Dosen Pembimbing :
KELAS : II-B
NIM : P07524120074
Menilai Kesejahteraan janin
Perkembangan janin merupakan keajaiban alam ciptaan Tuhan, dan kini menjadi
perhatian dunia kedokteran. Dengan teknologi pencitraan kita dapat melihat perkembangan
fisik dan fungsi organ janin. Dengan demikian riset mengungkapkan pengertian peranan janin
pada implantasi, pengenalan ibu terhadap kehamilan, aspek immunologi, fungsi endokrin,
nutrisi dan persalinan. Beberapa tahun terakhir ini, angka kematian dan kesakitan perinatal
telah menurun secara signifikan, akan tetapi kematian janin antenatal masih merupakan
masalah. Kematian janin tidak selalu pada kelompok kehamilan risiko tinggi, akan tetapi
beberapa kematian tersebut terjadi pada kehamilan dengan risiko rendah bahkan normal.
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin,
terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan
pemantauan janin, hal ini tampak nyata setelah era tahun 1960an. Sayangnya, data
epidemiologis menunjukkan hanya sekitar 10% kasus serebral palsi yang disebabkan oleh
gangguan intrapartum dapat dideteksi dengan pemantauan elektronik tersebut.
Angkamorbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indicator kualitas pelayanan obstetric
disuatu tempat atau negara. Angka mortalitas peri natal Indonesia masih jauh diatas rata-rata
Negara maju, yaitu 60– 170 berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia intrauterin.
Kardiotokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia dan kematian intrauterine
atau mengalami kerusakan neurologik , sehingga dapat dilakukan tindakan untuk
memperbaiki nasib neonatus.
Asuhan antenatal modern memerlukan tata laksana yang efisien, efektif, andal, dan
komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga medis dan paramedic yang melakukan asuhan antenatal dan asuhan
persalinan. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu pra syarat yang harus dipenuhi
agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang dikaitkan
dengan luaran perinatal dapat dilaksanakan dengan baik. Bila hal ini dapat dilakukan dengan
baik, diharapkan angka kematian ibu dan perinatal dapat diturunkan. Standarisasi
memerlukan kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan evaluasi berkala
melalui suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.
- Nijhuis dkk. (1982) mempelajari pola frekuensi denyut jantung janin, gerakan tubuh umum,
dan gerakan mata serta menjelaskan 4 keadaan perilaku janin :
1F : keadaan diam (tidur tenang), dengan variasi frekuensi DJJ yg sempit.
2F : gerakan kasar tubuh janin yg sering, gerakan mata kontinu, dan variasi frekuensi DJJ yg
lebih lebar. Analog dengan REM pada neonatus
3F : gerakan mata kuntinu tanpa gerakan tubuh & tdk ada akselarasi denyut jantung
4F : gerakan kasar tubuh disertai gerakan mata kontinu dan akselarasi DJJ. Setara dengan
terjaga pada neonatus.
USG(Ultrasonography)
USG merupakan alat bantu diagnostic yang semakin penting didalam pelayanan
kesehatan ibu hamil, bahkan mungkin saja suatu saat alat USG ini menjadi sepertis tetoskop
bagi dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Salah satu fungsi penting dari alat ini adalah
menentukan usia gestasi dan pemantauan keadaan janin (deteksidinianomali). Pemeriksaan
panjang kepala-bokongjanin(CRL= crown-rumplength) yang dilakukan pada kehamilan
trimester pertama memiliki akurasi dengan kesalahan kurang dari satu minggu dalam hal
penentuan usia gestasi. Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-satunya parameter tunggal
untuk penentuan usia gestasi dengan kesalahan terkecil. Pengukuran diameter biparietal
(DBP) atau panjang femur memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Manfaat lain dari
pemeriksaan USG adalah penapisan anomaly congenital yang dilakukan rutin pada kehamilan
10–14 minggu dan 18–22 minggu. Janin-janin dengan kelainan bawaan, terutama system
saraf pusat dan jantung akan memberikan perubahan dalam pola gerak janin dan hasil
kardiotokografi. Jangan sampai kesalahan interpretasi kardiotokografi terjadi akibat tidak
terdeteksinya cacat bawaan pada janin.
1. Letupan gerakan nafas irreguler (irreguler bursts of breathing) yg terjadi dgn laju sampai 240
siklus/mnt (Dawes, 1974)
Tujuan EFM :
• Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena menanggapi lingkungan dan
rangsangan lainnya.
• Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik pada selembar kertas.
• Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan berisiko tinggi, saat bayi
berada dalam bahaya kesusahan.
• Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang, persalinan premature.
