OLEH:
KELOMPOK 6
Ririn
Stella Aurelia
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “PERSATUAN DAN
KESATUAN PADA MASA REFORMASI (PERIODE 21 MEI 1998-
SEKARANG)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman dan Pak Servasius Bobby,S.Pd selaku guru pendamping
yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------------------------------------------II
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------III
BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------------------------1
A. LATAR BELAKANG----------------------------------------------------------------------------------------------------1
B. RUMUSAN MASALAH-------------------------------------------------------------------------------------------------2
C. TUJUAN-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------2
BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------------------------------------3
A. PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA REFORMASI--------------------------------------------------3
1. Kebijakan berkaitan kebebasan berpolitik----------------------------------------------------------------------3
2. Amandemen UUD NRI Tahun 1945------------------------------------------------------------------------------4
3. Pergantian presiden RI dan kabinet masa reformasi----------------------------------------------------------7
B. KONDISI PEMERINTAHAN INDONESIA PADA MASA REFORMASI--------------------------------------------------8
1. Masa Pemerintahan B.J. Habibie---------------------------------------------------------------------------------8
2. Masa Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)---------------------------------------------------9
3. Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri----------------------------------------------------------------10
4. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono------------------------------------------------------------11
5. Masa Pemarintahan Joko Widodo------------------------------------------------------------------------------14
C. MEMPERTAHANKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA PADA MASA SEKARANG------------------------15
BAB III PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------------------17
A. KESIMPULAN---------------------------------------------------------------------------------------------------------17
B. SARAN-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------18
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------------------------------------20
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR pada Maret
1998. Tetapi penyimpangan-penyimpangan pada masa pemerintahan Orde Baru
membawa Indonesia pada krisis multidimensi, diawali krisis moneter yang tidak kunjung
reda. Krisis moneter membawa akibat terjadinya krisis politik, di mana tingkat
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah begitu kecil. Kerusuhan-kerusuhan terjadi
hampir di setiap daerah di Indonesia. Akibatnya pemerintahan orde baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto terperosok ke dalam kondisi yang diliputi berbagai tekanan
politik baik dari luar maupun dalam negeri. Dari dunia internasional, terutama Amerika
Serikat, secara terbuka meminta Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden. Dari
dalam negeri, timbul gerakan massa yang dimotori oleh mahasiswa turun ke jalan
menuntut Soeharto lengser dari jabatannya.
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto
saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai
organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan Soeharto semakin
disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang menyebabkan empat mahasiswa
tertembak mati dan kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir di seluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari
dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari
jabatannya.
Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998, tepatnya
saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil
presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini didirikan oleh lingkungan sosial politik yang
lebih terbuka. Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk menerapkan
demokrasi dan pemerintahan sipil yang lebih kuat, elemen militer yang mencoba untuk
mempertahankan pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan masyarakat
umum, serta tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses reformasi menghasilkan
tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda dengan penyensoran yang meluas
saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik menjadi lebih terbuka di media massa dan
1
ekspresi seni makin meningkat. Peristiwa-peristiwa yang telah membentuk Indonesia
dalam periode ini di antaranya serangkaian peristiwa terorisme (termasuk bom Bali
2002) serta gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa saja perubahan pada sistem pemerintahan Indonesia pada masa reformasi ?
2. Bagaimana kondisi pemerintahan Indonesia pada masa reformasi ?
3. Bagaimana cara mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
sekarang?
C. Tujuan
Tujuan penelitian merupakan hal yang hendak di capai dalam pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan yang telah di rumuskan. Adapun tujuan di buatnya makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui perubahan pada sistem permerintahan Indonesia pada masa
reformasi.
2. Untuk mengetahui kondisi pemerintahan Indonesia pada masa reformasi .
3. Untuk mengetahui cara mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
sekarang
2
BAB II PEMBAHASAN
Setelah Soeharto mundur, jabatan presiden diserahkan kepada wakilnya, yaitu B.J
Habibie. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Setelah naiknya Habibie
sebagai presiden, kondisi politik dan ekonomi pun kian berubah. Proses dan penerapan
demokrasi di Indonesia mulai membaik. Presiden dipilih berdasarkan pemilu dalam skala
5 tahun sekali, dan semua masyarakat memiliki hak memilihnya.
