Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS SWOT KELEMAHAN DAN TANTANGAN SITUASI

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan

Dosen Pengampu : Efendi Sianturi SKM M.kes


O

NAMA : CITRA MONALISA LAOLI

NIM : P07524417007

KELAS : DIV-IVA

PRODI DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


MEDAN
TAHUN 2020

ANALISIS SITUASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN

A. PENGERTIAN

Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT


setiap komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau
perbaikan mutu sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.

SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan/kondisi positif), Weakness (kelemahan

internal sistem), Opportunity (kesempatan/ peluang sistem), dan Threats (ancaman/ rintangan/

tantangan dari lingkungan eksternal sistem).

B. ANALISIS SITUASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN


1. Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam rangka pengembangan
sistem informasi kesehatan.
2. Sistem informasi kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan bagian fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan atau
jaringan sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah.

C. STRENGTH ( KEKUATAN)
1. Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN, Kebijakan
dan strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA).
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tersedia di semua Provinsi dan hampir
seluruh Kabupaten/kota
4. Indikator kesehatan telah tersedia.
5. Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber dari fasilitas kesehatan
pemerintah dan masyarakat.
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
7. Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi dan
Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan
D. WEAKNESSES ( KELEMAHAN
1. SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak sehingga
terdapat “pulau-pulau informasi”.
2. Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung integrasi SIK.
3. Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya masih rangkap
jabatan).
4. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui perannya, pengembangan karir
tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
5. Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi dan komunikasi khususnya untuk
pemeliharaan.
6. Indikator yang digunakan sering kurang menggambarkan “subjek” yang diwakili.
7. Belum terbangunnya mekanisme aliran data kesehatan baik lintas program (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
8. Masih lemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan audit SIK.
9. Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat, lengkap, tepat waktu)
10. Penggunaan data/informasi oleh pengambil keputusan dan masyarakat masih sangat
rendah.

E. OPPORTUNITIES ( PELUANG )
1. Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK dan manfaat eHealth mulai meningkat pada
semua pemangku kepentingan terutama pada tingkat manajemen Kementerian Kesehatan.
2. Telah ada peraturan perundang-undangan terkait informasi dan TIK.
3. Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan fungsi, memberikan
peluang dalam pengembangan jabatan fungsional pengelolaan SIK.
4. Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga
sarjana di perguruan tinggi.
5. Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK.
6. Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri dan telah mulai
dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi.
7. Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal penduduk oleh Kementerian Dalam
Negeri yang merupakan peluang untuk memudahkan pengelolaan data sehingga menjadi
berkualitas.
8. Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya untuk anggaran (perencanaan)
yang berbasis kinerja.

F. THREATHS ( ANCAMAN )
1. Dengan Otonomi daerah, terkadang pengembangan SIK tidak menjadi prioritas.
2. Rotasi tenaga SIK di fasilitas kesehatan Pemerintah tanpa perencanaan dan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan hambatan dalam pengelolaan SIK.
3. Sebagian program kesehatan yang didanai oleh donor mengembangkan sistem informasi
sendiri tanpa dikonsultasikan atau dikoordinasikan sebelumnya dengan Pusat Data dan
Informasi dan pemangku kepentingannya.
4. Komputerisasi data kesehatan terutama menuju data individu (disaggregate)
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan sistem TIK.
5. Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam dimana infrastruktur masih sangat
lemah di daerah terpencil sehingga menjadi hambatan modernisasi SIK.

G. KEGUNAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajemen,
maka analisa sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya,
yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan
tipe keputusan yang diambilnya.
Ø Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi sebagai berikut :
1) Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para
pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara sistem informasi.
2) Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi
secara kritis.
3) Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
5) Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
6) Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi
dan teknologi baru.
H. KELEBIHAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Meningkatkan efisiensi operasional.
2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis.
3. Membangun sumber-sumber informasi strategis.
I. KEKURANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Dapat memberikan dampak bagi lingkungan sosial seperti pengurangan tenaga kerja,
sehingga dapat menambah angka pengangguran.
2. Selain itu dengan adanya SIM tersebut membuat ketergantungan manusia terhadap SIM
tersebut, sehingga mengesampingkan rasionalitas manusia itu sendiri.
3. Perubahan dan perkembangan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum
tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang
teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date)
4. Kurangnya tenaga ahli di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi
dalam pengembangan sistem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab
perusahaan
5. Dengan adanya sistem informasi, sebuah perusahaan mengharapkan suatu sistem yang
dapat bekerja secara cepat dan akurat sehingga produktivitas kerja di perusahaan lebih
meningkat.
Namun karena beberapa faktor tertentu, terkadang malah perusahaan mengalami kegagalan
Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-langkahnya
adalah:
Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi secara
umum pada semua komponen.
Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.
Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Pola
Analisis SWOT seperti berikut.

Gambar 1.
Pola

Deskripsi dalam Analisis SWOT


Pada waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
sistem informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan kelemahan merupakanfaktor
internal yang perlu diidentifikasikan di dalam sistem, sedangkan peluang dan masyarakat luas,
stakeholder internal dan eksternal, dan pesaing. Langkah ini dapat dilakukan secara
keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen
masukan, proses, dan keluaran.

Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan

manajemen waktu (7M=man, money, material, methode, machine, market dan minute ).

Masukan non fisik berupa data kesehatan. Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga
menjadi informasi, termasuk tatapamong, manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama..

Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media
informasi, publikasi, dan pengguna informasi.

Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani


kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan
program secara berkelanjutan. Analisis untuk pengembangan strategi pemecahan masalah dan
perbaikan/pengembangan program itu digambarkan pada Gambar 2.
Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan susunlah suatu
rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.

Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan masalah,


serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika kekuatan lebih
besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi pengembangan
sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih
kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya strategi
pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan penataan
sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada,
dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari luar. Analisis itu dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 3. Analisis SWOT dan Prioritas Strategi Pengembangan

Langkah-langkah Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004), yaitu
matriks Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), merupakan perangkat pencocokan
yang penting dan dapat membantu pengelola sistem mengembangkan empat tipe strategi:

strategi SO (Strength-Opportunity ), strategi WO (Weakness-Opportunity ), strategi ST

(Strength- Threats) dan strategi WT (Weakness-Threats ). Mencocokkan faktor-faktor

eksternal dan internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan
matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan
yang paling baik.

Strategi SO (Strength-Opportunity ), yaitu strategi kekuatan-peluang, menggunakan

kekuatan internal sistem untuk memanfaatkan peluang eksternal sistem. Strategi WO (


Weakness- Opportunity ), yaitu strategi kelemahan-peluang, bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST (Strength-Threats ), yaitu

strategi kekuatan-ancaman, menggunakan kekuatan sistem untuk menghindari atau mengurangi

dampak ancaman eksternal. Strategi WT (Weakness-Threats ), yaitu strategi kelemahan-

ancaman, merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal.

Contoh penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional


berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi,
dan unit-unit lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar sektor kesehatan maka diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sistem informasi kesehatan, seperti tampak
dalam tabel di bawah ini. Hasil deskripsi ini kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana jangka menengah pengembangan dan
penguatan sistem informasi kesehatan nasional selanjutnya
Tabel 1: Deskripsi SWOT

STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNESSES ( KELEMAHAN )


● Indonesia telah memiliki beberapa ● Telah ada sistem penggumpulan
legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, data secara rutin yang bersumber dari
SKN, Kebijakan dan strategi fasilitas kesehatan pemerintah dan
pengembangan SIKNAS dan masyarakat.
SIKDA). ● Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh
● Tenaga pengelola SIK sudah mulai beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan,
dan Kabupaten/Kota. untuk memenuhi kebutuhan mereka

● Infrastruktur teknologi informasi dan ● SIK masih terfragmentasi


(belum
komunikasi tersedia di semua Provinsi
terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak
dan hampir seluruh
sehingga terdapat “pulau-pulau informasi”.
Kabupaten/kota
● Legislasi yang ada belum kuat untuk
● Indikator kesehatan telah tersedia.
mendukung integrasi SIK.
● Tidak terdapatnya penanggung jawab ● Terbatasnya anggaran untuk teknologi
khusus SIK (petugas SIK umumnya informasi dan komunikasi khususnya untuk
masih rangkap jabatan). Tenaga pemeliharaan.

Pengelola SIK umumnya masih ● Indikator yang digunakan sering kurang


kurang diakui menggambarkan “subjek” yang diwakili.
perannya, pengembangan karir tidak
● Belum terbangunnya mekanisme aliran data
jelas dan belum ada jabatan
kesehatan baik lintas program (Pusat,
fungsionalnya.
Provinsi,Kabupaten/Kota) maupun lintas
sektor.

● Masih lemahnya mekanisme monitoring,


● Para donor menitik beratkan ● sistem TIK.
program pengembangan SIK.
Kondisi geografis Indonesia yang sangat
Registrasi vital telah dikembangkan beragam dimana infrastruktur masih sangat
lemah di daerah terpencil
oleh Kementerian Dalam Negeri
sehingga menjadi hambatan modernisasi
dan telah mulai dengan proyek SIK.
percobaan di beberapa Provinsi.

● Adanya inisiatif penggunaan nomor


identitas tunggal penduduk oleh
Kementerian Dalam Negeri yang
merupakan peluang untuk
memudahkan pengelolaan data
sehingga menjadi berkualitas.
Kebutuhan akan data berbasis bukti

● meningkat khususnya untuk


anggaran (perencanaan) yang
berbasis kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Dasar Penyeliaan Jaminan Mutu Di

Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem


Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
932 tahun 2002), Cetakan Kedua. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang


Kesehatan 2005 – 2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.

Kepmenkes RI No. 192/MenKes/SK/VI/2012 tantang Roadmap Rencana Aksi Penguatan


Sitem Informasi Kesehatan Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun

2010 – 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.

Sabarguna, Boy; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan.

Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.

Siagian S.P. 2004. Manajemen Strategik, Cetakan ke-lima. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sulaeman E,S. 2011. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas.

Jogjkarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai