1
2.1.1. Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique” (NGT). NGT
terdiri dari dua, yaitu:
A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Suatu metode dimana sebuah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang
yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta
diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah
pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut,
menjadi prioritas masalah.
2
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.
4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin
dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan
adalah satu sampai lima, yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai
baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas
ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai
skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai
prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu
hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit
untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
3
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
4
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa
mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah
ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,
fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada
tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah
kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat
memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan
pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat
dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern
terhadap masalah tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat
yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut
terpublikasi diberbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang telah disebutkan sebelumnya untuk
penilaian masalah. Setiap kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada, sehingga hasil yang didapat lebih objektif.
Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan
digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot
yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang
tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
1. Bobot 5: sangat penting
2. Bobot 4: penting
3. Bobot 3: cukup penting
4. Bobot 2: tidak penting
5. Bobot 1: sangat tidak penting
5
2.1.3 Pemilihan Metode MCUA
Berdasarkan kriteria yang ada, maka diputuskan untuk menggunakan
metode MCUA karena metode ini menempatkan parameter pada kedudukan
dengan berdasarkan bobot dan memberikan hasil final score yang objektif di
mana score yang diberikan pada tiap-tiap parameter ditambahkan, lebih sederhana
dan mudah dalam penggunaannya. Dari masalah yang didapat diberikan penilaian
pada masing-masing masalah dengan membandingkan masalah satu dengan
lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan nilai.
2.1.3.1 Emergency
Emergency menunjukan besar kerugian yang ditimbulkan oleh masalah.
Ini ditujukan dengan case fatality rate (CFR) masing-masing penyakit. Sedangkan
untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit digunakan
proxy. Nilai proxy didapatkan dari berbagai sumber, sedangkan sistem scoring
proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi serta justifikasi.
Pada permasalahan ini, pengaruh jangka panjang KB adalah untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI), sehingga kelompok kami memakai angka kematian
ibu sebagai proxy. Berdasarkan data SUPAS 2015, Angka Kematian Ibu di
Indonesia adalah 305 per 100.000 jumlah kelahiran hidup, menjadi 0.3%.
6
Besar Masalah Total Nilai (Besar
No Daftar Masalah (Target (%)- Proxy risiko + Skor
Pencapaian) Proxy)
1 Cakupan Peserta KB Aktif di Wilayah 51,31 0,3 51,61 5
Puskesmas se-Kecamatan Sawah Besar
Januari – Mei 2019 sebesar 84,64%
7
No Daftar Masalah Pencapaian) Proxy Proxy) Skor
8
9
Besar Masalah Total Nilai
(Target (%)- (Besar risiko
No Daftar Masalah Pencapaian) Proxy +Proxy) Skor
10
2.1.3.2 Greatest Member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang
terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan
untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih
antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target
yang telah ditetapkan.
Tabel 2.3 Penentuan Score Greatest Member
Total Nilai (%) Score
0,02 – 12,49 1
12,50 – 24,97 2
24,98 – 37,45 3
37,46 – 49,93 4
49,94 – 62,34 5
11
Besar masalah
No Daftar Masalah (Target (%) – Skor
Pencapaian (%))
2 Cakupan persentase KB Aktif dengan kondom di 0,22 1
Wilayah Kelurahan Karang Anyar Januari – Mei
2019 sebesar 4,53%.
12
sebesar 41,53%.
13
Besar masalah
No Daftar Masalah (Target (%) – Skor
Pencapaian (%))
16 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Wilayah 0,31 1
Kelurahan Mangga Dua Selatan Januari – Mei
2019 sebesar 41,97%.
14
2.1.3.3 Expanding Scope
16
Lintas
No Daftar Masalah Skor
Sektoral
12 Cakupan Peserta KB Aktif dengan MOW di Wilayah 3 3
Puskesmas se-Kecamatan Sawah Besar Januari – Mei 2019
sebesar 0,46%
17
Mei 2019 sebesar 0%
18
2.1.2.4 Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga
penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Kriteria penilaian terhadap ketersediaan teknologi, sumber daya, obat –
obatan, serta alat yang efektif untuk mengatasi permasalahan. Penilaian sumber
daya menggunakan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk. Untuk
penilaian teknologi akan digunakan penilaian ketersediaan alat. Dan untuk
penilaian obat akan dinilai dari ketersediaan obat terhadap kegiatan puskesmas.