Masa reformasi atau masa transisi ini terbuka peluang untuk menata kehidupan
berdemokrasi. Masa ini dimulai dari kepemimpin BJ Habibie sebagai presiden
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri. Pada masa ini, Habibie membuat
reformasi besar-besaran di sistem pemerintahan. Sistem yang dijalankannya itu lebih
terbuka dan demokrasi lebih ditonjolkan.
Di masa ini, partai politik independen, tidak dipengaruhi kekuasaan birokrat militer.
Kemudian adanya pemberdayaan masyarakat sipil lewat penyampaian informasi secara
transparan. Bahkan adanya proses pemilihan secara langsung, baik itu presiden dan wakil
presiden, kepala daerah, hingga anggota DPR. Pemilihan pertama secara langsung
dilakukan pada tahun 2004. Demokrasi pada masa ini telah berkembang dengan
kesadaran masyarakat dalam kehidupan perpolitikan nasional.
3
a) Kemerdekaan pers.
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari SIUPP,
sehingga dalam waktu singkat muncul puluhan hingga ratusan media cetak dan
elektronik.
d) Otonomi daerah.
Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Peraturan ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah daerah
(pemda).
Berdasarkan semangat di atas, dilakukan perubahan Pasal 1 Ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945, Sebelum amandemem, Pasal 1 Ayat 2 berbunyi: "Kedaulatan adalah di
tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4
Setelah amandemen, Pasal 1 Ayat 2 UUD 1945 berbunyi: "Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang.”
Arti dari perubahan ini adalah kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh MPR, DPR,
DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan
lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang diatur oleh UUD. Rakyat juga dapat
melaksanakan kedaulatannya secara langsung yaitu menentukan presiden dan wakil
presiden melalui pemilihan umum. Amandemen UUD NRI Tahun 1945 ini
merumuskan secara lebih jelas sistem penyelenggaraan kekuasaan negara berdasarkan
konstitusi atau UUD. Terjadi sistem check and balances (perimbangan kekuasaan),
yaitu pengaturan kewenangan dan kekuasaan masing-masing lembaga negara
sehingga saling mengimbangi dan membatasi satu sama lain berdasarkan ketentuan
UUD.
Lebih jauh lagi, melalui Mahkamah Konstitusi, warga negara dapat menggugat
negara apabila ada tindakan negara yang dianggap melanggar hak-hak konstitusional
warga negara yang dijamin oleh undang-undang. Meski demikian, menurut Zoelva,
sistem ini tetap dalam kerangka pemerintahan presidensial, bahkan mempertegas
sistem ini, yaitu presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen namun kepada
rakyat. Presiden juga senantiasa dalam pengawasan DPR. DPR dapat mengusulkan
memberhentikan presiden dalam masa jabatannya, hal ini tercantum dalam Pasal 7A
UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi: "Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden."
Selain itu, melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan
presiden dikurangi dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden
tidak disalahgunakan. Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain pada
pasal-pasal berikut.
5
mengalami perubahan menjadi "Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat".
b. Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangka duta dan menerima duta negara
sahabat harus melalui pertimbangan DPR. Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945
sebelumnya berbunyi: "(1) Presiden mengangkat duta das konsul. (2) Presiden
menerima duta negara lain.”
Setelah dilakukan amandemen, terjadi perubahan sebagai berikut.
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
c. Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi harus
melalui pertimbangan Mahkamah Agung serta pemberian amnesti dan abolisi harus
dengan pertimbangan DPR. Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945 sebelumnya berbunyi:
"Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi." Setelah amandemen,
terjadi perubahan pada Pasal 14, yaitu sebagai berikut.
"(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat."
d. Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen pemerintah
harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR. Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945
sebelumnya berbunyi:
"(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintah.”
Setelah amandeman, terjadi perubahan pada Pasal 17, yaitu sebagai berikut.
"(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangt ursan tertentu dalam pemerintahan.
