, Kebebasan yang bertanggung jawab, wawasan
nusantara, dan persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi. Lalu
bagaimana cara memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar tetap
terjalin dan tidak terpecah? Salah satu cara memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
dapat ditempuh melalui mengimplementasikan Pancasila. Selain itu juga
mengimplementasikan Sumpah Pemuda dan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email Baca juga: Prinsip-Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Dalam Pancasila yang merupakan pedoman hidup bangsa, persatuan dan kesatuan
Indonesia disebutkan dalam sila ke-3. Dalam sumpah pemuda juga berisikan janji putra
dan putri Indonesia yang bertumpah darah satu yaitu Indonesia, berbangsa satu yaitu
bangsa Indonesia, dan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika juga mempersatukan Indonesia yang berbeda-beda dalam kedaulatan
bangsa.

Contoh sikap memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilakukan


dengan:

 Menanamkan gotong royong


 Menanamkan sifat tolong menolong Otonomi daerah
 Menanamkan sifat kekeluargaan Musyawarah dalam pengambilan keputusan
Kerjasama antar umat beragama yang berbeda
 Tidak membeda-bedakan suku, agama, dan ras
 Menegakan hak asasi manusia Saling menghormati perbedaan antara sesama
manusia
 Peduli kepada orang lain
 Menjungjung tinggi demokrasi
 Menghargai pendapat orang lain
 Turut serta dalam penegakan hukum, pertahanan, dan keamanan
 Turut serta memajukan bangsa Bersosialisasi dengan siapa saja tanpa membeda-
bedakan orang
 Menerima keadaan fisik setiap orang tanpa adanya diskriminasi
 Penegakan hukum yang adil tanpa adanya diskriminasi pada minoritas maupun
status sosial

16
 Tidak melakukan perbuatan yang dapat memecah persatuan seperti ekstrimisme,
egoisme, terorisme, sukuisme, dan rasialisme.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde
Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum.
Pemerintah Orde Baru yang di pimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun , ternyata
tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekan awal munculnya Orde Baru. Tekad awal
Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan
Pancasila & UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang tampuk
kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan maka muncul suatu keinginan untuk terus
menerus mempertahankan kekuasaannya atau status QUO. Hal ini menimbulkan akses –
akses negatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai
macam penyelewengan dilakukan, penyimpangan dari nilai – nilai pancasila & ketentuan
– ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde
Baru. Pelaksanaan pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.
Misalnya, kekuasaan kehakiman yanga di nyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa
kehakiman memiliki kekusaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah
( eksekutif ).

Masa reformasi terjadi banyak perubahan atau amandemen atas Undang-Undang


Dasar 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional. Amandemen ini diharapkan
dapat membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dan stabil daripada masa-masa
sebelumnya. Amandemen UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali,
yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.

Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara berisi adanya


pembatasan kekuasaan pemerintahan maupun eksekutif dan adanya jaminan atas hak
asasi manusia dan hak-hak warga Negara lainnya. Setelah Soeharto mengundurkan diri
sebagai presiden indonesia dan mulai memasuki masa reformasi, muncul kebijakan yang
berhubungan dengan kebebasan berpolitik. Seperti adanya kemerdekaan pers,

17
kemerdekaan membentuk partai politik, terselenggaranya pemilu yang demokratis dan
Otonomi Daerah pada tahun 1999.

Dilakukannya amandemen atau perubahan pada UUD NRI Tahun 1945 pada masa
reformasi ini termasuk mengenai penyelenggaraan negara. Salah satu tujuan utamanya
adalah agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan sehingga tercapai kondisi
kenegaraan yang lebih stabil. Masa reformasi Indonesia mengalami lima kali pergantian
presiden, yakni B.J. Habibie (masa memimpin 1998-1999), Abdurrahman Wahid (masa
memimpin 1999-2001), Megawati Soekarno Putri (masa memimpin 2001-2004), Susilo
Bambang Yudhoyono (masa memimpin 2004-2014) dan Joko Widodo (masa memimpin
2004-sekarang).

Dilihat dari dinamika persatuan dan kesatuan bangsa di atas adakalanya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia begitu kukuh, tetapi ada pula masa ketika dinamika
persatuan dan kesatuan bangsa mendapat ujian ketika dihadapkan oleh berbagai macam
gerakan pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Segala bentuk teror
yang bisa berdampak munculnya perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia sudah
banyak terjadi dalam sejarah Indonesia hingga saat ini. Namun sebagai generasi bangsa,
kita patut bersyukur ancaman atau gangguan tersebut tidak membuat NKRI menjadi
lemah, tetapi semakin kukuh pberkembang hingga sekarang.

B. Saran
Gerakan reformasi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 telah membawa
berbagai dampak bagi bangsaIndonesia. Walaupun sudah terjadi dua belas tahun silam,
dampak tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, baik 61 dampak positif maupun
dampak negatifnya. Dibawah ini akan diulas sedikit tentang dampak-dampak tersebut.
Ada berbagai dampak negatif dari reformasi 1998. Pertama, iklim politik yang semrawut
karena banyak yang menyalah artikan makna dari demokrasi. Kedua, kebebasan dalam
menyampaikan pendapat semakin tidak beretika. Ketiga, banyak demonnstrasi yang
harusnya sebagai sarana menyampaikan aspirasi, justru malah mengganggu kenyamanan
masyarakat. Keempat , meningkatnya kerusuhan di masyarakat. Itu semua karena
pemerintahan pasca reformasi masih belum mampu melaksanakan undang-undang
sebagai mestinya sehingga belum dapat mengangkat kehidupan bangsa dalam berbagai
aspek. Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama,
masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan

18
aspirasi, apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan
kritiknya tersebut dengan bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata dunia semakin
terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang demokratis
dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia menjadi lebih
terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai bidang
semakin berkembang. Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa
Indonesia. Dampak utama dari reformasi adalah kebebasan kita dalam menyampaikan
aspirasi tidak lagi dikekang seperti yang terjadi pada masa orde baru. Kita bebas
menyalurkan aspirasi kita bagi pemerintahan, baik berupa pendapat maupun kritik.
Namun perlu diingat, bahwa kebebasan dalam beraspirasi tersebut harus tetap mengikuti
norma-norma yang berlaku. Aspirasi yang kita sampaikan harus dapat berguna bagi
kemajuan bangsa, jangan sampai malah memecah belah persatuan bangsa. Intinya,
reformasi harus bisa menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih
demokratis, sebagaimana cita-cita dari reformasi itu sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA
https://indomaritim.id/dinamika-persatuan-dan-kesatuan-bangsa-indonesia/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/130000269/demokrasi-indonesia-periode-
reformasi-1998-sekarang?page=all

https://id.wikipedia.org/wiki/
Sejarah_Indonesia_(1998%E2%80%93sekarang)#Kepresidenan_Habibie_(1998%E2%80%9
31999)

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/05/172429079/daftar-kabinet-di-indonesia-
1945-sekarang

https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-12-kehidupan-ekonomi-dan-politik-masa-
reformasi

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/22/165246979/kabinet-kerja-penetapan-
susunan-dan-program-kerja

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/22/165616779/kabinet-indonesia-maju-latar-
belakang-susunan-dan-program-kerja

https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/reformasi/item181?

https://www.indonesia-investments.com/id/culture/politics/reformation/susilo-bambang-
yudhoyono/item7596

https://www.gramedia.com/literasi/dinamika-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/https://
www.gramedia.com/literasi/dinamika-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/

20

Anda mungkin juga menyukai