Anda di halaman 1dari 14

Penanganan Bahan Berbahaya

dan Beracun
April 2, 2020 by adipurnomo
Artikel dari standarku.com ini akan membahas mengenai Standar
penanganan B3, yang merupakan kependekan dari Bahan Berbahaya dan
Beracun.

Sesuai dengan namanya bahwa bahan-bahan tersebut sifatnya


membahayakan, namun di sisi lain bisa memberikan manfaat bagi kita,
perusahaan atau organisasi.

Dikarenakan manfaatnya tetap diperlukan, maka harus ada tambahan


penanganan khusus sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang untuk diterapkan oleh perusahaan, organisasi atau pribadi.

Isi Artikel Standar Penanganan B3

Kita akan membagi menjadi beberapa lingkup atau scope didalam


Penanganan B3 ini sebagaimana berikut :

 Pengertian B3
 Klasifikasi B3
 Simbol dan Label B3
 Pengadaan B3
 Penggunaan B3
 Pemindahan dan Pengangkutan B3
 Penyimpanan B3
 Penanganan B3 Tumpahan dan Terpapar
 Pembuangan Limbah B3
 Referensi regulasi terkait B3
Pengertian B3
Berikut pengertian dari B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun berdasarkan
PP 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 :

B3 adalah bahan yang karena sifat atau konsentrasi atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak
lingkungan hidup, atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang berkaitan dengan : menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang
B3.

Pengertian LDKB atau MSDS

Dokumen LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) atau MSDS (Material


Safety Data Sheet) akan sering muncul didalam standar penanganan B3 ini,
nah apa itu? Berikut adalah penjelasannya.

LDKB atau MSDS adalah dokumen yang dibuat oleh produsen produk B3
yang isinya memuat mengenai :

 Merek dagang
 Rumus kimia B3
 Jenis B3
 Klasifikasi B3
 Teknik penyimpanan
 Tata cara penanganan bila terjadi kecelakaan
Mengapa harus mengelola B3 ?

Ada beberapa peraturan pemerintah yang mensyaratkannya dan harus


dipatuhi yaitu :

Pasal 4 PP No. 74 Thn. 2001 :

Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mencegah


terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.

Pasal 2 Kepmenaker No. 187 Thn. 1999 :

Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,


memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Tujuan pengelolaan B3 :

Jadi kegiatan untuk mengelola B3 ini bertujuan untuk mencegah dan atau
mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia
dan makhluk hidup lainnya.

Ruang Lingkup
Scope atau ruang lingkup Pengelolaan B3 berdasarkan Pasal 4 PP No. 74
Thn. 2001 ini tidak termasuk untuk pengelolaan :

 Bahan radioaktif
 Bahan peledak
 Hasil produksi tambang
 Minyak dan gas bumi dan hasil olahannya
 Makanan dan minuman
 Bahan tambahan makanan lainnya
 Perbekalan kesehatan rumah tangga
 Kosmetika
 Bahan sediaan farmasi
 Narkotika, psikotropika, dan prekursornya serta zat adiktif lainnya
 Senjata kimia dan senjata biologi
Pengelolaan B3 di perusahaan

Didalam perusahaan atau organisasi, biasanya ada bagian khusus yang


menangani keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Bagian inilah yang ditujuk untuk menangani B3 dengan mengikuti arahan


Komisi B3 dari pemerintah pusat.

Komisi B3 tersebut terdiri dari wakil instansi yang berwenang, wakil instansi
yang bertanggung jawab, wakil instansi yang terkait, wakil perguruan tinggi,
organisasi lingkungan, dan asosiasi.

Susunan keanggotaan, tugas, fungsi, dan tata kerja dari Komisi B3 tersebut
ditetapkan dengan Keputusan Presiden, sehingga diatur langsung dari pusat.

Khusus untuk pekerja dan pengawas B3di perusahaan harus dilakukan uji
kesehatan minimal setahun sekali agar bisa mencegah terjadinya kontaminasi
oleh zat atau senyawa kimia B3 kepada mereka.