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang,"
6
Berkaitan dengan Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945, terbit UU No 39 tahun 2008
tentang Kementerian Negara. Pada Pasal 19 ayat (1), dinyatakan "Pengubahan
sebagai akibat pemisahan atau penggabungan Kementerian dilakukan dengan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat". Adapun Pasal 21 menyatakan bahwa
presiden dapat membubarkan kementerian dengan meminta pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. Adapun pembubaran kementerian yang menangani urusan agama,
hukum, keuangan, dan keamanan harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
7
2019
Selain upaya dalam bidang politik, ada juga upaya yang dilakukan dalam
bidang ekonomi, di antarnya:
8
mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli atau
persaingan tidak sehat
mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
10
pengaruh dalam politik. Apalagi, perkembangan internasional juga meningkatkan
peran TNI. Setelah serangan 11 September 2001 terhadap Menara Kembar di New
York, pemerintah Amerika Serikat melanjutkan kerjasama dengan militer Indonesia
(yang sempat terhenti sejak partisipasi TNI dalam kekerasan di Timor Timur di tahun
1999) untuk memerangi terorisme internasional.
Meskipun MPR telah berhati-hati dalam mengurangi peran politik tentara,
Panglima Besar TNI lah yang menyatakan pada tahun 2004 bahwa fraksi TNI harus
dihapuskan dari MPR. Seorang perwira TNI yang ingin aktif dalam dunia politik
harus mengundurkan diri terlebih dulu dari posisinya di TNI. Reformasi ini
direalisasikan tetapi tidak berarti mengakhiri pengaruh politik TNI dalam masyarakat
Indonesia. Hingga saat ini, TNI adalah kekuatan yang besar karena para mantan
jenderal yang ingin aktif dalam politik masih bisa mengandalkan jaringan di dalam
TNI, apalagi, tentara masih terlibat dalam kegiatan-kegiatan usaha di daerah.
11
korupsi (korupsi sebenarnya merupakan elemen penting dalam kampanyenya sebelum
pemilihan).
Sejak awal harapan untuk masa kepresidenannya yang sangat tinggi. Yudhoyono,
yang dianggap sebagai karakter yang kuat dan seimbang, memasuki Istana Presiden
dengan cita-cita reformis ambisius seperti menghancurkan korupsi dan terorisme,
penguatan demokrasi dan hak asasi manusia, dan mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi. Tentunya ambisinya - secara realistis - terlalu tinggi sebab Indonesia adalah
negara yang sulit untuk direformasi dalam jangka waktu beberapa tahun. Birokrasi
yang lambat dan tidak efisien, kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam
masyarakat dan korupsi yang terus menyebar luas (terutama di daerah) membuatnya
susah untuk menerapkan kebijakan secara efektif. Seperti yang dijanjikan selama
periode kampanye, sekitar separoh dari menteri kabinet Yudhoyono terdiri dari
profesional non-partisan (teknokrat), terutama pada posisi yang menyangkut ekonomi,
dalam rangka mendorong profesionalisasi.
Masa kepresidenan Yudhoyono juga ditandai dengan bencana menyebabkan
beberapa orang menyebut Yudhoyono sebagai 'Presiden bencana'. Bencana alam yang
paling terkenal adalah tsunami mengerikan di Aceh yang menewaskan lebih dari
200.000 orang di Aceh pada tahun 2004. Bencana-bencana lainnya adalah gempa
bumi di Bantul (Daerah Istimewa Jogjakarta) pada tahun 2006 yang menewaskan
6.000 orang, semburan lumpur di Sidoarjo (yang merusak ratusan hektar di Jawa
Timur dan menyebabkan evakuasi ribuan orang), sejumlah banjir di Jakarta yang
memicu evakuasi sekitar setengah juta orang pada tahun 2007 dan, terakhir, letusan
Gunung Merapi pada tahun 2010 yang menewaskan 353 orang dan menyebabkan
evakuasi 350.000 orang.
Prestasi baik dari pemerintahan Yudhoyono berhubungan dengan fundamental
makroekonomi: utang luar negeri Indonesia menurun secara mengesankan, cadangan
devisa meningkat dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahunan solid.