19
Tabel 2.7 Ratio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah penduduk di Wilayah
Kecamatan Johar Baru Januari – April 2019
Tenaga Jumlah
No Puskesmas Ratio
Kesehatan Penduduk
1 Kecamatan Johar Baru 42 20.237 1:482
2 Kelurahan Tanah Tinggi 13 24.516 1:1.886
4 Kelurahan Johar Baru II 13 14.423 1:1.109
5 Kelurahan Johar Baru III 14 11.613 1:830
6 Kelurahan Kampung Rawa 13 16.337 1:1.257
7 Kelurahan Galur 14 15.143 1:1.082
8 Se-Kecamatan Johar Baru 124 118.391 1:955
20
No. Daftar Masalah Obat Alat SDM Jumlah
1 Cakupan Peserta KB Aktif di Wilayah Puskesmas se- 3 3 7 13
Kecamatan Sawah Besar Januari – Mei 2019 sebesar
84,64%
21
13 Cakupan Peserta KB Aktif dengan MOP di Wilayah 3 3 8 14
Puskesmas se-Kecamatan Sawah Besar Januari – Mei
2019 sebesar 0,05%
22
No. Daftar Masalah Obat Alat SDM Jumlah
16 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Wilayah 3 3 10 16
Kelurahan Pasar Baru Januari – Mei 2019 sebesar
44,66%.
23
Januari – Mei 2019 sebesar 1,59%
24
2.1.2.5 Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari
suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap
masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern
pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan
tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media. Parameter
tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang dapat memberikan informasi
yang paling dapat dipahami masyarakat serta pendekatan secara personal dengan
individu mengenai kegiatan KB. Kebijakan pemerintah diberikan nilai terendah
dikarenakan proses sosialisasi bergantung pada sektor-sektor lain agar dapat
sampai ke masyarakat. Program khusus KB diberi nilai tertinggi dikarenakan
pendekatan terhadap anggota masyarakat sudah berjalan langsung sebagai usaha
eradikasi & eliminasi penyakit yang ditekankan oleh pihak pemerintahan.
Dalam menilai aspek kebijakan pemerintah, penilaian mengacu kepada:
1. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 212 tahun 2016.
25
2. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi DKI Jakarta
tahun 2013-2017
3. Peraturan Daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 12 tahun 2014 Organisasi
Perangkat Daerah
4. Peraturan Gubernur Nomor 186 tahun 2012 tentang Program Ketahanan
Keluarga
5. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Reproduksi
6. Peraturan Gubernur Nomor 47 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Gubernur Nomor 162 tahun 2010 tentang
7. Peraturan Gubernur Nomor 227 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana.
70
No Daftar Masalah Penyuluhan Media Kebijakan Nilai
3 Cakupan persentase KB Aktif 2 1 3 6
dengan kondom di Wilayah
Kelurahan Karang Anyar
Januari – Mei 2019 sebesar
4,53%.