Klasifikasi B3
Berdasarkan PP 74 Tahun 2001, berikut adalah beberapa klasifikasi B3 dan
penjelasannya yaitu :

1. Mudah Meledak (Explosive)

Merupakan bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25⁰C, 760 mmHg)
dapat meledak yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
Cara menguji apakah suatu bahan dikategorikan explosive adalah dengan uji
laboratorium menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau
Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-
peroksida sebagai senyawa acuan.

Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan,


apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa
acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan sebagai bahan yang mudah
meledak.

gambar : B3 Mudah Meledak (Explosive)


Contoh B3 mudah meledak : Amunisi, Amonium Picrate, TNT, gas bertekanan
tinggi, campuran belerang.

2. Pengoksidasi (Oxodizing)

Suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu pembakaran


bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa
standar.

Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat


dilakukan dengan metode uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat
sebagai senyawa standar.

Sedangkan pengujian untuk bahan cair, menggunakan senyawa standar


berupa larutan asam nitrat.

gambar : B3 Pengoksidasi (Oxodizing)
Contoh : larutan asam nitrat (HNO3), Amonium nitrat, Benzoil peroksida,
Hidrogen peroksida, Kalsium perklorat.
3. Mudah Menyala (flammable)
Maksudnya adalah bahan yang dapat menjadi panas atau meningkat suhunya
dan terbakar karena kontak dengan udara pada temperatur ambien atau
lingkungan.

Secara kimiawi definisinya adalah :

Cairan mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala
(flash point) tidak lebih dari 60⁰C atau 140 ⁰F akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg.

Padatan atau yang bukan berupa cairan yang pada temperatur dan tekanan
standar (25⁰C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya
kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus
menerus dalam 10 detik.

Selain itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila


dalam pengujian dengan metode Set Closed-Cup Flash Point Test diperoleh
titik nyala kurang dari 40⁰C.

Contoh bahan yang Mudah Menyala :

 Aerosol yang mudah menyala.


 Padatan atau cairan piroforik.
 Peroksida organik.
Selain jenis bahan mudah menyala diatas, ada lagi 2 jenis bahan B3 yang
melebihi kategori mudah menyala yaitu :

1. Sangat mudah menyala (highly flammable), adalah B3 padat maupun cair


yang memiliki titik nyala 0⁰C hingga 21⁰C.

2. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), adalah B3 padat


maupun cair yang memiliki titik nyala dibawah 0⁰C dan titik didih lebih rendah
atau sama dengan 35⁰C.

4. Beracun (moderately toxic)

B3 bersifat racun ini dapat menyebabkan kematian atau penyakit serius yang
dapat masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

Tingkat kadar racun B3 dapat dikelompokkan kedalam tabel berikut :


tabel tingkat kadar racun
(toxicity)
5. Berbahaya (Harmful)

Bahan B3 padat atau cair atau gas yang jika terjadi kontak atau melalui
inhalasi (pernafasan) atau  oral (mulut) dapat menyebabkan bahaya
kesehatan.

Contoh : CFC, asam sulfat, bensin.

6. Korosif (Corrosive)

Sifat bahan yang dianggap korosif adalah :

Menyebabkan iritasi kulit atau terbakar.



Mengakibatkan proses karat pada lempeng baja, pengujian

dilakukan pada baja jenis SAE 1020 pada temperatur 55⁰C
dengan menghasilkan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun.
 Memiliki ukuran kelembaban atau pH sebesar 2 atau kurang dari
itu pada B3 bersifat asam dan sebesar atau lebih dari 12,5 untuk
B3 bersifat basa.
Contoh : Asam sulfat, Asam nitrat, Asam klorida, asam asestat

7. Bersifat Iritasi (Irritant)

Berupa bahan B3 padat atau cair yang jika terjadi kontak secara langsung dan
terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan
peradangan.

Contoh : Toluene, SBPXX

8. Berbahaya Bagi Lingkungan (Dangerous to the Environment)

Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan terhadap lingkungan, misalnya


adalah : CFC yang dapat merusak lapisan ozon, PCB yang meracuni
lingkungan.