Fundamental-fundamental ini kuat - didukung oleh boom komoditas pada tahun 2000-
an dan meningkatnya daya beli secara cepat - membuat Indonesia berhasil melalui
krisis global 2008-2009 tanpa masalah yang berarti.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono II (2009-2014)
Pada tanggal 22 Oktober 2009, berlangsung pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu
II. Kabinet ini adalah koalisi antara PD, Golkar dan empat partai Islam PKS, PAN,
PKB dan PPP. Selain menunjuk menteri dari enam mitra koalisi tersebut, Presiden
12
Yudhoyono juga menempatkan beberapa profesional (tokoh-tokoh non-partisan atau
teknokrat) pada posisi-posisi kementerian kunci seperti kementerian dalam negeri,
luar negeri, keuangan, perdagangan, pendidikan nasional, dan kesehatan. Hanya dua
mantan jenderal TNI saja yang ditunjuk sebagai menteri dalam kabinet ini.
Kendati kinerja makroekonomi kuat, dukungan rakyat untuk Yudhoyono mulai
terkikis. Yudhoyono tidak memenuhi harapan mengenai pemberantasan korupsi, yang
pernah menjadi slogan kampanye penting dari partainya. kasus korupsi tingkat tinggi
yang melibatkan pejabat-pejabat pemerintahan menjadi berita utama secara rutin.
Lebih parah lagi, PD sendiri jadi sangat terlibat dalam skandal korupsi ketika
beberapa anggotanya, termasuk Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin,
dituduh dan diadili untuk kasus korupsi Southeast Asian Games 2011. Diduga dalam
even olahraga ini, uang suap telah dibayar sehubungan dengan pembangunan
perkampungan atlet.
Kemudian, Ketua PD Anas Urbaningrum ditangkap dan dijatuhi hukuman
delapan tahun penjara karena menerima suap terkait dengan pembangunan kompleks
olahraga Hambalang di Jawa Barat. Skandal ini - semakin mendekat pada Yudhoyono
- sangat merusakkan popularitas Yudhoyono maupun partainya.
Tiga menteri pemerintahan Yudhoyono juga ditangkap dan dijatuhi hukuman
penjara. Mereka adalah Andi Mallarangeng (Menteri Olahraga dan Pemuda), Jero
Wacik (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) dan Suryadharma Ali (Menteri
Agama). Selain itu, diperkirakan bahwa sekitar 300 pejabat pemerintah daerah
diselidiki karena kasus korupsi selama periode kedua Yudhoyono, yang
mengindikasikan luasnya korupsi di kalangan pemerintahan dan kegagalan
Yudhoyono untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Menurut opini publik pada umumnya munculnya kasus-kasus korupsi dalam PD
adalah tanda lemahnya kepemimpinan Yudhoyono. Apalagi, Yudhoyono juga
dianggap bertindak lemah berhubungan dengan hal lain. Banyak orang Indonesia yang
pro-reformasi kecewa ketika Yudhoyono tidak mendukung Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati yang reformis dan sangat dihormati ketika dia - bersama dengan
Wakil Presiden Boediono - dikritik karena kesalahan penanganan kasus bailout Bank
Century pada tahun 2008. Sri Mulyani kemudian mundur dari jabatannya dan pindah
ke Bank Dunia untuk mulai bekerja sebagai managing director. Kendati begitu,
kebanyakan orang menganggap bahwa kepergiannya terhubung dengan tekanan dari
kekuatan-kekuatan politik tertentu yang memiliki kepentingan-kepentingan bisnis
13
besar karena kebijakan reformisnya telah menyebabkan konflik dengan kepentingan-
kepentingan ini.
Kelemahan lain dalam kepemimpinan Yudhoyono berkaitan dengan kecamannya
yang lambat dan tidak meyakinkan terhadap serangan kekerasan pada penganut
agama-agama minoritas, seperti pembunuhan Ahmadiyah pada Februari 2011 ketika
gerombolan orang yang mengatasnamakan Islam membunuh beberapa anggota sekte
Ahmadiyah lokal yang kecil di Provinsi Banten.
Kendati diawali dengan menjanjikan, pemerintahan satu dekade Yudhoyono
sekarang dianggap sebagai periode kesempatan-kesempatan yang hilang (missed
opportunities). Yudhoyono menikmati dukungan besar di parlemen (di periode kedua)
tetapi dia gagal untuk mendorong reformasi struktural yang sangat dibutuhkan
(misalnya penghapusan subsidi bahan bakar minyak). Di satu sisi, Yudhoyono dikritik
karena tidak tegas dan terlalu berusaha untuk berteman dengan semua pihak dan aliran
masyarakat tetapi di sisi lain gaya kepemipinannya berhasil meningkatkan stabilitas
politik dan ekonomi Indonesia dan karenanya meletakkan dasar yang kuat bagi orang
lain untuk membangun negaranya.