71
Puskesmas se-Kecamatan
Sawah Besar Januari – Mei
2019 sebesar 8,04%
72
No. Daftar Masalah Penyuluhan Media Kebijakan Nilai
12 Cakupan Peserta KB Aktif 1 1 3 5
dengan MOW di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Sawah
Besar Januari – Mei 2019 sebesar
0,46%
75
MS-1 MS-2 MS-3 MS-4 MS-5 MS-6
No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN
1 Greatest 5 4 20 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 1 5
Member
2 Emergency 4 7 28 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4
3 Policy 3 7 21 3 6 18 3 6 18 3 6 18 3 6 18 3 6 18
4 Feasibility 2 13 26 2 5 10 2 10 20 2 12 24 2 9 18 2 10 20
5 Expanding 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3
Scope
Jumlah 15 34 98 15 16 40 15 21 50 15 23 54 15 20 48 15 21 50
Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Periode Januari –
April 2019
MS-7 MS-8 MS-9 MS-10 MS-11 MS-12
No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN
1 Greatest 5 1 5 5 1 5 5 4 20 5 2 10 5 1 5 5 1 5
Member
2 Emergency 4 1 4 4 2 8 4 8 32 4 3 12 4 1 4 4 1 4
3 Policy 3 6 18 3 7 21 3 7 21 3 6 18 3 6 18 3 5 15
4 Feasibility 2 14 28 2 11 22 2 13 26 2 13 26 2 7 14 2 12 24
5 Expanding 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3
Scope
Jumlah 15 25 58 15 24 59 15 35 99 30 27 69 15 18 44 15 22 51
77
MS-13 MS-14 MS-15 MS-16 MS-17 MS-18
No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN
1 Greatest 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 1 5
Member
2 Emergency 4 1 4 4 2 8 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4
3 Policy 3 6 18 3 7 21 3 7 21 3 7 21 3 5 15 3 5 15
4 Feasibility 2 14 28 2 11 22 2 12 24 2 16 34 2 9 18 2 9 18
5 Expanding 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 0 0 1 0 0
Scope
Jumlah 15 25 58 15 24 59 15 24 57 51 28 67 15 20 42 15 16 42
Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Periode Januari –
April 2019
MS-19 MS-20 MS-21 MS-22 MS-23 MS-24
No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN
1 Greatest 5 5 25 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 2 10 5 1 5
Member
2 Emergency 4 10 40 4 1 4 4 1 4 4 2 8 4 3 12 4 1 4
3 Policy 3 7 21 3 5 15 3 7 21 3 7 21 3 7 21 3 7 21
4 Feasibility 2 12 24 2 11 22 2 5 10 2 10 20 2 12 24 2 9 18
5 Expanding 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3
Scope
Jumlah 15 37 113 15 21 49 15 17 43 15 23 57 15 27 70 15 21 51
78
MS-25 MS-26 MS-27
No Parameter
Bobot N Bn Bobot N BN Bobot N BN
1 Greatest 5 1 5 5 1 5 5 5 25
Member
2 Emergency 4 1 4 4 1 4 4 10 40
3 Policy 3 7 21 3 7 21 3 7 21
4 Feasibility 2 10 20 2 14 28 2 7 14
5 Expanding 1 3 3 1 3 3 1 3 3
Scope
Jumlah 15 22 53 15 26 61 15 32 103
79
Keterangan:
81
MS-14: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas Kampung
Rawa periode Januari – April 2019 sebesar 11,9%.
MS-15: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas Galur periode
Januari – April 2019 sebesar 5,5%.
MS-16: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas Kecamatan
Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,8%.
MS-17: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di Puskesmas se-Kecamatan
Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,3%.
MS-18: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di Puskesmas se-Kecamatan
Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,12%.
MS-19: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Johar
Baru periode Januari – April 2019 sebesar 6,4%
MS-20: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Kondom di Puskesmas
se- Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,6%.
MS-21: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas Tanah
Tinggi periode Januari – April 2019 sebesar 4%.
MS-22: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas Johar
Baru II periode Januari – April 2019 sebesar 15.3%.
MS-23: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas Johar
Baru III periode Januari – April 2019 sebesar 20%
MS-24: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas
Kampung Rawa periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-25: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas Galur
periode Januari – April 2019 sebesar 3,4%.
MS-26: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 5.8%.
MS-27: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas
Tanah Tinggi periode Januari – April 2019 sebesar 70%.
82
MS-28: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas
Johar Baru II periode Januari – April 2019 sebesar 69,2%.
MS-29: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas
Johar Baru III periode Januari – April 2019 sebesar 20%.
MS-30: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas
Kampung Rawa periode Januari – April 2019 sebesar 12,5%.
MS-31: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas
Galur periode Januari – April 2019 sebesar 0,8%.
MS-32: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 47.05%.