• Oligohidramnion Hipertensi
• FHR abnormal
• Malpresentasi dalam persalinan
• DM, Kehamilan ganda
• Persalinan bekas SC
• Trauma abdomen
• Ketuban pecah lama
• Air ketuban kehijauan
• Kehamilan resiko tinggi
• Induksi persalinan.
• Persalinan prematur
Interpretasi EFM
• Pertimbangan interpretasi dipengaruhi
– Intrapartum/antepartum
– Fase persalinan (stage of labor)
– Usia kehamilan
– Presentasi janin Malpresentasi
• Terapi induksi persalinan
• Monitoring langsung atau tidak langsung
• Janin normal : pada saat kontraksi : jika frekuensi denyut jantung tetap normal atau meningkat
dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak ada hipoksia).
• Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi deselerasi /
perlambatan, setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda insufisiensi plasenta).
Baseline djj
Rerata djj (FHR) dalam keadaan stabil kecuali akselerasi dan deselerasi (110-160 dpm)
Takikardia
Bradikardia
Baseline Variability
Normal 5 bpm antar kontraksi
Ragu 5 bpm selama < 30 menit
Abnormal < 5 bpm selama 90 menit
a. Hasil Normal
• Detak jantung bayi yang belum lahir ini biasanya berkisar 120-160 denyut per menit (bpm)
• Seorang bayi yang menerima cukup oksigen melalui plasenta akan bergerak di sekitarnya.
• Strip monitor akan menunjukkan detak jantung bayi meningkat sebentar saat ia bergerak
(seperti denyut jantung orang dewasa meningkat ketika iabergerak).
• Strip monitor bayi dianggap reaktif ketika detak jantung bayi meningkat setidaknya 20 bpm di
atas denyut jantung dasar minimal 20 detik.
• Hal ini harus terjadi setidaknya dua kali dalam periode 20 menit.
• Pelacak denyut jantung reaktif (juga dikenal sebagai tes non-stres reaktif) dianggap sebagai
tanda baik bayi.
EFM Akselerasi
EFM Deselerasi
b. Deselerasi Lambat
Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke basal
Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya resiko asidosis arteri umbilikalis
dengan nilai Apgar <7 pada menit ke 5 dan meningkatkan resiko serebral palsy.
Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera.
Penyebab deselerasi lambat :
o Insufisiensi akut dan kronik pembuluh feto-plasenter
o Terjadi pada kontrasi uterus yang memanjang
o Dirangsang oleh hipoksemia
o Dihubungkan dengan asidosis metabolik dan respiratorik
o Biasanya ditemukan pada pasien hipertensi/preeklampsiaCommon pada pasien dengan PIH,
DM, IUGR atau lainnya, diabetes mellitus dari kekurangan plasenta.
c. Deselerasi variabel
• Konfigurasi FHR tidak ritmik dan konsisten
• Rule of 60 (decrease of 60 bpm,or rate of 60 bpm and longer than 60 sec)
• Disebabkan oleh kompresi tali pusat atau plasenta
• Sering ditemukan pada keadaan oligohidramnion atau ketuban pecah dini
• Sering menimbulkan RDS/Sindroma distres pernafasan meskipun ringan
• Potensial menimbulkan asidosis bila muncul berulang kali
• Jika ada deselerasi variabel (seperti deselerasi dini tetapi ekstrim), hal ini merupakan tanda
keadaan patologis misalnya akibat kompresi pada tali pusat (oligohidramnion, lilitan tali
pusat, dan sebagainya). Juga indikasi untuk terminasi segera.
• Batasan waktu untuk menilai deselerasi : tidak ada.
• Seharusnya penilaian ideal sampai waktu 20 menit, tapi dalam praktek, kalau menunggu
lebih lama pada keadaan hipoksia atau gawat janin akan makin memperburuk prognosis.
• Kalau grafik denyut datar terus : keadaan janin non-reaktif.
• Uji dengan bel ("klakson"…ngooook), normal frekuensi denyut jantung akan meningkat.
Pemantauan denyut jantung janin secara elektronik saat ini “harus” dilakukan pada
kehamilan resiko tinggi.
Masalah perbedaan interpretasi termasuk “over confidence” ditemukan tidak hanya antar
dokter pemeriksa tetapi pada seorang pemeriksa yang memeriksa hasil KTG yang sama 2 kali
Meningkatkan kejadian seksio sesarea (RR 1.41)
Meningkatkan persalinan bedah obstetrik pervaginam (RR 1.20)
Tidak mempengaruhi kejadian cerebral palsy
Menurunkan rerata kejang neonatorum (RR 0.51)
Tidak mempengaruhi nilai APGAR