14
Transformasi Ekonomi
Kabinet Indonesia Maju (23 Oktober 2019 – saat ini)
Kabinet Indonesia Maju dibentuk pada 23 Oktober 2019 oleh Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Kabinet ini merupakan kabinet kedua yang
dibentuk Presiden Jokowi setelah terpilih kembali menjadi pemimpin Indonesia pada
periode kedua. Pada kabinet ini, Presiden Jokowi mengambil 30 menteri serta 4
menteri koordinator, sehingga secara keseluruhan terdapat 34 menteri yang menjadi
anggota di dalamnya.
Kabinet Indonesia Maju terdiri dari 45 % kalangan partai politik dan 55% dari
kalangan partai profesional. Para menteri yang berusia 25, di bawah 30, dan di bawah
35 tahun mengisi jabatan kementerian lama dan bukan dari partai politik, serta jaksa
agung juga berasal dari luar politik. Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa
kabinet ini terdiri dari seorang kepala daerah serta para menteri lama yang
dipertahankan, bertukar posisi, dan dilepastugaskan. Sewaktu Kabinet Indonesia Maju
dilantik, Presiden Jokowi dengan tegas berpesan kepada menteri terpilih, salah
satunya untuk tidak korupsi.
Program Kerja
Pengembangan kualitas SDM dengan cara-cara baru termasuk melanjutkan
Reformasi Birokrasi.
Pembangunan infrastruktur yang penting untuk mendorong pariwisata dan
perekonomian serta menciptakan peluang kerja baru.
Penyederhanaan berbagai regulasi dan melakukan beberapa deregulasi.
Penyederhanaan birokrasi, eselon akan disederhanakan, proses kerja dipersingkat.
Transformasi ekonomi, Indonesia tidak bisa terus bergantung kepada kekayaan
alamnya, perekonomian yang dulu berbasis SDA harus bisa bertransformasi
berbasis manufaktur yang membawa manfaat ekonomi yang tinggi demi
kemakmuran bangsa Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
15
Ika, yaitu nasionalisme Indonesia, Kebebasan yang bertanggung jawab, wawasan
nusantara, dan persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi. Lalu
bagaimana cara memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar tetap
terjalin dan tidak terpecah? Salah satu cara memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
dapat ditempuh melalui mengimplementasikan Pancasila. Selain itu juga
mengimplementasikan Sumpah Pemuda dan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email Baca juga: Prinsip-Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Dalam Pancasila yang merupakan pedoman hidup bangsa, persatuan dan kesatuan
Indonesia disebutkan dalam sila ke-3. Dalam sumpah pemuda juga berisikan janji putra
dan putri Indonesia yang bertumpah darah satu yaitu Indonesia, berbangsa satu yaitu
bangsa Indonesia, dan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika juga mempersatukan Indonesia yang berbeda-beda dalam kedaulatan
bangsa.
16
Tidak melakukan perbuatan yang dapat memecah persatuan seperti ekstrimisme,
egoisme, terorisme, sukuisme, dan rasialisme.
A. Kesimpulan
Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde
Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum.
Pemerintah Orde Baru yang di pimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun , ternyata
tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekan awal munculnya Orde Baru. Tekad awal
Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan
Pancasila & UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang tampuk
kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan maka muncul suatu keinginan untuk terus
menerus mempertahankan kekuasaannya atau status QUO. Hal ini menimbulkan akses –
akses negatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai
macam penyelewengan dilakukan, penyimpangan dari nilai – nilai pancasila & ketentuan
– ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde
Baru. Pelaksanaan pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.
Misalnya, kekuasaan kehakiman yanga di nyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa
kehakiman memiliki kekusaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah
( eksekutif ).
17
kemerdekaan membentuk partai politik, terselenggaranya pemilu yang demokratis dan
Otonomi Daerah pada tahun 1999.