MS-33: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR Pasca Plasenta di
Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 21.7%
MS-34: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas Tanah Tinggi periode Januari – April 2019 sebesar 24%.
MS-35: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas Johar Baru II periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-36: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas Johar Baru III periode Januari – April 2019 sebesar 10%.
MS-37: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas Kampung Rawa periode Januari – April 2019 sebesar 37,5%.
MS-38: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas Galur periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-39: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 35,2%.
MS-40: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas
Tanah Tinggi periode Januari – April 2019 sebesar 2%.
MS-41: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas
Johar Baru II periode Januari – April 2019 sebesar 7,6%.
83
MS-42: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas
Johar Baru III periode Januari – April 2019 sebesar 10%.
MS-43: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas
Kampung Rawa periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-44: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas
Galur periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-45: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-46: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOW di Puskesmas se-
Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0%
MS-47: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOP di Puskesmas se-
Kecamatan Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0%.
MS-48: Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan
Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,4%
MS-49: Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di Puskesmas Kampung
Rawa periode Januari – April 2019 sebes49 1,3%.
MS-50: Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di Puskesmas Kecamatan
Johar Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,2%.
84
2.2. Prioritas Masalah Terpilih
Masalah prioritas untuk program Keluarga Berencana pada puskesmas di
wilayah Kecamatan Johar Baru yang akan ditetapkan akar penyebab masalahnya
melalui diagram fishbone sebagai berikut:
a. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru
periode Januari – April 2019 sebesar 6,4%.
b. Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan Johar
Baru periode Januari – April 2019 sebesar 0,4%.
85
c. Material
Jumlah peralatan medis dan jenis obat
d. Method
Mekanisme cara yang digunakan
Proses adalah suatu kegiatan yang melalui proses maka suatu input akan
diubah menjadi output. Proses tersebut terdiri dari:
a. Planning
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai
dengan menetapkan alternative kegiatan untuk mencapainya
b. Organizing
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang
dimiliki organisasi dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi
c. Actuating
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu berkerja secara optimal
melakukan tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dengan
dukungan sumber daya yang tersedia
d. Controlling
Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan melakukan koreksi apabila
didapatkan adanya penyimpangan
e. Environment
Segala sesuatu diluar dari batas sistem yg mempengaruhi operasi dari suatu sistem
disebut Lingkungan luar sistem (environment). Lingkungan luar yang bersifat
menguntungkan harus dipelihara dan dijaga agar tidak hilang pengaruhnya,
sedangkan lingkungan yang bersifat merugikan harus dimusnahkan dan
dikendalikan agar tidak mengganggu operasi dari sistem.
86
Bagan 2.1. Fishbone Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode
Januari – April 2019
87
Bagan 2.2 Fishbone Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru
periode Januari-April 2019
88
2.4 Mencari Penyebab Masalah Yang Paling Dominan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan penyebab masalah yang
paling dominan, yaitu dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan
menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram
tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah
(yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari
akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling
dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan dapat menyelesaikan
sebagian besar permasalahan yang ada. Penentuan akar penyebab masalah yang
paling dominan adalah dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan
pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang
dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru:
89
3. Kurangnya training mengenai program KB PP dengan KB suntik
(Actuating)
4. Data pasien yang berobat diluar wilayah faskes dengan tempat faskes
masih belum terdata (Controlling)
Akar penyebab masalah pada lingkungan adalah waktu dan komunikasi
terbatas dengan petugas kesehatan (Environment)
Dari 9 akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan 3 akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung
juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling dominan
tersebut adalah:
1. Kurangnya training mengenai program KB PP dengan KB suntik (Man)
2. Program KB PP dengan KB suntik hanya terfokus pada pasien yang
datang ke puskesmas saja (Method)
3. Pembagian tugas tidak merata antar tenaga kesahatan (Organizing)
90
2. Petugas perencaan program KB PUS 4T merasa cukup dengan
melakukan pencatatan saja (Organizing)
3. Pelaksanan program KB PUS 4T belom menjadi prioritas (Actuating)
4. Belum ada SOP mengenai program KB PUS 4T (Controlling)
91