9. Karsinogenik (carcinogenic)
Sifat bahan yang menjadi penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat
merusak jaringan tubuh.

10. Teratogenik (teratogenic)

Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan


embrio.

11. Mutagenik (mutagenic)

Sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat


merubah genetika.

Simbol dan Label B3


Tujuan adanya simbol dan label pada setiap kemasan B3 adalah untuk
mengetahui klasifikasi B3 didalamnya, sehingga pengelolaannya dapat
dilakukan dengan baik agar dapat mengurangi risiko karena B3.

Yang dimaksud dengan Kemasan adalah tempat atau wadah khusus untuk
menyimpan, mengangkut dan mengedarkan B3.

Simbol B3

Simbol B3 adalah petunjuk berupa gambar yang menunjukan klasifikasi B3,


berikut adalah jenis dan arti dari simbol B3 melalui gambar :
gambar : Simbol
B3 dan artinya
Label B3

Label B3 mencantumkan beberapa hal sebagai berikut :

 Nama produk
 Identifikasi bahaya
 Tanda bahaya dan artinya
 Uraian resiko dan penanggulangannya
 Tindakan pencegahan
 Instruksi dalam hal terkena atau terpapar
 Instruksi kebakaran
 Instruksi tumpahan atau bocoran
 Instruksi pengisian dan penyimpanan
 Referensi
 Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat dan atau
distributor.
Pengadaan B3
Setiap perusahaan atau organisasi yang akan mengadakan B3 harus
menerapkan beberapa hal berikut :

 Membuat LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) atau MSDS


(Material Safety Data Sheet).
 Mencantumkan Simbol dan Label B3, simbol ini harus ada,
dirawat dan dipelihara.
 Menyediakan Certificate of Analysis (CoA), yang digunakan untuk
mengetahui komposisi berdasarkan klasifikasi yaitu : dapat
digunakan, dilarang, atau terbatas. Biasanya digunakan untuk
material yang akan masuk ke perusahaan.
Penggunaan B3
Didalam perencanaan dan penerapan k3 untuk penggunaan B3 harus
memperhatikan :

 APD (Alat Pengaman Diri) yang sesuai dengan faktor bahaya.


 Peralatan keadaan darurat seperti APAR dan P3K harus siap,
tersedia dan mencukupi.
 Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh pihak yang
berwenang.
 Petugas memahami mengenai metode penanggulangan
tumpahan B3.
 Bila kegiatan yang menggunakan B3 telah selesai, amankan dan
bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa B3
hingga bisa dipastikan aman.
 Limbah sisa B3 harus dibuang kedalam wadah khusus untuk
limbah B3.
 Apabila terjadi kecelakaan pada saat proses penanganan Limbah
B3, gunakan peralatan keamanan dan tindakan P3K harus
dilakukan oleh petugas yang terlatih.
 Apabila membutuhkan penangan lebih lanjut dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang sesuai.
Pemindahan dan pengangkutan B3
Proses pemindahan dan pengangkutan harus dilakukan dengan ketentuan
khusus seperti :

 Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan


pengedaran B3 wajib menyertakan LDKB atau MSDS.
 Petugas yang akan melakukan pemindahan B3 harus
mengetahui bahaya resiko atau bahaya B3, cara pencegahannya
maupun penanggulangannya.
 Menggunakan alat transportasi atau  pengangkutan yang sesuai
untuk memindahkan bahan kimia.
 Memastikan bahwa bahan kimia yang diangkut tidak mengalami
kebocoran.
 Pemasangan rambu-rambu atau simbol K3, dengan ketentuan :
peringatan bahaya sesuai dengan jenis B3, pemasangan simbol
harus jelas, mudah dibaca, mudah terlihat dan mudah
dimengerti,.
 Petugas yang memindahkan B3 menghindari tindakan tidak
aman seperti : tidak menggunakan APD, tidak merokok bila
sedang menaikkan atau menurunkan B3, menyalakan mesin
pada saat menaikkan atau menurunkan B3.
 Apabila terjadi kecelakaan, kebakaran, peledakan atau kondisi
bahaya yang tidak dapat diatasi sendiri harus segera laporkan ke
pihak yang berwenang menangani B3.
Penyimpanan B3
Ketentuan dalam penyimpanan B3 :