Dilakukannya amandemen atau perubahan pada UUD NRI Tahun 1945 pada masa
reformasi ini termasuk mengenai penyelenggaraan negara. Salah satu tujuan utamanya
adalah agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan sehingga tercapai kondisi
kenegaraan yang lebih stabil. Masa reformasi Indonesia mengalami lima kali pergantian
presiden, yakni B.J. Habibie (masa memimpin 1998-1999), Abdurrahman Wahid (masa
memimpin 1999-2001), Megawati Soekarno Putri (masa memimpin 2001-2004), Susilo
Bambang Yudhoyono (masa memimpin 2004-2014) dan Joko Widodo (masa memimpin
2004-sekarang).
Dilihat dari dinamika persatuan dan kesatuan bangsa di atas adakalanya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia begitu kukuh, tetapi ada pula masa ketika dinamika
persatuan dan kesatuan bangsa mendapat ujian ketika dihadapkan oleh berbagai macam
gerakan pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Segala bentuk teror
yang bisa berdampak munculnya perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia sudah
banyak terjadi dalam sejarah Indonesia hingga saat ini. Namun sebagai generasi bangsa,
kita patut bersyukur ancaman atau gangguan tersebut tidak membuat NKRI menjadi
lemah, tetapi semakin kukuh pberkembang hingga sekarang.
B. Saran
Gerakan reformasi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 telah membawa
berbagai dampak bagi bangsaIndonesia. Walaupun sudah terjadi dua belas tahun silam,
dampak tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, baik 61 dampak positif maupun
dampak negatifnya. Dibawah ini akan diulas sedikit tentang dampak-dampak tersebut.
Ada berbagai dampak negatif dari reformasi 1998. Pertama, iklim politik yang semrawut
karena banyak yang menyalah artikan makna dari demokrasi. Kedua, kebebasan dalam
menyampaikan pendapat semakin tidak beretika. Ketiga, banyak demonnstrasi yang
harusnya sebagai sarana menyampaikan aspirasi, justru malah mengganggu kenyamanan
masyarakat. Keempat , meningkatnya kerusuhan di masyarakat. Itu semua karena
pemerintahan pasca reformasi masih belum mampu melaksanakan undang-undang
sebagai mestinya sehingga belum dapat mengangkat kehidupan bangsa dalam berbagai
aspek. Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama,
masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan
18
aspirasi, apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan
kritiknya tersebut dengan bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata dunia semakin
terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang demokratis
dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia menjadi lebih
terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai bidang
semakin berkembang. Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa
Indonesia. Dampak utama dari reformasi adalah kebebasan kita dalam menyampaikan
aspirasi tidak lagi dikekang seperti yang terjadi pada masa orde baru. Kita bebas
menyalurkan aspirasi kita bagi pemerintahan, baik berupa pendapat maupun kritik.
Namun perlu diingat, bahwa kebebasan dalam beraspirasi tersebut harus tetap mengikuti
norma-norma yang berlaku. Aspirasi yang kita sampaikan harus dapat berguna bagi
kemajuan bangsa, jangan sampai malah memecah belah persatuan bangsa. Intinya,
reformasi harus bisa menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih
demokratis, sebagaimana cita-cita dari reformasi itu sendiri.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://indomaritim.id/dinamika-persatuan-dan-kesatuan-bangsa-indonesia/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/130000269/demokrasi-indonesia-periode-
reformasi-1998-sekarang?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/
Sejarah_Indonesia_(1998%E2%80%93sekarang)#Kepresidenan_Habibie_(1998%E2%80%9
31999)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/05/172429079/daftar-kabinet-di-indonesia-
1945-sekarang
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-12-kehidupan-ekonomi-dan-politik-masa-
reformasi
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/22/165246979/kabinet-kerja-penetapan-
susunan-dan-program-kerja
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/22/165616779/kabinet-indonesia-maju-latar-
belakang-susunan-dan-program-kerja
https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/reformasi/item181?
https://www.indonesia-investments.com/id/culture/politics/reformation/susilo-bambang-
yudhoyono/item7596
https://www.gramedia.com/literasi/dinamika-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/https://
www.gramedia.com/literasi/dinamika-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/
20