NIM : P07524417007
KELAS : DIV-IVA
A. PENGERTIAN
internal sistem), Opportunity (kesempatan/ peluang sistem), dan Threats (ancaman/ rintangan/
C. STRENGTH ( KEKUATAN)
1. Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN, Kebijakan
dan strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA).
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tersedia di semua Provinsi dan hampir
seluruh Kabupaten/kota
4. Indikator kesehatan telah tersedia.
5. Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber dari fasilitas kesehatan
pemerintah dan masyarakat.
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
7. Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi dan
Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan
D. WEAKNESSES ( KELEMAHAN
1. SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak sehingga
terdapat “pulau-pulau informasi”.
2. Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung integrasi SIK.
3. Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya masih rangkap
jabatan).
4. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui perannya, pengembangan karir
tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
5. Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi dan komunikasi khususnya untuk
pemeliharaan.
6. Indikator yang digunakan sering kurang menggambarkan “subjek” yang diwakili.
7. Belum terbangunnya mekanisme aliran data kesehatan baik lintas program (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
8. Masih lemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan audit SIK.
9. Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat, lengkap, tepat waktu)
10. Penggunaan data/informasi oleh pengambil keputusan dan masyarakat masih sangat
rendah.
E. OPPORTUNITIES ( PELUANG )
1. Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK dan manfaat eHealth mulai meningkat pada
semua pemangku kepentingan terutama pada tingkat manajemen Kementerian Kesehatan.
2. Telah ada peraturan perundang-undangan terkait informasi dan TIK.
3. Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan fungsi, memberikan
peluang dalam pengembangan jabatan fungsional pengelolaan SIK.
4. Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga
sarjana di perguruan tinggi.
5. Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK.
6. Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri dan telah mulai
dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi.
7. Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal penduduk oleh Kementerian Dalam
Negeri yang merupakan peluang untuk memudahkan pengelolaan data sehingga menjadi
berkualitas.
8. Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya untuk anggaran (perencanaan)
yang berbasis kinerja.
F. THREATHS ( ANCAMAN )
1. Dengan Otonomi daerah, terkadang pengembangan SIK tidak menjadi prioritas.
2. Rotasi tenaga SIK di fasilitas kesehatan Pemerintah tanpa perencanaan dan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan hambatan dalam pengelolaan SIK.
3. Sebagian program kesehatan yang didanai oleh donor mengembangkan sistem informasi
sendiri tanpa dikonsultasikan atau dikoordinasikan sebelumnya dengan Pusat Data dan
Informasi dan pemangku kepentingannya.
4. Komputerisasi data kesehatan terutama menuju data individu (disaggregate)
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan sistem TIK.
5. Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam dimana infrastruktur masih sangat
lemah di daerah terpencil sehingga menjadi hambatan modernisasi SIK.
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajemen,
maka analisa sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya,
yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan
tipe keputusan yang diambilnya.
Ø Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi sebagai berikut :
1) Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para
pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara sistem informasi.
2) Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi
secara kritis.
3) Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
5) Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
6) Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi
dan teknologi baru.
H. KELEBIHAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Meningkatkan efisiensi operasional.
2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis.
3. Membangun sumber-sumber informasi strategis.
I. KEKURANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Dapat memberikan dampak bagi lingkungan sosial seperti pengurangan tenaga kerja,
sehingga dapat menambah angka pengangguran.
2. Selain itu dengan adanya SIM tersebut membuat ketergantungan manusia terhadap SIM
tersebut, sehingga mengesampingkan rasionalitas manusia itu sendiri.
3. Perubahan dan perkembangan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum
tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang
teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date)
4. Kurangnya tenaga ahli di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi
dalam pengembangan sistem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab
perusahaan
5. Dengan adanya sistem informasi, sebuah perusahaan mengharapkan suatu sistem yang
dapat bekerja secara cepat dan akurat sehingga produktivitas kerja di perusahaan lebih
meningkat.
Namun karena beberapa faktor tertentu, terkadang malah perusahaan mengalami kegagalan
Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-langkahnya
adalah:
Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi secara
umum pada semua komponen.
Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.
Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Pola
Analisis SWOT seperti berikut.
Gambar 1.
Pola
Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan
manajemen waktu (7M=man, money, material, methode, machine, market dan minute ).
Masukan non fisik berupa data kesehatan. Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga
menjadi informasi, termasuk tatapamong, manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama..
Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media
informasi, publikasi, dan pengguna informasi.
Langkah-langkah Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004), yaitu
matriks Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), merupakan perangkat pencocokan
yang penting dan dapat membantu pengelola sistem mengembangkan empat tipe strategi:
eksternal dan internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan
matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan
yang paling baik.
ancaman, merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Sabarguna, Boy; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan.
Siagian S.P. 2004. Manajemen Strategik, Cetakan ke-lima. Jakarta: PT Bumi Aksara.