1. Tempat penyimpanan B3 harus memenuhi persyaratan serta mengikuti


keputusan Kepala instansi yang bertanggung jawab, yaitu :

 Keamanan dari pengaruh alam dan lingkungan seperti : sirkulasi


udara dan ventilasi yang baik.
 Suhu ruangan terjaga konstan.
 Aman dari gangguan biologis seperti : tikus, rayap dan lainnya.
2. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan hal-hal
berikut :

 Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas,


misalnya : B3 yang reaktif atau reduktor kuat tidak dapat
dicampur dengan asam mineral pengoksidasi karena dapat
menimbulkan panas, gas beracun dan api.
 Penyusunan tidak melebihi batas maksimum.
 Dibuatkan lorong dan terjaga, agar alat angkat-angkut dapat
melewatinya.
 Khusus bahan yang terdapat di dalam wadah silinder atau tabung
gas bertekanan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang aman,
terikat, tidak lembab dan  aman dari sumber panas seperti :
listrik, api terbuka, dan lainnya.
3. Program Housekeeping yang dilakukan secara periodik, yaitu : kebersihan,
kerapihan dan keselamatan.
4. Tempat Penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan:

 Pemasangan Label dan Simbol sesuai standar.


 Dilengkapi dengan sistem tanggap darurat seperti : Peralatan,
Denah Infrastruktur, Jalur Komunikasi.
 Dokumen LDKB atau MSDS.
 Adanya Prosedur Penanganan B3.
 Adanya secondary containment dengan kapasitas 110% dari
volume yang disimpan
Klasifikasi tempat penyimpanan B3

Berikut ini adalah beberapa saran mengenai tempat penyimpanan yang aman
berdasarkan klasifikasi B3 :

 Beracun (toxic) : berada di ruangan sejuk, sirkulasi udara baik,


jauh dari potensi kebakaran, tidak terkena sinar matahari
langsung.
 Radioaktif : Pemakaian zat radioaktif dan sumber radiasi harus
memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih dan
peralatan teknis yang mendapat ijin dari BATAN.
 Korosif : Ruangan sejuk, sirkulasi udara yang baik dan
menghindari penguapan, logam disekeliling harus dicat dan tahan
korosif, tempat penampungan harus tahan korosif.
 Flammable : Ruangan cukup dingin, sirkulasi udara yang baik,
jauh dari lokasi yang berpotensi mudah terjadi kebakaran,
singkirkan semua pemicu sumber api.
 Explosive : Ruangan harus kokoh dan tahan dari api serta lantai
tidak dari bahan dapat menimbulkan loncatan api, sirkulasi udara
yang baik, harus selalu terkunci.
 Gas Bertekanan : Ruangan sejuk, sirkulasi udara yang baik,
bangunan harus tahan api, tabung harus disimpan dalam posisi
berdiri dan diikat, jauhkan dari sinar matahari langsung.
Kelengkapan Bahan Berbahaya Dan Beracun

Didalam menangani B3 dibutuhkan “Kelengkapan Bahan Berbahaya Dan


Beracun”, yang harus memenuhi ketentuan :

 Dilengkapi dengan dokumen MSDS atau LDKB.


 Dilengkapi dengan Simbol dan Label B3
 Dibuat oleh produsen B3 tersebut.
 Tersedia pada saat pengangkutan, penyimpanan, pengedaran,
dan penggunaan B3.
 Tersedia untuk semua B3.
Ada 16 keterangan yang harus dicantumkan didalam B3 yaitu :
 Identitas bahan dan perusahaan
 Komposisi bahan
 Identifikasi bahaya
 Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
 Tindakan penanggulangan kebakaran
 Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
 Penyimpanan dan penanganan bahan
 Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
 Sifat fisika dan kimia
 Stabilitas dan reaktifitas bahan
 Informasi toksikologi
 Informasi ekologi
 Pembuangan limbah
 Pengangkutan bahan
 Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku
 informasi lain yang diperlukan
Penanganan B3 Tumpahan dan Terpapar
Jika terjadi kecelakaan karena B3, maka bisa melakukan penanganan melalui
4 tindakan berikut :

1. Isolasi : hentikan operasional di lokasi kecelakaan dan cegah


perluasan aliran B3 atau limbah B3.
2. Tanggulangi : tangani B3 atau limbah B3 yang tumpah lalu buang
peralatan penanggulangan yang terkontaminasi B3 atau limbah
B3 ke wadah khusus limbah B3.
3. Laporkan : buat catatan dan laporkan insiden serta
penanggulangan yang dilakukan ke pihak perusahaan dan
kemudian diteruskan ke pihak pemerintah yang berwenang.
4. Evakuasi : lakukan evakuasi pekerja di sekitar lokasi kejadian.
Jika keadaan kecelakaan B3 yang terjadi dianggap parah, maka bisa
diberlakukan keadaan darurat agar dilakukan penanganan yang lebih
komprehensif.

Peralatan Emergency

Berikut adalah referensi untuk menyediakan Peralatan Emergency yang bisa


digunakan untuk penanganan B3 Tumpahan dan Terpapar :

 APAR
 P3K
 Selimut Api (Fire Blankets)
 Alur Komunikasi Darurat
 Emergency Eye Wash atau Personal Eyewash, yaitu pencucian
kulit dan mata dengan jumlah air yang melimpah, ini adalah cara
pertolongan pertama yang paling efektif akibat luka atau terbakar
karena bahan kimia, kecuali untuk bahan kimia bereaksi buruk
dengan air.
 Gas Detector
 Oil Spill Kit : Pasir, Busa, Crumb Rubber
 APD (alat Pelindung Diri), seperti : helm, sarung tangan, kaca
mata safety, pakaian pelindung atau baju hazmat dan lainnya.
Pembuangan Limbah B3
Limbah B3 yang akan dibuang tidak boleh diperlakukan sama seperti limbah
atau sampah umumnya, beberapa saran terkait pembuangan limbah B3
seperti :

 Buat Instruksi Kerja yang spesifik untuk penanganan material dan


limbah B3.
 Lakukan pencatatan pembuangan Limbah B3.
 Limbah B3 dikumpulkan pada wadah khusus yang diberikan
tanda unik.
 Pembuangan harus memperhatikan mengenai kompatibilitas
karakteristik limbah B3.
 Pastikan pada kemasan kemasan limbah B3 dipasang simbol
limbah B3 seperti : Mudah Meledak, Cairan Mudah Menyala,
Padatan Mudah Menyala, Reaktif, Beracun, Korosif, Infeksius,
Berbahaya Terhadap Lingkungan.
Referensi regulasi terkait B3
Peraturan atau regulasi mengenai B3 di Indonesia diantaranya adalah :

 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan


dan pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan B3.
 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013
tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun.
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
KEP. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya Ditempat Kerja.
 Kepdal 01/BAPEDAL/09/95 Tata cara dan persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
 Kepdal 02/BAPEDAL/09/95 tentang Dokumen Limbah B3.
 Kepdal 03/BAPEDAL/09/95 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3.
 Kepdal 04/BAPEDAL/09/95 tentang Tata Cara Penimbunan Hasil
Pengelolaan Persyaratan Lokasi Bekas Pengelolaan dan Lokasi
Penimbunan B3.
Demikian artikel mengenai salah satu standar nasional mengenai sistem
manajemen lingkungan yaitu “Standar penanganan B3” dari standarku.com,
jika ada tanggapan silahkan disampaikan melalui kolom komentar.

Sumber referensi :

 peraturan.bpk.go.id/Home/Details/53080/pp-no-74-tahun-2001
Artikel lain :

 Memahami ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan


 Standar ISO 45001/

Anda mungkin juga menyukai